Anda di halaman 1dari 27

PESAWAT ATWOOD

Masfufa*), Nurlaela, Risman, St. Rahmawati

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA


Universitas Negeri Makassar 2015

Abstrak. Judul praktikum yang telah dilakukan adalah Pesawat Atwood, dimana alat ini dapat
mempermudah kita untuk mengetahui bagaimana penerapan gerak transalasi dan gerak rotasi suatu
benda. Terdapat 2 kegiatan pada praktikum kali ini ialah, kegiatan 1 menentukan hubungan antara
jarak dan waktu tempuh untuk lintasan dari posisi satu ke yang lainnya, dalam hal ini ialah lintasan
dari posisi C ke A dengan menggunakan sensor waktu. Pada kegiatan 2 sama halnya dengan
kegiatan pertama, hanya saja lintasan yang dimaksud ialah dari posisi A ke B. Sebelum
menghitung waktu yang diperlukan beban untuk bergerak, ukurlah terlebih dahulu massa semua
benda dengan menggunakan Neraca Ohauss 310 gram. Adapun tujuan dari praktikum ini ialah
yang pertama untuk memahami konsep kinematika untuk memperlihatkan berlakunya hukum
Newton dan yang kedua adalah untuk menghitung momen kelembaman atauinersia dari katrol
yang digunakan. Dimana pada praktikum ini benda yang yang lebih berat diletakan lebih tinggi
posisinya dibanding yang lebih ringan. Jadi benda yang berat akan turun karena gravitasi dan
menarik benda yang lebih ringan karena ada tali dan katrol.

Kata kunci : Jarak, kecepatan, massa, percepatan.

RUMUSAN MASALAH
1. Apakah mahasiswa mampu memahami konsep kinematika untuk memperlihatkan
berlakunya hukum Newton?
2. Bagaimana cara menghitung momen kelembaman (inersia) katrol?

TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami konsep kinematika untuk memperlihatkan
berlakunya hukum Newton.
2. Mahasiswa mampu menghitung momen kelembaman (inersia) katrol.

TEORI SINGKAT
Hukum-hukum Newton dapat digunakan untuk gerak lurus maupun
gerak melingkar. Selain itu persamaan-persamaan gerak lurus dapat
pula diterapkan dalam gerak melingkar. Dengan demikian, selalu ada
kesetaraan antara besaran-besaran fisis dalam gerak melingkar
dengan besaran-besaran dalam gerak lurus (Halliday, dkk. 1999)

Jika sebuah katrol hanya dapat berotasi murni pada porosnya yang
diam, maka geraknya dapat dianalisis dengan menggunakan
gambar 1., di samping.
Gambar 1
Gerak Translasi
Gerak lurus adalah gerak suatu obyek yang lintasannya berupa garis lurus.
Dapat pula jenis gerak ini disebut sebagai suatu translasi beraturan. Pada rentang
waktu yang sama terjadi perpindahan yang besarnya sama. Gerak lurus dapat
dikelompokkan menjadi gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan
yang dibedakan dengan ada dan tidaknya percepatan.

1. Gerak Lurus Beraturan (GLB)


Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak lurus suatu obyek, dimana dalam
gerak ini kecepatannya tetap atau tanpa percepatan, sehingga jarak yang
ditempuh dalam gerak lurus beraturan adalah kelajuan kali waktu.
2. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak lurus suatu obyek, di
mana kecepatannya berubah terhadap waktu akibat adanya percepatan yang
tetap. Akibat adanya percepatan rumus jarak yang ditempuh tidak lagi linier
melainkan kuadratik. Dengan kata lain benda yang melakukan gerak dari
keadaan diam atau mulai dengan kecepatan awal akan berubah kecepatannya
karena ada percepatan atau perlambatan.
GLBB dibagi menjadi 2 macam
a. GLBB dipercepat
GLBB dipercepat adalah GLBB yang kecepatannya makin lama makin
cepat, contoh GLBB dipercepat adalah gerak buah dari pohonnya.
b. GLBB diperlambat
GLBB diperlambat adalah GLBB yang kecepatannya makin lama
makin kecil (lambat). Contoh GLBB diperlambat adalah gerak benda
dilempar keatas.

F = 0 .1
-T1 Mg T2 + N = 0 .2

Dimana dalam hal ini ialah Hukuk I Newton yang berbunyi:

Jika Resultan yang bekerja pada benda sama dengan nol, maka benda yang
semula diam akan tetap diam, dan benda yang bergerak lurus beraturan akan
tetap bergerak lurus beraturan

Gerak Rotasi
Gerak melingkar atau gerak rotasi merupakan gerak melingkar suatu
benda pada porosnya pada suatu lintasan melingkar. Bila sebuah benda
mengalami gerak rotasi melalui porosnya, ternyata pada gerak ini akan berlaku
persamaan gerak yang ekivalen dengan persamaan gerak linier.
Momen inersia merupakan representasi dari tingkat kelembaman benda
yang bergerak rotasi. Semakin besar momen inersia suatu benda, semakin malas
dia berputar dari keadaan diam, dan semakin malas pula ia untuk mengubah
kecepatan sudutnya ketika sedang berputar. Sebagai contoh, dalam ukuran yang
sama sebuah silinder yang terbuat dari sebuah besi memiliki momen inersia yang
lebih besar daripada silinder kayu. Hal ini bisa diperkirakan karena terasa lebih
berat lagi bagi kita untuk memutar silinder besi dibandingkan dengan memutar
silinder kayu.
Momen inersia pada gerak rotasi bisa dianalogikan dengan massa pada
gerak translasi. Sedangkan gaya pada gerak translasi dapat dianalogikan dengan
momen gaya pada gerak translasi. Jika gaya menyebabkan timbulnya percepatan
pada gerak translasi maka momen gaya itulah yang menyebabkan timbulnya
percepatan sudut pada gerak rotasi. Saat kita memutar sebuah roda atau membuka
daun pintu, saat itu kita sedang memberikan momen gaya pada benda-benda
tersebut. Dengan memanfaatkan pengertian momen gaya, kita dapat
mengadaptasi Hukum II Newton untuk diterapkan pada gerak rotasi.

