Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

FENOMENA DASAR MESIN

Dosen Pembimbing:

Ir. Trihono Sewoyo, MT.

Disusun oleh:

Fani Andreas

(201810120311164)

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020/2021

1
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
LABORATORIUM TEKNIK MESIN
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang - Jawa Timur 65144
Telp. (0341) 463513 Fax. (0341) 460435
LEMBAR ASISTENSI

No Tanggal Catatan Asistensi Ket/Paraf

Malang, 10 Januari 2021

Dosen Pembimbing,

(Ir. Trihono Sewoyo, MT.)


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN

Disusun Oleh:

Nama : Fani Andreas

Kelas : V/I

NIM : 201810120311164

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Mesin

Berdasarkan hasil Praktikum Fenomena Dasar Mesin yang telah dilaksanakan


di Laboratorium Fenomena Dasar Mesin Universitas Muhammadiyah Malang.

Disetujui Oleh:

Kepala Laboratorium Dosen Pembimbing

Fenomena Dasar Mesin

(Ir. Herry Suprianto, MT.) (Ir. Trihono Sewoyo, MT.)

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena
rahmat dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan laporan akhir Praktikum
Fenoma Dasar Mesin ini dengan sebaik-baiknya.

Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada asisten pembimbing


laboratorium dan dosen pembimbing Praktikum Fenomena Dasar Mesin yang telah
membimbing dalam mengerjakan praktikum maupun hingga penyelesaian laporan.

Laporan resmi ini disusun agar pembaca maupun pemeriksa dapat


memperluas ilmu pengetahuan tentang mesin pada Praktikum Getaran Paksa.
Laporan yang telah saya sajikan berdasarkan praktikum yang saya lakukan.

Saya menyadari banyak kekurangan dalam penyelesaian laporan resmi ini,


oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk
kesempurnaan penulisan laporan di kemudian hari. Saya mohon maaf atas segala
kekurangan dalam pemulisan laporan resmi ini.

i
DAFTAR ISI

LEMBAR ASISTENSI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….…..i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….…ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………..1
1.2 Tujuan Percobaan ………………………………………………..2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Sistem 1 Derajat Kebebasan (1 dof ) …………………………….3


2.2 Sistem Tak Teredam (Undamped System) ………………………4
2.2.1 Hukum Gerak Newton …………………………………………...5
2.2.2 Diagram benda Bebas ……………………………………………6
2.2.3 Getaran Bebas Dengan Redaman ………………………………..10
2.3 Sistem Penyerapan Redaman …………………………………….12
1
2.4 Metode Bandwitch / Daya/ Half Power Point/ Ketajaman
2
Resonansi …………………………………………………………13
BAB III METODOLOGI PENGUJIAN
3.1 Metode Pengujian …………………………………………………15
3.2 Peralatan Pengujian………………………………………………..16

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Getaran paksa terjadi jika sistem berisolasi karena rangsangan gaya luar, jika
rangsangan tersebut terisolasi, maka system dipaksa untuk bergetar pada frekuensi
rangsangan. Apabila frekuensi rangsangan sama dengan salah satu frekuensi natural
system, maka akan didapat resonansi dan isolasi besar yang membahayakan.
Frekuensi itu sendiri merupakan satu kali gerak bolak-balik penuh, sedangkan waktu
yang diperlukan untuk menempuh satu kali getaran disebut Periode. Selain itu ada
juga yang disebut Amplitudo, yang merupakan jarak terjauh simpangan dari titik
kesetimbangan.
Semua sistem yang bergetar, mengalami redaman sampai derajat tertentu
karena energi didisipasi oleh gerakan dan tahanan lain. Jika redaman itu kecil, maka
pengaruhnya sangat kecil pada frekuensi natural sistem dan perhitungan frekuensi
natural biasanya dilaksanakan atas dasar tidak ada redaman, sebaliknya redaman
adalah hal penting sekali untuk membatasi amplitudoisasi pada waktu tertentu.
Bila suatu sistem membutuhkan satu koordinat untuk menggambarkan
gerakannya, maka sistem dikatakan mempunyai satu derajat kebebasan. Suatu sistem
dengan derajat kebebasan akan mempunyai satu frekuensi natural.
Motor dengan piringan tak seimbang (balance) yang diletakkan pada batang
ditumpu sederhana dapat diekivalenkan dengan sistem masa pegas satu derajat
kebebasan (S-DOT).
Dengan hal ini Keq diperoleh dari tabel defleksi, untuk sistem pin-rool belum
ditengah-tengah, diperoleh hubungan :

