Anda di halaman 1dari 48

LISTRIK STATIS

Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator


 Mengidentifikasi sifat-sifat muatan listrik.
 Menentukan interaksi muatan-muatan
listrik.
 Menentukan besar dan arah gaya listrik
yang disebabkan oleh beberapa muatan
listrik.
 Menganalisis besar dan arah gaya listrik
yang disebabkan oleh beberapa muatan
listrik.
 Menjelaskan pengaruh besaran-besaran
yang dapat mempengaruhi kuat medan
listrik.
 Menyelidiki pengaruh besaran-besaran
yang dapat mempengaruhi fluks listrik.
 Menentukan besar kuat medan listrik yang
disebabkan oleh beberapa muatan listrik.
 Memecahkan permasalahan pada kulit
bola dengan menggunakan konsep
Hukum Gauss.
3.2 Menganalisis muatan listrik, gaya
 Menjelaskan pengaruh kuat medan listrik
listrik, kuat medan listrik, fluks,
terhadap potensial listrik.
potensial listrik, serta penerapannya
pada berbagai kasus.  Menjelaskan besar potensial listrik pada
beberapa titik yang berbeda.
 Menjelaskan besar potensial listrik pada
titik di dalam suatu ruang.
 Menganalisis jarak titik-titik potensial
listrik yang disebabkan oleh muatan yang
berbeda.
 Menjelaskan pengertian energi potensial
listrik.
 Menyelidiki pengaruh potensial listrik
terhadap usaha untuk memindahkan suatu
muatan listrik.
 Menerapkan konsep usaha untuk
memindahkan muatan listrik.
 Menganalisis usaha yang dibutuhkan
untuk memindahkan beberapa muatan
listrik.
 Mengidentifikasi usaha yang dibutuhkan
untuk memindahkan beberapa muatan
listrik.
4.2 Melakukan percobaan berikut  Melakukan percobaan kelistrikan
presentasi hasil percobaan kelistrikan (misalnya pengisian dan pengosongan
kapasitor).
(misalnya pengisian dan pengosongan
 Mempresentasikan hasil percobaan
kapasitor) dan manfaatnya dalam
kelistrikan (misalnya pengisian dan
kehidupan sehari-hari.
pengosongan kapasitor).
A. Gaya dan Medan Listrik
1. Gaya Listrik
a. Menunjukkan Listrik Statis
Salah satu percobaan yang mudah
dilakukan adalah percobaan dengan sebuah sisir

plastik. Mula-mula, ketika kalian mendekatkan


sisir ke sobekan-sobekan kertasm sobekan-
sobekan kertas tidak ditarik oleh sisir plastik.
Kemudian, kalian mencoba menggosokkan sisir
plastik dengan rambut pada satu arah saja, misal
ke arah kanan, kira-kira 20 kali. Apa yang terjadi
ketika kalian mendekatkan sisir yang telah
digosokkan dengan rambut ke sobekan-sobekan
kertas? Sisir dapat menarik sobekan-sobekan
kertas.
Sebelum sisir digosokkan ke
Gambar 1.1 Percobaan sisir plastik menarik
sobekan-sobekan kertas.
satu arah pada rambut, sisir tidak
bermuatan listrik (netral), sehingga
sisir tidak dapat menarik sobekan-
sobekan kertas. Setelah sisir digosok-gosok ke satu arah pada rambut, sisir plastik
menjadi bermuatan listrik sehingga sisir dapat menarik sobekan-sobekan kertas.
Pada umumnya, untuk isolator yang tidak bermuatan (netral), pusat muatan
positif atomnya berimpit dengan pusat muatan negatifnya. Ketika isolator (misal
sobekan-sobekan kertas) didekati oleh benda bermuatan listrik (misal benda
bermuatan listrik positif), pusat muatan negatif atom isolator ditarik mendekati
benda bermuatan positif, sedangkan pusat muatan positif atomnya didorong
menjauhi benda bermuatan positif. Dengan demikian, pusat muatan negatif atom
isolator akan berdekatan dengan muatan positif benda, tetapi atom-atom isolator
tetaplah netral (tidak bermuatan). Peristiwa pemisahan pusat muatan positif dan
negatif atom isolator disebut polarisasi muatan.
Gambar 1.2 Benda plastik bermuatan pada sebelah kiri menginduksikan polarisasi pada atom-atom
yang berdekatan.

Atom-atomnya sendiri tetap netral. Antara muatan positif benda dan pusat muatan
negatif atom isolator terjadi gaya tarik-menarik. Adapun antara muatan positif
benda dan pusat muatan positif atom isolator akan terjadi gaya tolak-menolak.
Jarak antara muatan positif dan pusat muatan negatif atom isolator lebih dekat,
sehingga resultan keduanya akan memberikan gaya tarik, yaitu potongan-potongan
kertas akan ditarik oleh sisir plastik.

b. Sifat-sifat Muatan Listrik


Sifat-sifat muatan listrik adalah sebagai berikut
1) Muatan listrik digolongkan menjadi dua jenis, yaitu muatan positif dan muatan
negatif. Batang kaca yang telah digosok sutra memiliki muatan positif,
sedangkan batang plastik yang digosok wol memiliki muatan negatif.
Penggolongan muatan tersebut diusulkan oleh Benjamin Franklin.
2) Muatan listrik sejenis akan tolak-menolak dan muatan listrik tidak sejenis akan
tarik menarik.

c. Penyebab Terjadinya Muatan Listrik

Semua benda disusun oleh partikel-partikel terkecil yang disebut atom. Atom
terdiri atas sebuah inti atom bermuatan positif dan jauh dari inti atom, elektron-
elektron bergerak mengitari inti atom. Inti atom sendiri disusun oleh dua partikel
dasar, yaitu proton dan neutron. Gambar 1.3 di bawah ini mengilustrasikan model
12
atom untuk atom karbon (lambang C ), yang terdiri atas enam proton, enam
6

neutron, dan enam elektron.


Gambar 1.3 Model sederhana atom karbon.

