Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

PERCOBAAN HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM LINIER

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Praktikum Fisika Dasar I

Yang dibimbing oleh Bapak Nasikhudin, S.Pd. M.Sc

Disusun oleh:

Nama : Pinasthika Nirmala Dewi

NIM : 190322623674

Kelas / Offering : AM

Kelompok : 2

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PEGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI FISIKA

SEPTEMBER 2019
A. Tujuan
Dengan adanya praktikum Hukum Kekekalan Momentum Linier diharapkan
mahasiswa dapat menerapkan teori ralat dengan benar, menentukan momentum sistem
sebelum tumbukan, menentukan momentum sistem setelah tumbukan, membuktikan
Hukum Kekekalan Momentum, menggunakan ticker timer dengan benar,
menggunakan neraca teknis dengan benar, dan menggunakan set alat dengan benar.

B. Latar Belakang
Hukum konservasi energi merupakan salah satu hukum yang penting mengenai
konservasi di dalam ilmu fisika, salah satunya besaran yang diketahui konservasinya
adalah momentum linier. Dalam mempelajari momentum linier pada dasarnya
merupakan pengolahan lebih lanjut mengenai hukum-hukum Newton. (Gioncoli, 2001
: 213)
Momentum adalah besaran vektor karena memiliki nilai dan arah. Momentum
sebuah partikel dapat dipandang sebagai ukuran kesulitan untuk mendiamkan partikel.
Satuan besaran untuk momentum adalah kg.m/s. Hukum kedua Newton memiliki kaitan
dengan momentum linier, karena jika tidak ada gaya eksternal yang bekerja, maka
momentum total adalah kekal yang artinya tetap konstan sepanjang waktu. (Tipler,
1991 : 219-220).

Jadi jumlah vektor momentum pada sistem dua benda tersebut kekal: tetap
konstan. Ketika menggunakan persamaan tersebut, kita harus memperhatikan arah
kecepatan tiap benda. v atau v’ bertanda positif jika benda bergerak ke kanan dan
bertanda negatif jika bergerak ke kiri. Apabila kedua benda bergerak berlawanan maka
salah satu v dan v’ benda bertanda positif dan benda lainnya bertanda negatif. Jika
kedua benda bergerak searah maka v dan v’ kedua benda bertanda sama.

Hukum Kekekalan momentum menyatakan bahwa dalam sebuah tumbukan


antara dua benda dalam sebuah sistem, momentum sebelum tumbukan adalah sama
dengan momentum sesudah tumbukan, yaitu:

m1v1 + m2v2 = m1v’1 + m2v’2


C. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Hukum Kekekalan
Momentum Linier yaitu power supply yang mempunyai fungsi untuk memberi titik-
titik yang merupakan jarak, pita kertas yang digunakan sebagai tempat pencoretan titik-
titik yang diberikan oleh power supply, ticker timer untuk menghitung waktu dari awal
sampai setelah tumbukan, pemberat yang bebannya divariasi, trolly 1 dan trolly 2,
kertas karbon, gunting untuk menggunting kertas pita dan juga karbon, penggaris untuk
menghitung jarak dari titik-titik di kertas pita, lintasan benda, palu yang digunakan
untuk memukul benda 1, neraca yang digunakan untuk menimbang beban, serta perekat
yang digunakan untuk merekatkan kertas pita dengan benda 1.

Gambar 1. Susunan alat percobaan Hukum Kekekalan Momentum Linier

D. Prosedur Percobaan
Dengan alat dan bahan yang tersedia, kami menyusun set-up percobaan
sedemikian sehingga dapat memperoleh obyek pengamatan berupa kekekalan
momentul linier. Pertama-tama, kami menimbang benda 1 dan benda 2, dengan
divariasi karena dilakukan percobaan 3 kali dengan massa yang berbeda. Kemudian
memasang kertas pita di ticker timer yang digunakan untuk memberi titik-titik.
Meletakkan trolley 1 dan trolley 2 pada tempatnya.
Meluncurkan trolley 1 dan trolley 2. Pertama-tama menyalakan power supply
dan meluncurkan trolley 1 sehingga trolley 1 menumbuk dan menempel pada trolley 2
dan keduanya bergerak bersama-sama. Jika setelah tumbukan kedua benda tidak
menempel, maka mengulangi percobaan. Pada saat trolley 1 meluncur dan menumbuk
trolley 2, pada saat itu pula tiker timer memberi titik-titik pada pita kertas.
Kemudian mengamati titik-titik ketukan pada pita, memberi titik sebelum
menumbuk. Mengukur jarak 10 ketukan sebelum tumbukan dan jarak 10 ketukan
sesudah tumbukan. Mencatat datanya pada lembar data dan mencatat nst alat yang
digunakan. Mengulangi percobaan tersebut dengan massa yang berbeda dengan
sebelumnya. Setelah mencatat seluruh data percobaan, dilanjutkan dengan menghitung
waktu yang digunakan untuk 10 ketukan.

