Anda di halaman 1dari 18

Teknologi Mekanik I

BAB 1 ALAT UKUR

Tujuan Instruksional Umum


Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat menggunakan mistar ingsut
nonius untuk mengukur benda ukur dengan benar
Tujuan Instruksional Khusus
Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menyebutkan jenis alat ukur di bidang metrologi industri.
2. Menjelaskan perbedaan antara alat ukur linier langsung dengan alat ukur
linier tak langsung.
3. Menyebutkan contoh alat ukur linier langsung.
4. Menyebutkan dan menjelaskan nama bagian-bagian mistar ingsut serta
fungsi masing-masing bagian tersebut.
5. Menjelaskan cara membaca kecermatan mistar ingsut
6. Menjelaskan cara menggunakan mistar ingsut nonius
7. Menjelaskan cara menggunakan pupitas
8. Menjelaskan cara menggunakan busur baja
9. Menjelaskan cara menggunakan busur bilah
10. Menjelaskan cara menggunakan profil proyektor

1.1 Pendahuluan
Keterampilan seseorang dalam melakukan proses pengukuran serta kemampu-
an untuk menganalisis hasil pengukuran sangat bergantung pada pengetahuan
mengenai alat ukur dan cara pemakaiannya. Sementara itu jenis alat ukur yang
dikenal dalam metrologi industri amat beraneka ragam, mulai dari yang umum
penggunaannya sampai dengan yang khusus dibuat untuk suatu tujuan peng-
ukuran tertentu.
Dari segi pemakaiannya alat ukur dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Alat ukur linier langsung
2. Alat ukur linier tak langsung
3. Alat ukur sudut
4. Alat ukur kedataran, kelurusan dan kerataan
5. Metrologi ulir
6. Metrologi roda gigi
7. Alat ukur kebulatan dan beberapa kesalahan bentuk
8. Alat ukur kekasaran permukaan

1.2 Alat ukur linier

1.2.1 Alat ukur linier langsung


Dengan alat ukur linier langsung maka hasil pengukuran dapat langsung
dibaca pada bagian penunjuk (skala) dari alat ukur tersebut.

1.2.1.1 Mistar ukur


Mistar adalah alat ukur linier yang paling sederhana. Biasanya berupa pelat
baja atau kuningan dimana pada kedua sisi dari salah satu permukaannya
1 / 18
Teknologi Mekanik I

diberi skala (metrik dan inci). Panjang skala ukurannya (kapasitas ukur)
adalah 100 mm – 1000 mm dengan kecermatan 0,5 atau 1 mm. Pengukuran
dilaksanakan dengan menempelkan mistar ini pada obyek ukur sehingga
panjang obyek ukur dapat langsung dibaca pada skala mistar ukur. Ujung
mistar kadang-kadang diberi berkait, sehingga pengukuran dapat dimulai
dari ujung benda yang diukur

Gambar 1. 1 Mistar ukur

1.2.1.2 Meteran lipat


Meteran lipat biasanya dibuat dari aluminium atau baja, melihat konstruksi-
nya maka meteran lipat sebetulnya merupakan gabungan dari mistar ukur
dengan sambungan engsel pada setiap ujungnya. Mengingat kemungkinan
ausnya engsel dan ketidak lurusan garis pengukuran sewaktu melakukan
pengukuran, maka meteran lipat tidak akan memberikan hasil yang lebih
baik dibandingkan dengan penggunaan mistar ukur biasa.

Gambar 1. 2 Meteran lipat

1.2.1.3 Meteran gulung


Meteran gulung dibuat dari plastik, kain atau pelat baja tipis yang dapat
digulung dan ditempatkan dalam suatu wadah. Penggulungannya dapat
dipermudah dengan bantuan suatu pegas. Pada ujung pelat diberi kaiatan
atau gelang guna mempermudah pengukuran.