Dalam semua atom, proton-proton dan neutron-neutron diikat secara bersama


oleh gaya yang sangat kuat, disebut gaya nuklir kuat. Gaya ini hanya bekerja pada
jarak sangat dekat. Itulah sebabnya melepaskan proton atau neutron dari inti atom
sangat sukar. Adapun elektron-elektron yang jaraknya sangat jauh dari inti atom
lebih bebas bergerak mengitari inti atom. Elektron-elektron ini tidak diikat dengan
kuat, sehingga ia dapat keluar dari posisinya masing-masing (bahkan keluar dari
atom) oleh energi yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan energi yang
diperlukan untuk mengeluarkan proton dan neutron pada inti atom.
Ketika kalian menggosok sisir ke satu arah pada rambut kering, gaya gosok
tersebut sanggup mengeluarkan beberapa elektron dari rambut untuk dipindahkan
ke sisir. Akibatnya, sisir yang kelebihan elektron menjadi bermuatan negatif.
Ketika batang kaca kalian gosok satu arah dengan kain sutra, beberapa elektron
dari batang kaca menuju ke kain sutra. Batang kaca yang kekurangan elektron
menjadi bermuatan positif.
Pada 1909, Robert Milikan menemukan bahwa jika suatu benda dimuati,
muatannya selalu merupakan kelipatan dari sebuah muatan elementer, yang diberi
lambang e. Dengan kata lain, muatan listrik terkuantisasi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa berkas-berkas elektron hanya boleh memiliki muatan ±e, ±2e,
±3e, dan seterusnya, tetapi tidak pernah dalam bentuk pecahan.
Satuan muatan listrik dalam SI diukur dalam coulomb. Satu coulomb adalah
sejumlah muatan yang mengalir melalui suatu penampang kawat dalam satu sekon
ketika arus satu ampere melalui kawat itu.

1 e=1,60× 10−19 C

d. Perumusan Gaya Coulomb


Gambar 1.4 Gaya antarmuatan.

Besar gaya listrik antara dua benda bermuatan listrik diselidiki oleh fisikawan
Perancis bernama Charles Coulomb pada 1785. Dari percobaan yang dilakukan,
Coulomb berhasil menemukan hukum Coulomb, yaitu sebagai berikut

Besar gaya tarik atau gaya tolak antara dua muatan listrik adalah sebanding dengan
perkalian kedua muatan dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua muatan
tersebut.
1 (q 1 q 2)
F=
4 πε r 2
dengan
q1 , q 2 = muatan listrik 1 dan 2 (C)
r = jarak antara kedua muatan (m)
ε = permitivitas bahan atau permitivitas medium (Nm2/C2)
F = gaya listrik tarik-menarik atau tolak-menolak atau gaya Coulomb (N)

Garis kerja gaya listrik terletak pada garis hubung kedua muatan listrik
(muatan listrik dianggap sebagai muatan titik). Jika medium tempat muatan-
muatan berada adalah vakum atau udara, nilai ε =ε 0 .

1 q1q2 q q
F= 2
=k 1 2 2
4 π ε0 r r
1
k= =9 ×10 9 N m2 /C 2
4 π ε0
1
ε0 = =8,85 ×10−12 N −1 m−2 /C 2
4 πk

Jika kedua muatan berada


dalam medium selain vakum atau udara, permitivitas medium ε dihitung
dengan persamaan:
ε =ε r ε 0
dengan εr permitivitas relatif atau tetapan dielektrik. Nilai εr untuk ruang
hampa atau udara adalah 1, sehingga nilai εr untuk medium lainnya jelas lebih

Contoh soal
Dua muatan masing-masing 20 μ C dan 24 μ C terpisah pada jarak 12 cm.
Hitung besar gaya yang bekerja pada muatan tersebut jika:
a. kedua muatan diletakkan di udara,
b. kedua muatan diletakkan dalam bahan yang memiliki permitivitas relatif 3!
Jawab:
q1 =20 μ C=20 ×10−6 C
−6
q 2=24 μ C=24 ×10 C
r=12 cm=12 ×10−2 m
9 2 2
k =9 ×10 N m /C

besar dari 1.
a. Besar gaya Coulomb di udara, F12=F 21=Fudara .

q1 q2 9 2 −2 ( 20 ×10−6 C ) ( 24 ×10−6 C )
Fudara =k =( 9 ×10 N m C ) =300 N
r2 2
( 12× 10−2 m )
b. Besar gaya Coulomb di bahan.
1 1
Fbahan = F udara= 300 N =100 N
εr 3

2. Medan Listrik

a. Pengertian Medan Listrik

Medan listrik didefinisikan sebagai ruang di sekitar suatu muatan listrik


sumber dengan muatan listrik lainnya dalam ruang ini akan mengalami gaya listrik
atau gaya Coulomb. Konsep medan listrik ini pertama kali diperkenalkan oleh
Michael Faraday. Medan listrik dapat menyebabkan muatan lainnya dalam medan
listrik mengalami gaya tarik atau gaya tolak, bergantung pada apakah muatan
sumber sejenis atau tidak sejenis dengan muatan lain tersebut.

Pada Gambar 1.5, ditunjukkan bahwa ruang di sekitar muatan sumber A


yang bermuatan q (positif) dihasilkan medan listrik. Muatan positif P
mengalami gaya tolak, sedangkan muatan negatif Q mengalami gaya tarik.
Gambar 1.5 Gaya listrik yang bekerja pada muatan-muatan yang diletakkan dalam ruang di sekitar
benda bermuatan sumber A .

Benda bermuatan yang menghasilkan medan listrik disebut muatan sumber.


Muatan lain yang diletakkan dalam pengaruh medan listrik muatan sumber kita
sebut muatan uji. Kuat medan listrik pada lokasi muatan uji berada didefinisikan
sebagai besar gaya Coulomb (gaya listrik) yang bekerja pada muatan uji itu dibagi
dengan besar muatan uji.
F
E=
q0

Medan listrik pada lokasi q0 dihasilkan oleh muatan sumber q , bukan


medan listrik yang dihasilkan oleh q 0 . Kuat medan listrik merupakan besaran
vektor dengan satuan SI, yaitu N/C. Arah kuat medan listrik E pada suatu titik
didefinisikan sebagai arah gaya listrik yang akan dikerjakan pada suatu muatan uji
positif yang diletakkan pada titik itu. Dengan demikian, medan listrik di titik A
pada Gambar 1.6 berarah horizontal ke kiri karena muatan uji positif yang ditaruh
di titik ini akan mengalami gaya tarik menuju ke muatan sumber negatif.
Gambar 1.6 a) Kuat medan listrik di A karena muatan sumber negatif berarah horizontal ke kiri
menuju muatan sumber negatif. b) Kuat medan listrik di P karena muatan sumber
positif berarah horizontal ke kanan menjauhi muatan sumber positif.

