Anda di halaman 1dari 42

Lab.

Metrologi – Teknik Mesin

PRAKTIKUM 1
KALIBRASI DAN PEMAKAIAN JANGKA SORONG

A. KOMPETENSI DASAR

Mengkalibrasi, menggunakan dan membaca hasil pengkuran jangka sorong dengan


prosedur yang benar.

B. SUB KOMPETENSI DASAR

1. Mengkalibrasi jangka sorong dengan alat dan prosedur yang benar.

2. Menggunakan jangka sorong untuk melakukan pengukuran dengan cara yang benar.

3. Membaca hasil pengukuran jangka sorong dengan benar.

C. DASAR TEORI

Jangka sorong merupakan alat ukur yang lebih teliti dari mistar ukur. Alat ukur ini
mempunyai banyak sebutan misalnya jangka sorong, jangka geser, mistar sorong,
mistar geser, schuifmaat atau vernier caliper. Pada batang ukurnya terdapat skala
utama dengan cara pembacaan sama seperti mistar ukur. Pada ujung yang lain
dilengkapi dengan dua rahang ukur yaitu rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak.
Dengan adanya rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak maka jangka sorong dapat
digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman dan ketinggian dari
benda ukur.

Di samping skala utama, jangka sorong dilengkapi pula dengan skala tambahan yang
sangat penting perannya di dalam pengukuran yang disebut dengan skala nonius. Skala
nonius inilah yang membedakan tingkat ketelitian jangka sorong.Skala ukur jangka
sorong terdapat dalam sistem inchi dan ada pula sistem metrik. Biasanya pada masing-
masing sisi dari batang ukur dicantumkan dua macam skala, satu sisi dalam
bentuk inchi dan sisi lain dalam bentuk metrik. Dengan demikian dari satu alat
ukur bisa digunakan untuk mengukur dengan dua sistem satuan sekaligus yaitu
inchi dan metrik. Ketelitian jangka sorong bisa mencapai 0.001 inchi atau 0.05 milimeter.
Untuk skala pembacaan dengan sistem metrik, terdapat jangka sorong dengan panjang
skala utama 150 mm, 200 mm, 250 mm, 300 mm, dan bahkan ada juga yang 1000
mm. Secara umum konstruksi dari jangka sorong dapat digambarkan seperti gambar
1.1 berikut ini.

1
Gambar 1.1. Bagian umum dari mistar ingsut dengan skala nonius.

Ada pula jangka sorong yang tidak dilengkapi dengan skala nonius. Sebagai penggantinya
maka dibuat jam ukur yang dipasangkan sedemikian rupa sehingga besarnya pengukuran
dapat dilihat pada jam ukur tersebut. Angka yang ditunjukkan oleh jam ukur adalah angka
penambah dari skala utama (angka di belakang koma yang menunjukkan tingkat ketelitian).
Pada jam ukur biasanya sudah dicantumkan tingkat kecermatannya. Ada yang tingkat
kecermatannya 0.10 mm, 0.05 mm dan ada pula yang sampai 0.02 milimeter.
Sedangkan untuk pembacaan dalam inchi, tingkat kecermatannya ada yang 0.10 inchi dan
ada yang 0.001 inchi. Untuk yang tingkat kecermatan 0.10 mm, satu putaran jarum
penunjuk dibagi dalam 100 bagian yang sama. Ini berarti, untuk satu putaran jarum
penunjuk rahang jalan akan bergerak 100 x 0.10 mm = 10 mm. Terdapat pulajangka
sorong dengan skala digital.Konstruksi dari jangka sorong dengan jam ukur dan digital dapat
dilihat pada Gambar 1.2. Untuk pembacaan dalam skala metrik maupun skala inchi
konstruksinya pada umumnya sama.

Gambar 1.2. Jangka Sorong dengan Jam Ukur dan Jangka Sorong Digital.

2
Agar pemakaian jangka sorong berjalan baik dan tidak menimbulkan
kemungkinankemungkinan yang dapat menyebabkan kerusakan, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, yaitu :

1. Gerakan rahang ukur gerak (jalan) harus dapat meluncur dengan kelicinan
(gesekan) tertentu sesuai denga standar yang diijinkan dan jalannya rahang
ukur harus tidak bergoyang.
2. Sebaiknya jangan mengukur benda ukur dengan hanya bagian ujung dari kedua
rahang ukur tetapi sedapat mungkin harus masuk agak kedalam.
3. Harus dipastikan bahwa posisi nol dari skala ukur dan kesejajaran muka rahang ukur
betul-betul tepat.
4. Pada waktu melakukan penekanan kedua rahang ukur pada benda ukur harus
diperhatikan gaya penekannya. Terlalu kuat menekan kedua rahang ukur akan
menyebabkan kebengkokan atau ketidaksejajaran rahang ukur. Disamping itu,
bila benda ukur mudah berubah bentuk maka terlalu kuat menekan rahang
ukur dapat menimbulkan penyimpangan hasil pengukuran.
5. Sebaiknya jangan membaca skala ukur pada waktu jangka sorong masih berada
pada benda ukur. Kunci dulu peluncurnya lalu dilepas dari benda ukur
kemudian baru dibaca skala ukurnya dengan posisi pembacaan yang betul.
6. Jangan lupa, setelah jangka sorong tidak digunakan lagi dan akan disimpan
ditempatnya, kebersihan jangka sorong harus dijaga dengan cara
membersihkannya memakai alat-alat pembersih yang telah disediakan misalnya
kertas tissue, vaselin, dan sebagainya.

