Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

“PERCOBAAN HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM LINIER”


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Praktikum Fisika Dasar I
yang dibimbing oleh Dr. Nasikhudin, S.Pd, M.Sc

Disusun oleh :
Dea Berliana Ramadhani
190322623612

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
SEPTEMBER 2019
A. TUJUAN
Pada percobaan hukum kekekalan momentum linier ini memiliki beberapa
tujuan yaitu mahasiswa dapat membuktikan Hukum Kekekalan Momentum, dapat
menerapkan Teori Ralat dengan benar, dapat menentukan momentum sistem
sebelum tumbukan, dapat menentukan momentum sistem setelah tumbukan, dapat
menggunakan ticker timer dengan benar dan menggunakan neraca teknis dengan
benar serta dapat menggunakan set alat dengan benar.

B. LATAR BELAKANG
Momentum linier merupakan suatu benda yang didefinisikan sebagai hasil kali
massa (m) dengan kecepatan (v) nya yang ditulis 𝑝
⃗⃗⃗ = m v. Momentum linier juga
merupakan besaran vektor sehingga momentum tersebut dinyatakan dalam bentuk
vektor. Momentum linier dapat disebut dengan momentum. Momentum dimiliki
oleh benda yang bergerak. Momentum adalah kecenderungan benda yang bergerak
untuk melanjutkan gerakannya pada kelajuan konstan.
Misalkan benda yang bermassa m mempunyai kecepatan (v) dengan waktu (t)
tertentu. Dengan perubahan pada saat 𝑡1 dan pada kecepatan 𝑣2 pada saat 𝑡2 .
Sehingga perubahan waktunya 𝑡 = 𝑡1 - 𝑡 dan Δ𝑣 = 𝑣1 - 𝑣, sehingga perubahan
momentumnya adalah Δ𝑝
⃗⃗⃗ = Δ(m v)= m Δ(v), karena m konstan. Semakin besar
massa suatu benda, maka semakin besar momentumnya, dan semakin cepat gerak
suatu benda. Momentum ini menerapkan Hukum Newton II yang menyatakan
bahwa laju perubahan momentum partikel adalah sama dengan gaya total yang
bekerja pada partikel dan benda di arah gaya itu.
Terdapat 3 jenis tumbukan yang dilihat dari lenting atau tidaknya yaitu :
1. Tumbukan lenting sempurna
Apabila ada dua benda yang bertumbukan dengan energi kinetik sesudah dan
sebelum tumbukan sama, maka tumbukan tersebut disebut tumbukan lenting.
Hal ini berlaku Hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan Energi
Kinetik. Menurut Hukum Kekekalan Energi di rumuskan :

½ 𝑚1 𝑣1 + ½ 𝑚2 𝑣2 = ½𝑚1 𝑣1 ’+ ½ 𝑚2 𝑣2 ’

2. Tumbukan Lenting Sebagian


Tumbukan ini mengalami kehilangan energi kinetik setelah tumbukan. Energi
kinetik sebelum tumbukan lebih besar dari pada energi sesudah tumbukan. Hal
ini dikarenakan terjadi perubahan energi menajdi kalor. Sehingga tidak berlaku
lagi Hukum Kekekalan Energi Kinetik. Pada tumbukan ini hanya berlaku
Hukum Kekekalan Momentum yang di rumuskan :

𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = 𝑚1 𝑣1 ’+ 𝑚2 𝑣2 ’

3. Tumbukan tidak lenting sama sekali


Pada tumbukan ini, sesudah tumbukan kedua benda bersatu sehingga
kecepatan kedua benda sesudah tumbukan besarnya sama 𝑣1 ’ = 𝑣2 ’ = 𝑣’.
Dalam tumbukan ini tidak berlaku Hukum Kekekalan Energi Kinetik
melainkan berlaku Hukum Kekekalan Momentum.

𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = 𝑚1 𝑣1 ´+ 𝑚2 𝑣2 ´
𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = ( 𝑚1 + 𝑚2 )𝑣´

Dalam percobaan hukum kekekalan linier ini menggunakan tumbukan


tidak lenting sama sekali karena sebelum tumbukan ⃗⃗⃗⃗
𝑃0 = 𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 , ini
disebabkan karena benda 2 mula – mula diam ( 𝑣2 = 0) maka 𝑃⃗ = 𝑚1 𝑣1 .
Ketika melakukan percobaan kedua benda bertumbukan dan menjadi satu
𝑠0
sehingga mengalami GLB dengan 𝑣1 = . Sehingga momentum sebelum
𝑡
𝑠
tumbukan berlaku ⃗⃗⃗⃗
𝑃0 = 𝑚1 0 sedangkan setelah tumbukan belaku 𝑃⃗ = 𝑚1 𝑣1 ´
𝑡

+ 𝑚2 𝑣2 ´. Dan kemudian berlaku


𝑠
𝑃⃗ = ( 𝑚1 + 𝑚2 )𝑣 = ( 𝑚1 + 𝑚2 ) 𝑡
C. ALAT DAN BAHAN
Pada percobaan Hukum Kekekalan Momentum Linier ini, alat dan bahan yang
digunakan adalah Benda (Trolly) 1 dan benda (Trolly) 2 sebagai benda yang
mengalami tumbukan,, ticker timer sebagai pemberi tanda, power supply untuk
menjalankan ticker timer, pita kertas sebagai tempat untuk memberikan tanda titik
– titik pada ticker timer, kertas karbon untuk memunculkan tanda dari ticker timer
ke pita kertas agar terlihat, penggaris untuk mengukur panjang ketukan pada pita
kertas, lintasan benda sebagai tempat berlangsungnya tumbukan,, palu untuk
memukul bagian yang menjalankan trolly, dan neraca sebagai pengukur massa
beban atau benda.

D. PROSEDUR PERCOBAAN
Dalam percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan yaitu mesusun alat dan
bahan yang telah disediakan tersebut sedemikian rupa, seperti gambar berikut :

Gambar 1. Set alat percobaan hukum kekekalan moamentum linier

Setelah alat dan bahan tersebut disusun sedemikian rupa, dilanjutkan dengan
menimbang benda (trolly) 1 dan benda (trolly) 2 menggunakan neraca teknis.
Kemudian mencatat sebagai 𝑚1 dan 𝑚2 dan disertai dengan nilai skala terkecil
(nst) dari alat yang digunakan. Selanjutnya meninggikan sedikit ujung papan
yang ada ticker timernya dengan cara mengatur letak ganjal sehingga benda 1
dengan sedikit dorongan akan terus bergerak kira – kira dengan kecepatan tetap.
Sebelumnya, meletakkan 2 benda (trolly) di atas tempat lintasan benda yang
saling berjauhan. Menyalakan power supply dan setelah beberapa detik pukul
dengan palu kemudian benda 1 meluncur sehingga menumbuk dan menempel
pada benda 2 dan keduanya bergerak bersama – sama. Jika setelah tumbukan
kedua benda tidak menempel, maka mengulangi percobaannya. Inilah gambar
dimana kedua benda saling menempel

Gambar 2. Tumbukan kedua benda

Setelah tumbukan, mengamati titik – titik ketukan yang tampak pada pita
kertas. Mengukur jarak 10 ketukan sebelum tumbukan (𝑠0 ) dan jarak 10
ketukan setelah tumbukan (𝑠). Kemudian mencatat datanya pada lembar data,
serta catat nst alat yang digunakan.

Sesudah Sebelum

Gambar 3. Titik – titik ketukan pada pita kertas


Catatan: Pengukuran 𝑠 dan 𝑠0 dilakukan paling tidak 4 kali ditempat yang berbeda,
Jika jarak dari masing-masing 4 tempat tersebut berbeda terlalu besar, menunjukkan
bahwa benda belum bergerak lurus beraturan. Mengatur kembali tinggi / kemiringan
papan sampai menemukan hasil yang terbaik. Jika sudah diusahakan masih belum
berhasil, reratakan jarak dari keempat pengukuran tersebut.
Selanjutnya hitunglah waktu yang diperlukan untuk 10 ketukan. Dan mengulangi
percobaan teresbut dengan cara mengubah massa masing – masing benda yang
bertumbukan minimal 1 kali lagi.
E. DATA PENGAMATAN
Tabel 1. PERCOBAAN HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM LINIER
Benda 1 Benda 2 Jarak
Percobaan t (s)
nst Nst nst nst
𝑚1 (kg) 𝑚2 (kg) 𝑠0 (m) 𝑠(m)