Gambar 1. 3 Meteran gulung

2 / 18
Teknologi Mekanik I

1.2.1.4 Mistar ingsut


Mistar ingsut kadang-kadang disebut sebagai mistar geser, jangka sorong,
jangka geser, schuifmaat atau vernier caliver. Sama seperti pada mistar ukur,
terdapat skala linier pada batang mistar ingsut, sedangkan perbedaannya
terletak pada cara pengukuran obyek ukur. Pada mistar ingsut terdapat
rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak yang berfungsi sebagai sensor yang
menjepit obyek ukur pada saat dilakukan pengukuran. Kedua rahang ukur
ini harus kuat dan kaku serta memiliki permukaan yang lurus dan sejajar.
Batang ukurnya dibuat kaku dengan permukaan yang keras sehingga tidak
mudah melentur dan tahan aus sebab rahang ukur gerak harus menggeser
pada permukaan batang ini. Pembacaan skala linier (skala utama) dilakukan
melalui garis indeks yang terletak pada peluncur (yang bersatu dengan
rahang ukur gerak) dan kecermatan pembacaannya lebih baik dari mistar
ukur (lebih kecil dari 0,5 mm), karena dibantu dengan adanya skala nonius.
Untuk meningkatkan kecermatan pembacaan, maka selain mistar ingsut
dengan skala nonius, terdapat mistar ingsut yang dilengkapi dengan jam
ukur, sehingga dikenal dua jenis mistar ingsut, yaitu mistar ingsut nonius
dan mistar ingsut jam.

1.2.1.4.1 Mistar ingsut nonius


Ada dua jenis utama mistar ingsut sebagaimana yang ditunjukkan pada
gambar 1.4. Jenis pertama hanya digunakan untuk mengukur dimensi luar
dan dimensi dalam, sedangkan pada jenis kedua selain untuk mengukur
dimensi luar dan dimensi dalam dapat juga digunakan untuk mengukur
kedalaman. Mistar ingsut memiliki kapasitas ukur antara 100 mm sampai
dengan 1000 mm, tetapi pada umumnya memiliki kapasitas ukur 150 mm.
Kecermatan pembacaan pada mistar ingsut bergantung pada skala nonius
yang dimilikinya, yaitu kecermatan 0,1 mm, 0,05 mm atau 0,02 mm

jenis 1

jenis 2

Gambar 1. 4 Mistar ingsut nonius

3 / 18
Teknologi Mekanik I

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat menggunakan mistar


ingsut adalah sebagai berikut :
 Rahang ukur gerak harus dapat meluncur pada batang ukur dengan
baik tanpa terjadi goyangan.
 Periksa kedudukan nol dan kesejajaran dari permukaan kedua rahang.
 Pengukuran sedapat mungkin tidak dilakukan dengan menempatkan
obyek ukur pada ujung rahang ukur akan tetapi tempatkanlah agak
kedalam.
 Tekanan yang kuat pada rahang ukur atau lidah ukur kedalaman me-
mungkinkan terjadinya lendutan pada lidah ukur kedalaman tersebut
yang dapat mengakibatkan kesalahan pengukuran. Ketelitian
pengukuran dipengaruhi oleh besarnya tekanan yang diberikan.
Untuk mendapatkan tekanan yang sama perlu dilakukan sehingga
ujung jari yang menggerakkan peluncur dapat merasakan tekanan
pengukuran yang baik. Apabila ada, gunakan mur penggerak halus
(fine adjustmen nut).
 Pembacaan skala nonius dapat dilakukan setelah mistar ingsut
diangkat dari obyek ukur secara hati-hati, yaitu dengan mengunci
peluncur. Miringkanlah posisi mistar ingsut sehingga bidang skala
nonius sejajar dengan bidang pandang agar mempermudah penentuan
garis nonius yang segaris dengan garis skala utama.
 Jangan gunakan mistar ingsut untuk menggaris, memukul ataupun
untuk mengukur obyek ukur yang masih berputar pada mesin bubut.
Beberapa penggunaan yang dapat dilakukan dengan mistar ingsut
ditunjukkan pada gambar 1.5

a b c d

a. Mengukur ketebalan, dimensi luar atau diameter luar


b. Mengukur kedalaman
c. Mengukur tingkat
d. Mengukur dimensi dalam atau diameter dalam