P=
( 48 EI
L3
δ
)
Dengan mengingat Hukum Hooke, maka :

Keq=
( 48LEL )
3

1
Sedangkan Meq adalah masa motor
2
P=m∙ e ∙ ω

P = Gaya Sentrifugal
e = Jarak sumbu putar motor dengan lokasi tak balance
m= Masa tak balance
2 πn
ω= Frekuensi sudut ¿ rad / s
60
n = Putaran Motor
solusi stationer dari sistem ini adalah,
2
(ω)
M X ωn
=

√[
m e
][ ]
2 2 2
(ω) (ω)
1− + 2ζ
ωn ωn
Dan sudut phasanya adalah,

tan φ=
( ω )
ω

n

√ (ω )
2
ω
1−
n

1.2 Tujuan Percobaan


Percobaan getaran paksa bertujuan untuk:
 Mengukur fungsi perbesaran dan beda phasa jawab untuk berbagai frekuensi
eksitasi dan beberapa harga rasio redaman.
 Menghitung karakteristik dinamis dan getaran bebas derajat kebebasan yaitu
frekuensi pribadi Wn dan faktor redaman.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sistem 1 Derajat Kebebasan (1 dof)


Sistem Satu Derajat Kebebasan suatu system getaran mendapat pengaruh gaya
dari luar, system tersebut akan dipaksa bergetar dan terjadi gerak osilasi dan bila pada
system tersebut terjadi redaman, maka system getaran tersebut dinamakan getaran
paksa teredam (Damped Forced Vibration) (Sewoyo, 2004)
Jika ada bagian dari gerakan yang menghilang seiring bertambahnya waktu,
bagian tersebut dinamakan respon transien, sedangkan gerak yang masih terus terjadi
disebut respon stasioner (Steady State). Untuk nilai respon transien dieperoleh dari
kondisi awal system tersebut. Ada dua kelompok getaran yang umum yaitu, getaran
bebas dan getaran paksa. System yang bergetar dengan satu frekuensi naturalnya
disebut dengan Sistem Satu Derajat Kebebasan, sedangkan sistem yang bergetar
dengan dua frekuensi naturalnya disebut Sistem dengan Dua Derajat Kebebasan.
Bila suatu sistem membutuhkan koordinat untuk menggambarkan gerakannya.
Maka sistem mempunyai Satu Derajat Kebebasan, suatau sistem dengan Satu Derajat
Kebebasan akan mempunyai frekuensi natural.
Sistem Derajat Kebebasan Tunggal ini dapat dijelaskan secara tepat dengaan
model matematis seperti pada dibawah ini, dimana memiliki elemen-elemen sebagai
berikut:
1. Elemen Massa (m), menyatakan massa dan sifat inersia dari struktur.
2. Elemen Pegas (k), menyatakan gaya balik elastis (Elastic Restoring force)
3. Elemen Redaman (c), menyatakan sifat geseran dan kehilangan energi dari
struktur
4. Gaya Pengaruh ( F t), menyatakan gaya luar yang bekerja pada sistem struktur

3
Dengan mengambil model matematis pada gambar diatas, dianggap bahwa
tiap elemen dalam sistem menyatakan satu difat khusus, yaitu:
1. Massa (m), menyatakan sifat khusus inersia (Property of Inertia), bukan
elastisitas atau kehilangan energi
2. Pegas (k), menyatakan elastisitas, bukan inersia atau kehilangan energi.
3. Peredam (c), menyatakan kehilangan energi.

