SCIE6069037 – PHYSICS II
Oleh Kelompok 7 :
Kelas : ALDA
LABORATORIUM FISIKA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
2023
Bab 1 – Judul : Newton’s Law
Nama Asisten : Vincent Harjadi – TK040
1. Explain the Newton’s Law and give 2 examples of its daily application for each of
the law.
Hukum Newton adalah tiga hukum gerakan yang digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara gaya dan gerakan benda. Berikut penjelasan dan contohnya:
i. Hukum Newton Pertama (Hukum Inersia): "Benda diam akan tetap diam dan
benda bergerak akan tetap bergerak dalam garis lurus, kecuali jika ada gaya luar
yang bekerja padanya."
Contoh:
Saat kita berada di mobil yang tiba-tiba berhenti, tubuh kita akan terdorong
ke depan. Ini karena tubuh kita memiliki kecenderungan untuk tetap bergerak
ketika mobil berhenti.
Saat kita memegang piring dan ada bola di atasnya, lalu kita cepat-cepat
menarik piring ke samping, bola tersebut akan jatuh ke depan. Ini karena bola
tersebut memiliki kecenderungan untuk tetap diam.
ii. Hukum Newton Kedua: "Percepatan benda adalah sebanding dengan gaya netto
yang bekerja pada benda tersebut dan berbanding terbalik dengan massa benda
tersebut. Percepatan terjadi dalam arah gaya yang bekerja pada benda tersebut."
Contoh:
Ketika kita bersepeda, semakin keras kita mengayuh, semakin cepat kita akan
bergerak. Ini karena gaya yang kita berikan sebanding dengan percepatan.
Saat kita mencoba mendorong mobil yang mogok, akan lebih sulit
dibandingkan mendorong sepeda. Ini karena massa mobil lebih besar, sehingga
butuh gaya yang lebih besar untuk menghasilkan percepatan yang sama.
iii. Hukum Newton Ketiga: "Untuk setiap aksi, selalu ada reaksi yang sama besar dan
berlawanan arah."
Contoh:
Saat kita melompat dari perahu kecil, perahu tersebut akan terdorong ke
belakang. Ini karena gaya yang kita berikan kepada perahu (aksi) akan
memberikan reaksi yang sama besar dan berlawanan arah pada kita.
Ketika kita berdiri di skateboard dan mendorong dinding, kita akan bergerak
ke belakang. Ini karena gaya yang kita berikan ke dinding akan memberikan
reaksi yang sama besar dan berlawanan arah pada kita.
2. Draw and analyze the model of the system used in the experiment and its acting forces.
Hukum newton kedua: “"Percepatan benda adalah sebanding dengan gaya netto
yang bekerja pada benda tersebut dan berbanding terbalik dengan massa benda
tersebut. Percepatan terjadi dalam arah gaya yang bekerja pada benda tersebut."