1. 1,006 0,005 1,007 0,005 0,15 0,001 0,07 0,001 0,2

2. 0,756 0,005 0,757 0,005 0,16 0,001 0,08 0,001 0,2

3. 1,006 0,005 0,757 0,005 0,10 0,001 0,07 0,001 0,2

Ket :
𝑠0 = jarak 10 ketukan sebelum tumbukan
𝑠 = jarak 10 ketukan setelah tumbukan
Frekuensi = 50 Hz
𝑛 10
t= s= = 0,2 s
𝑓 50
F. PEMBAHASAN
Momentum sebuah partikel didefinisikan sebagai hasil perkalian antara massa
(m) dengan kecepatan (v). Dalam percobaan ini, jumlah momentum benda – benda
sesudah dan setelah tumbukan yaitu tetap. Momentum linier ini mengalami
tumbukan tidak lenting sama sekali, diamana tumbukan tersebut tidak ada gaya luar
sehingga kecepatan sebelum dan setelah tumbukan sama (𝑣1 ’ = 𝑣2 ’ = 𝑣’) Sehingga
menjadi 𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = ( 𝑚1 + 𝑚2 )𝑣´
Namun, karena yang diketahui s dan t maka berlaku :
𝑠𝑜
Sebelum tumbukan : ⃗⃗⃗⃗
𝑃0 = 𝑚 𝑣 = (𝑚1 ) 𝑡
𝑠
Setelah tumbukan : 𝑃⃗ = 𝑚 𝑣 = (𝑚1 + 𝑚2 )
𝑡

Dalam percobaan ini juga menggunakan teori ralat rambat karena nilai hasil
eksperimen bergangung pada sejumlah variabel yang memiliki standar deviasai rata
– rata. Semua variabel bebas diukur dengan pengukuran tunggal, karena hanya
diukur sekali sehingga variabel bebas ditulis sebagai berikut :
𝑠
𝑚 = (𝑚 ± ∆𝑚) ; 𝑠 = (𝑠 ± ∆𝑠); 𝑃⃗ = (𝑚1 + 𝑚2 ) 𝑡 ;

Dan ketidakpastian variabel yang dihitung dengan rumus :

𝜕𝑃 2 2 𝜕𝑃 2 2
⃗⃗⃗⃗⃗
∆𝑃 = √| ∆𝑚 | + | ∆𝑠 |
𝜕𝑚 3 𝜕𝑠 3

Serta dihitung ralat relatifnya dengan rumus :


∆𝑃⃗⃗⃗⃗0
Ralat Relatif = ⃗⃗⃗⃗
𝑃0
× 100%

 Percobaan I Hukum Kekekalan Momentum Linier


a. Sebelum tumbukan yaitu
𝑚1 = (𝑚1 ± ∆𝑚)
= (1,006 ± 0,0025)
𝑠0
⃗⃗⃗ = (𝑠⃗⃗⃗0 1 ± ∆𝑠)
= (0,15 ± 0,0005)
⃗⃗⃗⃗
𝑃0 = (𝑚1 𝑣)
𝑠0
⃗⃗⃗⃗
= (𝑚1 )
𝑡
0,15
= (1,006 )
0,2

= 0,7545 kg 𝑚⁄𝑠

Ralat Mutlak
𝜕𝑃 2 2 𝜕𝑃 2 2
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
∆𝑃0 = √|𝜕𝑚 3 ∆𝑚 | + |𝜕𝑠 ∆𝑠0 |
0 3