D. ALAT DAN PERLENGKAPAN

1. Jangka sorong
2. Blok ukur (gauge block)
3. Meja rata
4. Alat–alat pembersih
5. Benda kerja.

E. KESELAMATAN KERJA

1. Jangka sorong dan benda ukur harus selalu dalam keadaan bersih
2. Tempatkan jangka sorong pada tempat yang aman sehingga tidak mudah
jatuh atau tertimpa benda yang lain.
3. Jangan hanya menggunakan ujung rahang bila melakukan pengukuran

F. LANGKAH KERJA

1. Langkah Kalibrasi

a. Periksa kelurusan bidang ukur kiri. ( L ).


b. Periksa kelurusan bidang ukur kanan. ( R ).
c. Periksa kelurusan pembacaan nol.
d. Lanjutkan dengan mengukur menggunakan blok ukur seperti pada tabel.
e. Catat setiap penyimpangan yang terjadi ke dalam tabel.

2. Langkah Pengukuran.

3
a. Mempersiapkan alat ukur dan benda kerja.
b. Ukur bagian–bagian benda kerja pada lokasi yang telah di tentukan dalam gambar.
c. Catatlah setiap hasil pengukuran kedalam tabel.
d. Sebelum dan sesudah praktek alat–alat ukur dan benda kerja serta perlengkapannya
harus dijaga tetap bersih.

G. PRAKTEK PENGUKURAN

A. Pengukuran Menggunakan Jangka Sorong (Satuan mm)

Berikut ini cara pembacaan dari jangka sorong (mm) :

Ketelitian: 0,1 mm

Skala Utama = > 1 Strip skala utama = 1 mm.


Skala Nonius = > terbagi dalam 10 Bagian
Maka ketelitian jangka sorong tersebut = 1 Skala Utama dibagi jumlah Skala Nonius = 1/10
bagian = 0,1 mm.

Perhatikan hasil pengukuran diatas. Cara membaca jangka sorong untuk melihat hasil
pengukurannya hanya dibutuhkan dua langkah pembacaan:
 Membaca skala utama: Lihat gambar diatas, 21 mm atau 2,1 cm (garis merah)
merupakan angka yang paling dekat dengan garis nol pada skala nonius persis di
sebelah kanannya. Jadi, skala utama yang terukur adalah 21mm atau 2,1 cm.
 Membaca skala nonius: Lihat gambar diatas dengan seksama, terdapat satu garis skala
utama yang yang tepat bertemu dengan satu garis pada skala nonius. Pada gambar
diatas, garis lurus tersebut merupakan angka 3 pada skala nonius. Jadi, skala nonius
yang terukur adalah 0,3 mm atau 0,03 cm.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran akhir, tambahkan kedua nilai pengukuran diatas.
Sehingga hasil pengukuran diatas sebesar 21 mm + 0,3 mm = 21,3 mm atau 2,13 cm.

4
1. Data Kalibrasi Jangka Sorong

Kelurusan Rahang Kiri (L) Lurus / Tidak Lurus


Kelurusan Rahang Kanan (R) Lurus / Tidak Lurus
Pembacaan Nol Tepat / Tidak Tepat
No
Kecermatan
Standart Pengamatan I
Merk/type/Seri
(mm) Nonius Digital

1 0

2 5

3 10

4 15

5 20

6 25

5
30

25
B
l
o
20
c
k
15
G
a
u 10
g
e
5

0 5 10 15 20 25 30

Pembacaan Jangka Sorong (mm)

2. Data Pengukuran Menggunakan Jangka Sorong (mm)

Pengamatan A
No Objek Ukur Merk/Tipe/Seri
J.S. Nonius J.S. Digital
1

10

Suhu ruang : …………….… Mengetahui :


Kelembaban : ………….…... Asisten/Laboran
Tgl. Praktikum : …….………... …….………..

6
3. Gambar Benda Kerja ( Beserta titik objek ukur) :

7
4. ANALISA DATA HASIL PENGUKURAN

Adapun pengolahan data dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut ini :
Jenis−Acuan
Persentase error = | Acuan
| x 100 %

Grafik hasil analisa data :

Objek Pengukuran

8
5. KESIMPULAN DAN SARAN

Diperiksa Catatan :

Tanggal :
Oleh :

Tanda Tangan :

NILAI :

9
B. Pengukuran Menggunakan Jangka Sorong (Satuan Inch)

Berikut ini cara pembacaan ketelitian dari jangka sorong (inch) :


 Jangka sorong Ketelitian 1/128 inch

Skala Utama = > 1 inch = 16 bagian, maka 1 Skala Utama = 1/16 inch.
Skala Nonius = > terbagi dalam 8 Bagian
Maka : Ketelitian jangka sorong tersebut = 1 Skala Utama dibagi jumlah Skala Nonius, yaitu
: 1/16 inch : 8 = 1/16 inch x 1/8 = 1/128 inch.

