Disusun oleh :
Dea Berliana Ramadhani
190322623612
B. LATAR BELAKANG
Momentum linier merupakan suatu benda yang didefinisikan sebagai hasil kali
massa (m) dengan kecepatan (v) nya yang ditulis 𝑝
⃗⃗⃗ = m v. Momentum linier juga
merupakan besaran vektor sehingga momentum tersebut dinyatakan dalam bentuk
vektor. Momentum linier dapat disebut dengan momentum. Momentum dimiliki
oleh benda yang bergerak. Momentum adalah kecenderungan benda yang bergerak
untuk melanjutkan gerakannya pada kelajuan konstan.
Misalkan benda yang bermassa m mempunyai kecepatan (v) dengan waktu (t)
tertentu. Dengan perubahan pada saat 𝑡1 dan pada kecepatan 𝑣2 pada saat 𝑡2 .
Sehingga perubahan waktunya 𝑡 = 𝑡1 - 𝑡 dan Δ𝑣 = 𝑣1 - 𝑣, sehingga perubahan
momentumnya adalah Δ𝑝
⃗⃗⃗ = Δ(m v)= m Δ(v), karena m konstan. Semakin besar
massa suatu benda, maka semakin besar momentumnya, dan semakin cepat gerak
suatu benda. Momentum ini menerapkan Hukum Newton II yang menyatakan
bahwa laju perubahan momentum partikel adalah sama dengan gaya total yang
bekerja pada partikel dan benda di arah gaya itu.
Terdapat 3 jenis tumbukan yang dilihat dari lenting atau tidaknya yaitu :
1. Tumbukan lenting sempurna
Apabila ada dua benda yang bertumbukan dengan energi kinetik sesudah dan
sebelum tumbukan sama, maka tumbukan tersebut disebut tumbukan lenting.
Hal ini berlaku Hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan Energi
Kinetik. Menurut Hukum Kekekalan Energi di rumuskan :
½ 𝑚1 𝑣1 + ½ 𝑚2 𝑣2 = ½𝑚1 𝑣1 ’+ ½ 𝑚2 𝑣2 ’
𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = 𝑚1 𝑣1 ’+ 𝑚2 𝑣2 ’
𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = 𝑚1 𝑣1 ´+ 𝑚2 𝑣2 ´
𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = ( 𝑚1 + 𝑚2 )𝑣´
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Dalam percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan yaitu mesusun alat dan
bahan yang telah disediakan tersebut sedemikian rupa, seperti gambar berikut :
Setelah alat dan bahan tersebut disusun sedemikian rupa, dilanjutkan dengan
menimbang benda (trolly) 1 dan benda (trolly) 2 menggunakan neraca teknis.
Kemudian mencatat sebagai 𝑚1 dan 𝑚2 dan disertai dengan nilai skala terkecil
(nst) dari alat yang digunakan. Selanjutnya meninggikan sedikit ujung papan
yang ada ticker timernya dengan cara mengatur letak ganjal sehingga benda 1
dengan sedikit dorongan akan terus bergerak kira – kira dengan kecepatan tetap.
Sebelumnya, meletakkan 2 benda (trolly) di atas tempat lintasan benda yang
saling berjauhan. Menyalakan power supply dan setelah beberapa detik pukul
dengan palu kemudian benda 1 meluncur sehingga menumbuk dan menempel
pada benda 2 dan keduanya bergerak bersama – sama. Jika setelah tumbukan
kedua benda tidak menempel, maka mengulangi percobaannya. Inilah gambar
dimana kedua benda saling menempel
Setelah tumbukan, mengamati titik – titik ketukan yang tampak pada pita
kertas. Mengukur jarak 10 ketukan sebelum tumbukan (𝑠0 ) dan jarak 10
ketukan setelah tumbukan (𝑠). Kemudian mencatat datanya pada lembar data,
serta catat nst alat yang digunakan.