𝜕𝑚1 𝑠0 2 𝜕𝑚1 𝑠0 2
2 2
= √| 𝑡
∆𝑚 | + | 𝑡
∆𝑠0 |
𝜕𝑚 3 𝜕𝑠0 3

𝑠 2 𝑚 2 2 2
=√| 𝑡0 3 ∆𝑚 | + | 𝑡1 ∆𝑠0 |
3

0,15 2 2 1,006 2 2
= √| 0,2 0,0025 | + | 0,0005 |
3 0,2 3

= √1,5625 × 10−6 + 2,8112 × 10−6

= √4,3737 × 10−6
= 2,0913 × 10−3
= 0,0020913

∆𝑃⃗⃗⃗⃗0
Ralat Relatif = ⃗⃗⃗⃗0
× 100%
𝑃
2,0913
= 0,7545 10−3 × 100

= 0,2772 % (4AP)
⃗⃗⃗⃗0 ) adalah (0,7545 ± 0,0021) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat
Jadi, momentum awal (𝑃
relatif 0,2772 % (4AP)

b. Sesudah tumbukan yaitu


𝑚2 = (𝑚2 ± ∆𝑚)
= (1,007 ± 0,0025)
𝑠 = (𝑠 ± ∆𝑠)
= (0,07 ± 0,0005)
𝑠
𝑃⃗ = (𝑚1 + 𝑚2 )
𝑡
0,07
= (1,006 + 1,007) 0,2

= (2,013) 0,35
= 0,70455 kg 𝑚⁄𝑠

Ralat Mutlak

𝜕𝑃 2 2 𝜕𝑃 2 2
⃗⃗⃗⃗⃗
∆𝑃 = √|𝜕𝑚 3 ∆𝑚 | + | 𝜕𝑠 ∆𝑠 |
3

2
(𝑚1+ 𝑚2) 2
𝑠 2 2
=√|𝑡 3 ∆𝑚 | + | ∆𝑠 |
𝑡 3

0,07 2 2 (1,006+ 1,007 2 2


= √| 0,2 0,0025 | + | 0,0005|
3 0,2 3

= √0,34028 × 10−6 + 1,25603 × 10−6

= √1,59631 × 10−6
= 1,2635 × 10−3
= 0,0012635
∆𝑃⃗
Ralat Relatif = × 100%
𝑃⃗
1,2635
= 0,70455 10−3 × 100

= 0,1793 % (4AP)
Jadi, momentum akhir (𝑃⃗) adalah (0,7045 ± 0,0013) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat relatif
0,1793 % (4AP)

 Percobaan II
a. Sebelum tumbukan yaitu
𝑚1 = (𝑚1 ± ∆𝑚)
= (0,756 ± 0,0025)
⃗⃗⃗⃗
𝑠0 = (𝑠⃗⃗⃗0 1 ± ∆𝑠)
= (0,16 ± 0,0005)
⃗⃗⃗⃗
𝑃0 = (𝑚1 𝑣)
𝑠0
⃗⃗⃗⃗
= (𝑚1 )
𝑡
0,16
= (0,756 )
0,2

= 0,6048 kg 𝑚⁄𝑠

Ralat Mutlak
𝜕𝑃 2 2 𝜕𝑃 2 2
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
∆𝑃0 = √|𝜕𝑚 3 ∆𝑚 | + |𝜕𝑠 ∆𝑠0 |
0 3

𝜕𝑚1 𝑠0 2 𝜕𝑚1 𝑠0 2
2 2
= √| 𝑡
∆𝑚 | + | 𝑡
∆𝑠0 |
𝜕𝑚 3 𝜕𝑠0 3

𝑠 2 𝑚 2 2 2
=√| 𝑡0 3 ∆𝑚 | + | 𝑡1 ∆𝑠0 |
3

0,16 2 2 0,756 2 2
= √| 0,2 0,0025 | + | 0,0005 |
3 0,2 3

= √1,7777 × 10−6 + 1,5876 × 10−6

= √3,3653 × 10−6
= 1,8345 × 10−3
= 0,0018345

∆𝑃⃗⃗⃗⃗0
Ralat Relatif = ⃗⃗⃗⃗0
× 100%
𝑃

1,8345 × 10−3
= × 100
0,6048

= 0,3033 % (4AP)
⃗⃗⃗⃗0 ) adalah (0,6048 ± 0,0018) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat
Jadi, momentum awal (𝑃
relatif 0,3033 % (4AP)

b. Sesudah tumbukan yaitu


𝑚2 = (𝑚2 ± ∆𝑚)
= (0,757 ± 0,0025)
𝑠 = (𝑠 ± ∆𝑠)
= (0,08 ± 0,0005)
𝑠
𝑃⃗ = (𝑚1 + 𝑚2 ) 𝑡
0,08
= (0,756 + 0,757) 0,2

