Anda di halaman 1dari 31

ALAT UKUR OTOMOTIF

E. Landasan Teori
Mengukur adalah membandingkan suatu besaran yang akan diukur dengan suatu besaran
pembanding sebagai standar yang telah tertera. Ada beberapa macam alat ukur yang digunakan
saat praktik motor bakar, yakni:
1. Alat Ukur Langsung
yaitu mengukur suatu benda yang langsung dapat mengetahui harganya secara nyata (langsung
terbaca).
a. Jangka sorong (kaliper)
Suatu alat ukur panjang yang berfungsi untuk mengukur panjang, lebar, tebal, diameter luar,
diameter dalam, ukuran celah, dan kedalaman suatu poros (benda) dengan ketelitian 0.02 mm
atau 0.05 mm.

Gambar 1.1 Jangka Sorong


Keterangan gambar:
Tebal benda A = Lebar lubang benda B = Kedalaman lubang C
1. Rahang atas melekat pada batang mistar
2. Rahang atas melekat pada peluncur
3. Baut pengunci peluncur
4. Peluncur
5. Tusuk melekat pada peluncur
6. Skala utama
7. Batang mistar
8. Pegas pendorong peluncur
9. Skala nonius
10. Rahang bawah melekat pada peluncur
11. Rahang bawah melekat pada batang mistar
Sebelum alat ukur jangka sorong digunakan sebaiknya dikalibrasi terlebih dahulu supaya
mendapatkan hasil pengukuran yang akurat. Secara sederhana, cara mengkalibrasinya adalah
sebagai berikut:
1. Posisikan garis batas ukur segaris lurus (berhimpit) dengan garis nol pada skala utama.
2. Apabila tidak segaris atau tidak berimpit, taruhlah kertas tipis pada rahang jangka sorong, geser
rahang hingga menjepit kertas, kemudan tarik kertas secara perlahan hingga terlepas. Hal ini
dapat berfungsi untuk membersihkan rahang jangka sorong.
3. Posisikan kembali garis batas berhmpit dengan garis nol skala utama.

Cara pembacaan hasil ukuran yang ditunjukkan oleh jangka sorong dengan ketelitian 0.02 mm
adalah
1. Kalibrasi jangka sorong, pastikan skala menunjukkan angka nol.
2. Bersihkan permukaan benda kerja yang akan diukur.
3. Usahakan posisi pengukuran yang tepat agar hasil pengukuran akurat.
4. Baca ukuran yang ditunjukkan pada skala utama (misal 60 mm).
5. Lihat skala nonius, temukan strip skala nonius yang berhimpit dengan strip pada skala utama.
6. Lihat strip yang berhimpit tersebut menunjukkan angka berapa pada skala nonius, misal
berhimpit pada strip/garis ke 10.
7. Kalikan 10 pada skla nonius tersebut dengan tingkat ketelitian alat ukur 0.02 mm, maka 0.02 x
10 = 0.2 mm.
8. Maka diperoleh hasil pengukuran 60 + 0.2 = 60.2 mm.

b. Mistar
Mistar atau mistar baja adalah alat ukur yang mempunyai ukuran panjang 30 cm atau 50 cm.
Pada alat ukur panjang ini terdapat dua macam skala, biasanya yaitu skala sentimeter dan skala
inchi. Untuk skala sentimeter mempunyai derajat ketelitian (skala paling kecil satu milimeter
atau sebagian dibuat dengan ketelitian sampai setengah milimeter). Sedangkan pada skala inchi,
derajat ketelitiannya sampai 1/16” (inchi).
Mistar disini sebenarnya digunakan untuk mengukur panjang suatu benda, namun dalam
praktik bisa juga digunakan untuk mengukur/mengetahui kerataan permukaan suatu benda
(permukaan blok silinder).
Gambar 1.2 Mistar Baja
Cara penggunaan mistar baja yaitu letakkan mistar pada benda yang akan diukur, lihat ukuran
yang ditunjukkan pada mistar. Untuk penggunaan mistar sebagai alat pengukur kerataan
permukaan adalah letakkan mistar baja diatas benda kerja, geser mistar untuk mengetahui
kerataan dengan melihat celah secara langsung (visual) dengan bantuan feeler gauge.

c. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup adalah alat ukur presisi yang dapat digunakan untuk mengukur benda
kerja pada jarak ukur tertentu yakni 0-25 mm, 25-50 mm, 50-75 mm dengan tingkat ketelitian
0.01 mm. Adapun konstruksi mikrometer luar yaitu:

Gambar 1.3 Mikrometer sekrup (Outside Mikro)


Keterangan gambar:
1. Frame (rangka)
2. Landasan ukur (anvil)
3. Batang ukur (spindle)
4. Pengunci (lock clamp)
5. Lubang kunci penyetel kalibrasi
6. Silinder skala (outer sleeve)
7. Roda gigi gelincir (ratchet)
8. Silinder putar (thimble)
9. Mur spindle (inner sleeve/spindle screw nut)

Cara kerja mikrometer:


