Anda di halaman 1dari 37

DINAMIKA PARTIKEL

BAHAN AJAR SISWA

Bahan Ajar ini disusun guna memperkaya khasanah mengenai dinamika


partikel

Dosen Pengampu :

Drs. Hadi Susanto, M.si.

Dr. Siti Wahyuni, S.pd., M.sc

Oleh :

Kelompok 4 Rombel 001

1. Elvira Fiona 4201416040


2. Husnul Khotimah 4201416047

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2018
Kompetensi Dasar 3.7 : Menganalisis interaksi gaya serta hubungan antara gaya, massa, dan
gerakan benda pada gerak lurus
Kompetensi Dasar 4.7 : Melakukan percobaan berikut presentasi hasilnya terkait interaksi
gaya serta hubungan antara gaya, massa, dan gerakan benda pada
gerak lurus

DAFTAR ISI
A. Formulasi hukum-hukum Newton
1. Hukum I Newton
2. Hukum II Newton
3. Hukum III Newton
B. Mengenal berbagai jenis gaya
1. Gaya Berat
2. Gaya Normal
3. Gaya Gesekan
4. Gaya Tegangan Tali
5. Gaya Sentripetal
C. Analisik Kuantitatif Masalah Dinamika Partikel
1. Masalah dinamika sederhana tanpa gesekan
a. Gerak Benda pada Bidang Datar
b. Gerak Dua Benda yang Bersentuhan
c. Gerak Benda pada Bidang Miring
2. Berat badan kita saat di elevator berubah-ubah
3. Memahami konsep gaya gesekan
4. Masalah 2 benda terhubung dengan tali melalui katrol
5. Masalah benda bertumpuk
6. Masalah tikungan pada jalan
a. Menikung pada jalan datar kasar
b. Menikung pada jalan miring
7. Gerak melingkar pada bidang vertikal
a. Gerak melingkar vertikal pada sisi sebelah dalam lingkaran
b. Berat tanpa bobot
c. Gerak Melingkar vertikal pada sisi sebelah luar lingkaran
P ada bab sebelumnya, Anda telah mempelajari kinematika, yaitu cabang mekanika yang
mempelajari gerak tanpa mempedulikan penyebab dari gerak. Pada bab ini akan kita
pelajari dinamika, yaitu cabang mekanika yang mempelajari tentang penyebab gerak,
yaitu gaya. Oleh karena benda yang ditinjau dianggap sebagai partikel, maka akan kita pelajari
mengenai dinamika partikel.

A. Formulasi Hukum-Hukum Newton


Di SMP Anda telah mempelajari mengenai hukum-hukum Newton mengenai gerak,
yaitu hukum I, hukum II, dan hukum III Newton. Anda telah mempelajari ketiga hukum
Newton tersebut dan menyebutkan contohnya dalam kehidupan sehari-hari saat duduk di
bangku SMP. Dalam subbab ini akan kita bahas ulang ketiga hukum Newton tersebut dan
mengaplikasikannya dalam persoalan-persoalan dinamika partikel.
1. Hukum I Newton
Para Ilmuwan zaman dahulu telah mengenal gerak dalam keseharian mereka.
Pengalaman mengamati gerak tersebut menimbulkan intuisi mereka mengenai gerak.
Ilmuwan Yunani, Aristoteles, merupakan salah satu Ilmuwan yang melakukan
pengamatan mengenai gerak. Aristoteles membagi gerak menjadi dua, yaitu gerak alami
dan gerak paksa.
Aristoteles menyatakan bahwa gerak alami tidak disebabkan oleh gaya, ia
berpendapat bahwa gerak alami di bumi sebagai gerak ke atas atau ke bawah, tergantung
dengan berat benda dimana benda berat bergerak ke bawah (contoh: batu besar) dan
benda ringan bergerak ke atas (contoh: asap). Ia juga menyatakan bahwa gerak
melingkar merupakan gerak alami, karena tidak berawal dan berakhir. Akan kita ketahui
nanti bahwa pendapat Aristoteles salah, sebab gerak melingkar disebabkan oleh gaya
sentripetal.
Di sisi lain, gerak paksa selalu disebabkan oleh gaya, seperti dorongan atau tarikan.
Gerak paksa selalu disebabkan oleh adanya gaya luar yang bekerja pada benda. Jika
pada benda yang bergerak tidak bekerja gaya luar, maka benda akan kembali ke keadaan
alaminya, yaitu diam. Hal ini disebabkan karena benda tidak mungkin mempertahankan
geraknya sendiri.
Galileo merupakan ilmuwan pertama yang melakukan percobaan untuk
mengetahui kebenaran dari pernyataan Aristoteles. Percobaan yang dilakukan yaitu
dengan cara menjatuhkan bola pada lintasan lengkung yang cukup licin dengan variabel
bebasnya yaitu sudut kemiringan lintasannya diperbesar atau diperkecil. Dari
percobaannya tersebut, Galileo memperoleh suatu gaya yang dinamainya gaya gesek.
Kemudian ia menyimpulkan bahwa jika gesekan angin dan gesekan antarpermukaan
dapat ditiadakan, maka kelajuan tetap benda pada lintasan lurus dapat terus
dipertahankan tanpa memerlukan gaya dari luar.
Pengamatan dan kesimpulan Galileo dipelajari ulang oleh Isaac Newton, hingga ia
berhasil menyatakan hukum pertamanya mengenai hubungan antara gaya dan gerak,

Hukum I Newton menyatakan bahwa :

Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, benda yang mula-mula diam akan terus
diam, sedangkan benda yang mula-mula bergerak akan terus bergerak dengan kecepatan tetap.
yang disebut dengan hukum I Newton.

Secara matematis, hukum I Newton dapat ditulisakan sebagai berikut :

∑𝐹 = 0

Hukum I Newton juga sering disebut sebagai hukum kelembaman atau hukum
inersia. Ukuran kuantitas kelembaman suatu benda adalah massa. Setiap benda memiliki
tingkat kelembaman yang berbeda-beda. Makin besar massa suatu benda, makin besar
kelembamannya. Saat mengendarai sepeda motor Anda bisa langsung memperoleh
kelajuan besar dalam waktu singkat. Namun, saat Anda naik kereta, tentu memerlukan
waktu yang lebih lama untuk mencapai kelajuan yang besar. Hal itu terjadi karena kereta
api memiliki massa yang jauh lebih besar daripada massa sepeda motor.
Setiap hari Anda mengalami hukum I Newton. Misalnya, saat kendaraan yang
Anda naiki direm secara mendadak, maka Anda akan terdorong ke depan dan saat
kendaraan yang Anda naiki tiba-tiba bergerak, maka Anda akan terdorong ke belakang.
Sesuai hukum kelembaman, Anda yang sedang bergerak ke depan bersama kendaraan
cenderung tetap mempertahankan gerak ke depan dan ketika kendaraan direm secara
mendadak, kita tetap mempertahankan gerak ke depan, begitu juga halnya ketika
kendaraan tiba-tiba bergerak.

2. Hukum II Newton
Hukum 𝐼 Newton berkaitan dengan gerak suatu benda ketika resultan gaya yag
bekerja pada benda sama dengan nol (∑ 𝐹 = 0). Pada keadaan seperti ini, kecepatan
benda adalah tetap atau benda mengalami gerak lurus beraturan. Kita katakan bahwa
benda tidak mengalami percepatan atau percepatannya nol.
Bagaimana jika pada benda bekerja sebuah gaya saja atau beberapa gaya yang
resultannya tidak nol? Pada keadaan ini ternyata kecepatan benda selalu berubah.
Misalkan Anda mendorong sebuah kotak di atas lantai licin (gaya gesek diabaikan)
dengan gaya 𝐹, ternyata dihasilkan percepatan sebesar 𝑎. Saat gaya dorong terhadap
kotak Anda perbesar menjadi dua kali semula (2𝐹), ternyata percepatan yang dihasilkan
juga dua kali semula (2𝑎). Ketika gaya dorong Anda tingkatkan menjadi tiga kali
semula (3𝐹), ternyata percepatan yang dihasilkan juga menjadi tiga kali semula (3𝑎).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa percepatan berbanding lurus dengan besarnya resultan
gaya yang bekerja pada suatu benda (𝑎 ~ 𝐹).

a 2a 3a
F 3F
2F

Gambar 7.1 Menyelidiki pengaruh resultan gaya terhadap percepatan, dengan gaya diubah-ubah dan
menjaga massa tetap