= (1,513)0,4
= 0,6052 kg 𝑚⁄𝑠

Ralat Mutlak

𝜕𝑃 2 2 𝜕𝑃 2 2
⃗⃗⃗⃗⃗
∆𝑃 = √|𝜕𝑚 3 ∆𝑚 | + | 𝜕𝑠 ∆𝑠 |
3

2
(𝑚1+ 𝑚2) 2
𝑠 2 2
=√|𝑡 3 ∆𝑚 | + | ∆𝑠 |
𝑡 3

0,08 2 2 (0,756+ 0,757) 2 2


= √| 0,2 0,0025 | + | 0,0005|
3 0,2 3

= √0,4444 × 10−6 + 6,3588 × 10−6

= √6,8032 × 10−6
= 2,6083 × 10−3
= 0,0026083
∆𝑃⃗
Ralat Relatif = × 100%
𝑃⃗
2,6083 × 10−3
= × 100
0,6052

= 0,4310 % (4AP)
Jadi, momentum akhir (𝑃⃗) adalah (0,6052 ± 0,0026) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat relatif
0,4310 % (4AP)

 Percobaan III
a. Sebelum tumbukan
𝑚1 = (𝑚1 ± ∆𝑚)
= (1,006 ± 0,0025)
𝑠0
⃗⃗⃗ = (𝑠⃗⃗⃗0 1 ± ∆𝑠)
= (0,10 ± 0,0005)
⃗⃗⃗⃗
𝑃0 = (𝑚1 𝑣)
𝑠0
⃗⃗⃗⃗
= (𝑚1 )
𝑡
0,10
= (1,006 )
0,2

= 0,503 kg 𝑚⁄𝑠

Ralat Mutlak
𝜕𝑃 2 2 𝜕𝑃 2 2
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
∆𝑃0 = √|𝜕𝑚 3 ∆𝑚 | + |𝜕𝑠 ∆𝑠0 |
0 3

𝜕𝑚1 𝑠0 2 𝜕𝑚1 𝑠0 2
2 2
= √| 𝑡
∆𝑚 | + | 𝑡
∆𝑠0 |
𝜕𝑚 3 𝜕𝑠0 3

𝑠 2 𝑚 2 2 2
=√| 𝑡0 3 ∆𝑚 | + | 𝑡1 ∆𝑠0 |
3

0,10 2 2 1,006 2 2
= √| 0,2 0,0025 | + | 0,0005 |
3 0,2 3

= √0,6944 × 10−6 + 2,8112 × 10−6

= √3,5056 × 10−6
= 1,8723 × 10−3
= 0,0018723

∆𝑃⃗⃗⃗⃗0
Ralat Relatif = ⃗⃗⃗⃗0
× 100%
𝑃

1,8723 × 10−3
= × 100
0,503

= 0,3722 % (4AP)
⃗⃗⃗⃗0 ) adalah (0,5030 ± 0,0019) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat
Jadi, momentum awal (𝑃
relatif 0,3722 % (4AP)
b. Sesudah tumbukan yaitu
𝑚2 = (𝑚2 ± ∆𝑚)
= (0,757 ± 0,0025)
𝑠 = (𝑠 ± ∆𝑠)
= (0,07 ± 0,0005)
𝑠
𝑃⃗ = (𝑚1 + 𝑚2 )
𝑡
0,07
= (1,006 + 0,757) 0,2

= (1,763) 0,35
= 0,6171 kg 𝑚⁄𝑠

Ralat Mutlak

𝜕𝑃 2 2 𝜕𝑃 2 2
⃗⃗⃗⃗⃗
∆𝑃 = √|𝜕𝑚 3 ∆𝑚 | + | 𝜕𝑠 ∆𝑠 |
3

2
(𝑚1+ 𝑚2) 2
𝑠 2 2
=√|𝑡 3 ∆𝑚 | + | ∆𝑠 |
𝑡 3

0,07 2 2 (1,006 + 0,757) 2 2


= √| 0,2 0,0025 | + | 0,0005|
3 0,2 3

= √0,3403 × 10−6 + 8,6338 × 10−6

= √8,9741 × 10−6
= 2,9957 × 10−3
= 0,0029957
∆𝑃⃗
Ralat Relatif = × 100%
𝑃⃗
2,9957 × 10−3
= × 100
0,6171