Dapat diekspresikan dalam rumus sebagai berikut:
∆(𝑚𝑉⃗)
= 𝐹⃗
∆𝑡
∆(𝑚𝑉⃗ ) 𝑚 ∆𝑉⃗
= = 𝑚. 𝑎⃗ = 𝐹⃗ ↔ 𝐹⃗ = 𝑚. 𝑎⃗
∆𝑡 ∆𝑡
𝑑 𝑟⃗
𝑎⃗ =
𝑑𝑡
Apabila gaya yang konstan memberikan aksi pada sebuah object, maka:
𝐹⃗
𝑉⃗ (𝑡) = .𝑡
𝑚
1 𝐹⃗
𝑟⃗(𝑡) = . . 𝑡
2 𝑚
Dari gambar diatas kita bisa pecah menjadi dua sistem sebagai berikut:
Sistem pada m1
𝑇 = 𝑚1. 𝑔
Sistem pada m2
𝑇 = 𝑚2. 𝑎
Maka:
𝑚2. 𝑎 = 𝑚1. 𝑔 − 𝑇
𝑚1. 𝑔
𝑎=
𝑚1 + 𝑚2
Apabila total massa Glider adalah m2, maka rumus dalam sistem ini adalah
(𝑚2 + 𝑚1) . |𝑎| = 𝑚1. 𝑔
Pada sistem tersebut, gravitasi bekerja pada benda m1 dan gaya dari benda m2 menahan
gravitasi melalui tali dan katrol. Dalam percobaan tersebut, gaya ditransfer dari m2 ke
m1 melalui tali dan katrol tanpa gesekan. Percepatan total adalah fungsi dari massa total
sistem dan gaya yang bekerja pada sistem tersebut. Gravitasi bekerja pada benda m1
yang menggantung secara vertikal, mencoba menariknya ke bawah, sementara gaya yang
ditimbulkan oleh benda m2 mencoba menahannya. Jika kita melihat sistem ini sebagai
satu kesatuan, maka percepatan total sistem adalah gaya total (yaitu, gaya gravitasi pada
benda m1 dikurangi gaya yang dihasilkan oleh benda m2) dibagi dengan massa total (m1
+ m2). Dalam konteks ini, transfer gaya dari m2 ke m1 mengacu pada bagaimana gaya
yang ditimbulkan oleh m2 digunakan untuk menahan atau menyeimbangkan gaya
gravitasi yang bekerja pada m1. Gaya yang ditimbulkan oleh m2 dikomunikasikan ke m1
melalui tali dan katrol. Dengan demikian, gaya tersebut "ditransfer" dari m2 ke m1,
mempengaruhi percepatan total sistem.
4. Analyze the experiment data result and relate it to the theory for each experiment.
Ada empat lingkup dalam percobaan terkait Hukum Newton ini, sebagaimana berikut:
i. Hubungan antara jarak dan waktu. Penentuan jarak yang ditempuh sebagai fungsi
waktu merupakan cara untuk mengukur sejauh mana suatu objek bergerak dalam
jangka waktu tertentu. Ini adalah konsep penting dalam fisika, dan sering
digunakan dalam studi gerakan (kinematika). Dalam konteks fisika, jarak yang
ditempuh sebagai fungsi waktu biasanya diwakili oleh rumus:
1
𝑆 = 𝑉 . 𝑡 + 𝑎. 𝑡
2
di mana:
s adalah jarak total yang ditempuh,
V0 adalah kecepatan awal,
t adalah waktu,
a adalah percepatan (yang bisa dianggap konstan dalam banyak kasus).
Rumus ini menggambarkan bahwa jarak yang ditempuh oleh suatu objek bukan
hanya merupakan produk dari kecepatan dan waktu, tetapi juga dipengaruhi oleh
percepatan.
Dari tabel tersebut, kita dapat melihat bahwa jarak yang ditempuh (s) bertambah
seiring dengan bertambahnya waktu (t). Selain itu, kita juga melihat nilai
percepatan praktis (a practical) yang semakin mendekati nilai percepatan teoretis
(a theory) seiring dengan bertambahnya jarak dan waktu. Percepatan gravitasi
praktis (g practical) juga terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan percepatan
gravitasi teoretis (g theory) yang bernilai konstan 9,8 m/s^2. Namun, seiring dengan
bertambahnya jarak dan waktu, nilai g praktis semakin mendekati nilai g teoretis.
Analisa ini menunjukkan bahwa dalam percobaan ini, semakin lama waktu berlalu,
semakin dekat hasil praktis dengan teori. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor-
faktor awal percobaan yang membuat hasil praktis sedikit berbeda dari teori
(seperti gesekan atau resistansi udara), namun seiring berjalannya waktu, efek
faktor-faktor ini menjadi semakin kecil.
ii. Penentuan kecepatan sebagai fungsi waktu merupakan cara untuk mengukur
perubahan kecepatan suatu objek dalam jangka waktu tertentu. Ini adalah konsep
yang sangat penting dalam fisika, khususnya dalam studi kinematika. Dalam
konteks fisika, kecepatan sebagai fungsi waktu biasanya diwakili oleh rumus:
𝑉 = 𝑉 + 𝑎. 𝑡
di mana:
V adalah kecepatan pada waktu t,
V0 adalah kecepatan awal,
a adalah percepatan (biasanya dianggap konstan),
t adalah waktu.