Sekarang, taruhlah sebuah kotak (dengan massa sama) di atas kotak yang tadi
Anda dorong (massa kotak menjadi 2 kali semula (2𝑚)). Ternyata dengan gaya F
dihasilkan percepatan yang besarnya setengah percepatan semula ( 1/2 𝑎). Kemudian
tambahkan lagi sebuah kotak (dengan massa sama) di atas kotak yang tadi Anda dorong
(massa menjadi 3 kali semula). Ternyata dengan gaya F dihasilkan percepatan yang
besarnya sepertiga percepatan semula (1/3 𝑎). Jadi, dapat disimpulkan bahwa
1
percepatan berbanding terbalik dengan massa benda (𝑎~ 𝑚)
a = 1 m/s2

a = 1/2 m/s2 F

a = 1 m/s2 F
F

Gambar 7.2 Menyelidiki pengaruh resultan gaya terhadap percepatan, dengan menjaga gaya tetap dan
massa diubah-ubah
Berdasarkan dua kesimpulan tersebut Hukum 𝐼𝐼 Newton berbunyi sebagai
berikut:
“Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada suatu benda
berbanding lurus dengan resultan gaya, searah dengan resultan gaya, dan berbanding
terbalik dengan masa benda.”
Secara matematis, Hukum 𝐼𝐼 Newton dinyatakan sebagai
∑𝑭
𝒂= atau ∑ 𝑭 = 𝑚𝒂
𝑚

Satuan SI untuk gaya adalah newton (disingkat N), untuk massa dalam kg, dan
percepatan dalam m/s2. Jika satuan-satuan ini kita masukkan ke dalam Hukum II
Newton, akan kita peroleh.
1 N = (1 kg)(1 m/s2)
1 N = 1 kg m/s2
Hukum 𝐼𝐼 Newton tentang gerak menjelaskan alasan sebuah mobil kecil
memiliki pemakaian bensin yanng lebih irit daripada mobil besar. Misalkan, percepatan
kedua mobil adalah 2 m/s2. Massa mobil kecil adalah 750 kg, sedangkan massa mobil
adalah 2 m/s2 atau 1500 N. Sedangkan, gaya yang diperlukan oleh mobil besar adalah
1000 kg x 2 m/s2 = 2000 kg m/s2 atau 2000 N. Tampak bahwa lebih banyak bensin
perlu dibakar dalam mesin mobil besar untuk menghasilkan gaya tambahan.

Contoh Soal
Sebuah batu besar berada pada jarak 25 m di depan sebuah kendaraan
bermassa 500 kg yang sedang bergerak dengan kecepatan 10 m/s. Agar tepat berhenti
sebelum mengenai batu, kendaraan tersebut harus direm dengan memberi gaya
sebesar......
a. 250 N
b. 500 N
c. 1000 N
d. 2000 N
e. 4000 N
Strategi
Mobil diam dianggap mengalami gerak lurus dengan perlambatan tetap, sehingga
memeneuhi persamaan GLBB, antara lain 𝑣 2 = 𝑣02 + 2𝑎 ∆𝑥, dengan 𝑣 = 0 karena
kendaraan berhenti. Dari persamaan ini, kita dapat menentukan perlambatan a.
Selanjutnya, hukum II Newton ∑ 𝐹 = 𝑚𝑎 dapat digunakan untuk menentukan gaya F
Jawab :
Masalah dapat disketsa seperti pada gambar berikut.
Berhenti (v=0)
V0=10 m/s
m/s

Awal Akhir
∆x = 25 m

𝑣 2 = 𝑣02 + 2𝑎 ∆𝑥
𝑣 2 −𝑣02 02 −102
𝑎= = = -2,0 m/s2
2 ∆𝑥 2 (25)

∑ 𝑭 = 𝑚𝒂
= (500 kg)(-2,0 m/s2) = -1000 N
Jadi, gaya rem adalah -1000 N

3. Hukum III Newton

Gambar 7.3 Gaya aksi-reaksi

Perhatikan Gambar 7.3. seorang yang berada di atas papan beroda sedang menarik
tali yang diikatkan pada tembok. Ternyata pada saat orang tersebut menarik tali ke arah
kiri, orang beserta papan beroda bergerak ke kanan. Orang beserta papan beroda
bergerak ke kanan karena mendapat gaya tarik dari tali yang arahnya ke kanan yang
besarnya sama dengan gaya tarik yang diberikan oleh orang tersebut. Hal ini terjadi
karena pada saat orang memberi aksi pada tali, timbul reaksi dari tali pada orang dengan
besar yang sama dan arah berlawanan.
Newton menyatakan bahwa tidak mungkin ada gaya tunggal yang hanya
melibatkan satu benda saja. Gaya dapat timbul jika sedikitnya ada dua benda yang
saling berinteraksi, dimana pada interaksi tersebut gaya-gaya selalu berpasangan. Jika
A mengerjakan gaya pada B, maka B akan mengerjakan gaya pada A dengan besar yang
sama namun berlawanan arah. Gaya pertama disebut dengan gaya aksi dan gaya kedua
disebut dengan gaya reaksi. Kedua gaya ini terjadi secara bersamaan, sehingga tidak
masalah mana yang kita anggap gaya aksi dan mana yang gaya reaksi.
Secara matematis, hukum III Newton dinyatakan sebagai berikut:

𝐹𝑎𝑘𝑠𝑖 = −𝐹𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖

Hukum III Newton dapat dinyatakan sebagai berikut :

Jika A mengerjakan gaya pada B, maka B akan mengerjakan gaya pada A, yang
besarnya sama tetapi arahnya berlawanan.

Atau

Untuk setiap aksi, ada suatu reaksi yang sama besar, tetapi berlawanan arah.

B. Mengenal Berbagai Jenis Gaya

1. Gaya Berat
Gaya berat sering disebut berat. Apa perbedaan massa dan berat?. Massa adalah
ukuran banyaknya materi yang dikandung oleh suatu benda. Atau, massa adalah ukuran
kelembaman (kemampuan mempertahankan keadaan gerak) suatu benda. Makin
banyak materi yang dikandung suatu benda, makin besar massanya. Banyak materi
dalam 1 kg gula. Ketika sebongkah batu bermassa 1 kg dibawa oleh astrounot dari bumi
ke bulan atau ke planet Mars, banyaknya materi yang terkandung dalam batu tersebut
tidak berubah. Oleh karena itu, massa benda adalah tetap di lokasi atau dimana saja
di alam semesta ini.
Berat (diberi lambang 𝒘 dari kata “weight”) adalah gaya gravitasi bumi yang
bekerja pada suatu benda. Bagaimanakah hubungan antara massa dan berat? Jika suatu
benda dilepaskan dari ketingian tertentu, benda akan jatuh. Jika hambatan angin
diabaikan, satu-satunya gaya yang bekerja pada benda adlah gaya gravitasi bumi (berat
benda). Benda akan mengalami gerak jatuh bebas dengan percepatan ke bawah sama
dengan percepatan gravitasi. Dengan menggunakan hukum 𝐼𝐼 Newton pada benda jatuh
bebas ini, diperoleh hubungan antara berat dan massa.

∑ 𝑭 = 𝑚𝒂

Rumus berat

𝒘 = 𝑚𝒈

ke manakah arah gaya berat? Berat adalah gaya


Gambar 7.4 Berat
gravitasi bumi (sering disebut gaya tarik bumi). Oleh adalah gaya yang
karena itu, vektor berat selalu berarah tegak lurus pada selalu mengarah ke
pusat bumi
permukaan bumi menuju ke pusat bumi (Gambar 7.4).

w=mg
w=mg
w=mg w=mg

Arah gaya berat selalu tegak lurus ke bawah bagaimanapun posisi benda diletakkan

Dengan demikian, vektor berat suatu benda di bumi selalu kita gambarkan
berarah tegak lurus ke bawah di manapun posisi benda diletakkan, apakah pada bidang
horizontal, pada bidang miring, ataukah pada bidang tegak

Percepatan gravitasi di permukaan bumi secara rat-rata adalah 9,8 m/s2. Jika
kita aplikasikan pada 1 kg gula, kita peroleh berat gula tersebut adalah 9,8 N. (Gambar
7.5)
Dalam bab ini, percepatan gravitasi g suatu
planet dianggap konstan, walaupun sebenarnya
tidaklah demikian.

Pertama, percepatan gravitasi g bergantung


pada planet tempat benda-benda. Oleh karena itu,
Gambar 7.5. Satu kilogram gula berat benda juga bergantung pada planet tempat
beratnya 9,8 newton
benda-benda. Berat buah melon sangat berbeda
ketika berada di bumi, di bulan, atau di luar angkasa. Di permukaan bumi, berat 1 kg
buah melon adalah 9,8 N. Di permukaan bulan, beratnya hanya kira-kira 1,5 N. Ini
karena percepatan gravitasi bulan kali percepatan gravitasi bumi. Di luar angkasa, yang
jauh dari planet manapun, percepatan gravitasi hampir nol. Kita katakan bahwa buah
melon tersebut kehilangan berat. Penjelaskan diatas ditunjukkan dengan baik oleh
ilustrasi pada gambar 7.6.