Setiap benda yang dikenai gaya maka akan mengalami percepatanyang


besarnya berbanding lurus dengan besarnya gaya dan berbanding tebalik
dengan besarnya massa benda.


=
..3
= ..4

Kesimpulan dari persamaan diatas yaitu arah percepatan benda sama dengan arah
gaya yang bekerja pada benda tersebut. Besarnya percepatan sebanding dengan
gayanya. Jadi bila gayanya konstan, maka percepatan yang timbul juga akan
konstan Bila pada benda bekerja gaya, maka benda akan mengalami percepatan,
sebaliknya bila kenyataan dari pengamatan benda mengalami percepatan maka
tentu akan ada gaya yang menyebabkannya. Persamaan gerak untuk percepatan
yang tetap

Jika sebuah benda dapat bergerak melingkar melalui porosnya, maka pada gerak
melingkar ini akan berlaku persamaan gerak yang ekivalen dengan persamaan
gerak linear. Dalam hal ini ada besaran fisis momen inersia (momen kelembaman)
I yang ekivalen dengan besaran fisis massa (m) pada gerak linear. Momen inersia
(I) suatu benda pada poros tertentu harganya sebanding dengan massa benda
terhadap porosnya.
I~m
I ~ r2
Dimana harga tersebut adalah harga yang tetap (Nova Nurfauziawati, 2010).

Dengan menganalogikan gaya dengan momen gaya, massa dengan momen


inersia, dan percepatan dengan percepatan sudut, akan kita temukan hasil
adaptasi dari Hukum II Newton dalam gerak rotasi sebagai berikut:
= I ..5
-T1R + T2R = I ..6

Keterangan :
a = percepatan benda (m/s2)
m = massa benda (kg)
F = Gaya (N)
= Momen Gaya (Nm)
= Percepatan sudut (rad/s2)
I = Momen Inersia (mkg2)
R = Jari jari (m)

Dimana
1
I = 2 mkatrol R2 ..7
Dan
1
a= ..8

dengan a merupakan percepatan tangensial tepi katrol, percepatan


ini sama dengan percepetana tali penggantung yang dililitkan pada
katrol tanpa slip. Bila suatu benda digantungkan pada tali seperti
gambar disamping, maka percepatan benda adalah:

(m+M 1 ) M2
a= .g ....9
m+M 1 +M2 + 2

Dapat diperhatikan gambar 2. Jika massa beban tidak sama


maka system akan bergerak lurus dipercepat beraturan. Dengan
mengukur jarak yang ditempuh serta mengukur waktu yang
diperlukan kita dapat menentukan percepatan benda dari percobaan.
Gambar 2

Jika percepatan telah diketahui maka dengan menggunakan persamaan 9 kita


dapat menghitung momen inersia katrol. Jika massa beban sama, maka system akan
bergerak lurus beraturan atau diam (Hukum I Newton). Jika pada awalnya system telah
memiliki kecepatan (dalam keadaan bergerak), maka kecepatan awal tersebut dapat
ditentukan dengan mengukur jarak tempuh dan waktu tempuh benda.
(Tim Pengajar, 2015)

METODE EKSPERIMEN
Alat dan Bahan
1. Pesawat atwood yang terdiri dari :
a. Tiang berskala R yang pada ujung atasnya terdapat katrol p
b. Tali penggantung yang massanya dapat diabaikan.
c. Dua beban M1 dan M2 yang berbentuk silinder dengan massa sama masing-
masing M yang dikaitkan pada ujung-ujung tali penggantung.
d. Dua beban tambahan dengan massamasing-masing m.
e. Genggaman G dengan pegas, penahan beban B, penahan beban tambahan A
yang berlubang.
2. Neraca 310 gram
3. Sensor waktu
4. Jangka sorong
5. Mistar

Identifikasi Variabel
Kegiatan1 :
Variabel manipulasi : jarak/ketinggian C ke A
Variabel respon : waktu, kecepatan
Variabel kontrol : massa benda, massa katrol, jari-jari katrol

Kegiatan2 :
Variabel manipulasi : jarak
Variabel respon : waktu
Variabel kontrol : massa benda, massa katrol, jari-jari katrol

Definisi operasional identifikasi variabel


Kegiatan 1
Variabel manipulasi adalah jarak dimana, jarak diubah-ubah untuk menghasilkan
pengamatan yang baik, karena adanya perubahan terhadap jarak maka waktu juga ikut
berubah, inilah alasan kenapa waktu dijadikan variabel respon, kemudian kecepatan
karena adanya perubahan itu kecepatan juga berubah karena merupakan gerak GLBB,
kemudian adapun variabel kontrolnya yaitu variabel yang tetap, adalah massa benda,
massa katrol dan jari-jari katrol.

Kegiatan 2
Variabel manipulasi adalah jarak dari A ke B dimana jaraknya diubah-ubah hingga
menghasilkan 5 kali pengamatan, karena adanya perubahan terhadap jarak maka waktu
juga ikut berubah inilah alasan kenapa waktu dijadikan sebagai variabel respon,
kemudian yang menjadi variabel control adalah massa benda, massa katrol dan jari-jari
katrol.