Gambar 1. 5 Contoh pemakaian mistar ingsut

1.2.1.4.2 Mistar ingsut jam (dial caliper)


Mistar ingsut jam adalah mistar ingsut yang dilengkapi jam ukur sebagai
pengganti dari skala nonius. Gerak lurus dari sensor diubah menjadi gerak
putar jarum penunjuk dengan perantaraan roda gigi pada poros jam ukur
dan batang bergigi yang melekat di tengah-tengah sepanjang batang
mistar.

4 / 18
Teknologi Mekanik I

Gambar 1. 6 Mistar ingsut jam


Kecermatan mistar ingsut jam sama seperti mistar ingsut nonius. Pada
mistar ingsut jam dengan kecermatan 0,1 mm, satu putaran jarum penunjuk
terbagi dalam 100 bagian skala, yang berarti satu putaran jarum penunjuk
disebabkan oleh pergeseran sensor (rahang ukur gerak) sejauh 100 x 0,1 mm
atau 10 mm. Tiap sepuluh bagian skala jam ukur diberi angka satuan mm,
dengan demikian pembagian skala utamanya (pada batang ukur) cukup
dalam selang 1 cm saja. Pembagian skala untuk kecermatan 0,1 mm dan
untuk kecermatan yang lain terdapat pada tabel 1.1.

Tabel 1. 1 Pembagian skala dari beberapa kecermatan mistar ingsut jam


Pergeseran sensor Pembagian
Kecermatan per satuan Letak angka dalam setiap skala utama
putaran dalam selang
0,1 mm 10 mm 10 bagian 1 cm
0,05 mm 5 mm 20 bagian 1 mm
0,02 mm 2 mm 5 bagian dalam satuan 0,1mm 1 mm

Suatu jenis mistar ingsut jam sebagaimana yang diperlihatkan pada


gambar 1.6, selain berfungsi sebagai mistar ingsut biasa juga dapat
berfungsi sebagai kaliber yang digunakan untuk memeriksa toleransi
dimensi produk dalam jumlah yang banyak. Jam ukurnya dapat bergerak
bebas dari peluncur (rahang ukur gerak). Setelah rahang ukur distel
(dikunci sesuai dengan ukuran nominal dari produk yang akan diukur)
maka kedudukan jam ukur dikunci pada batang ukurnya. Kemudian
piringan jam ukur distel nol, dengan demikian peluncur dapat dikendorkan
lagi, guna mengukur produk. Penyimpangan terhadap diameter nominal
dapat dibaca pada jam ukur karena mempunyai poros yang berpegas
sehingga selalu menekan peluncur rahang ukur gerak.

1.2.1.4.3 Mistar ingsut ketinggian (Kaliber tinggi/ height gauge)


Alat ukur ini dilengkapi dengan rahang ukur yang dapat bergerak vertikal
relatif terhadap batang berskala yang tegak lurus dengan landasannya.
Permukaan rahang ukur sejajar dengan permukaan bawah landasan,
dengan demikian garis pengukuran adalah tegak lurus dengan permukaan
bawah dari landasan. Oleh karena itu di dalam proses pengukuran dengan
menggunakan alat ini diperlukan suatu bidang datar yang berfungsi
sebagai referensi. Pada umumnya digunakan meja rata yang merupakan
satu-satunya alat ukur bantu yang harus dipakai untuk meletakkan mistar
ingsut bersama-sama dengan benda ukurnya.
5 / 18
Teknologi Mekanik I

Pada jenis tertentu, skala utama pada batang ukur dapat diatur ke-
tinggiannya dengan menggunakan penyetel yang terletak di puncaknya.
Dengan demikian pembacaan ukuran dapat diatur mulai dengan bilangan
bulat, sehingga mempermudah perhitungan hasil pengukuran.