2.2 Sistem Tak Teredam (Undamped System)


Analisis sistem dasar yang sederhana dalam pembahasan dinamika struktur
adalah Sistem Derajat Kebebasan Tunggal, dimana gaya geseran atau redaman
diabaikan dan sebagai tambahan, akan ditinjau sistem yang bebas dari gaya aksi gaya
luar selama bergerak atau bergetar. Pada keadaan ini, sistem tersebut hanya
dikendalikan oleh pengaruh atau kondisi yang dinamakan kondisi awal (initial
conditions), yaitu perpindahan yang diberikan dalam kecepatan pada saat t=0, pada
saat pembahasan dimulai. Sistem Derajat Kebebasan Tunggal Tak Teredam sering
dihubungkan dengan osilator sederhana tak teredam (simple undamped oscillator)
yang selalu disajikan seperti gambar sebagai bentuk yang mirip dengan yang di atas.

Kedua gambar tersebut merupakan model matematis secara dinamis ekivalen


dan hanya tergantung pada pilihan perorangan saja dalam penggunaannya. Pada
model ini massa (m) dihambat oleh pegas (k) dan bergerak menurut garis lurus
sepanjang satu sumber koordinat. Karakteristik mekanis dari pegas digambarkan
antara besar gaya F s yang bekerja pada ujung pegas dengan hasil perpindahan y

4
seperti terlihat
pada gambar di
bawah yang

menunjukkan secara grafik dari tiga jenis pegas yang berbeda.

Berdasarkan gambar diatas, karakteristik lenhkungan (a) menyatakan sifat


dari pegas kuat (hard spring), dimana gaya harus memberikan pengaruh lebih besar
untuk suatu perpindahan yang disyaratkan sering dengan terdeformasinya pegas.
Sedangkan, karakterisitik lengkungan (b), memyatakan sifat pegas linear, karena
deformasinya selaras (proportional) dengan gaya dan gambar grafisnya mempunyai
karakteristik garis lurus. Konstanta keselarasan antara gaya dan perpindahan dari
pegas linear disebut konstanta pegas (spring constant), yang biasa dinyatakan dengan
“k”, sehingga persamaan yang menyatakan hubungan antara gaya dan perpindahan
pegas linier adalah sebagai berikut:
F 3=ky
Pegas dengan karakteristik lengkungan (c) pada gambar disebut pegas lemah,
dimana pertambahan gaya untuk memperbesar perpindahan cenderung mengecil pada
saat deformasi pegas menjadi makin besar.

2.2.1 Hukum Gerak Newton


Hubungan analitis antara perpindahan (y) dan waktu (t), diberikan oleh Hukum
Newton kedua untuk gerak sebagai berikut:
F=ma
Dimana: F : Gaya yang bekerja pada partikel massa

5
a : Resultan Percepatan
persamaan dapat ditulis dalam bentuk ekivalen, dimana besaran komponennya
menurut sumbu koordinat x, y, dan z, yaitu:
Ʃ F x =m ax
Ʃ F y =ma y
Ʃ F z=m a z
Percepatan didefinisikan sebagai turunan kedua vektor posisi terhadap waktu,
yang berarti ketiga persamaan adalah persamaan differensial. Persaman Hukum
Newton dapat digunakan pada benda idealis seperti pertikel yang bermassa tetapi
tidak bervolume, tetapi juga dapat digunakan pada benda berdimensi yang bergerak.
Benda kaku yang bergerak pada sebuah bidang adalah simetris terhadap bidang gerak
(bidang x-z), sehingga mengakibatkan Hukum Newton perlu dimodifikasi menjadi
Ʃ F x =m(aG ) x
Ʃ F y =m( aG ) y
Ʃ M G =I G α
(a G ¿ ¿ x , (a G ¿ ¿ y : komponen percepatan sepanjan sumbu x dan y dari pusat
benda dibermassa G
α : Percepatan sudur
II G : Momen inersia massa benda terhadap sumbu melalui pusat sumbu G
ƩM G : Jumlah momen gaya yang bekerja pada benda tertentu terhadap
sumbu smelalui pusat massa G yang tegak lurus pada bidang x-y

2.2.2 Diagram benda Bebas


Diagram Free Body adalah suatu sketsa dari benda yang dipisahkan dari
benda lainnya dimana semua gaya luar pada benda terlihat jelas. Pada Gambar
V.6(b). Mengilustrasikan Diagram Benda Bebas dari massa osilator (m) yang
dipindahkan ke arah positif menurut koordinat y, yang memberikan gaya pada pegas
F ky s (asumsi pegas linier).