Prosedur Kerja
Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu melakukan setting peralatan yang akan
dilakukan dalam praktikum. Ukur massa dari setiap benda yang akan digunakan.
Gantungkan M1 dan M2 pada ujung tali letakkan pada katrol yang berda di ujung tiang,
pasanglah M1 pada genggaman G, dengan menggunakan pegas, selidiki apakah tali
sejajar dengan tiang, jika tidak buatlah keadaan tali hingga sejajar dengan tiang,
tambahkan massa tambahan m1 pada M2, tekan G, maka M1 akan terlepas dari
genggaman kemudian M2+m1 akan bergerak kebawah sedangkan M1 akan bergerak ke
atas, jika pesawat atwood bekerja dengan baik maka terdapat percepatan, kemudian
ketika M2+m1 melewati penahan A maka massa tambahan akan tersangkut pada penahan
dan M1 akan melanjutkan gerak ketitik B dengan kecepatan konstan. Ketika ini tidak
terjadi maka atur kembali penahan A. Kegiatan pertama dimana jarak yang dilalui adalah
jarak dari C ke A dimana pada saat ini massa tambahan masih berada di atas M 2 atur
sensor waktu agar sensor dapat membaca waktu yang dibutuhkan benda bergerak dengan
cara mengambil titik tengah dari benda, pada saat benda M1 dilepaskan dari genggaman G
maka M1 akan bergerak keatas dan M2+m1 akan bergerak kebawah, ketika telah melewati
titik A maka sensor akan menunjukkan jumlah waktu yang ditempuh selama pergerakan.
Untuk kegiatan kedua ambil jarak awal dengan mengambil satu jarak dari kegiatan
pertama, kemudian letakkan penahan A pada titik A dan atur jarak yang akan dilalui
dengan memindahkan posisi C, lepaskan genggaman G kemudian M1 akan bergerak ke
atas kemudian M2+m1 akan bergerak ke bawah sebelum menumpuk penahan A gerak ini
dinamakan GLBB dan ketika massa tambahan terlepas dari M2 maka gerak yang bekerja
gerak GLB. Lakukan percobaan pada jarak yang sama sebanyak 3 kali pengamatan, catat
hasil pengamatan pada tabel pengamatan yang tersedia.

HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA


HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA
Hasil Pengamatan
Massa M1 = |64,95 0,01 |gram

Massa M2 = |64,95 0,01 |gram

Massa m = |5,05 0,01 | gram

Massa Katrol (Mk) = | 65,15 0,01 |gram

R katrol = |6,00 0,05| cm

Kegiatan 1. Gerak dari C ke A

Tabel1. Hubungan antara jarak dan waktu tempuh untuk lintasan C ke A

No XCA (cm) tCA(detik)

1. |0,805 0,001|
1 | 20,00 0,05 | 2. |0,779 0,001|
3. |0,792 0,001|

2 |22,00 0,05 |
1. |0,826 0,001|
2. |0,832 0,001|
3. |0,825 0,001|

1. |0,905 0,001|
3 |24,00 0,05 |
2. |0,912 0,001|
3. |0,912 0,001|

1. |0,937 0,001|
4 |26,00 0,05 |
2. |0,927 0,001|
3. |0,939 0,001|

1. |0,982 0,001|
5 |28,00 0,05 |
2. |0,997 0,001|
3. |0,990 0,001|

1. |1,075 0,001|
6 |30,00 0,05 |
2. |1,083 0,001|
3. |1,088 0,001|

1. |1,133 0,001|
7 |32,00 0,05 |
2. |1,137 0,001|
3. |1,146 0,001|

1. |1,199 0,001|
8 |34,00 0,05 |
2. |1,195 0,001|
3. |1,208 0,001|

1. |1,293 0,001|
9 |36,00 0,05 |
2. |1,293 0,001|
3. |1,294 0,001|
Kegiatan 2. Gerak dari A ke B

XCA = 20 cm

Tabel 2. Hubunga nantara jarak dan waktu tempuh untuk lintasan Ake B

No XAB(cm) tAB(detik)

1. |0,825 0,001|
1 |20,00 0,05| 2. |0,834 0,001|
3. |0,827 0,001|

1. |0,933 0,001|
2 |22,00 0,05| 2. |0,933 0,001|
3. |0,939 0,001|

1. |1,046 0,001|
3 |24,00 0,05 | 2. |1,056 0,001|
3. |1,065 0,001|

1. |1,151 0,001|
4 |26,00 0,05 | 2. |1,167 0,001|
3. |1,172 0,001|

1. |1,269 0,001|
5 |28,00 0,05 | 2. |1,282 0,001|
3. |1,275 0,001|

1. |1,372 0,001|
6 |30,00 0,05 | 2. |1,366 0,001|
3. |1,375 0,001|

1. |1,474 0,001|
7 |32,00 0,05 | 2. |1,483 0,001|
3. |1,485 0,001|

8 |34,00 0,05 |
1. |1,599 0,001|
2. |1,602 0,001|
3. |1,604 0,001|

1. |1,777 0,001|
9 |36,00 0,05 | 2. |1,776 0,001|
3. |1,754 0,001|

Analisis Data
Kegiatan 1. Gerak dari C ke A
a. Waktu
1) X1 = |20,00 0,05| cm
1 + 2 + 3
=
3
0,805 + 0,779 + 0,792
= = 0,792
3
1 = |1 | = |0,805 0,792| = 0,013
2 = |2 | = |0,779 0,792| = 0,013
3 = |3 | = |0,792 0,792| = 0,000
= = 0,013
t 0,013
KR = 100% = KR = 100% = 1,64 % 3 AB
0,792
= |0,792 0,013|

2) X2 = |22,00 0,05| cm
1 + 2 + 3
=
3
0,826 + 0,832 + 0,825
= = 0,827
3
1 = |1 | = |0,826 0,827| = 0,001
2 = |2 | = |0,832 0,827| = 0,005
3 = |3 | = |0,825 0,827| = 0,002
= = 0,005
t 0,005
KR =
100% = KR = 0,827
100% = 0,60 % 3 AB
= |0,8270 0,0050|