Pada sengkang dipasang landasan ukur tetap. Selubung mantel (thimble) bila diputar tabung
ulirnya akan menggerakkan batang ukur untuk menuju atau untuk meninggalkan landasan ukur
(putaran kanan batang ukur meninggalkan dan putaran kiri batang ukur akan menuju landasan
ukur). Gerakan maju/mundur batang ukur setiap satu putaran thimble tergantung dari panjang
kisar ulir pada batang ukur (sisi dalam) dan selubung mantelnya (thimble).
Adapun cara mengkalibrasi mikrometer:
1. Bersihkan permukaan benda kerja yang akan diukur dan juga permukaan dari landasan ukur
(anvil) maupun batang ukur (spindle).
2. Pastikan posisi nol dari skala utama berhimpit dengan angka nol pada skala nonius (posisi nol
skala melingkar pada ujung selubung mantel, pada saat pembacaan nol spindle melekat pada
anvil). Bila posisi nol tidak benar lakukan penyetelan dengan menggunakan kunci penyetel.
3. Membaca Hasil Pengukuran
Sebelum membaca hasil pengukuran, lebih dahulu kita pahami skala pada mikrometer. Pada
derajat ketelitian 0.01 mm skala mendatar pada silinder paling kecil berharga 0.5 mm sedang
skala melingkar tanpa satuan (hanya disebut bagian skala) jumlahnya 50 bagian skala. Untuk
satu kali putaran thimble maka batang ukur akan bergerak sejauh 0.5 mm. Jadi bila membaca
harga pengukuran genap dalam mm dan membaca harga tengahan mm maka skala nol dari
selubung mantel mesti tepat pada garis referensi. Misalkan :

Gambar 1.4 Contoh pembacaan ukuran


Hasil pengukuran:
- Skala utama = 4 mm
- Skala nonius = ( 0.5 x 23/50) = 0.23 mm,
Maka, 4 + 0.23 = 4.23 mm
d. Multimeter (avometer/multitester)
Avometer adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tegangan listrik (voltase) baik
arus AC maupun DC, mengukur arus listrik (ampere), dan hambatan listrik (ohm) dalam satu
unit.

Gambar 1.5 Multimeter (Avometer)


Adapun bagian-bagian dari avometer :
1. Scale (skala)
2. Mirror (cermin)
3. Pointer (jarum meter)
4. Zero correction (pengenolan jarum), untuk mengenolkan jarum pada posisi kiri dalam mengukur
arus dan tegangan.
5. Ohm adjust, untuk mengenolkan jarum saat melakukan pengukuran hambatan.
6. Range selector, untuk memilih range/batasan arus, tegangan, maupun hambatan yang diukur.
7. Measuring terminal (kutub +)
8. Measuring terminal (kutub -)

Sebelum menggunakan multimeter, harus dikalibrasi terlebih dahulu dengan cara :


1. Atur selector ke range hambatan (ohm)
2. Sentuhkan kedua terminal (+) dan negatif (-) maka jarum akan bergerak dari kiri ke kanan.
3. Atur jarum ke posisi nol (kanan) dengan mengatur ohm adjust sampai ke posisi nol.
4. Lepaskan kedua kabel terminal, maka jarum akan kembali ke kiri.
5. Pastikan bahwa jarum menunjukkan angka nol, jika belum nol maka atur zero correction
(pengenolan jarum).
6. Akhirnya avometer sudah terkalibrasi.

Cara pembacaan ukuran pada multimeter juga berbeda-beda, untuk hambatan yakni
(skala tertunjuk) x (angka yang tertunjuk pada selector).
Untuk voltase dan arus listrik, yakni

e. Hidrometer

Gambar 1.6 Hidrometer

Alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis (atau kepadatan relatif) dari cairan yaitu
rasio kepadatan cairan dengan densitas air. Pada prinsipnya pengoperasian hidrometer
didasarkan pada prinsip Archimedes bahwa tersuspensi pada fluida akan didukung oleh kekuatan
sama dengan berat fluida yang dipndahkan, maka semakin rendah kerapatan zat tersebut, lebih
jauh hidrometer akan tenggelam.
1. Warna hijau  kondisi air elektrolit sangat baik (1275-1300 m3/kg)
2. Warna putih  kondisi air aki baik (1225-1250 m3/kg)
3. Warna merah  kondisi air aki perlu pengisian (1100-1200 m3/kg)
f. Kompresi tester
Alat yang digunakan untuk mengetahui besar tekanan kompresi yang terjadi dalam engine
setiap silinder. Satuan pada alat ini adalah bar. Pada motor bakar bensin berkisar 9-11 bar,
sedangkan pada motor diesel berkisar >12 bar.
Gambar 1.7 Kompresi tester
Keterangan gambar:
1. Jarum penunjuk
2. Penunjuk angka
3. Saluran masuk (sok drat luar, disambungkan dengan busi)
4. Selang
5. Katup pembuka

2. Alat Ukur Tidak Langsung


Adalah alat ukur benda yang belum dapat secara langsung mengetahui harganya, untuk dapat
mengetahui harganya masih harus melakukan tindakan selanjutnya sampa mengetahui harga
pengukurannya.
a. Feeler gauge
Feeler gauge berfungsi untuk mengukur celah diantara dua bagian. Feeler gauge atau
thickness gauge karena memang bentuknya seperti bilah tipis dalam ukuran yang bermacam-
macam, mulai dari 0.05 sampai 1 mm.
Feeler gauge digunakan untuk mengukur celah yang sulit dijangkau oleh alat ukur lainnya,
misal celah katup, celah bantalan, celah samping ring piston.
Gambar 1.8 Feeler Gauge
Cara kerjanya adalah pengukuran dilakukan dengan memasukkan salah satu kaliper yang
sesuai dengan celah yang diukur. Jangan coba memaksakan kaliper yang tidak sesuai/terlalu
sesak karena bisa menyebabkan kaliper bengkok. Ketelitian pengukuran dapat diperoleh dengan
menggabungkan beberapa kaliper, sehingga ukuran celah adalah jumlah dari ukuran kaliper yang
dapat masuk dengan pas.
Apabila sudah didapatkan ukuran yang pas lihat ukuran yang tertera pada feeler tersebut.