Persamaan dapat ditulis menjadi:

F=q 0 E

untuk muatan uji q0 positif, arah vektor gaya F searah dengan arah vektor
E , sedangkan untuk muatan uji q0 negatif, arah vektor gaya F
berlawanan dengan arah vektor E .

b. Perumusan Kuat Medan Listrik


Misal pada sebuah titik P berjarak r dari sebuah muatan sumber q
diletakkan sebuah muatan uji q 0 . Menurut hukum Coulomb, besar kuat medan
listrik pada muatan uji adalah sebagai berikut
q q0
k
F r2
E= =
q0 q0
1 q
E=
4 πε r 2

Jika medium tempat muatan sumber berada adalah ruang hampa atau udara, nilai

1
k= =9 ×10 9 dan persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut
4 π ε0
q
E=k 2
r
atau
q
E=
4 π ε0 r2

Dua hal yang perlu diperhatikan untuk menggambar vektor kuat medan listrik
pada suatu titik adalah:
1) vektor E menjauhi muatan sumber positif dan mendekati muatan sumber
negatif (Gambar 1.7), serta
2) vektor E memiliki garis kerja sepanjang garis hubung antara muatan sumber
dengan titik yang akan dilukis vektor kuat medannya.

Gambar 1.7 Vektor kuat medan listrik a) menjauhi muatan sumber positif dan b) mendekati muatan
sumber negatif.

Contoh soal
1. Empat buah muatan ada di tiap-tiap titik sudut persegi seperti pada gambar.
Jika O adalah titik perpotongan diagonal, tentukan
besarnya medan listrik di titik O!
Jawab:
Oleh karena jarak dan besar muatan sama, maka di titik
O medan listrik dapat digambarkan:

EO =√ (2 E ) + ( 2 E ) =2 E √ 2
2 2

9 ×10 9 ×(10−5 )
E= 2
=9 ×106 N /C
(0,1)
6
EO =18 √2 ×10 N /C

2. Sepotong pecahan kaca (massa 5 mg) bermuatan 2 μ C . Berapakah kuat medan


listrik yang diperlukan untuk menahan agar potongan kaca tersebut dapat terapung di
udara? (g=10 m/ s2 ) (dalam V/m)
Jawab:
Benda mengapung di medan listrik, maka:
gaya berat = gaya listrik
F=qE
3. Hukum Gauss

a. Pengertian Garis-garis Medan Listrik


Medan listrik dapat divisualisasikan dengan menggunakan garis-garis medan
listrik. Garis-garis tersebut bersambungan dan selalu berarah menuju ke sumber
medan lisrtik. Semakin rapat garis-garis medan listrik, semakin besar pula kuat
medan listriknya.
Setiap jenis muatan memiliki arah garis medan dan jenis interaksi yang
berbeda dengan muatan lain. Pada muatan positif, arah garis medannya menjauhi
muatan (Gambar 1.8a), sedangkan muatan negatif arah garis medannya
digambarkan menuju ke muatan (Gambar 1.8b).

Gambar 1.8 Medan listrik muatan a) positif pada daerah yang jauh tidak terhingga dari muatan lain
b) negatif pada daerah yang jauh tidak terhingga dari muatan lain.

Kemudian, interaksi muatan positif dengan negatif akan menimbulkan garis-


garis medan yang saling tarik-menarik (Gambar 1.9a), sedangkan interaksi muatan
positif dengan positif akan menimbulkan garis-garis medan yang saling tolak-
menolak (1.9b).

Gambar 1.9 a) Garis-garis medan listrik akibat interaksi muatan berlawanan jenis. b) Garis-garis
medan listrik akibat interaksi muatan
Dengan memerhatikan Gambar 1.9a secara saksama, kita dapatkan: (1) Jumlah
garis medan listrik yang meninggalkan muatan positif sama dengan jumlah garis
medan listrik yang masuk ke muatan negatif. (2) Garis-garis medan listrik di dekat
setiap muatan hampir radial. (3) Garis-garis medan yang sangat rapat di dekat
setiap muatan menunjukkan medan listrik yang kuat di sekitar daerah ini.

CATATAN
Tiga hal tentang garis-garis listrik medan magnet:
(1) Garis-garis medan listrik tidak pernah berpotongan.
(2) Garis-garis medan listrik selalu mengarah radial ke
luar menjauhi muatan positif dan radial ke dalam
mendekati muatan negatif.
(3) Tempat garis-garis medan listrik rapat menyatakan
tempat yang medan listriknya kuat. Adapun tempat
garis-garis medan listrik renggang menyatakan tempat
yang medan listriknya lemah.

b. Perumusan Hukum Gauss


Penentuan kuat medan listrik bagi distribusi muatan kontinu dikembangkan
oleh Karl Friedrich Gauss. Gauss menurunkan hukumnya berdasarkan konsep
garis-garis medan listrik. Fluks listrik didefinisikan sebagai jumlah garis-garis
medan listrik yang menembus tegak lurus suatu bidang dan dapat dinyatakan
sebagai berikut
Φ=E ∙ A ⇒ EA cos θ

dengan
θ=¿ sudut antara arah E dan arah normal bidang n
Φ=¿ fluks listrik (Wb atau weber).
Gambar 1.10 θ adalah sudut antara arah medan listrik serba sama E dan arah normal bidang n.
Arah
normal bidang adalah arah tegak lurus terhadap bidang.

Berdasarkan konsep fluks listrik, Gauss menemukan hukumnya. Hukum


Gauss menyatakan sebagai berikut

Jumlah garis-garis medan listrik yang menembus tegak lurus suatu permukaan tertutup
(fluks listrik) sama dengan jumlah muatan listrik yang dilingkupi oleh permukaan
tertutup itu dibagi dengan permitivitas udara ε 0 .
∑q
Φ=EA cos θ=
ε0
dengan
A = luas permukaan tertutup
θ = sudut antara E dan arah normal n
∑q = muatan total yang dilingkupi oleh permukaan tertutup

Dalam notasi integral, hukum Gauss dinyatakan sebagai berikut


∑q
Φ=∮ E ∙ dA=∮ E cos θ dA=
ε0

Contoh soal
1. Gambar di bawah ini menunjukkan garis-garis medan untuk dua muatan titik yang
terpisah pada jarak dekat.
q1
a. Tentukan nilai !
q2
b. Apakah tanda untuk muatan q1 dan q 2 ?
c. Manakah yang memiliki medan listrik lebih kuat: P atau
Q ? Jelaskan!
d. Gambar vektor kuat medan listrik di A dan B .