3) X3 = |24,00 0,05| cm
1 + 2 + 3
=
3
0,904 + 0,912 + 0,912
= = 0,909
3
1 = |1 | = |0,904 0,909| = 0,005
2 = |2 | = |0,912 0,909| = 0,003
3 = |3 | = |0,912 0,909| = 0,003
= = 0,005
t 0,005
KR = t
100% = KR = 0,909
100% = 0,55 % 4 AB
= |0,9090 0,005|

4) X4 = |26,00 0,05| cm
1 + 2 + 3
=
3
0,937 + 0,927 + 0,939
= = 0,934
3
1 = |1 | = |0,937 0,934| = 0,003
2 = |2 | = |0,927 0,934| = 0,007
3 = |3 | = |0,939 0,934| = 0,005
= = 0,007
t 0,007
KR = t
100% = KR = 0,934
100% = 0,74% 3 AB
= |0,9340 0,0070|

5) X5 = |28,00 0,05| cm
1 + 2 + 3
=
3
0,982 + 0,997 + 0,990
= = 0,989
3
1 = |1 | = |0,982 0,989| = 0,007
2 = |2 | = |0,997 0,989| = 0,008
3 = |3 | = |0,990 0,989| = 0,001
= = 0,008
t 0,008
KR = t
100% = 0,989 100% = 0,80% 4 AB
= |0,9890 0,0080|

6) X6 = |30,00 0,05| cm
1 + 2 + 3
=
3
1,075 + 1,083 + 1,088
= = 1,082
3
1 = |1 | = |1,075 1,082| = 0,007
2 = |2 | = |1,083 1,082| = 0,001
3 = |3 | = |1,088 1,082| = 0,006
= = 0,007
t 0,007
KR = t
100% = 1,082
100% = 0,64 % 3 AB
= |1,082 0,0070|
7) X7 = |32,00 0,05| cm
1 + 2 + 3
=
3
1,133 + 1,137 + 1,146
= = 1,138
3
1 = |1 | = |1,133 1,138| = 0,005
2 = |2 | = |1,137 1,138| = 0,001
3 = |3 | = |1,146 1,138| = 0,008
= = 0,008
t 0,008
KR = 100% = 100% = 0,70 % 3 AB
t 1,138
= |1,138 0,0080|

8) X8 = |34,00 0,05| cm
1 + 2 + 3
=
3
1,199 + 1,195 + 1,208
= = 1,200
3
1 = |1 | = |1,199 1,200| = 0,001
2 = |2 | = |1,195 1,200| = 0,005
3 = |3 | = |1,208 1,200| = 0,008
= = 0,008
t 0,008
KR = 100% = KR = 100% = 0,66 % 3 AB
t 1,200
= |1,200 0,0080|

9) X9 = |36,00 0,05| cm
1 + 2 + 3
=
3
1,293 + 1,293 + 1,294
= = 1,293
3
1 = |1 | = |1,293 1,293| = 0,000
2 = |2 | = |1,293 1,293| = 0,000
3 = |3 | = |1,294 1,293| = 0,001
= = 0,001
t 0,001
KR = t
100% = KR = 1,293
x 100% = 0,07 % 3 AB
= |1,293 0,0010|

b. Percepatan berdasarkan grafik


Tabel hubungan 2XCA (sumbu y) dengan t2CA (sumbu x)

2XCA (cm) t2CA (detik)

40,00 0,627
44,00 0,683
48,00 0,826
52,00 0,872
56,00 0,978
60,00 1,170
64,00 1,295
68,00 1,44
72,00 1,671
76,00 1,638

80
70 y = 30.385x + 23.718
R = 0.9727
60
50
2X

40
30
20
10
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8
t2

Grafik 1. XCA (sumbu y) dengan t2CA (sumbu x)

Jadi berdasarkan grafik tersebut, maka a = 30,385 cm/s 2

DK = R2 100%
DK = 0,9727 100%
DK = 97,27%
KR = (100-DK) %
= (100-97,27) %
= 2,73% 3 AB
2,73% 30,385
a =
100%
a = 0,829 cm/ 2
= |30,3 0,829|cm/ 2

c. Percepatan berdasarkan rumus GLB


1
s = V0 + at 2
2
1 2
s= at
2
2s
a= 2
t
2s
a= 2
t
a a
da = | ds + dt|
s t
da = |2t 2 |ds + |4st 3 |dt
a = |2t 2 |s + |4 3 |
a s
= | | ds + |2t 1 |t
a s
a s 2t
=| + |
a s t
s 2t
a = | + |a
s t
a
KR = 100%
a

1) X1 = |20,00 0,05| cm
= |0,792 0,013|
21 2 (20,00)
a= 2 = = 63,79 cm/s2
t 0,7922
1 2t
a = | + |a
1 t
0,05 2(0,013)
a = | + | 63,79 cm/s2
20,00 0,792
= |0,0025 + 0,0328| 63,79 cm/s2
= 2,25 cm/s2
a 2,25 cm/s2
KR = a
100% = 63,79 cm/s2 100% = 3,52% 3 AB
DK = 100% KR = 100% 3,52 % = 96,48 %
a = |63,7 2,25| / 2

2) X2 = |22,00 0,05| cm
= |0,8270 0,0050|
22 2 (22,00)
a= 2 = = 64,42 cm/s 2
t 0,82702
2 2t
a = | + |a
2 t
0,05 2(0,0050)
a = | + | 64,42 cm/s2
22,00 0,8270
= |0,002 + 0,012| 64,42 cm/s 2
= 0,90 cm/s2
a 0,90 cm/s2
KR = a
100% = 64,42 cm/s2 100% = 1,39 % 3 AB
DK = 100% KR = 100% 1,39 % = 98,61%
a = |64,4 0,900| cm/s2