E. Data Pengamatan

Percobaan Benda 1 Benda 2 Jarak t(s)


m1 Nst m1 Nst So Nst S (m) Nst
(m)
1. 0.760 0.005 0.760 0.005 0.146 0.001 0.057 0.001 1
s
5

2. 1.010 0.005 0.760 0.005 0.155 0.001 0.065 0.001 1


s
5

3. 1.010 0.005 1.010 0.005 0.153 0.001 0.08 0.001 1


s
5

Keterangan:

S = Jarak 10 ketukan setelah tumbukan


So = Jarak 10 ketukan sebelum tumbukan
Nst neraca = 0.005 kg
Nst mistar = 0.001 m

F. Pembahasan
Momentum sebuah partikel adalah sebuah vektor (p) yang didefinisikan sebagai
perkalian antara massa partikel m dengan kecepatannya (v). Momentum ini merupakan
besaran vektor yang memiliki besar dan arah. Hukum kekekalan momentum linier
adalah ketika kedua partikel dalam suatu sistem yang terisolasi saling berinteraksi,
momentum total partikel tersebut adalah konstan. Hukum ini memberitahukan bahwa
momentum total suatu sistem yang terisolasi setiap saatnya sama dengan momentum
awalnya.
Menurut hukum kekekalan momentum linier, bahwa momentum total suatu
sistem terisolasi adalah kekal, sesuai dengan persamaan:
m1v1 + m2v2 = m1v’1 + m2v’2

Karena yang diketahui adalah s dan t, maka rumus momentum sistem sebelum
𝑠⃗𝑜
tumbukan adalah 𝑝⃗𝑜 = m . dan momentum sistem sesudah tumbukan adalah 𝑃⃗⃗ =
𝑡
𝑠⃗
(𝑚1 + 𝑚2 ) . 𝑡

Dan ketidakpastian variabel yang dihitung dengan rumus :


𝜕𝑃 2 2 𝜕𝑃 2 2
⃗⃗⃗⃗⃗⃗
∆𝑃 = √|𝜕𝑚 3 ∆𝑚 | + | 𝜕𝑠 ∆𝑠 |
3

Serta dihitung ralat relatifnya dengan rumus :


∆𝑃⃗⃗⃗⃗⃗
0
Ralat Relatif = ⃗⃗⃗⃗⃗
× 100%
𝑃0

Adapun dari percobaan diperoleh data dan hasil, sebagai berikut:


 Percobaan I
1) Sebelum tumbukan
𝑚1 = (𝑚1 ± ∆ 𝑚)
= (0,760 ± 0,0025)
⃗⃗⃗⃗𝑠𝑜 = 𝑠⃗𝑜 ± ∆𝑠
= (0,146 ± 0,0005)
𝑠⃗𝑜
𝑝⃗𝑜 = 𝑚1 . 𝑡
0,146
= 0,760 . 0,2

= 0,5548 kg 𝑚⁄𝑠

Ralat Mutlak
𝜕𝑝 2 2 𝜕𝑝 2 2
∆𝑝⃗𝑜 = √| ∆𝑚| + | . . ∆𝑠𝑜 |
𝜕𝑚 3 𝜕𝑠𝑜 3

𝜕𝑚1. 𝑠⃗⃗𝑜 2 𝜕𝑚1 .𝑠𝑜 2


2 2
= √| 𝑡
∆𝑚| + | 𝑡
. 3 . ∆𝑠𝑜 |
𝜕𝑚 3 𝜕𝑠𝑜

𝑠⃗ 2 2 𝑚1 2 2
= √| 𝑡𝑜 ∆𝑚| + | . 3 . ∆𝑠𝑜 |
3 𝑡

0,146 2 2 0,760 2 2
= √| 0,2 3
0,0025| + | 0,2 3
0,0005|
= √1,4802 . 10−6 + 1,6044 . 10−6