Jawab:
2. Hitunglah fluks listrik pada suatu bidang persegi yang berukuran 20 ×15 cm,
jika kuat medan listrik homogen sebesar 150 N/C dan arahnya:
a. sejajar bidang;
b. membentuk sudut 37° terhadap bidang;
c. tegak lurus terhadap bidang!
Jawab:
4. Kuat Medan Listrik Konduktor Keping

a. Kuat Medan Listrik Satu Keping Konduktor


Perhatikan sebuah keping konduktor dengan luas A diberi muatan listrik
yang terdistribusi seragam dengan rapat muatan per luas +σ ! Pada Gambar
1.11, keping terletak pada bidang YOZ dan kita ambil permukaan Gauss
berbentuk
silinder
dengan
sumbu

memanjangnya pada sumbu X . Muatan keping adalah positif, sehingga E akan


berarah keluar dari keping, di sebelah kiri keping E berarah ke kiri dan di sebelah
kanan keping E berarah ke kanan. Fluks magnet di permukaan selimut silinder
adalah nol karena di setiap titik pada permukaan selimut arah E tegak lurus arah
dA. Fluks magnet di permukaan lingkaran ujung kiri dan di permukaan lingkaran
ujung kanan masing-masing adalah E dA karena di setiap titik E searah dengan
dA. Dengan demikian, fluks total adalah sebagai berikut
Φ X =∮ E dA=EA+ EA=2 EA

Gambar 1.11 Kuat medan listrik di suatu titik dekat dengan keping, tetapi jauh dari ujung-ujung
keping konduktor yang bermuatan seragam dengan rapat muatan per luas +σ .

Berdasarkan Gambar 1.11, muatan di dalam silinder merupakan hasil kali


rapat muatan per luas σ dan luas keping A , yaitu ∑ q=σA . Dengan
demikian, hukum Gauss (konduktor satu keping) akan memberikan persamaan
sebagai berikut
∑q
ΦX =
ε0

σA
2 EA=
ε0

σ
persamaan tersebut merupakan E= hasil pendekatan kuat
2 ε0
medan listrik untuk titik-titik jauh dari ujung-ujung
keping, tetapi dekat dengan keping.

b. Kuat Medan Listrik Konduktor Dua Keping Sejajar


Dua keping konduktor dengan luas permukaan A dipasang saling sejajar.
Kemudian, diberi muatan listrik sama besar, tetapi berlawanan jenis dengan muatan
per luas, keping kesatu adalah +σ dan −σ untuk keping kedua.

Gambar 1.12 Menentukan medan listrik dalam daerah antara kedua keping sejajar.

Untuk kasus dua keping sejajar dengan muatan sama besar dan tidak sejenis,
semua garis medan listrik akan keluar dari keping positif menuju ke keping negatif.
Tidak ada garis medan listrik di luar keping. Dengan demikian, kuat medan listrik
di luar keping adalah nol. Untuk menentukan E dalam daerah di antara dua
keping, kita dapat menggunakan persamaan Gauss S1 atau S 2 . Kedua
permukaan ini berbentuk silinder yang sumbunya memanjang pada sumbu X
dan luas ujung-ujungnya (berbentuk lingkaran) adalah A . Ujung pertama
permukaan berada dalam ruang antara kedua keping, sedangkan ujung kedua
permukaan berada di luar keping. Pada permukaan Gauss S 1 , fluks di luar
keping adalah nol (E=0) , karena di luar keping tidak ada garis medan listrik.
Fluks di dalam ruang antarkeping dengan di setiap titik E searah dengan dA adalah
sebagai berikut

Φ X =∮ E dA=EA
Dari Gambar 1.12, muatan di dalam silinder adalah hasil kali rapat muatan per
luas σ dan luas keping A , yaitu ∑ q=σA . Dengan demikian, hukum
Gauss (konduktor dua keping sejajar) akan memberikan persamaan sebagai
berikut

∑q
ΦX=
ε0

σA
EA=
ε0

σ
E=
ε0

Gambar 1.13 Medan listrik konduktor dua keping sejajar.

Simpulannya, jika keping negatif sebagai r=0 , kuat medan listrik di luar
keping (r >d ) adalah nol, sedangkan kuat medan listrik dalam ruang antara

σ
keping (0 ≤ r ≤ d ) adalah serba sama, yaitu . Arah kuat medan listrik
ε0
dalam ruang antarkeping selalu dari keping positif ke keping negatif.

Di luar keping E(r > d)=0


σ
Di dalam ruang antarkeping E(0 ≤ r ≤ d)=
ε0

5. Kuat Medan Listrik Bola Konduktor


Gambar 1.14 Pada bola konduktor, muatan terkumpul hanya pada permukaan bola saja, sedangkan
di dalam bola tidak ada muatan.

Jika bola konduktor diberi muatan, muatan tersebut tersebar merata di


permukaan bola saja, sedangkan di dalam bola tidak ada muatan. Untuk menentukan
kuat medan listrik di titik-titik di dalam bola (r < R) , kita buat permukaan Gauss
S1 berbentuk bola berjari-jari r , dengan r < R . Fluks di dalam permukaan
Gauss S 1 yang pada setiap titik permukaan gauss E searah dengan dA, yaitu
berarah radial keluar adalah sebagai berikut

Gambar 1.15 Pada setiap titik di permukaan Gauss, arah E selalu searah dengan arah dA, yaitu
berarah radial keluar.

2
Φr =∮ E dA=EA=(4 π r )

Berdasarkan Gambar 1.14, muatan di dalam permukaan Gauss S 1 adalah nol


(∑ q=0) . Dengan demikian, hukum Gauss akan memberikan persamaan berikut
∑q 0
Φr = ⇒ E ( 4 π r 2 ) = ⇒ E=0 ⇒ E ( r < R ) =0
ε0 ε0

Untuk
mementukan kuat medan listrik di titik-titik pada bola dan di luar bola (r ≥ R) , kita
buat persamaan Gauss S 2 berbentuk bola dengan jari jari r dengan r≥R .
Fluks di dalam permukaan Gauss S 2 yang pada setiap titik pada permukaan Gauss
E searah dengan dA, yaitu berarah radial keluar adalah sebagai berikut

Φr =∮ E dA=EA=(4 π r 2 )

Muatan di dalam permukaan Gauss S 2 adalah q (∑ q=q) . Dengan


demikian, hukum Gauss akan memberikan persamaan berikut
∑q 2 q q
Φr = ⇒ E ( 4 π r ) = ⇒ E ( r ≥ R )=
ε0 ε0 4 π ε0 r 2

Simpulannya, jika pusat bola sebagai r=0 , kuat medan listrik di dalam bola
(r < R) adalah nol. Adapun kuat medan listrik di kulit bola dan di luar bola

q
(r ≥ R) adalah . Arah kuat medan listrik adalah berarah radial keluar.
4 π ε0 r2

Di dalam bola E ( r < R )=0

q
Di kulit dan di luar bola E (r ≥ R)= 2
4 π ε0 r

B. Energi Potensial dan Potensial Listrik

1. Energi Potensial Listrik

Di kelas XI telah membahas bahwa usaha yang dilakukan oleh gaya konservatif
seperti gaya gravitasi bumi adalah negatif perubahan energi potensial yang dialami benda
bermassa m .
(2-21)
W konservatif =−∆ EP
+   
 

+   


   

Gambar 2.23 Energi Potensial listirk.