Rumus ini menggambarkan bahwa kecepatan suatu objek pada waktu tertentu
bukan hanya dipengaruhi oleh kecepatan awalnya, tetapi juga oleh percepatan
dan berapa lama objek tersebut telah bergerak.
Dari tabel tersebut, kita dapat melihat bahwa kecepatan praktis (vprac) yang
dihitung berdasarkan perubahan jarak (Δs) dibagi dengan perubahan waktu (Δt)
cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kecepatan teoritis (vtheory) untuk
setiap jarak (s) yang ditentukan. Selisih antara kecepatan praktis dan teoritis
ditunjukkan dalam kolom δv (%), yang menunjukkan persentase perbedaan antara
keduanya. Dari data tersebut, kita dapat melihat bahwa perbedaan ini semakin
mengecil seiring bertambahnya jarak. Analisis ini menunjukkan bahwa dalam
percobaan ini, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kecepatan praktis
sedikit lebih rendah dari nilai teoritis. Faktor-faktor ini mungkin mencakup gesekan,
resistansi udara, atau kesalahan pengukuran. Meskipun demikian, perbedaan
antara kecepatan praktis dan teoritis semakin mengecil seiring bertambahnya
jarak, yang menunjukkan bahwa efek dari faktor-faktor tersebut menjadi semakin
kecil.
iii. Penentuan percepatan sebagai fungsi dari massa yang dipercepat merupakan cara
untuk mengukur seberapa cepat kecepatan suatu objek berubah berdasarkan
massa objek tersebut. Ini adalah konsep yang sangat penting dalam fisika,
khususnya dalam konteks Hukum Kedua Newton. Dalam konteks fisika, percepatan
sebagai fungsi dari massa yang dipercepat biasanya diwakili oleh rumus:
𝐹
𝑎=
𝑚
di mana:
a adalah percepatan,
F adalah gaya total yang bekerja pada objek,
m adalah massa objek tersebut.
Rumus ini menggambarkan bahwa percepatan suatu objek berbanding terbalik
dengan massa objek tersebut, asalkan gaya total yang bekerja pada objek tetap
konstan. Ini berarti bahwa jika massa objek meningkat, percepatannya akan
menurun, dan sebaliknya.
Dari tabel tersebut, kita dapat melihat bahwa percepatan praktis (aprac) yang
dihitung berdasarkan pengukuran cenderung sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan percepatan teoretis (atheory) untuk setiap peningkatan massa tambahan
pada m2. Selain itu, gaya teoretis (Ttheory) dan gaya praktis (Tprac) yang dihitung
juga menunjukkan perbedaan, dengan gaya praktis umumnya sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan gaya teoretis. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh faktor-
faktor eksternal seperti gesekan atau resistansi udara, atau bisa juga disebabkan
oleh kesalahan pengukuran atau ketidakpresisian dalam pengaturan percobaan.
Namun, walaupun terdapat perbedaan antara nilai-nilai praktis dan teoretis,
perbedaan ini tidak begitu besar dan tidak secara signifikan mengubah pola umum
yang diharapkan berdasarkan Hukum Kedua Newton, yaitu bahwa percepatan
berbanding terbalik dengan massa.
iv. Sama seperti pada poin sebelumnya bahwa Penentuan percepatan sebagai fungsi
dari gaya merupakan cara untuk mengukur seberapa cepat kecepatan suatu objek
berubah berdasarkan gaya yang diterapkan pada objek tersebut. Ini adalah konsep
yang sangat penting dalam fisika, dan merupakan inti dari Hukum Kedua Newton.
Dalam konteks fisika, percepatan sebagai fungsi dari gaya biasanya diwakili oleh
rumus:
𝐹
𝑎=
𝑚
di mana:
a adalah percepatan,
F adalah gaya total yang bekerja pada objek,
m adalah massa objek tersebut.