= √3,0846 . 10−6
= 1,7563 . 10−3
= 0,0017563

∆𝑝⃗𝑜
Ralat Relatif = . 100%
𝑝⃗𝑜
0,0017563
= . 100%
0,5548

= 0,3165% (4AP)
Jadi, momentum awal (𝑝⃗𝑜 ) adalah (0,5548 ± 0,0017) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat relatif
0,3165%

2) Sesudah tumbukan
𝑚2 = (𝑚2 ± ∆ 𝑚)
= (0,760 ± 0,0025)
𝑠⃗ = 𝑠⃗ ± ∆𝑠
= (0,057 ± 0,0005)
𝑠⃗
𝑃⃗⃗ = (𝑚1 + 𝑚2 ) . 𝑡
0,057
= (0,760 + 0,760). 0,2

= 0,4332 kg 𝑚⁄𝑠

Ralat Mutlak
𝜕𝑝 2 2 𝜕𝑝 2 2
∆𝑃⃗⃗ = √|𝜕𝑚 ∆𝑚| + |𝜕𝑠 . 3 . ∆𝑠|
3

𝑠⃗ 2 2 (𝑚1 + 𝑚2 ) 2 2
= √| 𝑡 ∆𝑚| + | . 3 . ∆𝑠|
3 𝑡

0,057 2 2 (1,52) 2 2
= √| 0,0025| + | . 3 . 0,0005|
0,2 3 0,2

= √0,2256 × 10−6 + 6,4178 × 10−6

= √6,6434 × 10−6
= 2,5774 × 10−3
= 0,0025774
∆𝑝⃗
Ralat Relatif = × 100%
𝑝⃗
0,0025774
= × 100%
0,4332

= 0,5949% (4AP)
Jadi, momentum akhir (𝑃⃗⃗) adalah (0,4332 ± 0,00257) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat relatif
0,5949%

 Percobaan II
1) Sebelum tumbukan
𝑚1 = (𝑚1 ± ∆𝑚)
= (1,010 ± 0,0025)

𝑠⃗𝑜 = (𝑠⃗𝑜1 ± ∆𝑠)


= (0,155 ± 0,0005)
𝑝⃗𝑜 = (𝑚1 . 𝑣)
𝑠⃗𝑜
= (𝑚1 )
𝑡
0,155
= (1,010 )
0,2

= 0,78725 kg 𝑚⁄𝑠

Ralat mutlak
𝜕𝑃 2 2 𝜕𝑃 2 2
∆𝑝⃗𝑜 = √|𝜕𝑚 3 ∆𝑚 | + |𝜕𝑠 ∆𝑠0 |
0 3

𝜕𝑚1 𝑠0 2 𝜕𝑚1 𝑠0 2
2 2
= √| 𝑡
∆𝑚 | + | 𝑡
∆𝑠0 |
𝜕𝑚 3 𝜕𝑠0 3

𝑠 2 𝑚 2 2 2
=√| 0 ∆𝑚 | + | 1 ∆𝑠0 |
𝑡 3 𝑡 3

0,155 2 2 1,010 2 2
= √| 0,0025 | + | 0,0005 |
0,2 3 0,2 3

= √1,6684 × 10−6 + 2,8336 × 10−6

= √4,502 × 10−6
= 2,12179 × 10−3
= 0,00212179
∆𝑝⃗𝑜
Ralat relatif = ⃗⃗⃗⃗⃗⃗
× 100%
𝑝⃗ 𝑜

0,00212179
= × 100%
0,78725

= 0,2695% (4AP)
Jadi, momentum awal (𝑝⃗𝑜 ) adalah (0,7872 ± 0,0021) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat relatif
0,2695%

2) Sesudah tumbukan
𝑚2 = (𝑚2 ± ∆𝑚)
= (0,760 ± 0,0025)
𝑠⃗ = (𝑠⃗ ± ∆𝑠⃗)
= (0,065 ± 0,0005)
𝑠⃗
𝑃⃗⃗ = (𝑚1 + 𝑚2 ) 𝑡
0,065
= (1,010 + 0,760) 0,2