3) X3 = |24,00 0,05| cm
= |0,9090 0,005|
21 2 (24,00)
a= 2 = = 58,11 cm/s2
t 0,9092
3 2t
a = | + |a
3 t
0,05 2(0,005)
a = | + | 58,11 cm/s2
24,00 0,909
= |0,002 + 0,011| 58,11 cm/s 2
= 0,755 m/s2
a 0,755 cm/s2
KR = a
100% = 58,11 cm/s2 100% = 1,29 % 3 AB
DK = 100% KR = 100% 1,29% = 98,71 %
a = |58,1 0,755| cm/s2

4) X4 = |26,00 0,05| cm
= |0,9340 0,0070|
24 2 (26,00)
a= 2 = = 59,63 cm/s2
t 0,9342
4 2t
a = | + |a
4 t
0,05 2(0,0070)
a = | + | 59,63 cm/s2
26,00 0,934
= |0,002 + 0,014| 59,63 cm/s 2
= 0,954 cm/s 2
a 0,954 cm/s2
KR = a
100% = 59,63 cm/s2
100% = 1,59 % 3 AB
DK = 100% KR = 100% 1,59 % = 98,41%
a = |59,6 0,954| cm/s2

5) X5 = |28,00 0,05| cm
= |0,9890 0,0080|
25 2 (28,00)
a= 2 = = 57,25 cm/s2
t 0,9892
5 2t
a = | + |a
5 t
0,05 2(0,0080)
a = | + | 57,25 cm/s2
28,00 0,989
= |0,002 + 0,016| 57,25 cm/s 2
= 1,0305 cm/s2
a 1,0305 cm/s2
KR = a
100% = 57,25 cm/s2
100% = 1,8% 3 AB
DK = 100% KR = 100% 1,8% = 98,2%
a = |57,2 1,03| cm/s2

6) X6 = |30,00 0,05| cm
= |1,082 0,0070|
26 2 (30,00)
a= 2 = = 51,28 cm/s2
t 1,0822
6 2t
a = | + |a
6 t
0,05 2(0,007)
a = | + | 51,28 cm/s2
30,00 1,082
= |0,002 + 0,0129| 51,28 cm/s2
= 0,764 cm/s 2
a 0,764 cm/s2
KR = a
100% = 51,28 cm/s2 100% = 1,48 % 3 AB
DK = 100% KR = 100% 1,48 % = 98,52%
a = |51,2 0,764| cm/s2

7) X7 = |32,00 0,05| cm
= |1,138 0,0080|
27 2 (32,00)
a= 2 = = 49,42 cm/s2
t 1,1382
1 2t
a = | + |a
1 t
0,05 2(0,0080)
a = | + | 49,42 cm/s2
32,00 1,138
= |0,002 + 0,014| 49,42 cm/s 2
= 0,790 cm/s 2
a 0,790 cm/s2
KR = a
100% = 49,42 cm/s2 100% = 1,59 % 3 AB
DK = 100% KR = 100% 1,59 % = 98,41 %
a = |49,4 0,79| cm/s2

8) X8 = |34,00 0,05| cm
= |1,200 0,0080|
28 2 (34,00)
a= 2 = = 47,2 cm/s2
t 1,2002
8 2t
a = | + |a
8 t
0,05 2(0,008)
a = | + | 47,2 cm/s 2
34,00 1,200
= |0,001 + 0,013| 47,2 cm/s2
= 0,660 cm/s 2
a 0,660 cm/s2
KR = a
100% = 47,2 cm/s2
100% = 1,39% 3 AB
DK = 100% KR = 100% 1,39% = 98,61%
a = |47,2 0,660| cm/s2

9) X9 = |36,00 0,05| cm
= |1,293 0,0010|
29 2 (36,00)
a= 2 = = 43,08 cm/s2
t 1,2932
9 2t
a = | + |a
9 t
0,05 2(0,0010)
a = | + | 43,08 cm/s2
36,00 1,293
= |0,001 + 0,0015| 43,08 cm/s2
= 0,107 cm/s 2
a 0,107 cm/s2
KR = a
100% = 43,08 cm/s2 100% = 0,24% 4 AB
DK = 100% KR = 100% 0,24% = 99,76%
a = |43,08 0,107| cm/s 2

Untuk mencari percepatan rata-rata, maka digunakan persamaan


a
a =
n
a1 + a 2 + a 3 + a 4 + a 5 + a 6 + a 7 + a 8 + a 9
a =
9
(63,79 + 64,42 + 58,11 + 59,63 + 57,25 + 51,28 + 49,42 + 47,2 + 43,08)
a =
9
2 2
a = 54,9 cm/s = 0,549 m/s

1. Menghitung momen inersia katrol


1
Untuk I = 2 R2
I I
I = |m| dm + |R| dR
1 1
( mR2 ) ( mR2 )
2 2
=| | dm + | | dR
m R

1 2
I R dm mRdR
2
= | 1 |+| 1 |
I mR2 mR2
2 2

m 2R
I = | m + |I
R

1
I = mk R2
2

1
= 2 65,15 x (6,00)2
= 32,575 x 36
= 1172,7 gram/cm2
m 2R
I = | m + |I
R
0,01 2(0,05)
= |65,15 + | 1172,7
6,00