b. Dial indicator
Merupakan alat ukur pembanding yang digunakan untuk mengontrol benda kerja pada saat
melaksanakan pengukuran tidak langsung atau digunakan untuk memeriksa penyimpangan yang
sangat kecil dari permukaan bidang datar, permukaan bidang silinder, bulat serta untuk
mengukur kesejajaran benda kerja.
Proses kerja alat ini adalah secara mekanis dengan perantara roda gigi dan batang ukur
(spindle). Batang ukur (spindle) dapat bergerak naik/turun didalam batang bus (stem) bila
ujungnya menumbuk permukaan benda kerja. Naik turunnya batang ukur dapat menyebabkan
jarum penunjuk berputar. Banyak putaran jarum penunjuk akan dicatat oleh jarum kecil yang
biasa disebut penghitung putaran. Untuk tingkat ketelitian dial indicator adalah 0.01 mm. Satu
putaran penuh jarum jam penunjuknya, batang ukur akan bergerak sejauh 1 mm.
Gambar 1.9 Dial Indicator
Keterangan gambar:
1. Dasar magnet
2. Tuas penyetel (bezel)
3. Batang penyangga
4. Skala
5. Stem
6. Spindle
7. Jarum penunjuk
8. Body
9. Outer ring
10. Penghitung putaran
11. Range pengukur

Sebelum menggunakan perlu memeriksa kedudukan jarum penunjuknya. Pada saat


pembacaan nol (batang ukur belum terangkat) jarum penunjuk harus pada skala nol, bila tidak
dapat diatur dengan cara mengendurkan baut pengunci pada tepi luar jam lalu diputar permukaan
jamnya hingga jarum tepat pada skala nol kemudian kencangkan kembali baut penguncinya.
c. Cylinder Bore Gauge
Adalah alat ukur yang dilengkapi dengan dial gauge dan digunakan untuk mengukur diameter
silinder dan komponen lain secara teliti. Ketelitiannya mencapai 0.01 mm. Alat ini menggunakan
jam ukur untuk mengetahui harga penyimpangan dari ukuran dalam suatu silinder.
Daerah pengukurannya antara ujung replacement rod (batang penahan yang dapat diganti)
sampai ujung measuring point (ujung pengukur). Ujung pengukur dapat bergerak keluar masuk
sewaktu digunakan. Gerakan ujung pengukur dapat menggerakkan jarum penunjuk pada jam
ukurnya. Daerah ukur dari alat ini dapat diubah untuk disesuaikan dengan diameter silinder yang
diukur dengan cara mengganti replacement rod dan replacement washer.
Gambar 1.10 Cylinder Bore Gauge
Keterangan gambar:
1. Dial gauge : mengetahui hasil ukuran.
2. Dial gauge securing position : mengatur posisi dial gauge.
3. Grip : memegang dan mengangkat dial.
4. Replacement washer : menambah kepanjangan rod.
5. Replacement rod : menambah panjang bidang sentuh silinder.
6. Replacement rod securing thread
7. Measuring point : titik point pengukuran.
Petunjuk dalam penggunaan cylinder gauge:
1. Dial harus dipasang pada tangkai pemegangnya tegak lurus dengan ujung pengukurnya.
2. Periksa jarum penujuk pada dial dapat bergerak bebas saat measuring point ditekan.
3. Pilih replacement rod dan replacement washer yang ukurannya sesuai dengan diameter benda
yang akan diukur.

Cara memilih replacement rod dan replacement washer:


1. Ukurlah diameter silinder dengan jangka sorong.
2. Amatilah hasil pengukuran, angkanya dibelakang koma apakah lebih besar atau lebih kecil dari
0.5 mm. Misalkan hasil pengukuran jangka sorong = 52.30 mm, maka replacement rod = 50 mm
dan replacement washernya = 2 mm.

Metode pengukurannya:
1. Setel mikrometer pada daerah ukur (jarak landasan dan batang ukur) misalkan 53 mm.
Tempatkan daerah ukur cylinder gauge (ujung replacement rod sampai ujung measuring point)
pada mikrometer tadi dengan hati-hati agar daerah ukurnya cylinder gauge tepat 53 mm,
kemudian jarum jam disetel menunjuk skala nol.
2. Masukkan cylinder gauge untuk mengukur, ke dalam silinder pada posisi diagonal, gerakkan
sampai memperoleh hasil pembacaan yang terkecil. Misalnya hasil pembacaan adalah 0.04 mm,
maka diameter silinder 53 – 0.04 = 52.96 mm.