6
Berat dari mg dan reaksi normal N dari permukaan penunjang diperlihatkan
juga untuk pelengkap meskipun gaya-gaya ini bekerja pada arah vertikal dan tidak
termasuk dalam persamaan gerak yang ditulis menurut arah y. Penggunaan Hukum
Gerak Newton memberikan
−ky =m ÿ
Dimana gaya pegas bekerja pada arah negatif mempunyai tanda minus dan
percepatan dinyatakan oleh ∙∙ pada notasi ini, dua titik diatas menyatakan turunan
kedua terhadap waktu dan satu titik menyatakan turunan pertama terhadap waktu,
yaitu kecepatan.
Contoh : Sistem Massa balok

Lendutan pada massa m adalah


Pa3 ( I−a )2
δ= 3
(4 l−a)
12∙ EI ∙ l
p P ∙ 12 EI ∙ l 3
k= =
δ P ∙ a3 ( l −a )2 (4 l−a)

7
12 EI ∙l 3
¿ 3
a ( l−a )2 (4 l−a)

Diagram benda bebas dari sistem adalah:

Dari persamaan kesetimbangan pada DBB diperoleh:


Ʃ F y =0
m ẍ + kx=0
Misal jawab sistem adalah:
x=X sin ω t
ẋ=ωX cos ω t
2
ẍ=−ω X sin ω t
Apabila disubtitusikan ke PDG diperoleh:
2
−m ω x+ kx=0

ω=
√ k
m


3
12 EI ∙ l
ω n=
ma ( l−a )2 (4 l−a)
3

8
Contoh: Sistem Massa Pegas

Ʃ MA=0
iml 2 θ̈+k a2 θ=0 =>θ=X sin ω t
i(−ω ml 2 +k a2 ) X sin ωt=0 =>Ö=−ω2 X sin ω t
-ω 2 m l 2+ k a2=0
iω 2 m l 2=k a2

9
2 k a2
iω = 2
ml
Maka frekuensi pribadi sistem:


2
ka
ω= 2
ml
2.2.3 Getaran Bebas Dengan Redaman

Bila peredaman diperhitungkan, berarti gaya peredam juga berlaku pada


massa selain gaya yang disebabkan oleh peregangan pegas. Bila bergerak dalam
fluida benda akan mendapatkan peredaman karena kekentalan fluida. Gaya akibat
kekentalan ini sebanding dengan kecepatan benda. Konstanta akibat kekentalan
(viscositas) c ini dinamakan koefisien peredam, dengan satuan N s/m (SI)
dx
F d=−cx=−c ẋ=−c
dt
Dengan menjumlahkan semua gaya yang berlaku pada benda kita
mendapatkan persamaan:
m ẍ + c ẋ+ kx=0

10
Solusi persamaan ini tergantung pada besarnya redaman. Bila redaman cukup
kecil sistem masih akan bergetar, namun pada akhirnya akan berhenti. Keadaan ini
disebut kurang redam, dan merupakan kasus yang paling mendapatkan perhatian
dalam analisis vibrasi.
Bila peredaman diperbesar sehingga mencapai titik saat sistem tidak lagi berisolasi,
kita mencapai titik redaman kritis. Bila peredaman ditambahkan melewati titik kritis
ini sistem disebut dalam keadaan lewat redam
Nilai koefisien redaman yang diperukan untuk mencapai titik redaman kritis
pada model massa-pegas-peredam adalah
c c +i 2 2 √ km
Untuk mengkarakterisasi jumlah peredaman dalam sistem digunakan nisbah
yang dinamakan nisbah redaman. Nisbah ini adalah perbandingan antara peredaman
sebenarnya terhadap jumlah peredaman yang diperlukan untuk mencapai titik
redaman kritis. Rumus untuk nisbah redaman (ζ) adalah:
c
ζ=
2 √ km
Sebagai contoh struktur logam akan memiliki nisbah redaman lebih kecil dari
0.05, sedangkan suspensi otomotif akan berada pada selang 0.2-0.3. Solusi sistem
kurang redam pada model massa-pegas-peredam adalah
x ( t )= X e i n t cos( √ 1−ζ ωnt−o) , ωn =2 π f n
−ω 2