Ambil sebagai muatan sumber adalah muatan positif q B dan muatan uji yang akan

kita pindahkan adalah muatan positif q A . Gaya Coulomb yang dialami muatan uji qA
positif adalah berarah vertikal ke atas menjauhi pusat muatan sumber q B .

qA qB
F=k 2
r

Seperti gaya gravitasi, gaya Coulomb termasuk gaya konservatif sehingga usaha yang
dilakukan gaya Coulomb F memenuhi persamaan (2-21), yaitu sebagai berikut.

W Coulomb =−∆ EP (2-22)

Selanjutnya, kita hitung usaha oleh gaya Coulomb, W F , dari definisi usaha. Ambil

muatan positif q A dipindahkan vertikal ke atas sejauh elemen dr dari posisi awal 1 dari
(r=r 1) ke posisi akhir 2 (r=r 2) maka usaha yang dilakukan oleh gaya Coulomb yang
juga berarah vertikal ke atas adalah sebagai berikut.
r2

W 12=∫ F dr ( F searah dengan dr , yaitu vertikal ke atas)


r1

r2 r2
q A qB
W 12=∫ k dr=k q A q B ∫ r −2 dr
r1 r2 r1

Jika integral di ruas paling kanan diselesaikan, hasilnya adalah sebagai berikut.
(2-23)
1 1
W 12=−k q A qB ( −
r2 r1 )
Substitusi W 12 dari Persamaan (2-23) ke Persamaan (2-22) diperoleh persamaan berikut.

−∆ EP 12=−k q A q B ( r1 − r1 )
2 1

(2-24)
1 1
∆ EP12=k q A q B ( −
r2 r 1 )
Perubahan energi potensial listrik ∆ EP 12=EP 2−EP 1

1 1
EP 2−EP 1=k q A q B ( −
r2 r 1 )
EP 2=k q A q B ( r1 ) dan EP =k q q ( r1 )
2
1 A B
1

Secara umum energi potensial listrik, EP , yang dialami muatan uji q A , yang
berjarak r dari muatan sumber q B adalah sebagai berikut.

q A qB (2-25)
EP=k
r
Dengan r= jarak antara kedua muatan (m) . Tanda muatan q A dan q B dimasukkan.

2. Potensial Mutlak

Potensial listrik didefinisikan sebagai perubahan energi potensial persatuan muatan


ketika sebuah muatan uji dipindahkan di antara dua titik. Untuk muatan uji q A , dari
persamaan (2-26) kita peroleh persamaan berikut.

∆ EP 12 (2-26)
∆ V 12=
qA

∆ V 12=
k q A qB
( r1 − r1 )
2 1

qA

1 1
∆ V 12=k q B ( −
r2 r1 ) (2-27)

dengan

∆ V 12 = beda potensial (J/C atau V)


qB = muatan sumber (C), dan

r 2 dan r 1 = jarak antar muatan (m)

Persamaan (2-26) menyatakan bahwa jika kita dapat menentukan beda potensial
antara dua titik, kita dapat menghitung perubahan energi potensial saat kita memindahkan
muatan uji apa saja di antara dua titik ini.

Ketika membahas muatan titik, kita peroleh bahwa pemilihan acuan nol membantu
menyederhanakan persamaan matematis. Untuk itu, Persamaan (2-27) kita tulis sebagai
berikut.

kq kq
∆ V 12= −
r2 r1

Akan tetapi, perlu Anda ingat bahwa ∆ V 12 merupakan beda potensial saat jarak
pisahnya dari titik 1 ke titik 2, atau dapat kita katakan bahwa ∆ V 12 adalah potensial akhir

( V 2 ) dikurangi potensial awal ( V 1 ) .


kq kq
V 2−V 1= −
r2 r1

Berdasarkan persamaan tersebut, kita dapat mendefinisikan potensial pada suatu titik yang
berjarak r 2 dan r 1 dari muatan sumber q berturut-turut.

kq kq
V 2= dan V 1=
r2 r1

Kedua jarak dapat kita ambil sembarang sehingga secara umum kita dapat mendefinisikan
potensial mutlak pada suatu titik yang berjarak r dari muatan sumber q sebagai.

kq (2-28)
V=
r

Potensial mutlak secara nyata merupakan potensial terhadap acuan nol. Ketika r
bertambah besar, V akan bertambah kecil, sehingga ketika r mendekati tak berhingga,
V mendekati nol. Jadi, pemilihan acuan nol adalah pada titik yang tak berhingga. Dengan
kata lain, potensial mutlak nol akibat sebuah muatan sumber titik adalah pada jarak tak
berhingga dari muatan. Jadi, potensial mutlak secara nyata adalah perubahan energi potensial
per satuan muatan yang terjadi ketika sebuah muatan uji dipindahkan dari suatu titik yang tak
berhingga jauhnya ke titik yang ditanyakan. Anda perhatikan bahwa potensial pada suatu titik
dapat positif, negatif, atau nol.
3. Potensial oleh Beberapa Muatan Titik

Gambar 2.24 Potensial oleh beberapa muatan titik.

Pada Gambar 2.24 ditunjukkan titik P yang berada di sekitar tiga muatan titik
q1 positif, q 2 negatif dan q3 positif. Potensial listrik di titik P adalah jumlah
skalar dari potensial oleh masing-masing muatan q1 , q 2 , dan q3 .

k q1 k q2 k q 3 q q q
V P =V 1 +V 2+ V 3=
r1
+
r2
+
r3 (
=k 1 + 2 + 3
r1 r2 r3 )
Secara umum, potensial listrik pada suatu titik disekitar beberapa muatan titik
dirumuskan sebagai berikut.
n
qi q q q
V =k ∑
i =1 ri (
=k 1 + 2 + 3
r1 r2 r3 ) (2-29)
dengan n adalah banyak muatan sumber. Tanda muatan (positif atau negatif) harus
dimasukkan seperti tanda aljabar biasa.