 Jangka sorong Ketelitian 1/1000 inch

Skala Utama = > 1 inch = 40 bagian, maka 1 Skala Utama = 1/40 inch.
Skala Nonius = > terbagi dalam 25 Bagian
Maka : Ketelitian jangka sorong tersebut = 1 Skala Utama dibagi jumlah Skala Nonius, yaitu
: 1/40 inch : 25 = 1/40 inch x 1/25 = 1/1000 inch = 0,001 inch

10
1. Gambar Benda Kerja ( Beserta titik objek ukur) :

11
2. Data Pengukuran Menggunakan Jangka Sorong (Satuan Inchi)

Pengamatan A
No Objek Ukur Merk/Tipe/Seri
J.S. Nonius J.S. Digital
1

10

Suhu ruang : …………….… Mengetahui :


Kelembaban : ………….…... Asisten/Laboran
Tgl. Praktikum : …….………... …….………..

3. ANALISIS DATA HASIL PENGUKURAN

Adapun pengolahan data dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut ini :
Jenis−Acuan
Persentase error = | | x 100 %
Acuan

12
Grafik hasil analisa data :

Objek Pengukuran
4. KESIMPULAN DAN SARAN

Diperiksa Catatan :

Tanggal :
Oleh :

Tanda Tangan :

NILAI :

13
PRAKTIKUM II
PENGUKURAN MENGGUNAKAN MIKROMETER
A. Teori Dasar
1. Mikrometer
Mikrometer adalah alat ukur yang memiliki ketelitian sampai satu per seratus millimeter
(0,01 mm). Ukuran mikrometer ditentukan oleh kemampuannya mengukur jarak minimum
dan jarak maksimum. Biasanya perbedaan antara minimum dan maksimum adalah dua
puluh lima millimeter (25 mm).
Secara umum, tipe dari mikrometer ada tiga macam yaitu mikrometer luar (outside
micrometer), mikrometer dalam (inside micrometer) dan mikrometer kedalaman (depth
micrometer). Meskipun mikrometer ini terbagi dalam tiga tipe yang masing-masing tipe
mempunyai bermacam-macam bentuk, akan tetapi komponen-komponen penting dan
prinsip baca skalanya pada umumnya sama. Gambar 1. berikut menunjukkan bagian-
bagian umum dari mikrometer luar.

Gambar 1. Mikrometer outside

14
2. Bagian – Bagian Mikrometer Outside:
a. Bingkai (frame)
Bingkai ini berbentuk huruf C terbuat dari bahan logam yang tahan panas serta dibuat
agak tebal dan kuat. Tujuannya adalah untuk meminimalkan peregangangan dan
pengerutan yang menggangu pengukuran.
b. Landasan (Anvil)
Landasan ini berfungsi sebagai penahan ketika benda diletakan diantara anvil dan
spindle.
c. Spindle (gelendong)
Spindle ini merupakan silinder yang dapat digerakan menuju landasan.
d. Pengunci (lock)
Pengunci ini berfungsi sebagai penahan spindle agar tidak bergerak ketika mengukur
benda.
e. Sleeve
Tempat skala utama.
f. Thimble
Tempat skala nonius berada
g. Ratchet Knob
Untuk memajukan atau memundurkan spindel agar sisi benda yang akan diukur tepat
berada diantara spindle dan anvil.

3. Cara Menggunakan Mikrometer


Mikrometer adalah alat ukur yang presisi. Oleh karena itu, dalam menggunakannya
harus dengan metode yang betul dan dengan cara yang hati-hati. Dengan demikian,
keselamatan alat ukur dan kesalahan pengukuran dapat dikontrol. Untuk itu ada
beberapa hal yang harus diperhatikan bila akan melakukan pengukuran dengan
menggunakan mikrometer. Hal-hal tersebut antara lain yaitu :
1) Permukaan bidang ukur dari benda ukur harus betul-betul bersih sehingga tidak ada
kotoran yang dapat merusakkan sensor alat ukur dan kemungkinan terjadinya kesalahan
pengukuran adalah kecil.
2) Sebelum melakukan pengukuran harus dipastikan terlebih dahulu apakah posisi nol
dari skala ukur sudah tepat. Kalau belum harus dilakukan penyetelan lebih dulu
dengan menggunakan kunci penyetel.
3) Bila tersedia alat pemegang mikrometer maka sebaiknya mikrometer diletakkan pada
alat pemegang tersebut sedemikian rupa sehingga posisinya memudahkan untuk
melakukan pengukuran. Bila tidak tersedia alat pemegang mikrometer maka