Nilai X, amplitudo awal, dan o, ingsutan fase, ditentukan oleh panjang


regangan pegas. Dari solusi tersebut perlu diperhatikan dua hal: faktor eksponensial
dan fungsi cosinus. Faktor eksponensial menentukan seberapa cepat sistem teredam:
semakin besar nisbah redaman semakin cepat sistem teredam ke titik nol. Fungsi
kosinus melambangkan osilasi sistem, namun frekuensi osilasi berbeda daripada
kasus tidak teredam.
Frekuensi dalam hal ini disebut “frekuensi alamiah teredam”, fd, dan
terhubung dengan frekuensi alamiah teredam lewat rumus berikut
f d =√ 1−ζ 2 f n j

11
Frrekuensi alamiah teredam lebih kecil daripada frekuensi alamiah teredam,
namun untuk benyak kasus praktis nisbah redaman relatif kecil, dan karenanya
perbedaan tersebut dapat diabaikan. Karena itu deskripsi teredam dan tak teredam
kerap kali tidak disebutkan ketika menyatakan frekuensi alamiah.
2.3 Sistem Penyerapan Redaman
Yang dimaksud dengan redaman adalah proses dimana terjadinya
pengurangan amplitudo dari suatu getaran akibat terdisipasinya energi akibat gesekan
dan hal lainnya. Untuk kasus dimana terdapat redaman, persamaan gerak untuk
sistem MDOF dengan kondisi getaran bebas adalah:
m ü +c u̇+ ku=0(2.1 .1)
Dimana c adalah konstanta redaman yang merupakan energi yang terdisipasi
pada suatu siklus getaran bebas ataupun getaran paksa yang harmonik. Kemudian
yang dimaksud dengan rasio redaman (ζ) adalah suatu nilai tidak berdimensi yang
bergantung pada properti fisik suatu sistem struktur(massa dan kekakuan) yaitu
perbandingan antara konstanta redaman dnegan konstanta redaman kritis (ζ=c/2mω)
N
u=∑ ¿1 ( t )= (t ) (2.1 .2)
r

Memasukkan persamaan (2.1.2) ke persamaan (2.1.1), maka:


mϕ q̈ +cϕ q̇+kϕq=0(2.1 .3)
Dengan mengalikan ϕ t pada bagian kiri dari tiap penyusun persamaan (2.1.3), maka:
m q̈+c q̇+ kq=0(2.1 .4)
Dimana:
C=ϕTcϕ (2.1 .5)
M =ϕTmϕ(2.1 .6)
K=ϕTkϕ (2.1 .7)
C adalah matriks redaman n × n, yang mana dapat tidak terbentuk diagonal
seperti halnya matriks massa dan matriks kekakuan sesuai dengan distribusi redaman
pada sistem struktur. Jika C diagonal, maka sistem disebut dengan redaman klasik.
Apabila sebaliknya, maka disebut redaman non-klasik, dimana analisa modal klasik
tidak dapat digunakan dan sistem tidak memiliki nilai frekuensi natural dan mode

12
getar yang sama dengan sistem tanpa redaman. Untuk tipe redaman klasik, rasio
redaman mode n adalah:
ω2−ω1
ζ= (2.18)
2ω n