Rumus ini menggambarkan bahwa percepatan suatu objek berbanding lurus
dengan gaya yang diterapkan padanya, asalkan massa objek tersebut tetap
konstan. Ini berarti bahwa jika gaya yang diterapkan pada objek meningkat, maka
percepatannya juga akan meningkat, dan sebaliknya.
Dari tabel tersebut, kita dapat melihat bahwa percepatan praktis (aprac) dan gaya
praktis (Tprac) yang dihitung berdasarkan pengukuran cenderung sedikit lebih
rendah dibandingkan dengan percepatan teoretis (atheory) dan gaya teoretis
(Ttheory) untuk setiap peningkatan massa yang dipindahkan dari Kereta Cerdas ke
gantungan massa. Selisih antara nilai-nilai praktis dan teoretis ditunjukkan dalam
kolom δT(%) dan δa(%), yang menunjukkan persentase perbedaan antara
keduanya. Dari data tersebut, kita dapat melihat bahwa perbedaan ini cukup kecil
dan tidak terlalu besar. Analisis ini menunjukkan bahwa dalam percobaan ini,
terdapat beberapa faktor yang menyebabkan percepatan dan gaya praktis sedikit
lebih rendah dari nilai teoretis. Faktor-faktor ini mungkin mencakup gesekan,
resistansi udara, atau kesalahan pengukuran. Meskipun demikian, perbedaan
antara nilai-nilai praktis dan teoretis tidak signifikan dan konsisten dengan pola
umum yang diharapkan berdasarkan Hukum Kedua Newton, yaitu bahwa
percepatan berbanding lurus dengan gaya.
Secara keseluruhan, hasil dari percobaan ini menunjukkan bahwa Hukum Gerakan
Newton memiliki penerapan yang akurat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
pengetahuan ini, kita dapat memprediksi bagaimana suatu objek akan bergerak dalam
berbagai situasi, dan ini memiliki banyak aplikasi dalam bidang seperti teknik, fisika, dan
lainnya. Meskipun ada beberapa fenomena yang tidak dapat dijelaskan oleh Hukum
Newton (seperti gerakan pada skala sangat kecil atau sangat besar), namun dalam banyak
kasus, Hukum Newton masih merupakan alat yang berguna dan akurat untuk
mendeskripsikan gerakan.
FM-BINUS-AA-FPT-89/R3
Kelas: ALDA
Class
*Nilai Laporan Akhir Praktikum (LAP) akan dinolkan jika tidak ada paraf asisten pada Laporan Praktikum Sementara (LPS)
Final Report will be zero(0) if no assistant signature on Experiment Sheet
c. Induktance of an Inductor
Induktansi inductor merupakan kemampuan inductor untuk dapat menyimpan energi
dalam bentuk medan magnet Ketika arus listrik mengalir melaluinya. Untuk
induktansi inductor sendiri iukur dalam satuan Henry (H) dan merupakan salah satu
parameter dasar dari sebuah inductor.
Induktansi inductor dipengaruhi oleh beberapa factor diantanya yaitu jumlah lilitan
pada kumparan inductor, luas penampang kumparan, material inti inductor (jika ada)
serta geometri dari inductor tersebut. Hubungan antara mereka dijelaskan dijelaskan
dalam persamaan :
Resistor memiliki berbagai nilai resistansi, yang diukur dalam satuan ohm. Nilai
resistansi ini menentukan seberapa besar hambatan yang diberikan oleh resistor
terhadap arus listrik. Terdapat beberapa jenis resistor diantaranya resistor kawat,
resistor karbon, resistor film logam, dan resistor variable.
Resistor digunakan dalam berbagai aplikasi elektronik seperti dalam sirkuit listrik,
rangkaian daya, rangkaian sinyal, perangkat elektronik dan berbagai peralatan
elektronik lainnya. Untuk fungsi utama dari resistor ini yaitu untuk mengatur aliran
arus listrik dalam rangkaian dan melindungi komponen lain dari arus berlebih atau
tegangan yang tidak diinginkan.
b. Capasitor
Kapasitor merupakan komponen elektronik pasif yang memiliki property kapasitas
yang disebut dengan kapasitansi. Kapasitor sendiri menyimpan muatan listrik dalam
satuan Farad (F). Kapasitor umumnya digunakan dalam rangkaian seperti catu daya,
radio dan RAM dalam memori computer dikarenakan karekteristiknya.