Sesudah Sebelum
Ket :
𝑠0 = jarak 10 ketukan sebelum tumbukan
𝑠 = jarak 10 ketukan setelah tumbukan
Frekuensi = 50 Hz
𝑛 10
t= s= = 0,2 s
𝑓 50
F. PEMBAHASAN
Momentum sebuah partikel didefinisikan sebagai hasil perkalian antara massa
(m) dengan kecepatan (v). Dalam percobaan ini, jumlah momentum benda – benda
sesudah dan setelah tumbukan yaitu tetap. Momentum linier ini mengalami
tumbukan tidak lenting sama sekali, diamana tumbukan tersebut tidak ada gaya luar
sehingga kecepatan sebelum dan setelah tumbukan sama (𝑣1 ’ = 𝑣2 ’ = 𝑣’) Sehingga
menjadi 𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = ( 𝑚1 + 𝑚2 )𝑣´
Namun, karena yang diketahui s dan t maka berlaku :
𝑠𝑜
Sebelum tumbukan : ⃗⃗⃗⃗
𝑃0 = 𝑚 𝑣 = (𝑚1 ) 𝑡
𝑠
Setelah tumbukan : 𝑃⃗ = 𝑚 𝑣 = (𝑚1 + 𝑚2 )
𝑡
Dalam percobaan ini juga menggunakan teori ralat rambat karena nilai hasil
eksperimen bergangung pada sejumlah variabel yang memiliki standar deviasai rata
– rata. Semua variabel bebas diukur dengan pengukuran tunggal, karena hanya
diukur sekali sehingga variabel bebas ditulis sebagai berikut :
𝑠
𝑚 = (𝑚 ± ∆𝑚) ; 𝑠 = (𝑠 ± ∆𝑠); 𝑃⃗ = (𝑚1 + 𝑚2 ) 𝑡 ;
𝜕𝑃 2 2 𝜕𝑃 2 2
⃗⃗⃗⃗⃗
∆𝑃 = √| ∆𝑚 | + | ∆𝑠 |
𝜕𝑚 3 𝜕𝑠 3
= 0,7545 kg 𝑚⁄𝑠
Ralat Mutlak
𝜕𝑃 2 2 𝜕𝑃 2 2
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
∆𝑃0 = √|𝜕𝑚 3 ∆𝑚 | + |𝜕𝑠 ∆𝑠0 |
0 3
𝜕𝑚1 𝑠0 2 𝜕𝑚1 𝑠0 2
2 2
= √| 𝑡
∆𝑚 | + | 𝑡
∆𝑠0 |
𝜕𝑚 3 𝜕𝑠0 3
𝑠 2 𝑚 2 2 2
=√| 𝑡0 3 ∆𝑚 | + | 𝑡1 ∆𝑠0 |
3
0,15 2 2 1,006 2 2
= √| 0,2 0,0025 | + | 0,0005 |
3 0,2 3
= √4,3737 × 10−6
= 2,0913 × 10−3
= 0,0020913
∆𝑃⃗⃗⃗⃗0
Ralat Relatif = ⃗⃗⃗⃗0
× 100%
𝑃
2,0913
= 0,7545 10−3 × 100
= 0,2772 % (4AP)
⃗⃗⃗⃗0 ) adalah (0,7545 ± 0,0021) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat
Jadi, momentum awal (𝑃
relatif 0,2772 % (4AP)
= (2,013) 0,35
= 0,70455 kg 𝑚⁄𝑠
Ralat Mutlak
𝜕𝑃 2 2 𝜕𝑃 2 2
⃗⃗⃗⃗⃗
∆𝑃 = √|𝜕𝑚 3 ∆𝑚 | + | 𝜕𝑠 ∆𝑠 |
3
2
(𝑚1+ 𝑚2) 2
𝑠 2 2
=√|𝑡 3 ∆𝑚 | + | ∆𝑠 |
𝑡 3
= √1,59631 × 10−6
= 1,2635 × 10−3
= 0,0012635
∆𝑃⃗
Ralat Relatif = × 100%
𝑃⃗
1,2635
= 0,70455 10−3 × 100
= 0,1793 % (4AP)
Jadi, momentum akhir (𝑃⃗) adalah (0,7045 ± 0,0013) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat relatif
0,1793 % (4AP)
Percobaan II
a. Sebelum tumbukan yaitu
𝑚1 = (𝑚1 ± ∆𝑚)
= (0,756 ± 0,0025)
⃗⃗⃗⃗
𝑠0 = (𝑠⃗⃗⃗0 1 ± ∆𝑠)
= (0,16 ± 0,0005)
⃗⃗⃗⃗
𝑃0 = (𝑚1 𝑣)
𝑠0
⃗⃗⃗⃗
= (𝑚1 )
𝑡
0,16
= (0,756 )
0,2