1
2.4 Metode Bandwitch / Daya/ Half Power Point/ Ketajaman Resonansi
2
Pertama-tama tentukan nilai X res dari grafik yang diperoleh dari pengukuran.
Kemudian bagi dengan √ 2 atau kalikan X res dengan 0.707. Tarik garis horizontal pada
grafik untuk nilai 0.707 X res ini. Ada dua titik hasil perpotongan garis ini dengan
kurva. Tarik garis vertikal dari kedua titik ini ke bawah, akan diperoleh nilai ω 1 dan
ω 2 diperoleh dengan menarik garis vertikal dari puncak kurva.
Nilai ζ diperoleh dari persamaan pendekan berikut:
ω2−ω1
ζ=
2ω n
Untuk memperoleh persamaan pendekatan ini, perhatikan persamaan respon tak
beridmensi getaran paksa S-DOF berikut:
Xk 1
=

[ ( ) ] [ ( )]
Fo ω
2
ω
2

1− + 2ζ
ωn ωn

ω
Amplitudo resonansi X res terjadi saat =1 sehingga persamaan diatas akan
ωn
menjadi:
Fo 1
X res=
k 2ζ
X res
Jika digantikan X = dan menguadratkan persamaan respon tak berdimensi di atas,
√2
akan diperoleh:

( )
2
1 1 1
=

√[
2 2ζ
( ) ] [ ( )]
2 2
ω ω
1− + 2ζ
ωn ωn

Persamaan ini dapat dibentuk menjadi:

13
( )
ω
ωn
(
−2 1−2 ζ
2
) ω 2 (
ωn ( )
+ 1−8 ζ ) =0
2

( )
2
ω
jika adalah besaran yang dicari, maka:
ωn

( )
ω 2
ωn
=( 1−2 ζ 2 ) ± 2 ζ √ 1−ζ 2

Jika ζ cukup kecil sehingga ζ << 1 dan mengabaikan bentuk ζ akan diperoleh:

( )
ω 2
ωn
=1± 2 ζ

Jika akar-akar persamaan ini adalah ω 1 dan ω 2, maka:

( )
2
ω2
=1+2 ζ
ωn

( )
2
ω1
=1−2 ζ
ωn

Jika persamaan yang diatas dikurangkan dengan persamaan yang dibawah, akan
sampailah kita pada bentuk:

4 ζ=
ω 22−ω 21
ω 2
1
=2
( ω2−ω 1
ωn )
Atau
ω2 ω1
ζ=
2ω n

14
BAB III
METODOLOGI PENGUJIAN

3.1 Metode Pengujian


Pada pengujian ini, metode pengujian yang akan digunakan untuk mengetahui
getaran mekanik ini adalah serangkaian alat yang sudah di desain sedemikian rupa,
bisa disebut dengan Peralatan Percobaan Getaran Satu Derajat Kebebasan.

Gambar 3.1 Alat uji Getaran

15
Peralatan Percobaan Getaran Satu Derajat Kebebasan ini adalah pengujian yang
dilakukan hanya dengan mengamati hasil eksekusi melalui panel pengatur putaran
motor eksitator yang dilengkapi kontrol tegangan dan putaran motor. Serta dilengkapi
dengan alat ukur Mikrometer yang digunakan untuk mengukur amplitudo, dan massa
tak seimbang. Massa tersebut dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.

3.2 Peralatan Pengujian

Ada beberapa peralatan yang digunakan dalam pengujian getaran.

Gambar 3.2 Peralatan Percobaan Getaran Satu Derajat Kebebasan

Keterangan Gambar :

1. Motor Listrik dengan Massa tak seimbang


2. Massa
3. Tumpuan Rol
4. Mikrometer

16
5. Peredam
6. Braket Pegas
7. Batang Balok Lendut
8. Tumpuan Engsel
9. Tachometer
10. Kontrol Motor
11. Braket Pegas

Bagian utama dari peralatan terdiri atas :

 Kerangka utama.
 Struktur balok lentur yang ditumpu engsel dan diberi pegas pada ujungnya.
 Dimensi Batang (100 cm x 3 cm x 0.81 cm).
 Massa terkonsentrasi M.
 Motor listrik sebagai eksitator dengan massa yang tidak seimbang besarnya.
 Peredam getaran c.
 Mikrometer untuk mengukur getaran amplitude A.
 Stroboscope untuk mengukur putaran motor listrik.
 Pengatur motor listrik (eksitator).

17

Anda mungkin juga menyukai