Gambar 1. 7 Bagian-bagian utama mistar ingsut ketinggian


Pada jenis yang lain alat tersebut dilengkapi dengan jam ukur beserta
penunjuk berangka mekanik atau elektronik. Pada saat memulai
pengukuran, untuk suatu kedudukan rahang ukur, angka pada penunjuk
berangka dapat distel nol, sehingga pada saat akhir pengukuran hasil
pengukuran dapat langsung diketahui.

6 / 18
Teknologi Mekanik I

Gambar 1. 8 Mistar ingsut ketinggian dengan penunjuk berangka elektronik


dan mekanik
Dengan peralatan lain yang dipasang pada peluncur maka mistar ingsut
ketinggian ini dapat dipakai untuk bermacam-macam keperluan, antara
lain :

a b c
Gambar 1. 9 (a) Mengukur, (b) Menggores, (c) Membanding tinggi.

a. Mengukur ketinggian, yaitu mengukur tinggi suatu permukaan relatif


terhadap bidang datar (permukaan meja rata) atau terhadap permukaan
lain dari benda ukur. Permukaan rahang ukur harus dengan hati-hati
ditempelkan pada permukaan benda ukur, jika perlu gunakan mur
penyetel halus. Penekanan yang terlalu kuat atau benturan yang terlalu
keras akan menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pengukuran,
karena rahang ukur akan melentur atau posisi mistar ingsut menjadi
miring.

7 / 18
Teknologi Mekanik I

b. Membuat garis gores. Ujung rahang ukur biasanya berbentuk runcing


serta dibuat dari karbida yang sangat keras sehingga dapat digunakan
untuk membuat garis pada benda kerja pada suatu kedudukan
(ketinggian) tertentu. Goresan garis ini diperlukan bagi pekerjaan
selanjutnya, karena dalam banyak hal gambar gores pada permukaan
benda kerja akan membantu operator mesin perkakas untuk menyetel
posisi pahatnya relatif terhadap benda kerja.

c. Alat ukur pembanding. Rahang ukur dapat diganti dengan jam ukur
(dial comparator) sehingga selisih ketinggian dari dua permukaan yang
hampir sama tingginya dapat dibaca pada jam ukur. Pupitas dapat juga
dipasang pada peluncur, dengan demikian dimungkinkan dilakukannya
pengukuran dengan kecermatan yang lebih tinggi. Pembacaan skala
mistar ingsut dilakukan setelah jarum pada skala pupitas menunjuk
angka nol.

1.2.1.5 Beberapa contoh pembacaan mistar ingsut nonius

Gambar 1. 10 Pembacaan dengan satuan mm

8 / 18
Teknologi Mekanik I

Gambar 1. 11 Pembacaan dengan satuan inchi

Gunakan gambar pembacaan mistar ingsut (gambar A sampai dengan J) di


bawah ini untuk latihan.

9 / 18
Teknologi Mekanik I

1.2.2 Alat ukur linier tak langsung


Tidak semua masalah pengukuran dapat diatasi dengan menggunakan alat ukur
langsung, karena dalam beberapa hal mungkin diperlukan kecermatan yang
lebih tinggi atau kondisi obyek ukur tidak memungkinkan dalam penggunaan
alat ukur langsung. Untuk itu diperlukan cara pengukuran tak langsung yang
dilaksanakan dengan meenggunakan dua jenis alat ukur yaitu alat ukur standar
dan alat ukur pembanding. Beberapa macam alat ukur dari dua jenis alat ukur
tersebut antara lain adalah :