HASIL PENGUKURAN

A. Pengukuran Kerataan Permukaan Silinder


Alat yang digunakan untuk pengukuran kerataan ini adalah mistar baja dan feeler gauge.
Adapun caranya :
1. Letakkan blok silinder (yang akan diukur) ditempat yang rata.
2. Letakkan mistar baja di permukaan benda secara diagonal 1, diagonal 2, horizontal atas dan
bawah.
3. Masukkan feeler yang pas (sesuai) dengan celah antara permukaan blok silinder dengan mistar
baja.
Hasil pengukuran:
Mistar Letak Lebar celah
A Horizontal atas 0.1 mm
B Horizontal Bawah 0.1 mm
C Diagonal 1 0.05 mm
D Diagonal 2 0 mm
B. Pengukuran Kesejajaran Diameter Chamshaft
Pengukuran diameter dan kesejajaran menggunakan alat ukur mikrometer dan dial indicator.
Pengukuran dilakukan pada 6 diameter chamshaft.
Langkah pengukuran :
1. Letakkan chamshaft pada stand (V-block).
2. Ukur masing-masing diameter chamshaft dengan mikrometer (6 diameter).
3. Setelah hasil pengukuran diperoleh, Letakkan dial gauge pada meja rata untuk dikunci
(hidupkan magnet).
4. Letakkan ujung dial pada diameter yang akan diukur.
5. Atur dan kencangkan tuas sehingga dial indicator dapat digunakan.
6. Atur posisi nol pada jarum dial indicator.
7. Putar chamshaft secara perlahan dan lihat hasil nilainya dengan melihat simpangan yang terjadi.
8. Lakukan hal yang sama untuk 6 diameter lainnya.
Hasil pengukuran diameter poros:
Poros Chamshaft Diameter (Ø)
Poros 1 45 mm
Poros 2 44.7 mm
Poros 3 44.5 mm
Poros 4 44.3 mm
Poros 5 44.1 mm
Poros 6 44.1 mm
Hasil pengukuran kesejajaran diameter:
Poros Chamshaft Tonjolan (+) Lengkungan (-)
Poros Ø 1 0.03 mm 0.01 mm
Poros Ø 2 0.01 mm 0.05 mm
Poros Ø 3 0.16 mm 0.02 mm
Poros Ø 4 0.3 mm 0.01 mm
Poros Ø 5 0.46 mm 0 mm
Poros Ø 6 0.54 mm 0.02 mm

C. Mengukur Berat Jenis Air Aki


Alat yang digunakan adalah hidrometer, cara pengukurannya adalah :
1. Buka tutup sel pada aki, kemudian masukkan saluran masuk air aki (selang) kedalam lubang sel
aki.
2. Tekan pipet agar air aki naik dan masuk ke dalam hidrometer hingga penuh.
3. Amati angka berat jenis yang ditunjukkan pada alat ukur disetiap ssel.

Hasil pengukuran berat jenis:

No. Sel Warna Keterangan


1. Sel 1 = 1280 /kg Hijau Baik
2. Sel 2 = 1285 /kg Hijau Baik
3. Sel 3 = 1280 /kg Hijau Baik
4. Sel 4 = 1300 /kg Hijau Baik
5 Sel 5 = 1300 /kg Hijau Baik
6. Sel 6 = 1295 /kg Hijau Baik

D. Pengukuran Voltase Baterai


Langka kerja :
1. Kalibrasi/setting jarum avometer pada posisi nol.
2. Ubah selector ke nilai DC 25 Volt.
3. Letakkan probe kutub positif ke kutub positif baterai dan letakkan probe kutub negatif
multimeter ke kutub negatif baterai.
4. Amati arah pergerakan jarum.
5. Catat dan tulis hasil pengukuran.

Hasil pengukuran:
Batterai (aki) = 13 Volt, berarti bahwa baterai masih dalam keadaan baik.

E. Pengukuran Diameter Dalam Silinder


Pada pengukuran ini digunakan alat ukur jangka sorong, mikrometer sekrup dan cylinder bore
gauge.
Cara pengukuran :
1. Ukur diameter dalam silinder dengan menggunakan jangka sorong dan diperoleh nilai/angka
74,70 mm.
2. Tetapkan nilai bore gauge dibulatkan menjadi 75mm.
3. Ukur dial bore gauge dengan mikrometer sebesar 75 mm.
4. Posisikan nol pada cylinder bore gauge (jarum penunjuk).
5. Masukkan cylinder bore gauge ke dalam silinder untuk mengukur besar diameter dengan cara
menggerakkan cylinder bore gauge kekanan dan kekiri. Apabila jarum bergerak kekanan maka
hasil pengukurannya adalah nilai patokan + nilai dial, sedangkan apabila jarum bergerak kekiri
maka hasilnya nilai patokan dikurangi nilai dial.

Hasil pengukuran (dengan nilai patokan awal = 75mm) :


Letak/silinder Silinder 1 Silinder 2 Silinder 3 Silinder 4
Atas -0.03 -0.03 -0.04 -0.03
Tengah -0.04 -0.03 -0.04 -0.05
Bawah -0.05 -0.03 -0.04 -0.04
*Satuan dalam mm.

F. Pengukuran Hambatan Kabel Busi


Pengukuran hambatan pada kabel tegangan tinggi (kabel busi) menggunakan
multimeter/avometer. Cara melakukan pengukuran adalah dengan mengatur selector multimeter
ke bagian hambatan (ohm) dan hubungkan kabel terminal positif (+) dan negatif (-) pada kedua
ujung kabel busi. Namun pada saat praktik dilakukan, mungkin terjadi kesalahan/kerusakan pada
multimeter atau kabel businya sehingga jarum tidak dapat menunjuk angka yang tertera pada
skala, karena jarum menunjukkan/berhenti lebih dari angka maksimal skala. Maka kami tidak
dapat mendapatkan hasil pengukuran hambatan kabel busi.
G. Pengukuran Tekanan Kompresi
Pengukuran tekanan kompresi menggunakan alat ukur yang bernama kompresi tester, dibantu
dengan engine stand. Cara melakukan pengukuran tekanan kompresi adalah sebagai berikut:
1. Siapkan engine stand dan kompresi tester.
2. Lepas busi dengan menggunakan kunci busi.
3. Pasang kompresi tester pada lubang tempat busi terpasang tadi.
4. Hidupkan mesin (engine) hingga jarum penunjuk kompresi tester menunjukkan angka paling
besar.
5. Catat hasil pengukuran, kemudian lepas kompresi tester dan nol kan kembali skalanya.
6. Ukur dengan cara yang sama untuk setiap lubang busi.
7. Catat hasil pengukuran tekanan kompresi.