15
sebaiknya benda kerja dipegang dengan tangan kiri dan mikrometer dengan tangan
kanan. Aturlah posisinya sedemikian rupa sehingga skala ukurnya dapat dilihat dan
dibaca dengan mudah.
4) Penekanan poros ukur terhadap muka bidang ukur harus diperhatikan betul-betul,
tidak terlalu keras dan tidak terlalu lunak. Terlalu keras menekan poros ukur akan
cepat merusakkan ulir utama dan adanya kemungkinan untuk terjadinya perubahan
bentuk benda sehingga menimbulkan kesalahan pengukuran. Terlalu lunak menekan
poros ukur juga kan menimbulkan kesalahan pengukuran karena kemungkinan tidak
menyentuhnya sensor pada bidang ukur dapat terjadi. Oleh karena itu, untuk
memastikan tekanan poros ukur yang cukup dapat digunakan alat pembantu pemutar
silinder putar yaitu gigi gelincir (rachet). Penekanan poros ukur pada benda ukur dapat
diatur dengan gigi gelinchir ini begituuka poros ukur menempel pada muka bidang
ukur.

4. Cara pembacaan Mikrometer outside

Gambar 2. Cara Membaca Mikrometer Outside

16
Hasil pengukuran diatas :
a. Nilai ukur pada skala utama adalah sebesar 12 mm
b. Nilai ukur pada skala nonius adalah 32, sehingga nilainya adalah 32 x 0,01 mm = 0,32
mm.
c. Hasil pengukuran = Jumlah skala utama ditambah skala nonius yang terbaca. Sehingga
hasil pengukuran = 12 + 0,32 = 12,32 mm.

5. Kalibrasi
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat, maka alat ukur harusdikalibrasi
terlebih dulu sebelum digunakan untuk pengukuran. Kalibrasi pada micrometer outside
adalah sebagai berikut :
1) Bersihkan alat ukur yang akan digunakan.
2) Tempatkan mikrometer pada ragum dengan menjepitnya pada bagian tangkai
mikrometer
3) Ambil batang kalibrasi yang sesuai range-nya dan tempelkan salah satu ujungnya pada
anvil. (Pada mikrometer dengan spesifikasi range 0 ~ 25 mm tidak menggunakan
batang kalibrasi).
4) Putar thimble sehingga unjung spindle mendekati ujung lainnya dari batang kalibrasi.
5) Putar ratchet stopper untuk mengencangkan spindle hingga terdengar suara sebanyak 2
~ 3 putaran. (pastikan posisi batang kalibrasi sudah benar atau tidak miring).
6) Jika belum diposisi nol maka putar sleeve sampai menunjukkan posisi nol.

6. Cara Pemeliharaan Mikrometer


Pemeliharaan mikrometer harus diperhatikan betul-betul. Bila terjadi kerusakan kecil saja
pada mikrometer maka tingkat kecermatannya pun menjadi berkurang. Oleh karena itu,
cara menggunakan dan memelihara mikrometer ini harus dilakukan dengan baik. Setelah
dipakai harus dilap yang bersih dengan kain pembersih yang disediakan dan harus
diberi vaselin bila disimpan ditempatnya. Salah satu cara untuk mengecek tingkat
kecermatannya adalah dengan cara kalibrasi. Kalibrasi alat-alat ukur dalam jangka waktu
tertentu setelah digunakan perlu dilakukan untuk mengkalibrasi mikrometer adalah sebagai
berikut :
1) Mengecek apakah gerakan silinder putar atau poros ukur betul-betul stabil dalam arti
tidak ada goyangan.
2) Mengecek apakah kedudukan posisi nol dari skala ukur sudah tepat.
3) Mengecek apakah kedua muka ukur (sensor) mempunyai kerataan dan kesejajaran
bila dirapatkan.

17
4) Mengecek apakah harga-harga yang ditunjukkan oleh skala ukurnya betul-betul
menunjukkan harga yang benar menurut standar yang berlaku.
5) Mengecek apakah fungsi dari rachet dan pengunci poros ukur dapat berfungsi dengan
baik.
Bila hal-hal di atas dapat dilakukan dengan baik maka alat ukur mikrometer
keawetannya dapat dijamin dan tingkat kecermatannya pun bisa dipelihara. Ada dua
hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam pengecekan mikrometer tersebut yaitu
pemeriksaan kerataan dan kesejajaran muka ukur serta kebenaran skala ukurnya.