Kedua, percepatan gravitasi di suatu planet bergantung pada jaraknya dari pusat
planet. Makin jauh dari pusat planet, makin berkurang percepatan gravitasinya. Oleh
karena itu, makin jauh dari pusat planet, makin berkurang berat benda. Misalnya, berat
1 kg paku di ats permukaan bumi 9,8 N. Di ketinggian 1000 km di atas permukaan
bumi, berat paku adalah 7,3 N. Di ketinggian 5000 km, berat pakuadalah 3,1 N.

Gambar 7.6 Di bumi, berat kira-kira 9,8 N per kg (kiri). Di bulan, berat benda kira-kira 1,5 N per kg massa
(tengah). Di angkasa luar, berat benda sangat kecil, astrounot kehilangan beratnya dan tampak
melayang-layang (kanan)

2. Gaya Normal
Kita ketahui bahwa benda yang dilepaskan pada ketinggian tertentu akan jatuh
bebas. Bagaimana jika benda tersebut di letakkan di atas meja, buku misalnya? mengapa
buku tersebut tidak jatuh? Gaya apa yang menahan buku tidak jatuh? Gaya yang
menahan buku agar tidak jatuh adalah gaya tekan meja pada buku. Gaya ini ada karena
permukaan buku bersentuhan dengan permukaan meja dan sering disebut gaya normal.
Gaya normal (N) adalah gaya yang bekerja pada bidang yang bersentuhan antara
dua permukaan benda, yang arahnya selalu tegak lurus dengan bidang sentuh. Jadi, pada
buku terdapat dua gaya yang bekerja, yaitu gaya normal (N) yang berasal dari meja dan
gaya berat (w). Kedua gaya tersebut besarnya sama tetapi berlawanan arah, sehingga
membentuk keseimbangan pada buku. Ingat, gaya normal selalu tegak lurus arahnya
dengan bidang sentuh. Jika bidang sentuh antara dua benda adalah horizontal, maka arah
gaya normalnya adalah vertikal. Jika bidang sentuhnya vertikal, maka arah gaya
normalnya adalah horizontal. Jika bidang sentuhya miring, maka gaya normalnya juga
akan miring.

3. Gaya Gesek
Gaya gesekan termasuk gaya sentuh, yang muncul jika permukaan dua benda
bersentuhan langsung secara fisik. Arah gaya gesekan searah dengan permukaan bidang
sentuh dan berlawanan dengan kecenderungan arah gerak. Kita telah ketahui bahwa
gaya gesekan bekerja ketika benda bergerak di udara, di air, ataupun meluncur di atas
benda padat lainnya. Anda telah mengetahui bahwa untuk benda bergantung pada luas
benda yang bersentuhan dengan udara pada benda. Konsep ini dimanfaatkan oleh
penerjun yang membuka parasutnya untuk memperlambat gerak jatuhnya. Tetapi,
untuk benda padat yang meluncur di atas benda padat lainnya, luas bidang sentuh
ternyata tidak mempengaruuhi besar gaya gesekan. Dengan demikian, gaya gesekan
antara balok dan lantai sama besar, baik balok berdiri pada lantai dengan luas bidang
sentuh besar ataupun dengan luas bidang sentuh kecil.
Letakkan sebuah buku teks yang tebal di atass meja datar. Dorong buku tersebut
dengan gaya P mulai dari nol dan perbesar secara berangsur, seperti pada Gambar 7.7a.
begitu anda mulai memberi gaya P, pada buku akan bekerja gaya gesekan f yang
melawan gaya dorong anda. Selama buku belum bergerak, gaya gesekan yang bekerja
pada buku adalah gaya gesek statis (lambang fs). Begitu buku bergerakan, gaya gesekan
yang bekerja pada buku adalah gaya gesekan kinetis (fk).
Hasil percobaan akan menunjukkan bahwa gaya gesekan statis membesar mulai
dari 0 sampai mencapai nilai maksimum fs,maks. Lalu benda mulai bergerak dan besar
gaya gesekan turun ke suatu nilai konstan, yaitu gaya gesekan kinetis fk. Hasil

f
percobaan ini ditunjukkan oleh grafik gaya gesekan f terhadap gaya dorong P yang
pada gambar 7.7b.

fs,maks

F
Buku
fk
P
Daerah statis Daerah kinetis

(a) (b)
Gambar 7.7 (a) Dorong sebuah buku dengan memperbesar gaya dorong Anda secara bertahap mulai
dari nol sampai buku bergerak (b) grafik yang menunjukkan hubungan antara gaya gesekan dan gaya
dorong Anda. Perhatikan bahwa fs,maks>fk.

Rumus Gaya gesekan


Dari percobaan, diperoleh hasil pendekatan yang cukup baik, yaitu baik fs,maks maupun
fk, adalah sebanding dengan gaya normal yang bekerja pada buku. Hasil pengamatan
terhadap percobaan dapat kita simpulkan sebagai berkut.
 Besar gaya gesekan statis antara dua permukaan yang bersentuhan dapat
memiliki nilai-nilai
𝑓𝑠 ≤ 𝜇𝑠 𝑁
Dengan tetapan tanpa dimensi disebut koefisien gesekan statis dan adalah
besar gaya normal. Tanda kesamaan “=” digunakan ketika buku tepat akan
bergerak =, yaitu ketika
𝑓𝑠 = 𝑓𝑠,𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝜇𝑠 𝑁
Tanda ketaksamaan “<” dipakai untuk gaya dorong yang diberikan kurang dari
nilai ini.
 Besar gaya gesekan kinetis yang bekerja pada suatu benda adalah tetap dan
diberikan oleh
𝑓𝑘 = 𝜇𝑘 𝑁
Dengan 𝜇𝑘 adalah koefisien gesekan kinetis.
Nilai-nilai 𝜇𝑘 dan 𝜇𝑠 bergantung pada sifat antara dua permukaan benda yang
bersentuhan. Tetapi secara umum, 𝜇𝑘 lebih kecil daripada 𝜇𝑠 . Tabel 7.1 menunjukkan
beberapa nilai 𝜇𝑠 dan 𝜇𝑘
Tabel 7.1 beberapa nilai koefisien gesekan antara dua permukaan

Koefisien gesekan statis Koefisien gesekan


Permukaan
𝝁𝒔 kinetis 𝝁𝒌

Kayu pada kayu 0,40 0,20

Kayu pada baja 0,70 0,40

Kayu pada salju 0,08 0,06

Baja pada baja 0,74 0,57

Aluminium pada baja 0,61 0,47

Tembaga pada baja 0,53 0,36

Kaca dan kaca 0,94 0,40

Tembaga pada kaca 0,68 0,53

Teflon pada teflon 0,04 0,04

Teflon pada baja 0,04 0,04

Karet pada beton (kering) 1,00 0,80

Karet padda beton (berair) 0,30 0,25

Bola gotri yang diberi oli <0,01 <0,01

4. Gaya Tegangan Tali.


Gaya tegangan tali adalah gaya tegang yang bekerja pada ujung-ujung tali karena tali
tersebut tegang. Perhatikan gambar berikut :
Pada gambar diatas, misalkan benda 1 dengan massa m1 dan benda 2 dengan massa
m2 dihubungkan dengan seutas tali. Jika benda 1 ditarik dengan gaya F, maka benda 2
ikut tertarik. Hal ini terjadi karena ketika benda 1 ditarik, tali yang menghubungkan
benda 1 dan benda 2 tegang. Pada kedua ujung tali yang tegang timbul tegangan tali
(diberi lambang T). Jika massa tali dapat diabaikan, gaya tegangan tali pada kedua ujung
tali untuk tali yang sama dianggap sama besar. Oleh karena itu, dari gambar diatas
tegangan tali pada kedua ujung tali sama besar, maka T1 = T2 .

C. Analisik Kuantitatif Masalah Dinamika Partikel


1. Masalah Dinamika Sederhana Tanpa Gesekan
Ketika benda diletakkan diatas bidang datar licin atau bidang miring licin,
maka pada benda tidak bekerja gaya gesek.

a. Gerak Benda pada Bidang Datar

(a) (b)

Gambar 7.8 (a) Balok pada bidang datar licin ditarik horizontal ; (b) Balok pada bidang
datar licin ditarik dengan membentuk sudut 𝛼.

Perhatikan Gambar 7.8 (a). Sebuah benda yang terletak di atas bidang datar
licin ditarik horizontal dengan gaya 𝐹. Ternyata benda tersebut bergerak dengan
percepatan 𝑎. Karena benda bergerak pada sumbu 𝑋 (horizontal), maka gaya yang
bekerja pada benda tersebut dapat dituliskan sebagai berikut.