= 0,4854 % (4AP)
Jadi, momentum akhir (𝑃⃗) adalah (0,6171 ± 0,00210 ) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat
relatif 0,4854 %
Tabel 2. Deskripsi Data Hukum Kekekalan Momentum

Momentumawal MomentumAkhir
Sp R = Sp R =
Percobaan
p oESpo (kgms-1) x100%p p Esp (kgms-1) x100%
P

1. 𝑃0 = (0,7545 ± 0,0021) kg 𝑚⁄𝑠


⃗⃗⃗⃗⃗ 0,2772 % 𝑃⃗ = (0,70455 ± 0,00126) kg 𝑚⁄𝑠 0,1793 %

2. 𝑃0 = (0,6048 ± 0,0018) kg 𝑚⁄𝑠


⃗⃗⃗⃗⃗ 0,3033 % 𝑃⃗ = (0,6052 ± 0,0026) kg 𝑚⁄𝑠 0,4310 %

3. 𝑃0 = (0,503 ± 0,0019) kg 𝑚⁄𝑠


⃗⃗⃗⃗⃗ 0,3722 % 𝑃⃗ = (0,6171 ± 0,00210 ) kg 𝑚⁄𝑠 0,4854 %

Dari percobaan didapatkan hasil yaitu momentum sebelum tumbukan pada


percobaan pertama, 𝑃0 = (0,7545 ± 0,0021) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat relatif sebesar
⃗⃗⃗⃗⃗

0,2772 % dan momentum sesudah tumbukan 𝑃⃗ = (0,70455 ± 0,00126) kg 𝑚⁄𝑠 dengan


ralat relatif 0,1793 %. Sedangkan pada percobaan kedua sebelum tumbukan diperoleh
𝑃0 = (0,6048 ± 0,0018) kg 𝑚⁄𝑠 dengna ralat relatifnya 0,3033 % dan sesudah
hasil ⃗⃗⃗⃗⃗
tumbukan menghasilkan hasil 𝑃⃗ = (0,6052 ± 0,0026) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat relatifnya
0,4310 %. Kemudian pada percobaan ke tiga sebelum tumbukan menghasilkan ⃗⃗⃗⃗⃗𝑃0 =
(0,503 ± 0,0019) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat relatifnya 0,3722 % dan sesudah tumbukan
menghasilkan 𝑃⃗ = (0,6171 ± 0,00210 ) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat relatifnya 0,4854 %.
Berdasarkan dari hasil percobaan diperoleh hasil momentum awal dan momentum
akhir yang berbeda. Percobaan yang telah dilakukan tidak sesuai dengan kaidah hukum
kekekalan momentum dimana data hasil dari percobaan tersebut berbeda dengan
konsepnya. Pada percobaannya diketahui jika massa benda 1 sama dengan benda 2
seharusnya momentum awal cenderung lebih besar dari momentum akhir, namun pada
data yang diperoleh dari percobaan menyatakan bahwa momentum akhir benda sedikit
lebih besar dari momentum awalnya. Hal ini dapat diperkirakan bahwa telah terjadi
beberapa kesalahan dalam percobaan. Kesalahan yang mungkin terjadi ketika
melakukan pemukulan menggunakan palu agar pegas terlepas dan benda terdorong,
bisa jadi dalam pemukulannya terlalu pelan atau terlalu keras dan dapat terjadi jika
terburu buru dalam memukul benda sehingga hasil yang didapat kurang akurat.
Kemudian terdapat kesalahan lain adalah pada saat mengukur ⃗⃗⃗
𝑠0 dan 𝑠 pada pita kertas
kurang tepat.
Jika terjadi kesalahan – kesalahan tersebut dapat diminimalisir agar hasil sesuai
dengan hukum kekekalan momentum linier, dengan dilakukannya percobaan dengan
teliti. Seharusnya jarak setelah tumbukan lebih pendek dari jarak sebelum tumbukan.
Apabila perbandingan antara momentum awal dengan momentum akhir sudah sesuai,
maka percobaan yang dilakukan telah sesuai dengan hukum kekekalan momentum
linier. Pada percobaan untuk mengurangi kesalahan – kesalahan tersebut dapat
diminimalisir dengan menggunakan alat – alat sesuai prosedur.
G. KESIMPULAN
Pada percobaan hukum kekekalan momentum linier menggunakan teori ralat
rambat dengan pengukuran tunggal. Momentum sebelum tumbukan dapat
𝑠0
⃗⃗⃗⃗
ditentukan dengan rumus ⃗⃗⃗⃗
𝑃0 = 𝑚1 , dan menghasilkan pada percobaan
𝑡