Hasil pengukuran:
Silinder Tekanan kompresi
Silinder 1 11 bar
Silinder 2 10 bar
Silinder 3 9.5 bar
Silinder 4 9 bar

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum identifikasi alat ukur otomotif dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Mengukur adalah membandingkan suatu besaran yang akan diukur dengan suatu besaran
pembanding sebagai standar yang telah ditera.
2. Alat ukur langsung yang digunakan pada praktik motor bakar antara lain, jangka sorong (tingkat
ketelitian 0.02 mm), mkrometer sekrup (mikrometer luar, tingkat ketelitian 0.01 mm),
hidrometer, avometer(multimeter), mistar, dan kompresi tester.
3. Alat ukur tidak langsng yang digunakan diantaranya feeler gauge, dial indicator, dan cylinder
bore gauge.

SARAN

Pelaksanaan praktik motor bakar dengan meteri mengenai alat ukur otomotif sudah baik,
dilihat dari segi kualitas alat ukur sudah cukup baik. Alat ukur mampu dengan mudah terbaca,
namun dari segi kuantitas (jumlah alat ukur) masih terbatas (belum memadai). Hal ini mungkin
dapat menyebabkan pembelajaran praktik kurang efektif dan kurang efisien, karena jumlah alat
ukur tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang praktik.
DAFTAR PUSTAKA

Ghafarudin. 2012. Pengertian dan Fungsi Multimeter. Diakses dari


http://ghafarudin.wordpress.com/2012/08/18/pengertian-dan-fungsi-mulitimeter. Diakses
tanggal 15 Maret 2015 jam 16.00
http://kelasteknik.blogspot.com/2011/01/alat-ukur-teknik-feeler-gauge-kunci.html
http://otomotrip.com/penggunaan-kompresi-tester-sebagai-alat-test-kompresi-mesin-mobil.html
http://subandiyo513.blogspot.com/2011/05/alat-alat-ukur-otomotif.html
Suratmin Umar. 2007. Pengukuran Teknik. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press
Mengukur Keovalan dan Ketirusan Silinder Mesin

juan prasetyadi 11:34

Blok silinder mesin merupakan tempat naik turunnya piston pada saat mesin bekerja. Dari gerakan naik
turunnya piston tersebut pasti akan menimbulkan keausan pada dinding silinder karena adanya gesekan
antara dinding silinder dengan ring piston dan piston.

Oleh sebab itu pada mesin-mesin yang sudah lama beroperasi atau bekerja lama-kelamaan kinerjanya
akan menurun yang disebabkan karena tekanan kompresi yang menurun.

Tekanan kompresi ini turun akibat dari keausan pada dinding silinder yang semakin besar sehingga
menyebabkan terjadinya kebocoran tekanan kompresi. Untuk mengatasi hal tersebut maka pada
diameter silinder perlu diperbesar atau istilahnya di over size. Tapi untuk mengetahui apakah memang
benar penyebab kebocoran tekanan kompresi disebabkan karena terjadi keausan yang berlebihan pada
dinding silinder, maka diperlukan melakukan pengukuran diameter silinder.

Tujuan dari pengukuran diameter silinder ini nantinya untuk mengetahui kondisi silinder meliputi
keovalan dan ketirusan silinder.
Keovalan sendiri merupakan bentuk keausan silinder bila dilihat dari bagian atas. Pada silinder yang
normal apabila lubang silinder dilihat dari atas maka akan berbentuk lingkaran, namun apabila terjadi
keausan yang berlebihan pada satu titik atau sisi maka akan membuat bentuk lubang pada silinder
menjadi oval.

Ketirusan sendiri merupakan bentuk keausan silinder bila dilihat dari bagian samping. Antara diameter
silinder pada bagian atas dan pada bagian bawah akan terjadi ketidaksamaan ukuran sehingga bentuk
silinder akan menjadi tirus. Besarnya perbedaan ukuran ini akan menunjukkan besarnya ketirusan yang
terjadi pada silinder.

Agar menghasilkan ukuran yang akurat maka pada pengukuran keovalan dan ketirusan silinder mesin
harus menggunakan alat ukur yang tepat. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur keovalan dan
ketirusan silinder ini adalah Cylinder Bore Gauge atau disingkat dengan CBG. Dalam pengukuran ini,
Cylinder Bore Gauge tidak dapat digunakan sendiri melainkan membutuhkan bantuan dari alat ukur lain
yaitu jangka sorong dan micrometer luar.

Langkah pengukuran keovalan dan ketirusan silinder dapat dilakukan dengan cara berikut ini :

1. Siapkan alat ukur dan bidang pengukuran yaitu blok mesin. Pastikan alat ukur dan blok mesin dalam
kondisi bersih tidak ada kotoran ataupun oli.

2. Lakukan langkah pengukuran silinder dengan prosedur yang benar.

3. Lakukan pengukuran di dalam luabng silinder dengan 3 posisi pengukuran yaitu posisi atas, posisi
tengah dan posisi bawah. Pada setiap posisi ukurlah diameter silinder pada dua sumbu yaitu sumbu X
dan sumbu Y. Sumbu X merupakan sumbu yang memotong lubang silinder mesin secara melintang atau
horizontal sedangkan sumbu Y merupakan sumbu yang memotong lubang silinder mesin secara vertikal.

Untuk mengukur keovalan silinder yaitu dengan mencari selisih antara pangukuran pada sumbu X dan
sumbu Y pada tiap-tiap posisi atas, tengah dan bawah.