∑ 𝐹⃑ 𝐹
𝑎= atau 𝑎 =
𝑚 𝑚
Perhatikan Gambar 7.8 (b). Bagaimana jika gaya tarik 𝐹 membentuk sudut?
Komponen yang menyebabkan benda bergerak di atas bidang datar licin adalah
komponen horizontal 𝐹⃑ , yaitu 𝐹𝑥 . Oleh karena itu, persamaannya dapat ditulis
sebagai berikut.
𝐹𝒙 = 𝐹 cos 𝛼

Sesuai dengan hukum II Newton, percepatan benda adalah sebagai berikut.


𝐹 cos 𝛼
𝑎=
𝑚
b. Gerak Dua Benda yang Bersentuhan

𝐹 𝑚𝑏
𝑚𝑎

𝑁𝑎𝑏 𝑁𝑏𝑎

Misalkan dua benda dengan massa 𝑚𝑎 dan 𝑚𝑏 bersentuhan dan diletakkan


pada bidang datar licin. Jika benda 𝑚𝑎 didorong dengan gaya 𝐹 , maka besarnya gaya
kontak antara benda 𝑚𝑎 dan 𝑚𝑏 adalah 𝐹𝑎𝑏 dan 𝐹𝑏𝑎 . Kedua gaya tersebut sama besar
tetapi arahnya berlawanan. Menurut hukum II Newton permasalahan tersebut dapat
kita tinjau sebagai berikut.
Gaya yang bekerja pada benda pertama adalah ∑ 𝐹𝑥 = 𝑚𝑎 𝑎 atau 𝐹 – 𝑁𝑎𝑏 =
𝑚𝑎 𝑎. Gaya yang bekerja pada benda kedua adalah ∑ 𝐹𝑥 = 𝑚𝑏 𝑎 atau 𝑁𝑏𝑎 = 𝑚𝑏 𝑎.
Karena 𝑁𝑎𝑏 dan 𝑁𝑏𝑎 merupakan pasangan aksi reaksi, maka besar keduanya sama.
Sehingga kita juga dapat menuliskan persamaan 𝑁𝑎𝑏 = 𝑚𝑏 𝑎. Berdasarkan
persamaan-persamaan tersebut, kita dapatkan persamaan sebagai berikut,

𝐹 – 𝑁𝑎𝑏 = 𝑚𝑎 𝑎
𝐹 – 𝑚𝑏 𝑎 = 𝑚𝑎 𝑎
𝐹 = 𝑚𝑎 𝑎 + 𝑚𝑏 𝑎
𝐹 = 𝑎 (𝑚𝑎 + 𝑚𝑏 )
𝐹
𝑎=
𝑚𝑎 + 𝑚𝑏
Dengan demikian persamaan gaya kontak antara benda 𝑚𝑎 dan 𝑚𝑏 adalah :
𝑚𝑎 𝑚𝑏
𝑁𝑏𝑎 = 𝐹 atau 𝑁𝑎𝑏 = 𝐹
𝑚𝑎 + 𝑚𝑏 𝑚𝑎 + 𝑚𝑏

c. Gerak Benda pada Bidang Miring


Misalnya, kita meletakkan sebuah kelereng bermassa m pada bidang miring
licin dengan kemiringan sebesar 𝜃 terhadap bidang horizontal, dan mula-mula
menahan kelereng itu diam. Berapakah gaya normal yang berkerja pada kelereng?
Jika kelereng kita lepaskan, berapa percepatan yang dialami kelereng? Berapa lama
waktu yang diperlukan kelereng untuk menempuh jarak d?
Jika kita kenali 4 gaya umum (w, N, f, dan T), gaya-gaya yang bekerja pada
kelereng hanya gaya berat kelereng (w) berarah vertikal kebawah dan gaya normal N
dengan arah miring ke atas tegak lurus bidang sentuh yang miring. Lihat Gambar.

𝑁
𝑁
𝑌⊕

𝑚
𝑋⊕
𝜃
𝑤𝑥
𝑋⊕

𝑤 = 𝑚𝑔 𝑤𝑦

𝜃 𝑤 = 𝑚𝑔

Ketika kelereng kita lepaskan, kelereng bergerak ke bawah menuruni bidang


miring tanpa meloncat-loncat. Arah pergerakan kelereng kita asumsikan sebagai
sumbu 𝑋+ dan arah tegak lurusnya sebagai sumbu 𝑌+ . Gaya berat 𝑤 = 𝑚𝑔 yang
miring terhadap sumbu 𝑋 kita uraikan menjadi komponen 𝑤𝑥 dan 𝑤𝑦 dengan,

𝑤𝑥 = 𝑤 sin 𝜃 = 𝑚𝑔 sin 𝜃

𝑤𝑦 = 𝑤 cos 𝜃 = 𝑚𝑔 cos 𝜃

 Benda tidak meloncat-loncat terhadap sumbu 𝑋, maka dari Hukum I Newton,

∑ 𝐹𝑦 = 0

𝑁 − 𝑤𝑦 = 0
𝑁 = 𝑤𝑦 = 𝑚𝑔 cos 𝜃
 Benda bergerak menuruni bidang miring (sumbu 𝑋), misalnya dengan
percepatan 𝑎. Dengan Hukum II Newton :

∑ 𝐹𝑥 = 𝑚𝑎

𝑤𝑥 = 𝑚𝑎
𝑚𝑔 sin 𝜃 = 𝑚𝑎
𝑎 = 𝑔 sin 𝜃
 Kecepatan awal kelereng 𝑣0 = 0 (mula-mula diam), mengalami percepatan
𝑎 = 𝑔 sin 𝜃 dan dalam waktu 𝑡 menempuh jarak 𝑑. Dengan menggunakan
persamaan GLBB,
1
∆𝑥 = 𝑣0 𝑡 + 𝑎𝑡 2
2
1
𝑑 = 0 + (𝑔 sin 𝜃)𝑡 2
2
2𝑑
𝑡2 =
𝑔 sin 𝜃

2𝑑
𝑡=√
𝑔 sin 𝜃

2. Berat Badan Kita Saat di Elevator Berubah-Ubah

Ketika orang menimbang beratnya dengan menaruh timbangan pada lantai


elevator, angka yang ditunjukkan timbangan menyatakan berat semu orang (bukan
berat sebenarnya). Berat semu orang adalah gaya desakan telapak kaki orang pada
lantai timbangan (atau lantai elevator). Gaya desakan ini bekerja pada lantai
timbangan. Reaksinya adalah gaya desakan lantai timbangan (atau lantai elevator)
pada telapak kaki orang; gaya desakan ini bekerja pada orang (sering disebut gaya
normal N). Denga menggambar diagram bebas untuk orang dan menggunakan hukum
II Newton, Anda dapat menghitung gaya normal ini. Karena gaya normal ini adalah
reaksi dari berat semu orang, tentu saja berat semu orang sama dengan besar gaya
normal ini. Selanjutnyam pelajari contoh berikut.

Gaya Desakan Kaki pada lantai Elevator

Seseorang bermassa 60 kg berada dalam elevator (percepatan gravitasi 10


m/s2). Tentukan desakan kaki orang pada lantai orang pada lantai elevator ketika : a)
elevator diam; b) elevator sedang bergerak dengan kecepatan tetap; c) elevator sedang
bergerak ke bawah dengan percepatan 3 m/s2. D) elevator sedang bergerak ke atas
dengan percepatan 3 m/s2.

Jawab

Tinjau orang bermassa m = 60 kg dan gambar diagram bebasnya. Kaki orang


mendesak lantai elevator dengan gaya tekan Fl,o = N’ (sebut aksi). Aksi ini tentu saja
bekerja pada lantai elevator, dengan meninjau diagram bebas lantai elevator
(gambar kanan), kita tidak dapat menghitung besar gaya ini. Reaksi dari gaya ini,
yaitu gaya tekan lantai elevator pada telapak kaki Fo,l = N (sering disebut gaya
normal). Gaya normal ini bekerja pada orang, dengan meninjau diagram bebas
orang (gambar kiri), kita dapat menghitung besa gaya normal ini.