1. Alat ukur standar :


 Blok ukur (gauge block)
 Batang ukur (length bar)
 Kaliber induk tinggi (height master)
2. Alat ukur pembanding :
 Jam ukur (dial indicator)
 Jam ukur test/ Pupitas (dial test indicator)
 Pembanding (comparator)

Materi kuliah teknologi mekanik I hanya akan membahas jam ukur


test/pupitas (dial test indikator), sedangkan alat ukur linier tak langsung
lainnya akan dibahas pada teknologi mekanik II

1.2.2.1 Pupitas/ Jam ukur test (dial test indicator)


Pupitas adalah sejenis jam ukur dengan kapasitas pengukuran yang lebih
kecil (0,8 mm atau 0,2 mm), sebab lintasan gerakan sensor tidak merupakan
garis lurus, melainkan berupa busur yang pendek.


Alat ukur ini sudah digunakan untuk praktikum pemesinan (freis) di semester satu.
10 / 18
Teknologi Mekanik I

Gambar 1.12 Pupitas


Posisi jarum peraba (sensor) dapat diatur sehingga dapat membuat sudut
atau sejajar dengan sumbu badan pupitas. Pada setiap kedudukan tersebut
sensor dapat digerakkan secara perlahan-lahan melintasi busur yang pendek
dengan arah tertentu sehingga jarum jam penunjuk bergerak searah jarum
jam. Setelah jarum penunjuk bergerak satu putaran lebih sedikit maka
penekanan pada sensor lebih lanjut tidak akan menggerakkan jarum
penunjuk melainkan hanya akan mengubah posisi sensor (dengan demikian
posisi nol berubah). Gerakan pengukuran dapat diubah dengan mengubah
posisi kunci pada badan pupitas, sehingga memungkinkan pengukuran
permukaan pada dua arah (menghadap ke atas atau ke bawah). Suatu jenis
pupitas yang lain mampu mengukur dalam dua arah gerakan pengukuran
(tanpa kunci pengubah).
Kedudukan sensor sewaktu melakukan pengukuran harus diperhatikan,
sebab dalam segala hal garis pengukuran harus berimpit dengan garis
dimensi dari obyek ukur. Sesungguhnya garis pengukuran dari sensor
pupitas adalah berupa busur, akan tetapi karena kecilnya sudut gerakan
sensor maka panjang busur tersebut hampir sama dengan tali busurnya.
Dengan demikian tali busur ini harus tegak lurus terhadap permukaan benda
ukur atau dengan kata lain posisi sensor harus sejajar dengan permukaan
benda ukur. Apabila posisi sensor terlalu miring maka akan terjadi kesalahan
cosinus sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar 1.25.
Karena lemahnya tekanan sensor maka pupitas sangat sesuai sebagai alat
ukur pembanding, dalam hal ini diperlukan alat pemegang pupitas yang
disebut sebagai dudukan pemindah (transfer stand).

11 / 18
Teknologi Mekanik I

a b

Gambar 1. 13 (a) Dudukan pemindah (transfer stand) (b) Dudukan bermaknit


Dudukan ini mempunyai alas yang rata dan halus, oleh karena itu dapat
digeserkan dengan mudah pada meja rata. Tiang pada dudukan tersebut
sangat kuat di mana pemegang pupitas dapat digeserkan padanya naik atau
turun sehingga posisi sensor pupitas dapat diatur sampai ke dekat
permukaan benda ukur atau blok ukur. Kemudian untuk mempermudah
penyetelan nol, sensor pupitas dapat digerakkan secara lebih halus dengan
tombol pada pemegang atau pada dudukan. Apabila tidak ada dudukan
pemindah maka mistar ingsut ketinggian dapat pula digunakan sebagai
pemegang pupitas.
Dudukan bermagnit dapat dipasangkan pada mesin perkakas sehingga
berbagai pengukuran yang menggunakan pupitas maupun jam ukur dapat
dilaksanakan. Karena alas dudukan bermagnit tidak selebar alas dudukan
pemindah, maka jangan digunakan sebagai pemegang pupitas dalam
pengukuran yang memakai meja rata.