Untuk mengukur ketirusan maka cari selisih antara pengukuran pada bagian atas, tengah dan bawah.
Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel di bawah ini :

No

Keovalan

Ketirusan

A1 – A2

A1 – B1

A2 – B2

B1 – B2

B1 – C1

B2 – C2

C1 – C2
Dari hasil pengukuran tersebut diambil data keovalan paling besar dan ketirusan paling besar sehingga
nantinya akan didapatkan data hasil pengukuran kemudian dibandingkan dengan data spesifikasinya.

Jika keausan silinder melebihi batas spesifikasi keausan silinder maka silinder perlu di over size. Berikut
ini cara menentukan silinder perlu di over size atau tidak :

Jika pengukuran keausan kurang dari 0,25 mm dari nilai spesifikasi maka over size yang dilakukan
adalah over size 0,25 mm

Jika pengukuran keausan lebih dari 0,25 mm tapi kurang dari 0,50 mm dari nilai spesifikasi maka over
size yang dilakukan adalah over size 0,50 mm

Jika pengukuran keausan lebih dari 0,50 mm tapi kurang dari 0,75 mm dari nilai spesifikasi maka over
size yang dilakukan adalah over size 0,75 mm

Jika pengukuran keausan lebih dari 0,75 mm dari nilai spesifikasi maka over size yang dilakukan adalah
over size 1,00 mm

4. Lakukan langkah tersebut pada semua silinder pada mesin. Mengukur


Keovalan dan Ketirusan Silinder Mesin

juan prasetyadi 11:34

Blok silinder mesin merupakan tempat naik turunnya piston pada saat mesin bekerja. Dari
gerakan naik turunnya piston tersebut pasti akan menimbulkan keausan pada dinding silinder
karena adanya gesekan antara dinding silinder dengan ring piston dan piston.

Oleh sebab itu pada mesin-mesin yang sudah lama beroperasi atau bekerja lama-kelamaan
kinerjanya akan menurun yang disebabkan karena tekanan kompresi yang menurun.

Tekanan kompresi ini turun akibat dari keausan pada dinding silinder yang semakin besar
sehingga menyebabkan terjadinya kebocoran tekanan kompresi. Untuk mengatasi hal tersebut
maka pada diameter silinder perlu diperbesar atau istilahnya di over size. Tapi untuk
mengetahui apakah memang benar penyebab kebocoran tekanan kompresi disebabkan karena
terjadi keausan yang berlebihan pada dinding silinder, maka diperlukan melakukan pengukuran
diameter silinder.

Tujuan dari pengukuran diameter silinder ini nantinya untuk mengetahui kondisi silinder meliputi
keovalan dan ketirusan silinder.

Keovalan sendiri merupakan bentuk keausan silinder bila dilihat dari bagian atas. Pada silinder
yang normal apabila lubang silinder dilihat dari atas maka akan berbentuk lingkaran, namun
apabila terjadi keausan yang berlebihan pada satu titik atau sisi maka akan membuat bentuk
lubang pada silinder menjadi oval.

Ketirusan sendiri merupakan bentuk keausan silinder bila dilihat dari bagian samping. Antara
diameter silinder pada bagian atas dan pada bagian bawah akan terjadi ketidaksamaan ukuran
sehingga bentuk silinder akan menjadi tirus. Besarnya perbedaan ukuran ini akan menunjukkan
besarnya ketirusan yang terjadi pada silinder.

Agar menghasilkan ukuran yang akurat maka pada pengukuran keovalan dan ketirusan silinder
mesin harus menggunakan alat ukur yang tepat. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur
keovalan dan ketirusan silinder ini adalah Cylinder Bore Gauge atau disingkat dengan CBG.
Dalam pengukuran ini, Cylinder Bore Gauge tidak dapat digunakan sendiri melainkan
membutuhkan bantuan dari alat ukur lain yaitu jangka sorong dan micrometer luar.

Langkah pengukuran keovalan dan ketirusan silinder dapat dilakukan dengan cara berikut ini :

1. Siapkan alat ukur dan bidang pengukuran yaitu blok mesin. Pastikan alat ukur dan blok
mesin dalam kondisi bersih tidak ada kotoran ataupun oli.

2. Lakukan langkah pengukuran silinder dengan prosedur yang benar.

3. Lakukan pengukuran di dalam luabng silinder dengan 3 posisi pengukuran yaitu posisi atas,
posisi tengah dan posisi bawah. Pada setiap posisi ukurlah diameter silinder pada dua sumbu
yaitu sumbu X dan sumbu Y. Sumbu X merupakan sumbu yang memotong lubang silinder
mesin secara melintang atau horizontal sedangkan sumbu Y merupakan sumbu yang
memotong lubang silinder mesin secara vertikal.
Untuk mengukur keovalan silinder yaitu dengan mencari selisih antara pangukuran pada sumbu
X dan sumbu Y pada tiap-tiap posisi atas, tengah dan bawah.

Untuk mengukur ketirusan maka cari selisih antara pengukuran pada bagian atas, tengah dan
bawah.

Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel di bawah ini :


No Keovalan Ketirusan

1 A1 – A2 A1 – B1 A2 – B2

2 B1 – B2 B1 – C1 B2 – C2

3 C1 – C2

Dari hasil pengukuran tersebut diambil data keovalan paling besar dan ketirusan paling besar
sehingga nantinya akan didapatkan data hasil pengukuran kemudian dibandingkan dengan data
spesifikasinya.