N=Fo,l

Pasangan aksi reaksi

w=mg
Diagram bebas
orang N’=Fl,o

Perhatikan, ada dua gaya yang bekerja pada orang, yaitu berat orang dan gaya
normal . Secara umum, kita tetapkan arah ke atas sebagai arah positif.

a) Dan b) untuk elevator diam atau bergerak dengan kecepatan tetap, nilai percepatan . Ini
berarti, berlaku hukum I Newton:
∑ 𝐹𝑦 = 0
+𝑁 − 𝑚𝑔 = 𝑚𝑎
𝑁 = 𝑚𝑔
𝑁 = (60)(10) = 600 N
c) dan d) untuk elevator sedang bergerak dengan percepatan a. Ini berarti berlaku
hukum II Newton.
∑ 𝐹𝑦 = 𝑚𝑎
+𝑁 − 𝑚𝑔 = 𝑚𝑎
𝑁 = 𝑚𝑔 + 𝑚𝑎
Perhatikan, disini kita tetapkan arah ke atas sebagai arah positif. Ini berarti a
diberi nilai positif jika arah percepatan ke atas dan a di beri nilai negatif jika arah
percepatan ke bawah.
Untuk nilai kasus c) elevator bergerak ke bawah dengan percepatan 3 m/s2.
Sehingga a harus dengan nilai negatif.
Dengan demikian, a = 3 m/s2. Desakan kaki orang pada lantai elevator adalah
𝑁 = 𝑚𝑔 + 𝑚𝑎
= (60)(10) + (60)(−3) = 420 N

Untuk kasus d) elevator bergerak ke atas dengan percepatan 3 m/s2. Sehingga a


harus diberi nilai positif. Dengan demikian, a= +3 m/s2. Desakan orang pada lantai
elevator adalah

𝑁 = 𝑚𝑔 + 𝑚𝑎

= (60)(10) + (60)(3) = 780 N

3. Memahami Konsep Gaya Gesekan


Dalam menganalisis masalah yang melibatkan gaya gesekan, perlu diingat bahwa
 Gaya gesekan statis (𝑓𝑠 )bernilai mulai dari nol hingga 𝜇𝑠 𝑁.
 𝑓𝑠 yang bernilai 𝜇𝑠 𝑁 disebut gaya gesekan statis maksimum (𝑓𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠 ), yaitu
saat benda tepat akan mulai bergerak.
 Ketika 𝑓𝑠 > 𝜇𝑠 𝑁, benda akan tergelincir (slip).
 Jika gaya yang diberikan mampu mengatasi 𝑓𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠 , benda akan bergerak dan
gaya gesekan yang bekerja adalah gaya gesekan kinetik (𝑓𝑘 ) yang besarnya
tetap yaitu 𝑓𝑘 = 𝜇𝑘 𝑁

Contoh :
Sebuah balok bermassa 40 kg, mula-mula diam di atas lantai horizontal yang kasar
((𝜇𝑘 = 0,2 ; 𝜇𝑠 = 0,5). Kemudian, balok tersebut ditarik dengan gaya 𝐹 yang
arahnya seperti pada gambar. Jika sin 𝜃 = 0,6 dan cos 𝜃 = 0,8 , tentukan gaya
gesekan yang dialami balok jika :

a. 𝐹 = 100 N
b. 𝐹 = 200 N

Jawab :

𝑁
𝐹𝑦 𝐹

𝜃
𝐹𝑥
𝑓

𝑚𝑔

𝑚 = 40 kg ; g = 10 m/s ; 𝜇𝑘 = 0,2 ; 𝜇𝑠 = 0,5 ; sin 𝜃 = 0,6 ; cos 𝜃 = 0,8

a. 𝐹 = 100 N
Komponen gaya 𝐹⃑
𝐹𝑦 = 𝐹 sin 𝜃 = 100 × 0,6 = 60 N
𝐹𝑥 = 𝐹 cos 𝜃 = 100 × 0,8 = 80 N
Balok diam terhadap sumbu Y, sehingga berlaku
∑ 𝐹𝑦 = 0
𝑁 + 𝐹𝑦 − 𝑚𝑔 = 0
𝑁 = 𝑚𝑔 − 𝐹𝑦
𝑁 = 40 × 10 − 60 = 340 N
Menghitung 𝑓𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠 dan 𝑓𝑘
𝑓𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝜇𝑠 𝑁 = 0,5 × 340 = 170 N
𝑓𝑘 = 𝜇𝑘 𝑁 = 0,2 × 340 = 68 N
Untuk mengetahui apakah balok bergerak atau tetap diam, kita harus
membandingkan gaya 𝐹𝑥 , dan 𝑓𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠 . Dalam kasus ini,
𝐹𝑥 = 80 N < 𝑓𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 170 N
Maka, balok tetap diam dan gaya gesekan statis yang dialami balok akan sama
dengan 𝐹𝑥 .
𝑓𝑠 = 𝐹𝑥 = 80 N
b. 𝐹 = 200 N
𝐹𝑦 = 𝐹 sin 𝜃 = 200 × 0,6 = 120 N
𝐹𝑥 = 𝐹 cos 𝜃 = 200 × 0,8 = 160 N
∑ 𝐹𝑦 = 0
𝑁 + 𝐹𝑦 − 𝑚𝑔 = 0
𝑁 = 𝑚𝑔 − 𝐹𝑦
𝑁 = 400 − 120 = 280 N
𝑓𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝜇𝑠 𝑁 = 0,5 × 280 = 140 N
𝑓𝑘 = 𝜇𝑘 𝑁 = 0,2 × 280 = 56 N
Dalam kasus ini,
𝐹𝑥 = 160 N > 𝑓𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 140 N
Maka, balok akan bergerak dan gaya gesekan yang dialami balok adalah gaya
gesekan kinetis 𝑓𝑘 = 56 N.

4. Masalah 2 Benda Terhubung dengan Tali Melalui Katrol

Dua benda A dan B dihubungkan dengan tali melalui sebuah katrol tetap seperti pada
Gambar 7.9a. jika benda A berada pada bidang datar kasar dengan koefisien gesekan ,
berapa percepatan yang dialami masing-masing benda?

NA
A a
A
T
𝑓𝐴
T
mAg
B B

mAg
Diagram bebas sistem
benda A dan benda B
Gambar 7.9 Diagram gaya pada benda yang dihubungkan dengan katrol
Diagram benda bebas sistem benda A dan benda B ditunjukkan pada Gambar 7.9b.
pada benda A bekerja empat buah gaya. Dua gaya vertikal, yaitu gaya berat benda A adalah
𝑚𝐴 g dan gaya normal pada benda A yang dikerjakan oleh bidang mendatar 𝑁𝐴 . Dua gaya
mendatar, yaitu gaya tegangan tali T dan gaya gesekan pada benda A yang dikerjakan oleh
bidang mendatar kasar 𝑓𝐴 . Pada benda B hanya bekerja dua buah gaya vertikal, yaitu gaya
berat benda B 𝑚𝐵 g dan gaya tegangan tali T. Perhatikan, gaya tegangan tali pada benda A
benda B besarnya sama karena A dan B dihubungkan oleh tali yang sama dan katrol
dianggap licin (katrol tidak mengalami gerak rotasi).

Tinjau dulu benda A saja untuk dapat menghitung yang normal NA . Benda A tidak bergerak
dalam arah vertikal, sehingga ∑ 𝐹𝑦 = 0, dan dengan mengambil arah vertikal ke ats sebagai
arah positif diperoleh

∑ 𝐹𝑦 = 0

+𝑁𝐴 − 𝑚𝐴 𝑔 = 𝑚𝑎

𝑁𝐴 = 𝑚𝐴 𝑔

Selanjutnya, gaya gesekan kinetis dapat dihitung dengan rumus

𝑓𝐴 = 𝜇𝑘 𝑁𝐴 = 𝜇𝑘 𝑚𝐴 𝑔

Untuk dapat langsung menghitung percepatan sistem a benda A dan benda B, kita tinjau
benda A dan benda B sebagai satu sistem, dengan diagram bebas seperti pada gambar 7.9.
dengan mengambil arah percepatan (arah gerak) sebagai arah positif, untuk benda A arah
mendatar ke kanan adalah arah positif dan untuk benda B arah vertikal ke bawah adalah
arah positif. Penggunaan hukum Newton menggunakan

∑ 𝐹 = (𝑚𝐴 + 𝑚𝐵 )𝑎

(𝑇 − 𝑓𝐴 ) + (−𝑇 + 𝑚𝐵 g) = (𝑚𝐴 + 𝑚𝐵 )𝑎
𝑇 − 𝜇𝑘 𝑚𝐴 g − 𝑇 + 𝑚𝐵 g = (𝑚𝐴 + 𝑚𝐵 )𝑎

𝑚𝐵 − 𝜇𝑘 𝑚𝐴
𝑎=( )g
𝑚𝐴 + 𝑚𝐵
5. Masalah Benda Bertumpuk
𝑁1,2

𝑚1
𝑚1 g
𝑁2,𝑙 pasangan aksi-reaksi
𝑚2

(b) Balok 𝑚1 berada di atas balok 𝑚2 𝑁2,1

𝑚2 g

(a) Diagram gaya-gaya vertikal untuk tiap balok

Kita tinjau masalah benda bertumpuk di atas suatu bidang datar yang kasar
dan bidang sentuh antara dua benda bertumpuk yang juga kasar. Asalkan pada benda
bertumpuk hanya bekerja gaya luar berarah horizontal, kita dapat menyederhanakan
diagram benda bebas dengan menemukan rumus gaya normal yang bekerja pada tiap
benda bertumpuk.
Karena gaya normal berarah vertikal, untuk menemukan rumus gaya normal
kita cukup menggambar diagram bebas benda untuk gaya-gaya vertikal saja. Lihat
gambar. Sistem balok bertumpuk tidak bergerak terhadap sumbu vertikal (sumbu 𝑌),
sehingga baik untuk sistem balok 𝑚1 maupun sistem balok 𝑚2 berlaku ∑ 𝐹𝑦 = 0.