1.3 Alat ukur sudut


Selain pengukuran linier, pengukuran sudut merupakan hal yang penting untuk
menjamin sifat mampu tukar maupun fungsional dari komponen mesin.
1
Satu derajat (1) adalah sudut dari 360 bagian dari lingkaran sempurna.
Apabila satu derajat ini dibagi dalam 60 bagian yang sama maka terbentuklah
bagian dari derajat yang disebut satu menit (1’), selanjutnya satu menit dapat
dibagi lagi dalam 60 bagian yang sama sehingga didapat bagian yang dikenal
sebagai satu detik (1”). Dengan demikian praktis tidak diperlukan suatu standar
absolut bagi satuan sudut, karena secara teoritik setiap orang dapat membuat
satuan sudut dengan cara membagi suatu lingkaran.
Sebagaimana dengan pengukuran linier, maka pengukuran sudut dapat
dilaksanakan dengan dua cara yaitu, cara langsung dan cara tak langsung.
Beberapa jenis alat ukur sudut yang akan dibahas adalah :

12 / 18
Teknologi Mekanik I

1.3.1 Alat ukur sudut langsung


• Busur baja
• Busur bilah
• Profil proyektor
• Clinometer
1.3.2 Alat ukur sudut tak langsung
• Blok ukur
• Pelingkup sudut
• Alat ukur sinus
• Angle dekkor

Materi kuliah teknologi mekanik I hanya akan membahas busur baja, busur
bilah, dan profil proyektor sedangkan alat ukur sudut langsung lainnya dan
alat ukur sudut tak langsung akan dibahas pada teknologi mekanik II
1.3.1.1 Busur baja
Busur baja merupakan alat ukur sudut langsung dengan kecermatan sampai
satu derajat. Oleh sebab itu hanya digunakan untuk memperkirakan harga
sudut secara kasar. Alat ini berupa suatu tembereng setengah lingkaran dari
pelat baja dengan pembagian skala dalam satu derajat pada tepi lingkaran.
Satu pelat baja berengselkan pada titik pusat lingkaran dapat berputar
sehingga bagian yang runcing berfungsi sebagai garis indeks untuk
pembacaan skala yang merupakan harga sudut antara dasar tembereng
dengan salah satu sisi pelat yang panjang. Jika sudut antara permukaan
benda ukur terlalu kecil, sudut terpancung, ataupun dasar dari tembereng
tidak cukup besar, maka diperlukan bantuan suatu penyiku

Gambar 1. 14 Busur baja


1.3.1.2 Busur bilah (bevel protractor)
Untuk pengukuran sudut antara dua permukaan benda ukur dengan
kecermatan lebih kecil dari satu derajat, maka dapat digunakan busur bilah.
Konstruksi busur bilah ini hampir sama dengan busur baja.