4. Potensial Listrik oleh Distribusi Muatan

Untuk menentukan potensial listrik dari medan listrik, kita mulai dengan definisi
usaha yang dilakukan pada sebuah partikel dengan muatan q oleh gaya F selama
perpindahan ds .

dW =F ∙ ds

Dalam kasus ini, gayanya adalah gaya Coulomb F=q E sehingga

(2-30)
dW =q E ∙ ds

Operasi pengintegralan pada persamaan (2-30) selama partikel bergerak dalam medan
listrik dari posisi awal A ke posisi akhir B memberikan persamaan sebagai berikut.
B B
W =W Coulomb=∫ q E ∙ds=q∫ E∙ ds
A A …(*)

Usaha oleh gaya Coulomb W Coulomb =−∆ EP AB=−q ( V B−V A ) .


B
Substitusi ke (*) memberikan −q ( V B −V A ) =q ∫ E ∙ ds
A

B
V B −V A =−∫ E ∙ ds
A
(2-31)

Seperti telah disebutkan sebelumnya, potensial nol diambil untuk titik yang posisi
sangat jauh (r=∞). Usaha luar yang kita dilakukan untuk memindahkan partikel
bermuatan dari posisi awal A pada r tertentu ke posisi akhir B pada r=∞ dalam
ruang adalah sebagai berikut.

V ( ∞ )−V ( r )=0−V ( r )=∫ E ∙ ds
r

∞ ∞
(2-32)
V ( r )=−∫ E ∙ ds atau V ( r )=∫ E ∙ ds
r r

a. Potensial pada Konduktor Dua Keping Sejajar

Perhatikan kembali konduktor dua keping sejajar pada Gambar 2. 19, keping negatif
di sebelah kanan kita tetapkan sebagai acuan dengan r=0 dan V (r =0)=0 . Untuk jarak
antara kedua keping d , maka posisi keping positif di sebelah kiri memiliki posisi r=d
terhadap keping negatif. Mari kita hitung dahulu potensial titik-titik dalam ruang antarkeping,
yang memiliki posisi 0 ≤ r ≤ d dengan menggunakan Persamaan (2-31).
B
V B −V A =−∫ E ∙ dr
A

Arah E ke kanan (dari keping + ke keping -) berlawanan dengan arah posisi r


(dari kiri ke kanan) sehingga E ∙ dr=E dr cos 180 °=−E dr . Dengan demikian persamaan
tersebut menjadi sebagai berikut.

…(*)
…(**)
r
V ( 0≤ r ≤ d )−V ( r=0 )=−∫ (−E dr )
0

r
V ( 0≤ r ≤ d )−0=E∫ ( dr )
0

V ( 0≤ r ≤ d )=E r

V ( r=d ) =E d

Bagaimana dengan potensial titik-titik di luar keping ( posisi>d ) ? Di luar keping,


kuat medan E=0 sehingga dengan menggunakan Persamaan (2-31) diperoleh hubungan
sebagai berikut.
B
V B −V A =−∫ E ∙ dr
A

r
V ( r ≥ d )−V ( r =d )=−∫ 0 dr
0

V ( r ≥ d )−Ed=0 atau V ( r ≥d ) =Ed

Dengan demikian rumus untuk menentukan potensial listrik pada kasus dua keping
…(***)
sejajar diberi muatan tak sejenis +σ dan −σ adalah sebagai berikut (Gambar 2.26).

   

Gambar 2.26 Potensial listrik konduktor dua keping sejajar


Tetapkan keping negatif sebagai r=0 , maka potensial listrik di luar keping
(r >d ) adalah serba sama, yaitu Ed , sedangkan potensial listrik dalam ruang antara
keping (0 ≤ r ≤ d ) adalah Er .

Potensial listrik konduktor dua keping sejajar

Di luar keping V ( r >d )=Ed

Di dalam ruang antar keping V ( 0≤ r ≤ d )=Er (2-33)


(2-34)
b. Potensial pada Bola konduktor

Perhatikan kembali bola konduktor pada Gambar 2.20 dengan titik yang sangat jauh
(r=∞) dari titik pusat (r=0) memiliki potensial nol (V ( r=∞ ) =0) , yang akan
digunakan untuk menentukan potensial pada titik lainnya. Mari kita hitung dahulu potensial
listrik untuk suatu titik pada permukaan bola di luar bola (r ≥ R) Dengan menggunakan
Persamaan (2-32).
r
V ( r )=−∫ E ∙ dr

Arah E radial keluar dan arah dr juga radial keluar sehingga


E ∙ dr=E dr cos 0 °=E dr . Dengan demikian persamaan tersebut menjadi seperti berikut.
r
q
V ( r ≥ R ) =−∫ E ∙ dr dengan E ( r ≥ R ) =
∞ 4 π ε0 r2

r r −1 r
V ( r ≥ R ) =−∫
q
∞ 4 π ε 0r
2
dr=
−q

4 π ε0 ∞
−2
r dr =
−q r
4 π ε 0 −1 ( ) ∞

q 1 r q 1 1 q 1 q
V (r ≥ R)= () = − = (
4 π ε0 r ∞ 4 π ε0 r ∞ 4 π ε0 r
−0 =)4 π ε0 r ( )
q
V (r ≥ R)=
4 π ε0 R

Bagaimana dengan potensial listrik titik-titik di dalam bola, V (r <…(*)


R) ? Kita akan
menghitungnya menggunakan Persamaan (2-31) dengan memindahkan partikel bermuatan
dan titik pada kulit bola (r=R) sebagai titik awal A ke titik akhir dalam bola
(r < R) .
B
V B −V A =−∫ E ∙ dr dengan E ∙ dr=E dr karena E searah dengan dr .
A
r
V ( r < R )−V ( r =R )=−∫ E dr
R

Telah Anda ketahui bahwa kuat medan E pada titik-titik di dalam bola adalah nol.
r
V ( r < R )−V ( r =R )=−∫ 0 dr
R

V ( r < R )−V ( r =R )=0

q
V ( r < R )=V ( r =R )=
4 π ε0 R

   