Kapasitor dibangun oleh dua pelat konduktif yang dipisahkan oleh bahan isolasi.
Ketika tegangan diterapkan pada kapasitor, muatan listrik akan menyimpan diantara
kedua konduktor melalui medan listrik yang dihasilkan oleh tegangan tersebut. Jumlah
muatan yang disimpan dikapasitor bergantung pada nilai kapasitansi dari kapasitor
tersebut yang diukur dalam satuan farad (F).
Kapasitor memiliki berbagai nilai kapasitansi, mulai dari satuan picofarad (pF) hingga
(F) atau lebih. Kapasitor dengan kapasitansi besar dapat menyimpan lebih muatan
daripada kapasitor dengan kapasitansi kecil.
c. Inductor
Induktor merupakan komponen listrik yang bersifat pasif yang memiliki induktivitas,
atau yang disebut dengan induktansi. Inductor menyimpan medan magnet dalam
satuan Henry (H). Induktor dibentuk oleh kawat inti. Energi yang tersimpan dalam
inductor dijelaskan dalam persamaan :
Ketika terdapat arus yang mengalir melalui inductor, medan elektromagnetik akan
terbentuk mengelilingi inductor kesegala arah. Jika saat ini berubah, medan
elektromagnetik juga akan berubah. Medan elektromagnetik akan mengembang jika
aliran arus meningkat dan berkurang jika arus berkurang.
3. AC and DC Voltage and its sources
a. Tegangan AC
Tegangan AC (Alternatif Current) merupakan arus listrik bolak-balik atau dapat
diartikan dengan arus yang listrik yang nilainya berubah-ubah terhadap satuan
waktu. Sumber arus AC yang paling umum adalah berasal dari induktsi
elektromagnetik yaitu generator AC yang secara ekslusif dioperasikan oleh
perusahaan PLN ataupun dari generator portable (Genset AC). Penggunaan arus AC
yang paling umum yaitu pada rumah tangga dimana arus AC dimanfaatkan untuk
sumber energi untuk dapat menyalakan perangkat-perangkat elektronik seperti
(televisi, AC, lampu rumah dan lain sebagainya)
Tegangan AC dinyatakan dalam satuan volt (V) dan biasanya memiliki bentuk
gelombang sinusoidal. Dibanyak negara, tegangan AC pada sumber utama atau
gardu induk umumnya beroperasi pada frekuensi 50Hz atau 60 Hz, yang memiliki
arti arusnya berubah sebanyak 50 atau 60 kali dalam satu detik tergantung pada
standar negara.
Karakteristik dari Arus AC :
1. Nilai arus listriknya berubah-ubah atau tidak konstan terhadap waktu
2. Polaritasnya selalu berubah-ubah pada masing-masing terminalnya
3. Bentuk gelombang baik arus dan waktu maupun tegangan dan dan waktu
berbentuk sinusoidal dimana nilai tegangan dan arus selalu berubah-ubah
terhadap perubahan waktu.
b. Tegangan DC
Tegangan DC (Direct Current) merupakan arus listrik yang searah. Sumber arus
listrik Dc yang sering digunakan yaitu dalam proses kimiawi hasil induksi
elektromagnetik dan bahkan berasal dari sumber energi alam yang terbarukan.
Sumber arus DC yang berasal dari hasil induksi elektromagnetik antara lain dynamo
(generator/motor DC). Sumber arus DC yang berasal dari sumber energi alam yang
terbarukan adalah sel/panel surya yang memanfaatkan sinar matahari dalam
penggunaannya. Penggunaan arus DC yang paling sering dijumpai adalah aki
mobil, yang menjadi sumber energi listrik bagi perangkat elektronik didalam mobil
seperti lampu mobil , tape, pemantik rokok dan lain sebagainya.