= 0,6048 kg 𝑚⁄𝑠
Ralat Mutlak
𝜕𝑃 2 2 𝜕𝑃 2 2
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
∆𝑃0 = √|𝜕𝑚 3 ∆𝑚 | + |𝜕𝑠 ∆𝑠0 |
0 3
𝜕𝑚1 𝑠0 2 𝜕𝑚1 𝑠0 2
2 2
= √| 𝑡
∆𝑚 | + | 𝑡
∆𝑠0 |
𝜕𝑚 3 𝜕𝑠0 3
𝑠 2 𝑚 2 2 2
=√| 𝑡0 3 ∆𝑚 | + | 𝑡1 ∆𝑠0 |
3
0,16 2 2 0,756 2 2
= √| 0,2 0,0025 | + | 0,0005 |
3 0,2 3
= √3,3653 × 10−6
= 1,8345 × 10−3
= 0,0018345
∆𝑃⃗⃗⃗⃗0
Ralat Relatif = ⃗⃗⃗⃗0
× 100%
𝑃
1,8345 × 10−3
= × 100
0,6048
= 0,3033 % (4AP)
⃗⃗⃗⃗0 ) adalah (0,6048 ± 0,0018) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat
Jadi, momentum awal (𝑃
relatif 0,3033 % (4AP)
= (1,513)0,4
= 0,6052 kg 𝑚⁄𝑠
Ralat Mutlak
𝜕𝑃 2 2 𝜕𝑃 2 2
⃗⃗⃗⃗⃗
∆𝑃 = √|𝜕𝑚 3 ∆𝑚 | + | 𝜕𝑠 ∆𝑠 |
3
2
(𝑚1+ 𝑚2) 2
𝑠 2 2
=√|𝑡 3 ∆𝑚 | + | ∆𝑠 |
𝑡 3
= √6,8032 × 10−6
= 2,6083 × 10−3
= 0,0026083
∆𝑃⃗
Ralat Relatif = × 100%
𝑃⃗
2,6083 × 10−3
= × 100
0,6052
= 0,4310 % (4AP)
Jadi, momentum akhir (𝑃⃗) adalah (0,6052 ± 0,0026) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat relatif
0,4310 % (4AP)
Percobaan III
a. Sebelum tumbukan
𝑚1 = (𝑚1 ± ∆𝑚)
= (1,006 ± 0,0025)
𝑠0
⃗⃗⃗ = (𝑠⃗⃗⃗0 1 ± ∆𝑠)
= (0,10 ± 0,0005)
⃗⃗⃗⃗
𝑃0 = (𝑚1 𝑣)
𝑠0
⃗⃗⃗⃗
= (𝑚1 )
𝑡
0,10
= (1,006 )
0,2
= 0,503 kg 𝑚⁄𝑠
Ralat Mutlak
𝜕𝑃 2 2 𝜕𝑃 2 2
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
∆𝑃0 = √|𝜕𝑚 3 ∆𝑚 | + |𝜕𝑠 ∆𝑠0 |
0 3
𝜕𝑚1 𝑠0 2 𝜕𝑚1 𝑠0 2
2 2
= √| 𝑡
∆𝑚 | + | 𝑡
∆𝑠0 |
𝜕𝑚 3 𝜕𝑠0 3
𝑠 2 𝑚 2 2 2
=√| 𝑡0 3 ∆𝑚 | + | 𝑡1 ∆𝑠0 |
3
0,10 2 2 1,006 2 2
= √| 0,2 0,0025 | + | 0,0005 |
3 0,2 3
= √3,5056 × 10−6
= 1,8723 × 10−3
= 0,0018723
∆𝑃⃗⃗⃗⃗0
Ralat Relatif = ⃗⃗⃗⃗0
× 100%
𝑃
1,8723 × 10−3
= × 100
0,503
= 0,3722 % (4AP)
⃗⃗⃗⃗0 ) adalah (0,5030 ± 0,0019) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat
Jadi, momentum awal (𝑃
relatif 0,3722 % (4AP)
b. Sesudah tumbukan yaitu
𝑚2 = (𝑚2 ± ∆𝑚)
= (0,757 ± 0,0025)
𝑠 = (𝑠 ± ∆𝑠)
= (0,07 ± 0,0005)
𝑠
𝑃⃗ = (𝑚1 + 𝑚2 )
𝑡
0,07
= (1,006 + 0,757) 0,2
= (1,763) 0,35
= 0,6171 kg 𝑚⁄𝑠
Ralat Mutlak
𝜕𝑃 2 2 𝜕𝑃 2 2
⃗⃗⃗⃗⃗
∆𝑃 = √|𝜕𝑚 3 ∆𝑚 | + | 𝜕𝑠 ∆𝑠 |
3
2
(𝑚1+ 𝑚2) 2
𝑠 2 2
=√|𝑡 3 ∆𝑚 | + | ∆𝑠 |
𝑡 3
= √8,9741 × 10−6
= 2,9957 × 10−3
= 0,0029957
∆𝑃⃗
Ralat Relatif = × 100%
𝑃⃗
2,9957 × 10−3
= × 100
0,6171
= 0,4854 % (4AP)
Jadi, momentum akhir (𝑃⃗) adalah (0,6171 ± 0,00210 ) kg 𝑚⁄𝑠 dengan ralat
relatif 0,4854 %
Tabel 2. Deskripsi Data Hukum Kekekalan Momentum
Momentumawal MomentumAkhir
Sp R = Sp R =
Percobaan
p oESpo (kgms-1) x100%p p Esp (kgms-1) x100%
P