= |0,0001 + 0,0167| 1172,7


= 19,70 g cm2
I
KR = x 100%
I
19,70
= 1172,7 x 100%

= 1,67 % (3 AB)
I = |I I| g cm2
= |117 19,7| g cm2

(m+M1 )M2
Momen inersia katrol berdasarkan manipulasi persamaan a = I g
m+M1 +M2 + 2
R

g
I = {[(m + M1 ) M2 ] a [(m + M1 ) + M2 ]} R2

980 cm/s2
I = {[(5,05 g + 64,95 g) 64,95 g] 54,9 cm/s2 [(5,05 g + 64,95 g) +

64,95 g]}(6,00 cm)2


980 cm/s2
I = {[70,00 g 64,95 g] 54,9 cm/s2 [70,00 g + 64,95 g]} (6,00 cm)2

I = [90,14 134,95]36 cm2


I = 44,81 g 36 cm2
I= 1613,16 gr /cm2

I I I I I
I = |m|dm +|m |dm1 + |m |dm2+|a|da + |R|dR2
1 2
g g g
= |(R2 a R2 )dm| + |(R2 a R2 )dm1| + |(CR2 a R2 )dm2 | +|(m + M1
g
M2 )a| + |2R[(m + m1 m2 ) a (m + m1 + m2 )]dR|
g
= |[R2 a R2 ](dm + dm1 + dm2 )| + |(m + M1 M2 )ga2 da| + |2R[(m + m1
g
m2 ) a (m + m1 + m2 )]dR|
g g
= |[R2 a R3 ]3 dm| + |(m + M1 M2 )ga2 da| + |2R[(m + m1 m2 ) a
(m + m1 + m2 )]dR|
g g g
= |[R2 a R3 ]3 m| + |(m + M1 M2 ) 2 a| + |2R[(m + m1 m2 ) a
a
(m + m1 + m2 )]R|
g g g
I = |[R2 a R3 ]3 m| + |(m + M1 M2 ) 2 a| + |2R[(m + m1 m2 ) a
a
(m + m1 + m2 )]R|
980 980
= |[6,00 (6,00)3 ] 3 0,01| + |(5,05 + 64,95 64,95) x 0,912|+|2
54,9 54,92

6,00 [(5,05 + 64,95 64,95) 98054,9 (5,05 + 64,95 + 64,95)] 0,05|


= |12,79| + |1,496|+ |83,395|
= 97,681 g/cm2
I
KR= | | 100 %
I
97,681
=|1613,16| 100 %
= 6,05 % (2 AB)

PF = |16 97| 102 g/cm

Kegiatan ke 2. Gerak dari A ke B


1. Grafik hubungan antara XAB (sumbu y) terhadap tAB(sumbu x)
a. Waktu
1) X1 = |20,00 0, 05| cm
1 + 2 + 3
=
3
0,825 + 0,834 + 0,827
= = 0,828
3
1 = |1 | = |0,825 0,828| = 0,003
2 = |2 | = |0,834 0,828 | = 0,006
3 = |3 | = |0,827 0,828| = 0,001
= = 0,006
t 0,006
KR = t
100% = 0,828 100% = 0,72 % 4 AB
DK = 100% KR = 100% 0,72% = 99,28%
= | | = |0,8280 0,0060|

2) X2 = |22,00 0,05| cm
1 + 2 + 3
=
3
0,933 + 0,933 + 0,939
= = 0,935
3
1 = |1 | = |0,933 0,935| = 0,002
2 = |2 | = |0,933 0,935| = 0,002
3 = |3 | = |0,939 0,935| = 0,004
= = 0,004
t 0,004
KR = t
100% = 0,935
100% = 0,42% 4 AB
DK = 100% KR = 100% 0,42% = 99,58%
= | | = |0,9350 0,0040|

3) X3 = |24,00 0,05| m
1 + 2 + 3
=
3
1,046 + 1,056 + 1,065
= = 1,056
3
1 = |1 | = |1,046 1,056| = 0,01
2 = |2 | = |1,056 1,056| = 0,00
3 = |3 | = |1,065 1,056| = 0,009
= = 0,01 s
t 0,01
KR = 100% = 100% = 0,94% 4 AB
t 1,056
DK = 100% KR = 100 0,94% = 99,06%
= | | = |1,056 0,0100|

4) X4 = |26,00 0,05| m
1 + 2 + 3
=
3
1,151 + 1,167 + 1,172
= = 1,163
3
1 = |1 | = |1,151 1,163| = 0,012
2 = |2 | = |1,167 1,163| = 0,004
3 = |3 | = |1,172 1,163| = 0,009
= = 0,012
t 0,012
KR = t
100% = 1,163 100% = 1,03% 3 AB
DK = 100% KR = 100% 1,03% = 98,97%
= | | = |1,16 0,012|

5) X5 = |28,00 0, 05| m
1 + 2 + 3
=
3
1,269 + 1,282 + 1,275
= = 1,275
3
1 = |1 | = |1,269 1,275| = 0,006
2 = |2 | = |1,282 1,275| = 0,007
3 = |3 | = |1,275 1,275| = 0,000
= = 0,007
t 0,007
KR = t
100% = 1,275
100% = 0,54% 4 AB
DK = 100% 0,54% = 99,46%
= | | = |1,275 0,007|

6) X6 = |30,00 0,05| m
1 + 2 + 3
=
3
1,372 + 1,366 + 1,375
= = 1,371
3
1 = |1 | = |1,372 1,371| = 0,001
2 = |2 | = |1,366 1,371| = 0,005
3 = |3 | = |1,375 1,371| = 0,004
= = 0,005
t 0,005
KR = t
100% = 1,371 100% = 0,36% 4 AB
DK = 100% KR = 100% 0,36% = 99,64%
= | = |1,371 0,0050|

7) X7 = |32,00 0,05| m
1 + 2 + 3
=
3
1,474 + 1,483 + 1,485
= = 1,480
3
1 = |1 | = |1,474 1,480| = 0,006
2 = |2 | = |1,483 1,480| = 0,003
3 = |3 | = |1,485 1,480| = 0,005
= = 0,006
t 0,006
KR = t
100% = 1,480
100% = 0,40% 4 AB
DK = 100% KR = 100% 0,40% = 99,6%
= | | = |1,480 0,0060|