Secara teori sendiri arus DC merupakan aliran electron dari suatu titik dengan
energi potensial listrik yang lebih tinggi ke titik lain dengan energi potensial lebih
rendah.
Karakteristik arus DC :
1. Nilai arus listriknya selalu tetap atau konstan terhadap perubahan waktu
2. Polaritasnya selalu tetap pada masing-masing terminalnya
3. Bentuk gelombang baik : arus dan waktu maupun tegangan dan waktu dimana
nilai tegangan ataupun arus selalu tetap terhadap perubahan waktu.
Arus DC dan AC
Arus DC dan AC dapat diubah menjadi arus AC maupun sebaliknya. Arus DC
dapat diubah menjadi arus AC dengan menggunakan inverter, sedangkan untuk arus
AC dapat diubah menggunakan arus DC menggunakan Dioda.
b. Active Component
Komponen aktif merupakan komponen elektronik yang dapat mengatur nilai arus
listrik atau menghasilkan penguatan sinyal. Komponen aktif membutuhkan daya
eksternal untuk dapat beroperasi. Contoh komponen yang aktif meliputi :
1. Transistor yang memiliki fungsi sebagai saklar elektronik atau penguat sinyal.
2. Diode
3. Triac /SCR yang berfungsi untuk pengatur daya AC dan aplkasi pengendalian
daya lainnya.
4. Amplifier operasional (OP-AMP) yang berfungsi sebagai penguat sinyal dan
untuk berbagai fungsi matematika dalam rangkaian elektronik.
b. Non-polar Components
Komponen non polar merupakan komponen yang tidak memiliki orientasi atau
polaritas tertentu sehingga dapat dipasang dalam sirkuit dalam arah apapun.
Berikut ini merupakancontoh komponen non polar :
1. Resistor
2. Kapasitor tanpa polaritas
3. Inductor
4. Resonator
7. Fuction of Multimeter
Multimeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur beberapa parameter
listrik dan elektronik dalam suatu rangkaian. Multimeter memiliki beberapa fungsi
diantaranya :
1. Pengukuran tegangan (voltmeter)
Multimeter berfungsi sebagai voltmeter yang dapat mengukur tegangan listrik dalam
suatu rangkaian. Dapat digunakan untuk mengukur tegangan DC maupun AC.
2. Pengkuran arus
Multimeter dapat digunakan untuk mengukur arus listrik yang mengalir dalam suatu
rangkaian.
3. Pengukuran hambatan
Multimeter berfungsi sebagai ohmmeter yang dapat mengukur hambatan dalam
komponen elektronik, seperti resistor atau kawat. Ini memungkinkan pengguna untuk
mengetahui seberapa besar hambatan suatu komponen, diukur dalam satuan Ohm (Ω).
4. Pengujian diode
Multimeter dapat digunakan untuk menguji dioda dan mengetahui apakah dioda
berfungsi dengan baik atau rusak. Dengan menggunakan mode pengujian dioda,
multimeter dapat menunjukkan apakah dioda melewatkan arus dalam satu arah atau
tidak.
5. Kontinuitas
Multimeter memiliki fungsi kontinuitas untuk menguji koneksi dan mengidentifikasi
apakah dua titik dalam rangkaian terhubung secara kontinu atau terputus. Jika ada
kontinuitas (sambungan), multimeter akan memberikan suara bip atau menunjukkan
sinyal visual yang menandakan adanya koneksi.
Multimeter biasanya memiliki beberapa fungsi lain seperti pengukuran kapasitansi,
frekuensi, dan temperatur, tergantung pada model dan tipe yang digunakan. Fungsi
serbaguna dari multimeter membuatnya menjadi alat yang penting dan berguna dalam
banyak aplikasi elektronik, pemeliharaan peralatan, serta dalam pemecahan masalah
dalam rangkaian listrik dan elektronik.