Tinjau sistem balok 𝑚1 :

Ada dua gaya vertikal yang bekerja pada balok 𝑚1 , yiatu gaya berat 𝑚1 𝐠 berarah ke
bawah dan gaya normal pada 𝑚1 dikerjakan oleh 𝑚2 (diberi lambang 𝑵1,2) berarah ke
atas.

∑ 𝐹𝑦 = 0

𝑁1,2 − 𝑚1 g = 0
𝑁1,2 = 𝑚1 g
𝑵1,2 bekerja pada 𝑚1 . Reaksi dari 𝑵1,2 adalah 𝑵2,1 bekerja pada 𝑚2 . 𝑵2,1 adalah gaya
normal pada 𝑚2 yang dikerjakan oleh 𝑚1 . Karena 𝑵1,2 dan 𝑵2,1 adalah pasangan
aksi-reaksi, maka
𝑵2,1 = 𝑵1,2
𝑵2,1 = 𝑚1 g

Tinjau sistem balok 𝑚2 :


Ada tiga gaya vertikal yang bekerja pada 𝑚2 ; gaya berat 𝑚2 𝐠 berarah ke bawah, gaya
normal pada 𝑚2 yang dikerjakan lantai (diberikan lambang 𝑵2,𝑙 ) berarah ke atas, dan
𝑵2,1 (reaksi dari 𝑵1,2) berarah ke bawah.

∑ 𝐹𝑦 = 0

𝑁2,𝑙 − 𝑚2 g − 𝑁2,1 = 0
𝑁2,𝑙 = 𝑚2 g + 𝑁2,1 dengan 𝑁2,1 = 𝑚1 g
𝑁2,𝑙 = 𝑚2 g + 𝑚1 g

6. Masalah Tikungan pada Jalan


a. Menikung pada jalan datar kasar

Sebuah mobil mustahil dapat menikung pda jalan datar licin (gaya gesekan nol).
Jelas, yang berperan sebagai gaya sentripetal agar mobil dapat menikung adalah gaya
gesekan yang dikerjakan permukaan jalan pada keempat ban mobil. Anda juga telah
mengetahui bahwa sewaktu menikung, ban mobil berputar (tidak slip), sehingga gaya
gesekannya adalah gaya gesekan statis.
Mengapa mobil yang melaju terlalu cepat ketika melalui tikungan jalan horizontal
dapat slip? Ini karena kelajuan mobil melebihi batas kelajuan yang diperkirakan
untuk menikung. Ruumus batas kelajuan atau kelajuan maksimum yang
diperkenankan untuk menikung dengan aman pada tikungan jalan horizontal yang
kasar dapat diturunkan sebagai beriku. Asal dari gaya sentripetal adalah gaya gesekan
fs, sehingga
𝐹𝑠 = 𝑓𝑠
𝐹𝑠 ≤ 𝜇𝑠 𝑁 ≤ 𝜇𝑠 𝑚𝑔 (*)

Gambar 7.10 Gaya gesekan statis


mengarah ke pusat tikungan,
menjaga mobil tetap bergerak
melingkar
r fs
Rumus gaya sentripetal definisi adalah
𝑚𝑣 2
𝐹𝑠 = (**)
𝑟

Ruas kiri (**) dan (*) adalah sama, sehingga dengan menyamakan ruas kanan
keduanya, kita peroleh
𝑚𝑣 2
= 𝜇𝑠 𝑚𝑔
𝑟

𝑣 2 ≤ 𝜇𝑠 𝑟𝑔
𝑣2
𝑣 2 ≤ 𝜇𝑠 𝑟𝑔 atau 𝜇𝑠 ≥ 𝑟𝑔 (1)

Persamaan (1) dengan jelas menyatakan bahwa kelajuan maksimum (kelajuan


batas) agar mobil tidak slip (tergelincir) ketika menempuh tikungan adalah
𝑣 = √𝜇𝑠 𝑟𝑔 (2)

Dengan r adalah jari-jari tikungan jalan dan adalah percepatan gravitasi.

Dari persamaan (2) tampak bahwa batas laju kendaraan agar bisa menikung
pada jalan datar kasar dengan aman bergantung pada :

1. Kekasaran permukaan jalan (𝜇𝑠 ), makin kasar permukaan jalan, makin besar batas
laju menikung;
2. Jari-jari belokan (r), makin besar jari-jari belokan, makin besar batas laju
menikung;
3. Percepatan gravitasi (g), makin besar percepatan gravitasi tempat menikung, makin
besar batas laju menikung.

Gambar 7.12 Untuk pemakaian umum, ban mobil


dirancang bertapak (beralur), sehingga akan
memberikan tenaga tarik yang cukup besar pada
kondisi basah. Caranya, dengan menyalurkan air
Gambar 7.11 Mobil-mobil balap pada lintasan sirkuit balap
menjadi dari ban.
biasanya dilengkapi dengan ban-ban yang memiliki
permukaan halus dan lebar
b. Menikung pada jalan miring

𝑁 sin 𝜃

Pada gambar ditunjukkan bahwa pada tikungan miring (membentuk sudut 𝜃


terhadap horizontal), gaya normal 𝑵 memiliki komponen horizontal 𝑁 sin 𝜃 yang
berarah radial ke dalam menuju ke pusat belokan. 𝑁 sin 𝜃 inilah yang memberikan
gaya sentripetal pada mobil, sehingga mobil tetap dapat menikung dengan kelajuan
maksimum tertentu tanpa slip walau saat itu kondisi jalan sangat licin (tanpa
gesekan).
 Kelajuan maksimum mobil 𝑣maks yang diperkenankan agar mobil dapat
menempuh tikungan miring licin tanpa slip?
Dengan menyamakan penyebab gaya sentripetal 𝐹𝑠 = 𝑁 sin 𝜃 dengan rumus
2
𝑚𝑣maks
𝐹𝑠 = , memberikan
𝑅
2
𝑚𝑣maks
𝑁 sin 𝜃 = 𝑅
... (*)

Mobil tidak melompat-lompat pada sumbu 𝑌, sehingga

∑ 𝐹𝑦 = 0 ambil arah ke atas positif

𝑁 cos 𝜃 − 𝑚𝑔 = 0 (lihat Gambar)


𝑁 cos 𝜃 = 𝑚𝑔 .... (**)
Dengan membagi (*) dengan (**) diperoleh
2
𝑣maks
tan 𝜃 =
𝑅g
Tangen sudut kemiringan tikungan
𝑣maks = √𝑅g tan 𝜃
Dengan 𝜃 adalah sudut kemiringan tikungan terhadap arah horizontal.
 Menghitung batas laju tikungan pada tikungan jalan yang miring dan kasar.
Dari gambar, diperlihatkan bahwa dalam arah radial ke pusat tikungan, selain
terdapat komponen gaya normal 𝑵, yaitu 𝑁 sin 𝜃, terdapat juga komponen
gaya gesekan statis 𝒇𝑆 , yaitu 𝒇𝑆 cos 𝜃. Resultan kedua gaya yang mengarah
ke pusat ini akan bertindak sebagai gaya sentripetal.
𝐹𝑠 = 𝑁 sin 𝜃 + 𝒇𝑆 cos 𝜃
𝐹𝑠 = 𝑁 sin 𝜃 + (𝜇𝑆 𝑁) cos 𝜃
𝐹𝑠 = 𝑁(sin 𝜃 + 𝜇𝑆 cos 𝜃) .... (***)
Mobil tidak bergerak pada sumbu 𝑌, sehingga berlaku

∑ 𝐹𝑦 = 0 arah ke atas positif

𝑁 cos 𝜃 − 𝑚g − 𝑓𝑠 sin 𝜃 = 0
𝑚g = 𝑁 cos 𝜃 − 𝑓𝑠 sin 𝜃
𝑚g = 𝑁 cos 𝜃 − 𝜇𝑠 𝑁 sin 𝜃
𝑚g = 𝑁(cos 𝜃 − 𝜇𝑠 sin 𝜃) ... (****)
Jika (**) dibagi dengan (****), maka kita peroleh
𝑚𝑣 2
𝑟 = 𝑁(sin 𝜃 + 𝜇𝑠 cos 𝜃)
𝑚g 𝑁(cos 𝜃 − 𝜇𝑠 sin 𝜃)
sin 𝜃
𝑣2 cos 𝜃 (cos 𝜃 + 𝜇𝑠 )
=
𝑟g cos 𝜃 (1 − 𝜇 sin 𝜃 )
𝑠 cos 𝜃

2
𝑣maks 𝜇𝑠 + tan 𝜃
=
𝑟g 1 − 𝜇𝑠 tan 𝜃

𝜇𝑠 + tan 𝜃
𝑣maks = √𝑟g ×
1 − 𝜇𝑠 tan 𝜃

Dari persamaan tersebut, tampak bahwa pengaruh sudut kemiringan jalan


(tan 𝜃) dan kekasaran jalan (𝜇𝑠 ) secara bersama-sama menyebabkan batas
laju (𝑣maks ) untuk menikung dengan aman pada jalan miring kasar menjadi
lebih besar.