13 / 18
Teknologi Mekanik I

Gambar 1. 15 Busur bilah


Bagian-bagian utama busur bilah adalah :
 Badan/ piringan dasar, bagian ini berupa lingkaran penuh dengan
diameter  55 mm. Permukaan bawah piringan dasar ini rata, sehingga
busur bilah dapat diletakkan pada meja rata dengan tanpa bergoyang.
Pada tepi dari permukaan atas terdapat skala dengan pembagian dalam
derajat dan diberi nomor dari 0 - 90 - 0 - 90 (skala kiri dan kanan)
 Pelat dasar, bagian ini bersatu dengan piringan dasar. Panjang, lebar
dan tebal pelat ini  90 x 15 x 7 mm. Sisi kerja pelat dasar dibuat datar
dan lurus, dengan toleransi kerataan 0,01 mm untuk sepanjang sisi kerja.
 Piringan indeks, bagian ini mempunyai titik pusat putaran berimpit
dengan pusat piringan dasar. Pada piringan ini tercantum garis indeks
dan skala nonius sudut (skala nonius kiri dan skala nonius kanan),
biasanya dengan kecermatan sampai 5 menit.
 Bilah utama, bagian ini dapat diatur kedudukannya dengan kunci yang
terletak pada piringan indeks. Panjang, lebar dan tebal bilah ini 
150/300 x 13 x 2 mm, dan kedua ujungnya dibuat menyudut masing-
masing sebesar 45 dan 60. Kedua tepi dibuat lurus dengan toleransi
kerataan sebesar 0,02 sampai 0,03 mm untuk seluruh panjangnya.
Piringan indeks dapat berputar bersama-sama dengan bilah utama dan dapat
dikunci kedudukannya relatif terhadap piringan dasar, dengan demikian
sudut antara salah satu sisi dari bilah utama dengan sisi kerja dari pelat dasar
dapat dibaca pada skala piringan dasar dengan bantuan garis indeks dan
skala nonius. Busur bilah universal mempunyai bilah bantu yang
dipasangkan tegak lurus terhadap pelat dasar. Kedudukan bilah dasar ini

14 / 18
Teknologi Mekanik I

dapat diatur, sehingga memungkinkan pengukuran sudut antara dua


permukaan dengan lebih mudah. Jenis busur bilah yang lain memakai sistem
optik untuk pembacaan skala sudutnya, sehingga dapat dicapai kecermatan
pembacaan sampai 2 menit.

Gambar 1. 16 Cara pembacaan busur bilah


Pemakaian busur bilah.
Harga sudut yang ditunjukkan oleh skala pada busur bilah adalah sudut
antara sisi bilah utama dan sisi kerja pelat dasar, jadi bukan sudut benda
ukur yang sesungguhnya. Oleh sebab itu pemakaian busur bilah harus
dilakukan dengan seksama supaya sudut dari busur bilah betul-betul sesuai
dengan sudut benda ukur. Tiga hal penting yang harus diperhatiakan dalam
pemakaian busur bilah adalah :
1. Permukaan benda ukur dan permukaan kerja dari busur bilah harus bersih.
Adanya debu atau geram dapat menyebabkan kesalahan pengukuran
ataupun dapat merusakkan busur bilah. Aturlah kedudukan bilah utama
dengan memakai kunci bilah.
2. Bidang dari busur bilah harus berimpit atau sejajar dengan bidang dari
sudut yang diukur (bidang normal). Apabila kondisi ini tidak dipenuhi,
maka harga sudut yang dibaca pada busur bilah mungkin lebih kecil dari
sudut benda ukur.
3. Sisi kerja pelat dasar dan salah satu sisi dari bilah utama harus betul-betul
berimpit dengan permukaan benda ukur, tidak boleh terjadi celah. Untuk
mempermudah pengukuran benda ukur yang besar, maka kunci piringan
indeks dapat dikendorkan dan kemudian geserkan busur bilah (dengan
sisi kerja pelat dasar berimpit dengan permukaan benda ukur) menuju
permukaan yang menyudut sampai bilah utama terputar dan berimpit
dengan permukaan tersebut. Bacalah harga sudut pada kedudukan ini,
atau kunci terlebih dahulu indeks baru kemudian dibaca harga sudutnya
dengan cara memiringkan busur bilah untuk mempermudah pembacaan
skala noniusnya (atau untuk “mengintip” okuler dari busur bilah optik).
Pengukuran dan pembacaan harga sudut sebaiknya diulang untuk
beberapa kali sampai kita merasa pasti akan harga sudut yang diperoleh.
Sudut antara dua permukaan benda ukur dapat secara langsung diukur
dengan melingkupi sudut tersebut dengan bilah utama dan pelat dasar
atau dengan meletakkan benda ukur pada meja rata. Untuk mengukur
sudut yang kecil ataupun besar maka pembacaan harga sudut pada skala
adalah jelas, yaitu secara langsung ataupun dengan mengurangkannya
terhadap 180 (sudut pelurusnya). Sedangkan untuk sudut benda kerja
yang hampir sama dengan 45 (misalnya 44 atau 46) maka mungkin
15 / 18
Teknologi Mekanik I

timbul keraguan. Untuk itu harus diperhatikan arah pemutaran bilah


utama apabila posisi semula adalah 90.