3. 2602308085
4. 2602283712
5. 2602296526
Percobaan Nama :
Experiment :2 Student Name 1. Arief Fadillah,
2. Asep Cici indra Wahyudi,
3. Berliana Aulia H,
4. Chandra Juliantono,
5. Niko Farhansyah
Topik
Topic : Introduction to Electrical
Tanggal
Instrument and Concept Date : 21 Juni 2023
Asisten Kelas
Assistant : Vincent Harjadi (TK040) Class : ALDA
*Nilai Laporan Akhir Praktikum (LAP) akan dinolkan jika tidak ada paraf asisten pada Laporan Praktikum Sementara (LPS)
Final Report will be zero(0) if no assistant signature on Experiment Sheet
Table 2.1
Frequency Period
200 Hz 4.838 ms
1 KHz 996 μs
Note :
x axis : to show the information about time (frekuensi dan periode)
y axis : to show the information about volt (v)
Distance (cm) R
0 0
1 324 kΩ
2 1.2 MΩ
3 3.9 MΩ
4 6.5 MΩ
5 13 MΩ
1. Ohm’s Law
Dikutip dari buku berjudul Rangkaian Listrik oleh William dan kawan-kawan, hukum Ohm
pertama kali dicetuskan pada tahun 1827 oleh seorang ilmuwan Jerman bernama George
Simon Ohm. Ia menerbitkan sebuah pamflet yang berisi hasil-hasil temuannya dalam
mengukur arus dan tegangan serta hubungan matematika di antara keduanya. Pada
dasarnya, hukum Ohm menyatakan bahwa arus listrik (I) yang mengalir pada suatu
penghantar akan sebanding dengan tegangan (V) yang didapatkannya, tetapi berbanding
terbalik dengan hambatan (R). sehingga persamaannya menjadi 𝑉 = 𝐼 × 𝑅.
2. The relation between Voltage (V), Current (I), and Resistance (R)
Tegangan (V) berbanding lurus dengan arus (I) dan hambatan (R), sehingga arus (I) dengan
hambatan (R) berbanding terbalik.
1. Tabel 3.1
Hambatan (Ohm) Tegangan (V) Arus (mA) (Percobaan) Arus (mA) (Teori s)
1000 1 0,92 1
1000 2 1,94 2
1000 3 3,07 3
1000 4 3,85 4
1000 5 5,11 5
1000 6 5,85 6
1000 7 7,04 7
1000 8 8,12 8
1000 9 9,29 9
1000 10 10,13 10
Tabel 3.2
Hambatan (Ohm) Tegangan (V) Arus (mA) (Percobaan) Arus (mA) (Teori s)
100 10 101,2 100
220 10 44,6 45,45455
470 10 21,63 21,2766
560 10 17,98 17,85714
680 10 14,8 14,70588
1000 10 10,04 10
1200 10 8,3 8,333333
2000 10 5 5
3000 10 3,35 3,333333
4700 10 2,15 2,12766
Tabel 3.3
Percobaan
Teoritis
Tabel 3.4
Percobaan
Teoritis
∴Data dari hasil percobaan dan perhitungan secara teoritis hasilnya tidak terpaut jauh,
hanya pada Tabel 3.3 pada kolom B nilai arus pada percobaan adalah 2 dan 1 mA,
sedangkan secara teoritisnya arus yang dihasilkan pada rangkaian seri bernilai sama
yaitu 2 mA.
Simpulan:
Topik
Topic : Series, Parallel Circuit
Tanggal
And Ohm’s Law Date : 03 JULI 2023
Asisten Kelas
Assistant : TK040 Class : ALDA
*Nilai Laporan Akhir Praktikum (LAP) akan dinolkan jika tidak ada paraf asisten pada Laporan Praktikum Sementara (LPS) Final
Report will be zero(0) if no assistant signature on Experiment Sheet
Table 3.3
Voltage (V) Current (mA)
Circuit
VR1 VR2 VR3 IAB ICD IEF
A 5.89 - - 6 - -
B 1.97 3.95 - 2 1 -
C 0.978 1.931 3 0.98 0.98 0.98
Table 3.4
Voltage (V) Current (mA)
Circuit
VR1 VR2 VR3 IAB ICD IEF
A 5.92 - - 6 - -
B 5.92 5.92 - 6 3 -
C 6.06 6.05 6.05 6.1 3.04 1.98
Bab 4 – Judul : Kirchoff’s Voltage – Current Law & Potentiometer
Nama Asisten : Vincent Harjadi – TK040
- Kirchoff Voltage Law: sedangkan pada percobaan KVL berkaitan dengan hukum
kekelan energy. Dalam praktikum ini kita akan membuktikan bahwa jumlah
tegangan di sekitar suatu loop atau sirkuit tertutup adalah nol. Dengan kata lain,
total penurunan tegangan (voltase) di suatu loop harus sama dengan total kenaikan
tegangan di loop tersebut. Hukum ini berlaku untuk rangkaian seri dan paralel.