Gambar 2.28 Potensial listrik bola konduktor


Dengan demikian rumus untuk menentukan potensial listrik pada kasus bola
konduktor bermuatan adalah sebagai berikut (Gambar 2.28). Tetapkan titik pusat bola sebagai
r=0 , maka potensial listrik titik-titik di dalam dan kulit bola V (r ≤ R) adalah serba

q
sama, yaitu , sedangkan potensial listrik di luar bola V (r > R) adalah
4 π ε0 R

q
.
4 π ε0 r

Potensial listrik bola konduktor (2-35)


(2-36)
q q
Di dalam dan kulit bola V ( r ≤ R )= =k
4 π ε0 R R

q q
Di luar bola V ( r > R )= =k
4 π ε 0r r

5. Hukum Kekekalan Energi Mekanik dalam Medan Listrik


Misalkan dalam ruang antar keping sejajar berawal dari posisi A pada keping kiri
(bermuatan negatif), Anda melepaskan sebuah elektron (partikel bermuatan negatif). Apakah
elektron ini akan bergerak? Dalam ruang antarkeping terdapat medan listrik serba sama E
yang berarah ke kiri (dari keping +¿ ke keping −¿ ). Elektron (partikel bermuatan
negatif) dengan muatan q=−e tentu saja akan mengalami gaya Coulomb
FCoulomb =qE=−eE yang berlawanan dengan arah geraknya. Tanda negatif menunjukkan
bahwa gaya Coulomb adalah ke kanan (Gambar 2.29). Gaya Coulomb ke kanan akan
mempercepat elektron yang semula diam di posisi A untuk bergerak ke kanan dengan
suatu percepatan menuju ke keping positif. Berapakah kelajuan elektron sesaat sebelum
menumbuk keping kanan di posisi B ?

Gambar 2.29 Hukum kekekalan energi mekanik dalam medan listrik


statis yang termasuk medan konservatif

Seperti halnya gaya gravitasi dan gaya pegas, gaya Coulomb termasuk gaya
konservatif. Di kelas XI telah Anda pelajari bahwa gerak benda yang disebabkan oleh gaya
konservatif saja akan memenuhi hukum kekekalan energi mekanik. Dengan demikian gerak
elektron dipercepat ke kanan oleh gaya Coulomb saja (Gambar 2.29) yang termasuk gaya
konservatif akan memenuhi hukum kekekalan energi mekanik. Hukum kekekalan energi
mekanik di dalam daerah medan listrik ini berbunyi seperti berikut

Energi mekanik sebuah partikel muatan listrik di titik apa saja dalam suatu ruang medan
listrik statis (termasuk medan konservatif) adalah konstan.

EM =EP+ EK =konstan
Energi potensial partikel bermuatan listrik q dalam beda potensial V

1
dirumuskan oleh EP=qV , sedangkan energi kinetiknya dirumuskan oleh EK = m v 2
2
sehingga hukum kekekalan energi mekanik dalam ruang antara dua keping sejajar ini dapat
dinyatakan sebagai berikut.

EP A + EK A =EP B + EK B

1 1 (2-37)
q V A + mv 2A =q V B + m v 2B
2 2

dengan

q = muatan partikel (C)

m = massa partikel

VA dan V B = potensial keping A dan keping B (V), dan

vA dan v A = kelajuan partikel di A dan di B (m/s)

C. Kapasitor

Pada awal penyelidikan listrik tidak ada cara untuk dapat menyimpan muatan listrik
dalam waktu yang lama. Bahkan ketika benda bermuatan diletakkan pada tempat berisolasi
pun, muatan cenderung bocor. Dengan demikian, mengisolasi dan menyimpan muatan
tidaklah mudah.

Pada tahun 1746 di Universitas Leyden ilmuwan Jerman, Pieter Van Musschenbroek
(1692-1761) mencoba menyimpan sejumlah besar muatan listrik. Hasilnya adalah suatu
peralatan yang secara luas dikenal sebagai botol Leyden (Gambar 2.32). Botol Leyden adalah
sebuah botol kaca dengan dinding dalam dan luarnya dilapisi oleh daun logam. Botol ditutup
dengan sebuah tutup kayu yang tengahnya dilubangi agar sebuah batang logam dapat lewat
melaluinya. Seutas rantai logam tergantung pada ujung bawah batang dan ujung rantai
lainnya menyentuh lapisan logam dinding dalam.

Untuk membuat botol Leyden, lapisan logam dinding luar botol dibumikan
(ditanahkan). Kemudian batang logam (konduktor) dibawa mendekati suatu mesin
elektrostatis, yang kita anggap bermuatan positif. Ketika konduktor bersentuhan dengan
mesin, muatan negatif (elektron-elektron) konduktor mengalir ke dalam mesin. Sebagai

Gambar 2.32 Botol Leyden


hasilnya, muatan positif tertinggal pada lapisan logam
dinding dalam. Lapisan logam dinding dalam yang
bermuatan positif menarik muatan negatif dari lapisan
logam dinding luar; muatan negatif (elektron-elektron)
lapisan logam dinding luar datang dari Bumi melalui
kawat pembumian.

Proses pemuatan ini dapat diulang beberapa


kali untuk menghasilkan muatan yang sangat besar
dalam botol. Setelah proses pemuatan selesai,
pembumian diputuskan. Konduktor ( logam) dinding
dalam dan konduktor dinding luar diisolasi dengan
baik oleh botol kaca sehingga botol mampu menyimpan sejumlah besar muatan. Muatan ini
dapat disimpan dalam jangka waktu lama asalkan botol bersih dan kering, dan udara di
sekitarnya juga kering.

Botol Leyden menjadi dasar dari penelitian-penelitian listrik selama 50 tahun


berikutnya. Botol Leiden adalah “kondenser” pertama atau yang sekarang kita disebut
kapasitor, suatu peralatan yang dapat menyimpan muatan dan energi listrik.

1. Mengenal kapasitor
Secara prinsip sebuah kapasitor terdiri atas dua keping konduktor yang ruang
diantaranya diisi oleh dielektrik (penyekat), misalnya udara atau kertas (Gambar 2.33).
Sebuah konduktor diberi muatan sama besar tetapi jenisnya berlawanan (yang sama
bermuatan +¿ , lainnya bermuatan −¿ ). Kemampuan kapasitor untuk menyimpan
muatan listrik dinyatakan oleh besaran kapasitas (kapasitansi). Satuan SI dari kapasitas
adalah farad (F). Farad merupakan ukuran kapasitas yang sangat besar sehingga ukuran
kapasitas kapasitor yang sering digunakan dinyatakan dalam mikrofarad (μF), nanofarad
(nF) , dan pikofarad ( pF) .