7. Gerak Melingkar paada Bidang vertikal


Gerak melingkar vertikal banyak dijumpai dalam beberapa permainan di Dunia
Fantasi Tama Impian Jaya Ancol. Permainan tersebut, antara lain kincir vertikal
(Gambar 4.33). kereta luncur (halilintar), dan perahu ayun (kora-kora). Dalam
keseharian, gerak seperti ini Anda jumpaia ketika mobil melewati jalan yang naik-turun
di daerah pegunungan. Gerak ini juga Anda jumpai ketika menonton demonstrasi pilot
yang sedang memperagakan gerakan loop di langit.

Gambar 4.33. Kincor angin


vertikal

Untuk benda yang melakukan gerak melingkar pada bidang horizontal . baik
berat benda maupun gaya normal yang bekerja pada benda, tidak menyumbang pada
gaya sentripeetal (lihat kembali gambar 7.10). tetapi, untuk benda yang melakukan
gerak melingkar bidang vertikal , baik berat benda maupun gaya normal akan
menyumbang pada gaya sentripetal.

Tegangan Tali pada Benda yang Menempuh Gerak Melingkar Vertikal


Sebuah benda dengan massa 200 g diikat pada ujung tali. Ujung lain tali diputar
dengan kecepatan sudut tetap 20 rad/s, sehingga benda menempuh lintasan melingkar
vertikal dengan jari-jari 30 cm. Tentukan besar tegangan tali ketika benda berada :
a) Di titik P
b) Di titik A (lihat Gambar 7.13a)

Strategi

Dalam kasus ini, gaya sentripetal adalah resultan dari tegangan tali (selalu berarah
radial ke dalam) dan komponen gaya beraat dalam arah radial. Perhatikan, arah radial
ke dalam diterapkan sebagai arah positif. Dengan menyamakan gaya sentripetal ini
dengan rumus 𝐹𝑠 = 𝑚𝜔2 𝑟, tegangan tali di P dan di A dapat dihitung

Jawab :

a) Di titik sembarang P dengan sudut , komponen gaya berat


dalam arah radial. Yaitu , berapah radial ke luar
(bertanda negatif ), sehingga gaya sentripetal di P adalah 600
𝐹𝑝 =+ 𝑇 − 𝑚𝑔𝑐𝑜𝑠𝜃 P
Dengan mensubstitusikan rumus , diperoleh
A
𝑚𝜔2 𝑟 = 𝑇 − 𝑚𝑔𝑐𝑜𝑠𝜃
Gambar 7.13a Benda diikat pada tali.
𝑇 = 𝑚𝜔2 𝑟 + 𝑚𝑔𝑐𝑜𝑠𝜃

Persamaan umum tegangan tali


𝑇 = 𝑚𝜔2 𝑟 + 𝑚𝑔𝑐𝑜𝑠𝜃
Perhatikan, sudut 𝜃dihitung dari garis vertikal MA dengan arah berlawanan jarum
jam (lihat Gambar 7.13b).
Dengan menyubstitusi m=200 g=0,2 kg kecepatan sudut 𝜔 = 20𝑟𝑎𝑑/𝑠 ; jari-jari
R= 30 cm= 0,3 m; g =10 m/s2 dan 𝜃 = 600 atau cos 𝜃 = 𝑐𝑜𝑠600 = 1/2 besar
tegangan tali did titik P dapat dihitung
1
𝑇𝑃 = 0,2 [202 (0,3) + 10 (2)]

= 0,2[120 + 5] = 25N
b) Di titik terendah A, komponen gaya berat dalam arah radial, yaitu , berarah radial
keluar (bertanda negatif), sehingga gaya sentripetal di A adalah
𝐹𝑠,𝐴 =+ 𝑇𝐴 − 𝑚𝑔
𝑚𝜔2 𝑅 = 𝑇𝐴 − 𝑚𝑔
𝑇𝐴 = 𝑚𝜔2 𝑅 − 𝑚𝑔
𝑇𝐴 = 𝑚(𝜔2 𝑅 − 𝑔)
𝑇𝐴 = 0,2((20)2 (0,3) + 10)= 26 N

lintasan

Garis
vertikal

M Gambar 7.13b Gerak melingkar


𝜃 P vertikal benda diujung tali.
T
Perhatikan sudut 𝜃 dihitung dari
T garis vertikal MA dengan arah
A berlawanan jarum jam.
mg

mg

Alternatif

Anda juga dapat menghitung tegangan tali di titik terendah A, yaitu, dengan
menggunakan Persamaan umum tegangan tali, dengan 𝜃 = 00 mensubstitusi atau
cos 𝜃 = cos 00 = 1 (lihat Gambar 7.13b).

𝑇𝐴 = 𝑚(𝜔2 − 𝑔 cos 00 )
𝑇𝐴 = 𝑚(𝜔2 𝑅 + 𝑔)

a. Gerak Melingkar Vertikal pada Sisi Sebelah Dalam Lingkaran

Gerak karena luncur atau roller coasteri (permainan “halilintar”) adalah salah satu
contoh gerak benda menempuh lintasan llingkaran vertikal pada sisi sebelah dalam
lingkaran. Pada setiap posisi benda pada lintasan, benda mengalami gaya tekan yang
dikerjakan oleh lintasan, yang selalu berarah radial ke dalam (termasuk gaya norma N)
dan gaya berat berarah vertikal ke bawah.

Perhatikan gerak kereta luncur pada Gambar 4.36. di titik tertinggi lintasannya,
kereta ditarik ke bwah oleh gaya grabitasi bumi. Mengapa kereta luncur tidak jatuh?
Untuk mengetahui jawabnnya secara teoritis, simak contoh 4.6.

Kelajuan kritis pada Sisi Dalam Lingkaran Vertikal


Sebuah timba berisi air diputar dalam satu lingkaran vertikal dengan jari-jari 0,8 m,
seperti pada gambar. Berapakah kelajuan minimum timba dititik tertinggi agar air di
dalamnya tidak tumpah? (g =9,8 m/s2)

vA

NA
Gambar 4.36 Sketsa
mg Masalah

M
mg
Pusat
mg

Jawab

Dititik tertinggi A ada dua gaya dalam arah radial yang bekerja pada air, sehingga
penyebab gaya sentripetal, yaitu gaya tekan alas ember pada air (disebut gaya norma N)
dan berat air mg. Keduanya berarah radial ke dalam (bertanda positif), lihat Gambar 4.36,
sehingga gaya sentripetal di titik A adalah

𝐹𝑠,𝐴 = 𝑁𝐴 + 𝑚𝑔

𝑚𝑣 2
Dengan menyamakannya dengan rumus 𝐹𝑠 = , diperoleh
𝑅

𝑚𝑣 2
= 𝑁𝐴 + 𝑚𝑔
𝑅

Kelajuan minimum benda (air dalam ember) dititik tertinggi A agar air tidak tumpah,
disebut kelajuan kritis vk diperoleh untuk 𝑁𝐴 = 0, dengan demikian,

𝑚𝑣 2
= 0 + 𝑚𝑔
𝑅

Kelajuan kritis di titik tertinggi


𝑣𝑘 = √𝑅𝑔 (4-26)

(49)(16) (7)(4)
𝑣𝑘 = √(9,8)(0,8) = √ = = 2,8 𝑚/𝑠
102 10

b. Berat Tanpa Bobot


Berat (semu) tanpa bobot dapat dialami oleh penumpang dalam sebuah pesawat
yang sedang melakukan gerakan loop di langit. Berat tanpa bobot dapat dialami
penumpang ketika pesawat berada di dasar loop (lihat Gambar 4.37a dan c), dan atau ,
mengapa demikian?
Berat tanpa bobot yang sesungguhnya hanya dialami oleh benda yang berada di
tempat yang memiliki gravitasi nol. (berat , sehingga untuk , maka ). Walaupun
pengertian berat tanpa bobot (karena tidak tepat sama seperti berat “tanpa” gravitasi
bumi ( tetapi efek keduanya sama.
Ndasar

Atas

mg
Dasar
mg Natas
(a) dasar (b) Di dasar (c) Di puncak
loop loop

Gambar 4.37a (a) Gerak loop pesawat terbang. Diagram bebas pilot
di titik terendah (d) dan tertinggi (c)

c. Gerak Melingkar Vertikal pada Sisi Sebelah Luar Lingkaran


Gerak orang yang duduk pada kincir vertikal ketika berada di bagian atas lintasan
pada Gambar 4.33 dan gerak mobil ketika berada di puncak jalan pegununga (Gambar
4.38) adalah contoh gerak benda melalui sisi sebelah luar lingkaran vertikal. Dalam
gerak seperti itu, dimana pun posisi benda, gaya normal yang dikerjakan lintasan
sebelah luar pada benda selalu berarah radial ke luar.
N

O (pusat)

Gambar 4.38 Gerak mobil ketika berada di puncak jalan pegunungan.