𝑃0 = (0,7545 ± 0,0021) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat relatif sebesar 0,2772 %.


pertama, ⃗⃗⃗⃗⃗
Sedangkan pada percobaan kedua sebelum tumbukan diperoleh hasil 𝑃 ⃗⃗⃗⃗⃗0 = (0,6048
± 0,0018) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat relatifnya 0,3033 %. Kemudian pada percobaan ke
tiga sebelum tumbukan menghasilkan 𝑃 ⃗⃗⃗⃗⃗0 = (0,503 ± 0,0019) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat
relatifnya 0,3722 %.
Selanjutnya untuk menentukan momentum setelah tumbukan dapat
𝑠
menggunakan rumus 𝑃⃗ = (𝑚1 + 𝑚2 ) 𝑡 dan didapatkan hasil pada percobaan

pertama, 𝑃⃗ = (0,70455 ± 0,00126) kg 𝑚⁄𝑠 deangan ralat relatif 0,1793 %. Dan


sesudah tumbukan pada percobaan kedua menghasilkan 𝑃⃗ = (0,6052 ± 0,0026) kg
𝑚⁄ dengan ralat relatifnya 0,4310 %. Kemudian pada percobaan ke tiga
𝑠
menghasilkan 𝑃⃗ = (0,6171 ± 0,00210 ) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat relatifnya 0,4854 %
Hukum kekekalan momentum ini merupakan momentum tidak lenting sama
sekali. Hal ini menyatakan bahwa pada tumbukan memiliki jumlah momentum
benda – benda sesudah yaitu tetap karena tidak ada gaya luas yang memengaruhi
sehingga percobaan ini dapat diartikan sistem terisolasi dan tidak ada partikel yang
meninggalkan (sistem tertutup), maka 𝑃⃗ konstan.
Pada percobaan ini digunakan alat ticker timer untuk memberi tanda titik titik
yang akan menentukan besarnya nilai 𝑠 san 𝑠0 serta 𝑡. Maka penggunaan ticker
time harus benar karena akan menentukan hasil dengan menempatkan pita kertas
tepat dibawah kertas karbon sehingga pada saat ticker timer dijalankan akan
memberikan tanda pada kertas pita. Saat menyalakan ticker timer tidak boleh
terjeda lama antara waktu tumbukan dengan ticker timer dinyalakan, agar
menghasilkan perhitungan ralat yang benar. Selain itu agar lebih mendapatkan hasil
yang lebih baik dengan membaca pengukuran dengan benar dan teliti. Kemudian
menggunakan neraca teknis dengan benar pada saat mengukur massa beban
H. RUJUKAN
Fisika Kuliah.2016.Pengertian dan Persamaan Linier.
(https://fisikazobe.com/momentum-linier/)(online) diakses pada 21
Oktober 2018
Halliday, Resnick, Walker.2010.Fisika Dasar. Jakarta : Erlangga
Panitia Teori Ralat.2019.Seminar Teori Ralat. Malang : Universitas Negeri
Malang
Tim Praktikum Fisika Dasar. 2016. Modul Praktikum Fisika Dasar I. Malang :
Univeristas Negeri Malang
Tim Solusi Cerdas.2017. Pocket Shortcut Fisika. Solo : Genta Smart

Anda mungkin juga menyukai