Gambar 1. 17 Penggunaan busur bilah nonius.


Bagi yang pertama kali memakai busur bilah nonius, mungkin timbul
keraguan dalam menentukan pemakaian skala nonius kanan atau kiri.
Keraguan ini dapat dihindari dengan cara melihat arah kenaikan angka pada
skala utama, apabila garis nol nonius terletak di daerah angka skala utama
yang membesar ke kanan, maka skala nonius kanan yang dipakai atau
sebaliknya.
Untuk sudut benda ukur yang kecil kadangkala tak mungkin dilingkupi oleh
busur bilah (karena bilah utama dan pelat dasar kurang panjang). Dalam hal
ini sudut benda ukur mungkin masih bisa diukur dengan meletakkannya
pada meja rata, atau dengan memakai bilah bantu. Pemasangan bilah bantu
tersebut dapat dilaksanakan dengan dua cara, tergantung pada jenis busur

16 / 18
Teknologi Mekanik I

bilah. Untuk busur bilah universal maka harga sudut dapat langsung dibaca,
sedangkan bagi busur bilah dengan kedudukan bilah bantu tegak lurus pelat
dasar maka harga sudut merupakan penyiku dari sudut yang terbaca

Gambar 1. 18 penggunaan bilah bantu untuk mengukur sudut yang kecil


1.3.1.3 Profil proyektor
Sudut antara dua permukaan obyek ukur dapat diukur melalui bayangan
yang terbentuk melalui kaca buram dari profil proyektor.
Setelah bayangan difokuskan (diperjelas garis tepinya) dengan cara
mengatur letak benda ukur di depan lensa kondensor dari profil proyektor,
maka sudut dari kedua tepi bayangan yang akan ditentukan besarnya dapat
diukur dengan salah satu dari dua cara berikut :
 Cara pertama. Dengan menggunakan garis silang dan skala piringan.
Salah satu garis silang pada kaca buram dibuat berimpit dengan salah
satu tepi bayangan, dengan cara menggerakkan meja (pada mana benda
ukur diletakkan) dan memutar piringan kaca buram. Untuk kedudukan
ini kemiringan garis silang dibaca pada skala piringan dengan bantuan
skala nonius. Kemudian meja digerakkan dan piringan kaca buram
diputar sampai garis silang yang bersangkutan berimpit dengan tepi
bayangan yang lain. Pembacaan skala piringan dilakukan lagi. Dengan
demikian sudut yang dicari adalah merupakan selisih dari pembacaan
yang pertama dan yang kedua
 Cara kedua. Dengan menggunakan gambar dari beberapa sudut.
Suatu gambar transparan berupa kumpulan dari beberapa sudut dengan
harga tertentu dapat dipasang pada kaca buram. Besar sudut dari kedua
tepi bayangan dapat ditentukan dengan membandingkan dengan gambar
sudut tersebut sampai ditemukan sudut yang cocok.
Biasanya cara yang pertama lebih mudah dilaksanakan, sedangkan cara
kedua lebih sering dipakai untuk memeriksa toleransi sudut, yaitu dengan
membuat gambar transparan dari sudut beserta daerah toleransinya (daerah
toleransi dapat diperjelas karena bayangan benda ukur telah diperbesar
sesuai dengan pembesaran yang dikehendaki, misalnya : 25x, 50x atau
100x).

17 / 18
Teknologi Mekanik I

Gambar 1. 19 Berbagai pengukuran dengan menggunakan profil proyektor

18 / 18

Anda mungkin juga menyukai