Soal-soal dan pembahasan

1. Jika suatu benda diberi gaya 20 N, benda tersebut memiliki percepatan 4 m/s2 . Berapakah
percepatan yang dialami benda tersebut jika diberi gaya 25 N?
a. 5 m/s2
b. 6 m/s2
c. 9 m/s2
d. 8 m/s2
e. 10 m/s2
Penyelesaian:
Pada kasus ini, massa benda (m) adalah tetap. Ketika diberi gaya F1 = 20 N, benda mengalami
percepatan a1 = 4 m/s2 , sehingga massa benda:
𝐹1 20 𝑁
𝑚= = = 5 𝑘𝑔
𝑎1 4 m/s2
Pada saat diberi gaya F2 sebesar 25 N, maka percepatan yang dialami benda menjadi:
𝐹2 25 𝑁
𝑎2 = = = 5 m/s2
𝑚2 5 𝑘𝑔

2. Seseorang mengukur beratnya di lantai memperoleh nilai 700 N. Kemudian dia mengukur
beratnya di dalam lift yang sedang bergerak ke bawah dengan percepatan 4 m/s2
Percepatan gravitasi bumi 10 m/s2 . Berapakah berat orang itu yang terukur?
a. 1000 N
b. 980 N
c. 420 N
d. 400 N
e. 450 N
Penyelesaian:
w = 700 N → m = 70 kg
Berat orang yang berada dalam lift bergerak sama
dengan gaya normal yang diterimannya sehingga
gaya-gaya yang bekerja pada orang itu dapat
dilihat seperti pada Gambar 1. Lift dipercepat ke
bawah sehingga berlaku:
∑ 𝐹⃗ = 𝑚𝑎⃗
𝑤 − 𝑁 = 𝑚𝑎
700 − 𝑁 = 70.4
𝑁 = 420 𝑁

Gambar 1

3. Sebuah balok bermassa 20 kg berada di atas lantai mendatar kasar. μs = 0,6 dan μk = 0,3.
Kemudian balok ditarik gaya sebesar F mendatar. g = 10 m/s2 . Tentukan gaya gesek yang
dirasakan balok dan percepatan balok jika F = 100 N.
a. 120 N
b. 110 N
c. 100 N
d. 90 N
e. 80 N

Penyelesaian :

N = w = m g = 200 N

Pengaruh gaya F dapat diketahui dengan menghitung


dahulu fs max.

𝑓𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝜇𝑠 𝑁

𝑓𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,6 . 200

𝑓𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 120 𝑁

𝐹 < 𝑓𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠 berarti balok diam sesuai hukum I


Newton : ∑ 𝐹 = 0 maka diperoleh:

𝑓𝑠 = 𝐹 = 100 𝑁 dan a =0 Gambar 2

SOAL LATIHAN.

1. Tiga benda terletak di atas lantai licin dengan posisi sejajar dan saling bersentuhan dengan
susunan berturut-turut dari kiri ke kanan A, B, dan C didorong secara horizontal ke kanann
oleh gaya sebesar 30 N dan benda C didorong secara horizontal ke kiri oleh gaya sebesar 12
N. Jika perbandingan massa A, B, dan C adalah 1 : 2 : 3, besar gaya kontak antara A dan B
adalah....
a. 9 N
b. 12 N
c. 24 N
d. 27 N
e. 30 N
2. Sebuah balok dilepaskan pada permukaan bidang licin dengan kemiringan 𝛼. Jika diinginkan
percepatan balok pada bidang itu sama dengan 50 percepatan gravitasinya, maka 𝛼 tersebut
bernilai ....
a. 15o
b. 30 o
c. 45 o
d. 60 o
e. 90 o
3. Sebuah kotak yang massanya 10 kg mula-mula diam, kemudian bergerak turun pada bidang
miring yang membuat sudut 30 o terhadap arah horizontal tanpa gesekan dan menempuh
jarak 10 m sebelum sampai ke bidang mendatar. Kecepatan kotak pada akhir bidang miring
jika percepatan gravitasi bumi g = 9,8 m/s2 adalah ....
a. 4,43 m/s
b. 44,3 m/s
c. 26,3 m/s
d. 7 m/s
e. 9,9 m/s
4. Seorang dengan massa 60 kg berada dalam lift yang sedang bergerak ke bawah dengan
percepatan 3 m/s2. Jika percepatan gravitasi 10 m/s2, desakan kaki orang pada lantai lift
adalah .... (dalam N)
a. 420
b. 570
c. 600
d. 630
e. 780
5. Sebuah benda digantung pada sebuah neraca pegas di dalam elevator. Pembacaan skala
pada neraca pegas adalah T N ketika elevator diam. Jika elevator dipercepat ke atas sebesar
5 m/s2, berapa pembacaan skala neraca pegas sekarang? (g = 10 m/s2)
a. ½ T
b. T
c. 3/2 T
d. 2 T
e. 5/2 T
6. Pernyataan berikut yang sesuai dengan hukum I Newton adalah ….
a. jika a = 0, maka benda selalu diam
b. jika v = 0, maka benda selalu bergerak lurus beraturan
c. jika a = 0, maka benda bergerak lurus berubah beraturan
d. jika a = 0, maka perubahan kecepatan benda selalu nol
e. jika v = 0, maka perubahan percepatan benda selalu nol

7. Benda A dan B terletak di atas lantai licin. Massa benda A tiga kali massa benda B. Jika pada
kedua benda bekerja gaya mendatar yang sama, maka perbandingan percepatan antara
benda A dan benda B adalah ….
a. 1 : 6
b. 2 : 3
c. 1 : 3
d. 1 : 4
e. 1 : 1
8. Selama 10 sekon kecepatan sebuah truk yang massanya 5 ton mengalami perubahan dari 5
m/s menjadi 15 m/s. Besarnya gaya yang menyebabkan perubahan kecepatan tersebut
adalah ….
a. 5.000 N
b. 8.000 N
c. 6.000 N
d. 9.000 N
e. 7.000 N
9. Sebuah batu dengan massa 2 kg diikat dengan tali dan diputar sehingga lintasannya
berbentuk lingkaran vertical dengan jari-jari 0,5 m dan kecepatan sudutnya 6 rad/s.
Tegangan tali di titik terendah adalah ….
a. 51 N
b. 64 N
c. 61 N
d. 56 N
e. 54 N
10. Silalahi yang bermassa 60 kg berda dalam sebuah lift yang sedang bergerak ke bawah
dengan kecepatan 3 ms-2. Besarnya gaya desakan kaki Silalahi pada lantai lift adalah ….
a. 420 N
b. 530 N
c. 430 N
d. 600 N
e. 520 N

Soal Pertanyaan
1. Mengapa seorang anak yang berdiri di atas sebuah kereta akan tampak terjengkang ke
belakang ketika kereta tersebut bergerak maju secara mendadak?
2. Jika suatu benda bergerak, apakah mungkin gaya neto yang bekerja pada benda itu adalah
nol? Jelaskan!
3. Jika percepatan sebuah benda adalah nol, apakah tidak ada gaya yang bekerja pada benda
itu? Jelaskan!
4. Jika Anda berjalan pada sebatang kayu yang mengapung di permukaan danau, mengapa
batang kayu itu akan bergerak ke arah yang berlawanan dengan arah jalan Anda?
5. Gaya gravitasi pada batu dengan massa 2 kg dua kali lebih besar daripada gaya gravitasi
pada batu dengan massa 1 kg. Lalu, mengapakah batu yang lebih berat tidak jatuh lebih
cepat?

Anda mungkin juga menyukai