B. Pelaksanaan Praktek
Instruksi kerja :
a. Gunakan hand gloves.
b. Keluarkan outside micrometer dari tempatnya.
c. Bersihkan cairan pelumas dari alat ukur dengan kain yang telah disediakan.
d. Periksa kelengkapan alat ukur serta bagian-bagiannya.
e. Ambil outside micrometer dengan hati-hati.
f. Gerakkan poros ukursecara bebas dengan memutar gigi gelincir.
g. Jika belum bisa bergerak bebas, kendurkan pengunci poros ukur sampai poros ukur
dapat bergerak dengan lancar.
h. Periksalah apakah outside micrometer sudah dalam keadaan nol bila range skalanya dari
nol.
i. Jika belum, kalibrasi terlebih dahulu dengan menggeser skala tetap dengan
menggunakan peralatan yang telah disediakan, dimana skala utama dan skala
nonius harus di angka 0.
j. Kuncilah outside micrometer agar skala yang didapat tidak berubah.
k. Jika telah benar terkalibrasi, ukur benda kerja dengan menggerakkan poros ukur
menggunakan gigi gelincir sampai menempel pada sisi benda yang diukur.
l. Baca nilai skala utama kemudian tambahkan nilai pada skala nonius.
m. Catat nilai yang sudah terbaca.
n. Setelah selesai pengukuran bersihkan outside micorometer.
o. Kembalikan outside micrometer ketempat semula dengan rapi.

18
C. Gambar Benda Kerja ( Beserta titik objek ukur) :

19
D. Data Pengukuran Menggunakan Mikrometer

Hasil Pengamatan
No Objek Ukur Merk/Tipe/Spek
Mikro Analog Mikro Digital
1

10

Suhu ruang : …………….… Mengetahui :


Kelembaban : ………….…... Asisten/Laboran
Tgl. Praktikum : …….………... …….………..

20
E. Analisa Hasil Pengukuran

Adapun pengolahan data hasil pengukuran dapat dicari dengan menggunakan


persamaan berikut ini :
Jenis−Acuan
Persentase error = | Acuan
| x 100 %

21
Grafik hasil analisa data :

Objek Pengukuran
F. Kesimpulan Dan Saran

Diperiksa Catatan :

Tanggal :
Oleh :

Tanda Tangan :

NILAI :

22
PRAKTEK III
PENGUKURAN MENGGUNAKAN DIAL INDICATOR

A. Teori Dasar
Dial Indikator
Dial indikator merupakan sebuah alat ukur yang menggunakan prinsip kerja
pengubah mekanik yaitu pada pasangan roda gigi dengan batang gigi yang digunakan
dalam dial indikator. Dial indikator terdiri atas beberapa bagian utama, yaitu sensor
pengubah berupa batang gigi, roda gigi dan pegas, serta bagian penunjuk berupa
jarum dan skala. Dial indikator merupakan alat ukur pembanding yang banyak digunakan
dalam industri pemesinan dibagian produksi.
Dial indikator atau juga dikenal dengan nama dial gauge ini ialah alat ukur dengan skala
pengukuran yang sangat kecil, contohya pada pengukuran pergerakkan suatu
komponen (backlash out) dan pengukuran kerataannya (round out). Dial gauge ini
merupakan tools yang tidak dapat berdiri sendiri, artinya ia mesti dipasangkan pada
suatu alat bantu yang disebut magnetic base, sebagai pemegang dial gauge dan
berfungsi untuk mengatur posisi dari dial gauge pada tempat atau permukaan benda
yang diukur.

Gambar 1. Dial Indikator

23
Fungsi dial indikator adalah sebagai berikut :
1. Memeriksa kerataan dari permukaan benda.
2. Memeriksa penyimpangan yang kecil pada bidang datar, benda bulat, benda permukaan
lengkung.
3. Memeriksa penyimpangan eksentris.
4. Memeriksa kesejajaran permukaan benda.
5. Menyetel kesentrisan benda pada pencekam mesin bubut.
6. Memeriksa penyimpangan bantalan pada poros engkol.
Dalam pengukuran kebulatan ini, alat utama yagn digunakan adalah dial indikator.
Namun dalam pelaksanaan pengukuran dial indikator tidak dapat berperan sendiri,
masih dengan menggunakan alat bantu seperti meja rata, v-blok dan batang penyangga
dial indikator. Disini ada beberapa komponen dari dial indikator tersebut, yaitu seperti
pada gambar 2 dibawah ini.

Gambar 2. Bagian-Bagian Dial Indikator

Komponen-komponen dial indikator, yaitu :


1. Plunjer adalah komponen bersentuhan langsung dengan benda ukur.
2. Spindle merupakan komponen terpenting, ketelitian putaran harus dijaga setinggi
mungkin untuk keberhasilan alat ukur.
3. Jarum pendek merupakan penghitung putaran dari jarum jam panjang pada skala
besar.
4. Jarum panjang merupakan penunjuk hasil pengukuran dengan tiap stripnya bernilai
0,01 mm.

24
5. Outer ring merupakan penyetelan agar posisi jarum panjang diangka nol.
6. Sensor merupakan jarum dari tungsten carbida.
7. Dudukan magnet berfungsi untuk menyatukan poros penyangga .
8. Gambaran skrup penyetel posisi plunjer berguna untuk penekan plunjerterhadap benda
ukur.
9. Switch magnet berguna untuk mematikan magnet atau kerja system magnet, dan
menghidupkan kerja sistem magnet.
10. Gauge beam lock untuk menggabungkan penyangga atau mengunci penyangga.