ΣV = 0
Dalam praktikum ini dibuktkan bahwa teganagn sumber nilai nya akan sama dengan
nol jika di kurangi nilai tengan yang ada di R1, R2, R3 dan R4.
2. The difference between potentiometer and resistor
Dalam praktikum di jelaskan bahwa potentiometer adalah hambatan atau resistor yang
nilai nya bisa di adjust atau rubah-rubah. Sedangkan resistor nilai nya pasif atau tetap.
Praktikum di lakukan pada pengujian lampu LED dengan sumber tegangan 10 volt
Lampu saat pertama kali sangat terang, kemudian potentiometer di putar ke arah kanan
maka lampu semakin redup dan mati.
- Pada percobaan di titik CCW pada kaki AB : mendekati 0, BC = 10 Volt, AC = 10 Volt
- Pada percobaan di titik Middle pada kaki AB : mendekati 7.7, BC = 2.1 Volt, AC = 10
Volt
- Pada percobaan di titik CW pada kaki AB : mendekati 10, BC = 0 Volt, AC = 10 Volt
5. Compare the result that you get from the practicum with the theory
- Dari hasil praktikum dibuktikan bahwa hukum tersebut terbukti meskipun ada sedikit
selisih nilai, missal 10 Volt di teori bisa kita hitung menggunakan rumus atau formula
tapi di praktikum nilai nya 9,7 (mendekati 10 volt) dengan ditunjukan oleh Voltmeter.
Asep C Indra W
2602308085
Berliana Aulia H
2602283712
Chandra Juliantono
2602296526
Niko Farhan-
syah
Percobaan
Experiment :4
Topik
Topic : Kirchhoff’s
Voltage-Current Law Tanggal
and Potentiometer Date : 12 Juli 2023
Asisten Kelas
Assistant : TK040 (Vincent H) Class : ALDA
*Nilai Laporan Akhir Praktikum (LAP) akan dinolkan jika tidak ada paraf asisten pada Laporan Praktikum Sementara (LPS)
Final Report will be zero(0) if no assistant signature on Experiment Sheet
Table 4.1
Table 4.2
VPS I VR1 VR2 VR3 VR4
5V 0.6 mA 0.287 V 0.623 V 1.233 V 2.935 V
10 V 1.224 mA 0.575 V 1.224 V 2.448 V 5.752 V
Table 4.3
Potentiometer I VAB VBC VAC
CCW 9.2872 mA 8.8 mV 9.8 V 9.8 V
Middle 1.2398 mA 7.71 V 2.11 V 9.95 V
CW 1.3866 x
9.95 V 0.004 mV 9.95 V
10-18 A
2. The relation between the resistance of the load and the voltage of the load
Dalam versi pertama rumus, I = V/R, pada Hukum Ohm memberi tahu bahwa arus
listrik dalam suatu rangkaian dapat dihitung dengan membagi tegangan dengan
resistansi. Dengan kata lain arus berbanding lurus dengan tegangan dan berbanding
terbalik dengan hambatan.
Jika supply diberikan beban, maka tegangan pada beban bergantung pada nilai beban.
𝑉 𝑉
=
𝑅 𝑅
𝑅 = 𝑅 + 𝑅
𝑅
𝑉 = 𝑥𝑉
𝑅 + 𝑅
p = i2RL = 𝑅
I V P
R1 8 mA 8V 64 mW
R2 8 mA 8V 64 mW