= 0,5752 kg 𝑚⁄𝑠

Ralat mutlak
𝜕𝑃 2 𝜕𝑃 2 2 2
∆𝑃⃗⃗ = √|𝜕𝑚 3 ∆𝑚 | + | 𝜕𝑠 3 ∆𝑠 |

𝑠⃗ 2 2
(𝑚1 + 𝑚2) 2 2
=√|𝑡 3 ∆𝑚 | + | ∆𝑠 |
𝑡 3

0,065 2 2 (1,010+ 0,760) 2 2


= √| 0,0025 | + | 0,0005|
0,2 3 0,2 3

= √0,2934 × 10−6 + 8,7025 × 10−6

= √8,9959 × 10−6
= 2.999316 × 10−3
= 0,002999316
∆𝑃⃗⃗
Ralat relatif = × 100%
𝑃⃗⃗
0,00299316
= × 100%
0,5752

= 0,5203% (4AP)
Jadi, momentum akhir (𝑃⃗⃗) adalah (0,5752 ± 0,0029) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat relatif
0,5203%
 Percobaan III
1) Sebelum tumbukan
𝑚1 = (𝑚1 ± ∆𝑚)
= (1,010 ± 0,0025)
𝑠⃗𝑜 = (𝑠⃗𝑜1 ± ∆𝑠)
= (0,153 ± 0,0005)
𝑝⃗𝑜 = (𝑚1 . 𝑣)
𝑠⃗⃗⃗⃗⃗
0
= (𝑚1 )
𝑡
0,153
= (1,010 )
0,2

= 0,7726 kg 𝑚⁄𝑠
Ralat mutlak
𝜕𝑃 2 2 𝜕𝑃 2 2
∆𝑝⃗𝑜 = √|𝜕𝑚 3 ∆𝑚 | + |𝜕𝑠 ∆𝑠0 |
0 3

𝜕𝑚1 𝑠0 2 𝜕𝑚1 𝑠0 2
2 2
= √| 𝑡
∆𝑚 | + | 𝑡
∆𝑠0 |
𝜕𝑚 3 𝜕𝑠0 3

𝑠 2 𝑚 2 2 2
=√| 𝑡0 3 ∆𝑚 | + | 𝑡1 3 ∆𝑠0 |

0,153 2 2 1,010 2 2
= √| 0,0025 | + | 0,0005 |
0,2 3 0,2 3

= √1,6256 × 10−6 + 2,8336 × 10−6


= √4.4592 × 10−6
= 2,11168 × 10−3
= 0,00211168

∆𝑃⃗⃗⃗⃗⃗
0
Ralat relatif = ⃗⃗⃗⃗⃗
× 100%
𝑃 0

0,00211168
= × 100%
0,7726

= 0,2733 % (4AP)
Jadi, momentum awal (𝑝⃗𝑜 ) adalah (0,7726 ± 0,0021) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat relatif
0,2733%
2) Sesudah tumbukan
𝑚2 = (𝑚2 ± ∆𝑚)
= (1,010 ± 0,0025)
𝑠⃗ = (𝑠⃗ ± ∆𝑠⃗)
= (0,08 ± 0,0005)
𝑠⃗
𝑃⃗⃗ = (𝑚1 + 𝑚2 ) 𝑡
0,07
= (1,010 + 1,010) 0,2

= 0,707 kg 𝑚⁄𝑠

Ralat mutlak
𝜕𝑃 2 𝜕𝑃 2 2 2
∆𝑃⃗⃗ = √|𝜕𝑚 3 ∆𝑚 | + | 𝜕𝑠 3 ∆𝑠 |

𝑠⃗ 2 2
(𝑚1 + 𝑚2) 2 2
=√|𝑡 3 ∆𝑚 | + | ∆𝑠 |
𝑡 3

0,08 2 2 (1,010 + 1,010) 2 2


= √| 0,2 0,0025 | + | 0,0005|
3 0,2 3

= √0,4444 × 10−6 + 11,3344 × 10−6

= √11,7788 × 10−6
= 3,43202 × 10−3
= 0,00343202

∆𝑃⃗⃗
Ralat relatif = × 100%
𝑃⃗⃗
0,00343202
= × 100%
0,707

= 0,4854 % (4AP)
Jadi, momentum akhir (𝑃⃗⃗) adalah (0,707 ± 0,0034) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat relatif
0,4854%
Momentumawal MomentumAkhir
Sp R = Sp R =
Percobaan
p oESpo (kgms-1) x100% p Esp (kgms-1 x100%
p P
1. 𝑃0 = (0,5548 ± 0,0017) kg 𝑚⁄𝑠 0,3165 %
⃗⃗⃗⃗⃗⃗ 𝑃⃗⃗ = (0,4332 ± 0,00257) kg 𝑚⁄𝑠 0,5949 %
2. 𝑃0 = (0,7872 ± 0,0021) kg 𝑚⁄𝑠 0,2695 %
⃗⃗⃗⃗⃗⃗ 𝑃⃗⃗ = (0,5752 ± 0,0029) kg 𝑚⁄𝑠 0,5203 %