Jika keausan silinder melebihi batas spesifikasi keausan silinder maka silinder perlu di over
size. Berikut ini cara menentukan silinder perlu di over size atau tidak :
 Jika pengukuran keausan kurang dari 0,25 mm dari nilai spesifikasi maka over size yang
dilakukan adalah over size 0,25 mm
 Jika pengukuran keausan lebih dari 0,25 mm tapi kurang dari 0,50 mm dari nilai
spesifikasi maka over size yang dilakukan adalah over size 0,50 mm
 Jika pengukuran keausan lebih dari 0,50 mm tapi kurang dari 0,75 mm dari nilai
spesifikasi maka over size yang dilakukan adalah over size 0,75 mm
 Jika pengukuran keausan lebih dari 0,75 mm dari nilai spesifikasi maka over size yang
dilakukan adalah over size 1,00 mm

4. Lakukan langkah tersebut pada semua silinder pada mesin.

Macam-Macam Alat Ukur Mekanik, Elektrik dan Pneumatic

juan prasetyadi 20:08


Macam-Macam Alat Ukur Mekanik, Elektrik dan Pneumatic

juan prasetyadi 20:08

Alat ukur merupakan peralatan-peralatan yang digunakan untuk mengukur. Dalam perbaikan dan servis
di bidang otomotif juga juga digunakan berbagai peralatan-pelatan untuk mengukur.

Alat-alat ukur dibedakan menjadi tiga macam yaitu alat ukur mekanik, alat ukur elektrik dan alat ukur
pneumatik.
Alat ukur mekanik yaitu alat ukur yang penggunaanya secara mekanik. Alat ukur mekanik ini pada
umumnya diunakan untuk mengukur panjang, lebar, kedalaman, diameter luar dan diameter dalam
sebuah benda.

Skala pengukuran yang digunakan sering digunakan pada alat ukur mekanik ini adalah skala metrik dan
skala inchi.

Sedangkan alat ukur elektrik yaitu alat ukur yang digunakan untuk mengukur besaran-besaran listrik
antara lain tegangan, arus, tahanan dan lain sebagainya. Selain itu, alat ukur elektrik pengoprasiannya
membutuhkan daya listrik.

Sedangkan alat ukur pneumatik yaitu alat ukur yang digunakan untuk mengukur tekanan. Selain itu,
pengoprasiannya juga dengan memanfaatkan tekanan. Skala ukuran tekanan pada alat ini antara lain
Psi, kPa, Bar, kg/cm2 dan lain sebagainya.

Macam-macam alat ukur mekanik

1. Mistar baja

Mistar baja atau penggaris baja merupakan salah satu alat ukur mekanik dan memiliki fungsi untuk
mengukur panjang, lebar, ketinggian ataupun kedalaman suatu benda. Skala ukuran pada mistar baja ini
memiliki tingkat ketelitian 0,5 mm atau 1 mm.

Panjang dari mistar baja juga bervariasi, panjang mistar yang sering digunakan di bengkel otomotif
adalah mistar baja yang memiliki panjang 300 mm atau 30 cm dan mistar baja yang memiliki panjang
500 mm.

Pada mistar baja, ada juga yang menggunakan dua skala pengukuran yaitu skala metrik dan skala inchi.

2. Penggaris gulung (measuring tape)

Penggaris gulung ini terbuat dari bahan pita baja yang digulung. Penggaris gulung memiliki berbagai
macam ukuran, adanya ukurannya sampai 2000 mm atau 2 m, ada yang ukurannya sampai 5000 mm
atau 5 m, bahkan ada yang ukurannya sampai 15000 mm atau 15 m.
Skala ukuran yang terdapat pada penggaris gulung ini dibedakan menjadi dua skala, yaitu ada yang
menggunakan skala metrik dan ada yang menggunakan skala inchi.

Penggaris gulung atau measuring tape berfungsi untuk mengukur panjang, lebar, kedalaman atau
ketinggian yang memiliki jarak yang luas.

3. Busur derajat (protactor)

Busur derajat atau protactor memiliki bentuk setengah lingkaran dan dilengkapi dengan sepotong logam
lurus dan panjang yang dihubungkan pada bagian setengah lingkaran yang dapat digerakkan disekeliling
titik putarnya untuk mengukur sudut.

Busur derajat atau protactor ini berfungsi untuk mengukur atau memeriksa sudut-sudut suatu benda.
Alat ini dapat mengukur sudut dari benda hingga 1800.

4. Outside caliper

Outside caliper berfungsi untuk mengukur diameter luar, mengukur dimensi luar dan memeriksa apakah
permukaan luar dari benda yang diukur sejajar atau tidak.

Outside caliper terdapat dua kaki sebagai pengukur,serta titik putar pegas (spring pivot point) dan
sekrup penyetel (adjustment screw).

Cara penggunaan outside caliper adalah dengan cara membengkokkan kedua kakinya ke arah satu sama
lainnya pada bagian ujun kaki untuk mendapatkan hasil pengukuran.

5. Inside caliper

Inside caliper berfungsi untuk mengukur diameter bagian dalam, mengukur dimensi bagian dalam dan
untuk memeriksa apakah permukaan bagian dalam suatu benda sejajar atau tidak.
Inside caliper memiliki dua kaki yang dihubungkan dengan spring pivot point serta memiliki sekrup
penyetel (adjustment screw) untuk menahan kedua kakinya saat pengukuran agar kedua kaki tidak
bergeser.

6. Depth gauge

Depth gauge atau alat pengukur kedalaman berfungsi untuk mengukur kedalaman suatu lubang.

Depth gauge terdiri dari kompoen penggaris baja kecil yang memiliki skala utama dan bagian geser yang
terdapat skala vernier.