Dalam melakukan pengukuran kebulatan, ada beberapa cara yang perlu dilakukan
agar hasil pengukuran maksimal. Salah satunya seperti pada gambar 3 dibawah ini.

Gambar 3. Cara Peletakan Dial Indikator

Cara penggunaannya adalah sebagai berikut :


1. Pasang contact point dengan dial indikator.
2. Pasang dial indikator pada standya.
3. Tempelkan contact point pada benda kerja yang akan diukur.
4. Kendorkan screw pengikat pada skala dan posisikan angka nol sejajar dengan
jarum penunjuk (jarum panjang), lalu kencangkan lagi screw pengikat.
5. Gerakkan benda kerja sesuai kebutuhan.
6. Baca nilai penyimpangan jarum penunjuk pada skala.
7. Untuk mendapatkan hasil yang benar, harus diketahui ketelitian skala dial gauge
yang kita gunakan.

25
Cara membaca skala dan hasil dari alat ukur kebulatan untuk dial gauge metric (mm)
adalah skala utama ditunjukkan dengan jarum panjang (long hand), satu putaran jarum
panjang (dari nol ke nol = 100 strip) menandakan skala 1mm, dan akan ditunjukkan
dengan pergerakkan jarum pendek (short hand) sejauh 1 strip yang berarti probe
spindle bergerak sejauh 1mm. 1 putaran jarum pendek berarti nol ke nol sebanyak 10
strip atau sama dengan 10 x 1mm = 10mm atau 1cm. Sehingga tingkat akurasi (1 strip
jarum panjang) dial gauge metric adalah 1 mm dibagi 100 strip sama dengan 0,01 mm.

B. Pelaksanaan Praktek
Alat – alat yang digunakan :
1. V Block
2. Magnetic Base
3. Meja Rata
4. Spesimen
5. Dial Indicator
Langkah kerja :
1. Ukur panjang benda kerja yang digunakan, kemudian bagi menjadi 15 bagian yang sama
(titik ukur) seperti pada gambar 4.
2. Beri tanda pada setiap titik ukur menggunakan balpoint / spidol.
3. Letakkan spesimen / benda kerja pada V block.
4. Tempelkan alat ukur pada permukaan benda / spesimen yang ingin di ukur.
5. Geser alat ukur dengan hati – hati sesuai dengan urutan titik ukur dan ingat tidak boleh
adanya goyangan.
6. Ketika alat ukur di geserkan maka jarum pada dial indicator pada benda ukur akan
bergerak ,kemudian tulis nilainya apabila jarum indicator bergerak searah jarum jam
maka nilainya minus ( + ) dan berlawanan jarum jam maka nilainya plus ( - ).
7. Ulangi kegiatan tersebut sebanyak 3 kali, kemudian catat hasil pengukuran kedalam
tabel.
8. Setelah itu hitung rata – rata hasil pengukurannya dan buatlah grafik.

Gambar 4. Contoh spesimen / benda kerja

26
C. Tabel Hasil Pengukuran
Titik Pengukuran Pengukuran Pengukuran Rata- Pengukuran
No
Ukur 1 2 3 Rata Digital

Grafik Hasil Pengukuran

27
D. Analisa Hasil Pengukuran

Adapun pengolahan data hasil pengukuran dapat dicari dengan menggunakan


persamaan berikut ini :
Jenis−Acuan
Persentase error = | Acuan
| x 100 %

28
Grafik hasil analisa data :

Objek Pengukuran

E. Kesimpulan Dan Saran

Diperiksa Catatan :
Tanggal :
Oleh :
Tanda Tangan :

NILAI :

29
PRAKTEK IV
PENGUKURAN MENGGUNAKAN HEIGHT GAUGE
A. Teori Dasar
1. Mistar Ingsut / Height Gauge
Mistar Ingsut Pengukur Tinggi (Vernier Height Gauge) adalah salah satu alat ukur yang
prinsip pembacaannya sama dengan mistar ingsut tetapi penggunaannya hanya untuk
mengukur ketinggian. Sistem pembacaannya ada yang menggunakan skala
vernier(nonius) dan ada juga yang menggunakan jam ukur. Salah satu bagian dari alat
ukur ketinggian ini juga dapat digunakan untuk penggambaran (menggores) pada
bagian permukaan benda kerja. Secara keseluruhan alat ukur ini dapat digunakan
untuk mengukur tinggi, menggambar garis, membandingkan ketinggian, mengukur
kemiringan, mengukur jarak senter lubang (dengan bantuan peraba senter), dan
membandingkan kedalaman. Adapun gambaran bentuk dari mistar ingsut ketinggian
tersebut dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Bagian-bagian umum mistar ingsut pengukur ketinggian.