8) X8 = |34,00 0,05| m
1 + 2 + 3
=
3
1,599 + 1,602 + 1,604
= = 1,602
3
1 = |1 | = |1,599 1,602| = 0,003
2 = |2 | = |1,602 1,602| = 0,000
3 = |3 | = |1,604 1,602| = 0,002
= = 0,003
t 0,003
KR = 100% = 100% = 0,18% 4 AB
t 1,602
DK = 100% KR = 100% 0,18% = 99,82%
= | | = |1,602 0,0030|
9) X9 = |36,00 0,05| m
1 + 2 + 3
=
3
1,777 + 1,776 + 1,754
= = 1,769
3
1 = |1 | = |1,777 1,769| = 0,008
2 = |2 | = |1,776 1,769| = 0,007
3 = |3 | = |1,754 1,769| = 0,015
= = 0,015
t 0,015
KR = 100% = 100% = 0,84% 3 AB
t 1,769
DK = 100% KR = 100% 0,84% = 99,16%
= | | = |1,769 0,015|

b. Tabel jarak dan waktu


Jarak (cm) Waktu (s)
20,00 0,828

22,00 0,935

24,00 1,056

26,00 1,160

28,00 1,275

30,00 1,371

32,00 1,480

34,00 1,602

36,00 1,769

c. Grafik hubungan jarak terhadap waktu

40
y = 17.524x + 5.6545
30 R = 0.9966
Jarak (cm)

20
Y-Values
10 Linear (Y-Values)

0
0 0.5 1 1.5 2
Waktu (s)
Kecepatan benda berdasarkan grafik
y
x
= m = v = 17,524 cm/s
DK = R2 100%
DK = 0.9966 100%
DK = 99,66%
KR = 100% - DK
= 100% - 99,66 %
= 0,4% 4 AB
v
KR = 100%
v
0,4% 17,524
v =
100%
v = 0,070 cm/s
= |17,52 0,0700|cm/s
Kecepatan benda berdasarkan nilai percepatan benda diperoleh dari kegiatan 1
a = m = 30,385 cm/s2
DK = R2 x 100 % = 0.9727 x 100% = 97,27%
= 100% = 100% 97,27% = 2,73% 3

KR = 100%

2,73% 30,385
= = 0,82 cm/s2
100%
PF= | | = |30,3 0,82| 2

2. Kecepatan benda pada setiap waktu


a. X1 = |20,00 0,05| cm
= |0,828 0,006|

=

20,00
= = 24,15 cm/s
0,828

= | + |

0,05 0,006
= | + | 24,15 cm/s
20,00 0,828
= |0,003 + 0,007| 24,15cm/s
= 0,24 cm/s

KR = 100%

0,24
KR = 24,15 100% = 0,99% 4 AB
DK = 100% KR = 100% 0,99% = 99,01%
= |24,15 0,2400|cm/s
b. X2 = |22,00 0, 05| cm
= |0,935 0,004|
x
=
t
22,00
= = 23,52 cm/s
0,935
0,05 0,004
= | + | 23,52 cm/s
22,00 0,935
= |0,002 + 0,004| 23,52 cm/s
= 0,14 cm/s

KR = 100%

0,14
KR = 100% = 0,59% 4 AB
23,52
DK = 100% KR = 100% 0,59% = 99,41%
= |23,52 0,1400| cm/s

c. X3 = |24,00 0,05| cm
= |1,056 0,0100|
x
=
t
24,00
= = 22,72 cm/s
1,056
0,05 0,010
= | + | 22,72 cm/s
24,00 1,056
= |0,002 + 0,009| 22,72 cm/s
= 0,24 cm/s

KR = 100%

0,24
KR = 100% = 1,05% 3 AB
22,72
DK = 100% KR = 100% 1,05% = 98,95%
= |22,7 0,240| cm/s

d. X4 = |26,00 0,05| cm
= |1,160 0,012|
x
=
t
26,00
= = 22,4 cm/s
1,160
0,05 0,012
= | + | 22,4 cm/s
26,00 1,160
= |0,002 + 0,010| 22,4 cm/s
= 0,26 cm/s

KR = 100%

0,26
KR = 22,4 100% = 1,16% 3 AB
DK = 100% KR = 100% 1,16% = 98,84%
= |22,4 0,260| cm/s

e. X5= |28,00 0,05| cm


= |1,275 0,007|
x
=
t
28,00
= = 21,96 cm/s
1,275
0,05 0,007
= | + | 21,96 cm/s
28,00 1,275
= |0,002 + 0,005| 21,96 cm/s
= 0,15 cm/s

KR = 100%

0,15
KR = 21,96 100% = 0,68% 4 AB
DK = 100% KR = 100% 0,68% = 99,32%
= |21,96 0,1500| cm/s

f. X6 = |30,00 0,05| cm
= |1,371 0,005|
x
=
t
30,00
= = 21,88 cm/s
1,371
0,05 0,005
= | + | 21,88 cm/s
30,00 1,371
= |0,002 + 0,003| 21,88 cm/s
= 0,10 cm/s

KR = 100%

0,10
KR = 21,88 100% = 0,45% 4 AB
DK = 100% KR = 100% 0,45% = 99,55%
= |21,88 0,1000| cm/s

g. X7 = |32,00 0,05| cm
= |1,480 0,006|
x
=
t
32,00
= = 21,62 cm/s
1,480
0,05 0,006
= | + | 21,62 cm/s
32,00 1,480
= |0,002 + 0,004| 21,62 cm/s
= 0,129 cm/s