7. Valve spring tester

Valve spring tester berfungsi untuk menguji tingkat elastisitas dari pegas. Skala daya pegas standar
memiliki skala maksimal 158 kg atau 350 lb.

8. Feeler gauge

Feeler gauge berfungsi untuk mengukur celah antar komponen dan untuk memeriksa keausan antar
komponen.

Feeler gauge terdiri dari beberapa bilah tipis yang memiliki ketebalan yang berbeda-beda.

9. Vernier caliper

Vernier caliper atau juga sering disebut dengan jangka sorong memiliki fungsi untuk mengukur diameter
luar suatu benda, mengukur diameter dalam suatu benda dan mengukur kedalaman dari suatu benda.

Jangka sorong memiliki beberapa bagian yaitu rahang bawah, rahang atas, pengukur kedalaman, sekrup
pengunci, skala utama dan skala vernier/ nonius.

Jangka sorong memiliki beberapa tingkat ketelitian yaitu tingkat ketelitian 0,1 mm, tingkat ketelitian
0,05 mm, tingkat ketelitian 0,02 mm, tingkat ketelitian 1/128 inchi dan tingkat ketelitian 1/1000 inchi.
10. Outside micrometer

Outside micrometer atau micrometer luar memiliki fungsi untuk mengukur diameter luar suatu benda
dengan tingkat ketelitian yang lebih teliti dibandingkan dengan jangka sorong.

Outside micrometer memiliki beberapa bagian, antara lain frame, anvil, spindle, lock, sleeve, thimble
dan rachet stopper/ rachet knob.

Outside micrometer memiliki beberapa tingkat ketelitian yaitu tingkat ketelitian 0,01 mm dan tingkat
ketelitian 0,001 mm.

11. Inside micrometer

Inside micrometer atau micrometer dalam memiliki fungsi untuk mengukur diameter dalam suatu benda
dengan tingkat ketelitian yang lebih teliti dibandingkan dengan jangka sorong.

Inside micrometer terdiri dari beberapa komponen, antara lain spindle, spacer, spindle lock screw,
sleeve dan timble.

Inside micrometer memiliki tingkat ketelitian sampai 0,01 mm.

12. Depht micrometer

Depht micrometer atau micrometer kedalaman memiliki fungsi untuk mengukur kedalaman suatu
benda, kedalaman alur, ketinggian benda dengan tingkat ketelitian tertentu.

Depht micrometer memiliki komponen yang hampir sama dengan inside micrometer akan tetapi depht
micrometer memiliki tambahan bagian block yang rata dengan permukaan yang rata.

13. Telescoping gauge


Telescoping gauge memiliki fungsi untuk mengukur diameter dalam suatu benda yang memiliki ukuran
yang kecil sehingga tidak dapat dilakukan dengan menggunakan micrometer.

Bagian-bagian dari telescoping gauge terdiri dari locking screw, handle atau grip dan plunger.

14. Dial indicator

Dial indicator berfungsi untuk mengukur kebengkokan dan keolengan atau run out suatu suatu benda
atau poros.

Dial indicator memiliki tingkat ketelitian 0,01 mm.

15. Cylinder Bore Gauge

Cylinder Bore Gauge (CBG) berfungsi untuk mengukur diameter silinder. Alat ini digunakan bersama-
sama dengan jangka sorong dan micrometer luar saat digunakan untuk mengukur diameter silinder.

Macam-macam alat ukur elektrik

1. Multimeter

Multimeter atau multitester berfungsi untuk mengukur arus, tegangan, tahanan listrik, frekuensi, nilai
kapasitas, hubungan atau konektivitas pada rangkaian.

2. Osiloskop

Osiloskop berfungsi untuk :

Mengukur besar tegangan (voltage) listrik dan hubungannya terhadap waktu

Mengukur frekuensi signal yang berosilasi

Mengecek frekuensi signal pada rangkaian

Membedakan arus AC dan DC


Mengecek suara atau noise pada sebuah rangkaian kelistrikan dan hubungannya terhadap waktu.

3. Scanner

Scanner merupakan alat ukur yang digunakan pada kendaraan-kendaraan injeksi. Scanner berfungsi
untuk mengecek kesalah atau malfunction dari suatu sistem di kendaraan EFI, mengukur kerja sensor-
sensor dan aktuator-aktuator.

4. Dwell dan tacho tester

Dwell tester berfungsi untuk mengukur sudut dwell pada sistem pengapian kendaraan, sedangkan tacho
tester berfungsi untuk mengukur RPM mesin.

5. Timing light

Timing light berfungsi untuk mengetahui atau memeriksa saat pengapian kendaraan. Saat pengapian
kendaraan yaitu saat busi mulai memercikkan bunga api.

Macam-macam alat ukur pneumatik

1. Tyre pressure gauge

Tyre pressure gauge berfungsi untuk memeriksa tekanan udara pada ban, agar tekanan udara pada ban
sesuai dengan tekanan spesifikasinya. Ada beberapa macam tyre gauge, tyre pressure gauge ada yang
terpisah dari pompa ban dan ada yang menjadi satu dengan pompa ban.

2. Manifold gauge sistem AC

Manifold gauge pada sistem AC digunakan untuk mengecek tekanan refrigerant di dalam sistem AC, dan
juga berfungsi untuk melakukan penggantian refrigerant pada sistem AC.

3. Radiator tester

Radiator tester berfungsi untuk memeriksa kebocoran sistem pendingin dan juga untuk memeriksa kerja
tutup radiator.
4. Compression tester

Compression tester berfungsi untuk mengukur tekanan kompresi pada silinder mesin pada kendaraan.

Anda mungkin juga menyukai