3. 𝑃0 = (0,7726 ± 0,0021) kg 𝑚⁄𝑠 0,2733 %


⃗⃗⃗⃗⃗⃗ 𝑃⃗⃗ = (0,707 ± 0,0034) kg 𝑚⁄𝑠 0,4854 %

Tabel 1. Deskripsi Data Hukum Kekekalan Momentum

Dari hasil percobaan tersebut diperoleh hasil momentum awal dan momentum
akhir memiliki perbedaan. Jika massa benda 1 lebih besar dari massa benda 2, maka
momentum sebelum tumbukan nilainya akan cenderung lebih besar daripada nilai
momentum setelah tumbukan. Sama halnya dengan jarak yang diperoleh dalam
percobaan itu, menjelaskan bahwa jarak momentum sebelum tumbukan selalu lebih
panjang daripada jarak momentum setelah tumbukan setelah tumbukan. Hal ini
menerangkan bahwa massa benda dan jarak sangat berpengaruh terhadap besar
kecilnya momentum yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh hasil momentum awal dan momentum
akhir yang berbeda dan tidak sesuai dengan hukum kekekalan momentum linier. Hal
ini dimungkinkan terjadi kesalahan ketika percobaan, di antaranya adalah kurang teliti
dalam mengukur panjang 10 ketukan sebelum dan sesudah tumbukan, kurang terampil
dalam mengatur alat percobaan, dan kurang teliti dalam melakukan penghitungan.

G. Kesimpulan
Dalam percobaan hukum kekekalan momentum linier menggunakan ralat
rambat. Kita dapat menentukan momentum sistem sebelum tumbukan dengan
persamaan:

𝑠⃗𝑜
𝑝⃗𝑜 = 𝑚1 . ....................................................................................(1)
𝑡

Sehingga diperoleh hasil pada percobaan 1 𝑝⃗𝑜 = (0,5548 ± 0,0017) kg 𝑚⁄𝑠


dengan ralat relatif 0,3165%. Percobaan 2 diperoleh 𝑝⃗𝑜 = (0,7872 ± 0,0021) kg 𝑚⁄𝑠
dengan ralat relatif 0,2695%. Percobaan 3 diperoleh 𝑝⃗𝑜 = (0,7726 ± 0,0021) kg 𝑚⁄𝑠
dengan ralat relatif 0,2733%.
Menentukan momentum sistem setelah tumbukan dengan persamaan:
𝑠⃗
𝑃⃗⃗ = (𝑚1 + 𝑚2 ) 𝑡 ...........................................................................(2)

Dengan persamaan kedua, diperoleh hasil sebagai berikut, pada percobaan 1


diperoleh 𝑃⃗⃗ = (0,4332 ± 0,00257) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat relatif 0,5949%. Pada percobaan
2 diperoleh 𝑃⃗⃗ = (0,5752 ± 0,0029) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat relatif 0,5203% . Pada
percobaan 3 diperoleh 𝑃⃗⃗ = (0,707 ± 0,0034) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat relatif 0,4854%.
Hukum kekekalan momentum linier membuktikan bahwa ketika dua partikel
dalam suatu sistem yang terisolasi saling berinteraksi, momentum total sistem tersebut
adalah konstan atau kekal, sesuai dengan persamaan:
m1v1 + m2v2 = m1v’1 + m2v’2 ..............................................................(3)

Dalam percobaan ini dapat menggunakan ticker timer dengan benar, dapat
menggunakan neraca teknis dengan benar dan dapat menggunakan set alat dengan
benar.

H. Rujukan
Gioncoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga
Panitia Teori Ralat. 2019. Seminar Teori Ralat. Malang : Universitas Negeri Malang
Tim Praktikum Fisika Dasar. 2016. Modul Praktikum Fisika Dasar 1. Malang :
Universitas Negeri Malang
Tipler Paul A. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Penerbit Erlangga
Sugandi, Eka. 2008. Hukum Kekekalan Momentum. (online)
(http://basicphysics.blogspot.co.id) diakses pada 25 September 2019.

Anda mungkin juga menyukai