KR = 100%

0,129
KR = 100% = 0,59% 4 AB
21,62
DK = 100% KR = 100% 0,59% = 99,41%
v = |21,62 0,1290| cm/s

h. X8 = |34,00 0,05| cm
= |1,602 0,003|
x
=
t
34,00
= = 21,22 cm/s
1,602
0,05 0,003
= | + | 21,22 cm/s
34,00 1,602
= |0,001 + 0,001| 21,22 cm/s
= 0,042 cm/s

KR = 100%

0,042
KR = 21,22 100% = 0,19% 4 AB
DK = 100% KR = 100% 0,19% = 99,81%
v = |21,22 0,0420| cm/s

i. X9 = |36,00 0,05| cm
= |1,764 0,015|
x
=
t
36,00
= = 20,40 cm/s
1,764
0,05 0,015
= | + | 20,40 cm/s
36,00 1,764
= |0,001 + 0,008| 20,40 cm/s
= 0,183 cm/s

KR = 100%

0,183
KR = 20,40 100% = 0,89% 4 AB
DK = 100% KR = 100% 0,89% = 99,11%
= |20,40 0,1830| cm/s

3. kecepatan rata-rata
(24,15 + 23,52 + 22,7 + 22,4 + 21,96 + 21,88 + 21,62 + 21,22 + 20,40)
=
9
= 22,205 cm/s
(0,24 + 0,14 + 0,24 + 0,26 + 0,15 + 0,10 + 0,129 + 0,042 + 0,183)
=

9

= 0,164 cm/s

KR = 100%

0,164
KR = 22,205 100% = 0,73% 4 AB
DK = 100% KR = 100% 0,73% = 99,27%
= |22,20 0,1640| cm/s

PEMBAHASAN
Pesawat atwood adalah suatu alat yang dapat mempermudah kita dalam mengetahui
perlakuan suatu benda pada GLBB dan GLB, serta mengetahui hukum I dan II Newton
yang merupakan gerak translasi sedangkan torsi yang merupakan gerak rotasi. Pada
praktikum kali ini hal yang akan tentukan yakni, kegiatan 1 membandingkan besarnya
percepatan dari benda yang bergerak lurus berubah beraturan (GLBB). Yang dengan
menggunakan konsep grafik dengan konsep hukum newton. Pada grafik percepatanya
dicari menggunakan konsep matematika yakni mencari kemiringannya. Dalam kegiatan
1 kami juga mencari besarnya momen inersia dari katrol. Dalam kegiatan ini benda yang
bergerak dari A ke B adalah gerak GLB dimana kecepatan dititik A sama dititik B.
Namun demikian dalam perhitungan dan kegiatan praktikum ada kendala yang kami
hadapi seperti genggaman G yang tidak baik, kemudian letak sensor waktu yang
terkadang tidak menunjukkan waktu tempuh yang masuk akal. Pada saat praktikum pula,
karena waktu terasa terus memburu untuk cepat meyelasaikan dan kami punya tambahan
anggota, menyebabkan kami tidak begitu konsen dalam praktikum. Terlebih lagi kami
belum menimbang massa dari benda, malah sudah melakukan praktikum. Dalam
praktikum juga terjadi kesalah alat diaman alatnya tidak bisa diajak kompromi dengan
maksud bahwa penahan beban A mengganggu cepat bergeraknya dari beban pada
kegiatan kedua. Mungkin, ini salah satu factor karena lamanya alat tersebut. Serta
keakuratan hasil perhitungan dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan
faktor internal. Misalnya untuk faktor eksternal, pada waktu percobaan tersebut adanya
kurang ketelitian dalam menempatkan letak dari masing-masing benda, ada pula
kesalahan yang disebabkan oleh kurang telitinya dalam menghitung waktu tempuh dari
masing-masing benda dalam melakukan pergerakan. Adapun factor-faktor internal yang
dapat menyebabkan perbedaan mengapa bisa berbeda hasilnya, diantaranya massa benda
bila ditambahkan akan sangat berpengaruh terhadap kecepatan ataupun terhadap waktu
tempuh yang dialami oleh masing-masing benda dalam melintasi pesawat Atwood
tersebut.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum disimpulkan bahwa, ketika 2 benda yang digantung dengan
massa yang sama kemudian diberikan kecepatan awal maka, kecepatannya akan konstan,
sedangkan untuk benda yang massanya lebih besar dari pada benda yang satunya (benda
digantungan yang lainnya) maka pada keadaan ini akan ada terjadi percepatan.
Berdasarkan dari praktikum kali ini dapat dikatakan bahwa pesawat atwood merupakan
suatu alat yang dapat menguji gerak translasi dan gerak rotasi. Melalui pesawat atwood
kita dapat mengetahui dan menerapkan Hukum Newton, khususnya hukum Newton yang
ke-2 tentang pergerakan suatu benda. Serta dari pesawat atwood ini kita dapat
menentukan nilai kecepatan, percepatan dan momen inersia dari suatu benda. Nilai
kecepatan diperoleh dari percobaan mengenai gerak lurus beraturan sedangkan niali
percepatan diperoleh dari nilai gerak lurus berubah beraturan.

REFERENSI
Halliday, David dan Resnick, Robert. 1999. Fisika Jilid 1 Edisi Ketiga (Terjemahan).
Jakarta: Erlangga.
Herman dan Asisten LFD. 2014. Penuntun praktikum fisika dasar 1. Makassar :
UNM
Nova Nurfauziawati, 2010. Fisika Dasar 2. Padjajaran.
http://www.scribd.com/doc/38325752/Pesawat-atwood

http://karimatunnisa19.blogspot.co.id/2014/04/pesawat-atwood-anajayanti-
karimatunnisa.html

Anda mungkin juga menyukai