2. Cara Penggunaan
Pada gambar 2 ditunjukkan caranya mengukur ketinggian. Sebelum digunakan,
posisi nol harus disetel terlebih dahulu. Untuk mengukur ketinggian, rahang ukur
harus diletakkan secara perlahan-lahan di atas muka ukur, agar kerusakan rahan

30
ukur dan kesalahan pengukuran dapat dihindari. Pada gambar 3 menunjukkan cara
melakukan penggoresan pada bidang ukur.

Gambar 2. Mengukur tinggi Gambar 3. Menggores

B. Pelaksanaan Praktek
Alat – alat yang digunakan :
1. Height Gauge
2. Meja Rata
3. Spesimen / Benda Kerja

Langkah Kerja :
1. Amatilah height gauge yang ada di bengkel / laboratorium anda !
2. Cermati masing-masing bagian height gauge tersebut dan cobalah untuk mengerti fungsi-
fungsinya !
3. Berapa tingkat ketelitian height gauge tersebut ?
4. Siapkan alat ukur height gauge.
5. Siapkan benda kerja / Spesimen.
6. Letakkan height gauge dan benda kerja diatas meja perata.
7. Ukurlah benda kerja.
8. Tulislah hasil pengukuran pada kolom yang telah tersedia.

31
C. Gambar Benda Kerja ( Beserta titik objek ukur)

32
D. Tabel Hasil Pengukuran
Titik Pengukuran Pengukuran Pengukuran Rata-
No
Ukur 1 2 3 Rata

F. Kesimpulan Dan Saran

Diperiksa Catatan :
Tanggal :
Oleh :

Tanda Tangan :

NILAI :

33
PRAKTEK V
PENGUKURAN SUDUT
A. Teori Dasar
1. Busur Baja (Protractor)
Busur baja merupakan alat ukur sudut yang hasil pengukurannya dapat langsung
dibaca pada skala ukurnya. Alat ini dibuat dari pelat baja dan dibentuk setengah lingkaran
dan diberi batang pemegang serta pengunci. Pada pelat setengah lingkaran itulah
dicantumkan skala ukuran sudutnya. Untuk memudahkan, pelat berbentuk lingkaran yang
berskala ini kita sebut dengan piringan skala utama. Antara piringan skala utama dengan
batang penegang dihubungkan dengan pengunci yang mempunyai fungsi untuk
mematikan gerakan dari piringan skala utama waktu mengukur.
Busur baja ini hanya mempunyai ketelitian sampai 1°. Piringan skala setengah
lingkaran diberi skala sudut dari 0° sampai 180° secara bolak balik. Satu skala kecil
besarnya sama dengan 1°. Busur baja ini cocok digunakan untuk mengukur sudut-sudut
benda ukur terutama yang terbuat dari pelat. Di samping itu untuk pengukuran yang
cepat alat ini tepat juga untuk mengukur sudut-sudut alat potong cutting toolmisalnya sudut
dari mata bor drillatau muka pahat bubut. Untuk mengukur sudutsudut yang kecil atau
terpancung, maka dalam menggunakan busur baja ini dapat dibantu dengan penyiku.
Gambar-gambar berikut ini menunjukkan gambar dari busur baja dan contoh-contoh
penggunaannya.

Gambar 1. Busur baja (protractor)

34
Gambar 2. Mengukur sudut benda ukur.

2. Busur Bilah (Universal Bevel Protractor)


Alat ukur sudut ini penggunaanya lebih luas dari pada busur baja. Gambar 3
menunjukkan sebuah busur bilah. Dari gambar tersebut nampak bahwa bagian-bagian
dari busur bilah adalah piringan skala utama, skala nonius (vernier), bilah utama,
badan/landasan, kunci nonius dan kunci bilah. Skala utama mempunyai tingkat
kecermatan hanya 1 derajat. Dengan bantuan skala nonius maka busur bilah ini
mempunyai ketelitian sampai 5 menit. Kunci nonius digunakan untuk menyetel skala nonius
dan kunci bilah digunakan untuk mengunci bilah utama dengan piringan skala utama.
Dengan adanya bilah utama dan landasan maka busur bilah ini dapat digunakan
untuk mengukur sudut benda ukur dengan berbagai macam posisi. Untuk hal-hal
tertentu biasanya dilengkapi pula dengan bilah pembantu. Bilah utama dan bilah
pembantu bisa digeser-geserkan posisinya sehingga proses pengukuran sudut dapat
dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip pengukuran yang betul.

Gambar 3. Busur bilah (universal bevel protractor)

35
Bagian Bagian Bevel Protactor
Berikut bagian – bagian pada alat ukur bevel protractor :
1. Skala Utama
Skala utama merupakan bagian bevel protractor yang berupa piringan busur derajat yang
dapat diputar dengan pembagian sudut dalam derajat serta diberi nomor 0 – 90 – 0 – 90
(skala dari kiri ke kanan).
2. Pelat dasar
Pelat dasar atau landasan merupakan bagian yang menyatu dengan piringan. Pelat
dasar berfungsi sebagai penahan atau landasan pada permukaan benda ukur ketika
dilakukan pengukuran sudut.
3. Skala Nonius
Skala nonius terdapat pada piringan busur derajat dengan tingkat ketelitian mencapai 5
menit.
4. Kaca pembesar
Pada beberapa jenis bevel protractor desrtakan sebuah kaca pembesar yang berfungsi
untuk mempermudah dalam hal pembacaan skala utama dan skala nonius yang saling
sejajar.
5. Bilah
Bilah merupakan bagian pada bevel protractor yang berfungsi sebagai landasan dan
berbentuk pelat memanjang dengan kedua ujungnya membentuk sudut. bilah sangat
dinamis dan dapat digeser maupun dipindah sesuai dengan bentuk permukaan dari benda
ukur.
6. Pengunci Bilah
Pengunci bilah berfungsi mengunci bilah agar tidak bergerak maupun bergeser ketika
dilakukannya pengukuran sudut.
7. Pengunci Skala
Pengunci skala berfungsi untuk mengunci skala atau piringan agar tidak bergerak
maupun bergeser ketika dilakukan pengukuran sudut.

Prinsip Kerja Bevel Protractor


Prinsip pembacaan alat ukur bevel protractor tidak berbeda jauh dengan prinsip
pembacaan pada jangka sorong, hanya saja pada bevel protractor skala utamanya dalam
satuan derajat sedangkan skala nonius dalam satuan menit. Yang perlu diperhatikan adalah
pada pembacaan skala nonius harus satu arah dengan arah pembacaan pada skala utama.
Jadi, perlu diperhatikan dengan baik ke mana arah bergesernya garis nol pada skala nonius
terhadap garis pada skala utama.

36
Fungsi Bevel Protractor
Bevel protractor merupakan alat ukur yang biasa digunakan untuk mengukur besaran
sudut pada suatu benda kerja atau digunakan pada kedua buah permukaan untuk
menentukan besar sudut antara kedua permukaan tersebut. fungsi lain dari bevel protractor
yaitu dalam pekerjaan menggambar serta menandai. Bevel protractor dibuat dengan
beberapa jenis dan bentuk, sesuai dengan jenis kegunaannya dan tingkat ketelitian alat
tersebut.

Cara Menggunakan Bevel Protractor


Cara penggunaan Bevel Protactor dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Cara menggunakan Bevel Protactor

37
Berikut langkah-langkah dalam penggunaan alat ukur bevel protractor :
1. Pertama posisikan benda kerja atau benda ukur.
2. Kemudian gerakan bilah dan tempelkan pada kedua permukaan benda ukur yang akan
dilakukan pengukuran sudut.
2. Kemudian gerakkan bilah dan tempelkan pada kedua permukaan benda ukur yang kan
dilakukan pengukuran sudut.
3. Kunci bilah serta kunci piringan skala agar tidak bergeser.
4. Kemudian baca hasil pengukuran pada skala utama dan skala nonius.

Cara Membaca Skala Bevel Protractor


Berikut cara membaca skala dan ukuran pada alat ukur bevel protractor :
1. Pertama, baca ukuran yang tertera pada skala utama.
2. Kemudian baca ukuran yang ditunjukkan pada skala nonius.
3. Jumlahkan hasil pembacaan ukuran pada skala utama dan skala nonius.

Contoh Pembacaan Skala Bevel Protraktor


Contoh 1

Berdasarkan gambar tersebut, skala nonius bagian bawah angka 0 tepat berada pada
garis ke-12 pada skala derajat sehingga dapat disimpulkan hasil pengukuran tersebut yaitu
12 derajat.

38
Contoh 2

Terlihat pada gambar angka 0 pada skala nonius berada diantara garis ke 12 dan 13
derajat dan garis skala nonius yang sejajar dengan skala utama berada pada garis ke-3
dengan jarak tiap garis pada skala nonius bernilai 5 menit maka diperoleh 12° + (3 x 5`) =
12° 15` (12 derajat 15 menit).

B. Pelaksanaan Praktek
Alat – alat yang digunakan :
1. Busur Baja
2. Bevel Protactor
3. Meja Perata
4. Spesimen / Benda Kerja

Langkah Kerja :
1. Siapkan alat ukur
2. Siapkan benda kerja / Spesimen.
3. Letakkan alat ukur dan benda kerja diatas meja perata.
4. Ukurlah sudut benda kerja menggunakan busur baja dan bevel protactor.
5. Tulislah hasil pengukuran pada kolom yang telah tersedia.

39
C. Gambar Benda Kerja ( Beserta titik objek ukur)

40
E. Tabel Hasil Pengukuran
Pengukuran Pengukuran Bevel
No Titik Ukur
Busur Baja Protactor

G. Kesimpulan Dan Saran

Diperiksa Catatan :
Tanggal :
Oleh :

Tanda Tangan :

NILAI :

41
42

Anda mungkin juga menyukai