2. Jenis-jenis kapasitor

Kapasitor memiliki berbagai bentuk, ukuran, dan jenis yang disesuaikan dengan
penggunaannya. Ada tiga jenis kapasitor yang sering Anda jumpai, yaitu kapasitor kertas,
kapasitor elektrolit, dan kapasitor variabel.

Pada kapasitor kertas, kertas sebagai bahan penyekat diantara kedua pelat. Kapasitor
jenis ini memiliki kapasitas besar 0,1 μF . Pada kapasitor elektrolit, sebagai bahan
penyekat adalah aluminium oksida. Salah satu keping diberi tanda (+) sebagai anoda dan
keping lainnya berpotensi lebih negatif dari pada anoda disebut katoda. Ketika memuati
(mengisi) kapasitor elektrolit dengan suplai DC , kutub (+) kapasitor harus dihubungkan
ke kutub (+) suplai DC dan kutub ( −¿ ) harus dihubungkan ke kutub ( −¿ ) suplai
DC . Jika hubungan polaritas ini terbalik, penyekat kapasitor akan rusak dan kapasitor tak
dapat digunakan lagi. Kapasitor elektrolit memiliki kapasitas paling besar yaitu sampai
dengan 100.000 pF .
Kapasitor variabel adalah kapasitor dengan nilai kapasitas dapat diubah-ubah
sehingga digunakan untuk memilih frekuensi gelombang pada radio penerima. Sebagai
penyekat adalah udara dengan nilai maksimum kapasitasnya sampai dengan 500 pF .

3. Memuati kapasitor

Untuk memahami cara kerja kapasitor saat dimuati oleh sumber DC, Anda dapat
memuati sebuah keping sejajar seperti dalam kegiatan berikut.

Galvanometer

300 mm
S
5 mm atau 
Gambar 2.34 Memuati sebuah kapasitor yang terbuat dari dualebih kecil
keping
sejajar
Keping logam 
datar

 
Galvanometer

Ketika saklar S terbuka, galvanometer menunjuk nol. Ketika saklar ditutup Anda
mengamati jarum galvanometer menyimpang saat kemudian segera kembali menunjuk nol.
Ketika saklar telah ditutup dalam jangka waktu lama, jarum galvanometer menunjuk nol. Hal
ini tidak mengejutkan kita. Mengapa? Jika anda amati rangkaian Gambar 2.34, kedua keping
dipisahkan oleh bahan isolator sehingga rangkaian ini adalah rangkaian terbuka. Pada
dasarnya tidak ada elektron (muatan listrik) yang dapat melewati celah di antara dua keping.
Hal yang mengejutkan justru jarum galvanometer menyimpang sesaat setelah saklar
S ditutup. Mengapa? Ketika Anda menutup saklar S , baterai terhubung dengan

kapasitor. Keping bawah yang terhubung dengan kutub −¿ menolak elektron, sedangkan
¿

keping atas yang terhubung dengan kutub +¿ menarik elektron. Elektron-elektron tersebut
¿
akan tersebar ke seluruh keping kapasitor. Selama sesaat arus elektron mengalir keluar dari
keping bawah menuju ke keping atas. Arus sesaat inilah yang menyebabkan jarum
galvanometer menyimpang sesaat setelah saklar S ditutup. Arus ini disebut arus pengisian
kapasitor. Pulsa arus pengisian dari rangkaian Gambar 2.34 akan tampil seperti dalam
Gambar 2.35 luas dibawah grafik menampilkan muatan (elektron-elektron) yang telah
dipindahkan.

Pulsa arus terjadi selama kapasitor belum penuh. Begitu beda potensial antar keping
V sama dengan beda potensial baterai pengisi, kapasitor penuh. Keadaan saat kapasitor
telah penuh kita sebut sebagai keadaan tunak (mantap). Pada keadaan tunak, hubungan ke
kapasitor adalah terbuka (open), dan arus listrik DC tak dapat lagi melalui kapasitor.

I ( A)

Kuat Arus

Sakelar terbuka Keadaan tunak


I =0
I =0
t (s)
Waktu sejak sakelar ditutup
Gambar 2.35 Pulsa arus pada proses memuati sebuah kapasitor

4. Pelepasan muatan

Proses pelepasan muatan kapasitor dapat diselidiki dengan menyusun rangkaian


seperti pada Gambar 2.36.
 

Gambar 2.36 Rangkaian untuk menyelidiki pelepasan muatan

Ketika saklar tiga kutub S dihubungkan ke posisi A, arus pengisian dari kutub +¿ baterai
¿
mengalir ke kapasitor dengan polaritas pelat P positif, sampai kapasitor penuh. Ketika saklar
S diubah ke posisi B, bagaimanakah arus listrik dari pelepasan muatan kapasitor mengalir?

Arus pelepasan muatan kapasitor dapat Anda amati pada amperemeter A. Perhatikan
secara seksama pada Amperemeter A mulai saat sakelar terhubung ke posisi P (saat t=0 )
sampai arus yang terbaca pada kapasitor nyaris nol. Bagaimana arus pada amperemeter A
sesaat sesudah pelepasan muatan sampai beberapa waktu kemudian? Grafik arus pelepasan
muatan terhadap waktu ditunjukkan pada Gambar 2.37.

Arus ( A)

Kuat Arus

t (s)
Gambar 2.37 Grafik arus terhadap waktu selama pelepasan muatan
kapasitor

Cobalah mengaitkan hasil pengamatan arus pada amperemeter A dengan grafik


tersebut. Penyelesaian untuk arus pelepasan muatan dari kapasitor dengan kapasitas C
melalui resistor R adalah sebagai berikut.

(2-38)
−t
RC
q=q 0 e

Dengan

q0 = muatan kapasitor pada t=0

q = muatan kapasitor pada saat t , dan

RC = disebut tetapan waktu rangkaian kapasitor-resistor

Apa yang terjadi di jika pada rangkaian gambar 2.34 Anda memasang lagi sebuah
baterai secara seri dengan baterai pertama, hingga beda potensial baterai pengisi menjadi dua
kali semula? Ternyata Anda akan mendapatkan pulsa arus pada gambar 2.35 yang lebih besar
dan muatan yang tersimpan dalam kapasitor menjadi dua kali semula pada kapasitor dengan
tegangan baru ini. Perbandingan antara muatan yang disimpan pada tiap keping terhadap
beda potensial yang diciptakan antar keping disebut kapasitas (kapasitansi), diberi lambang
C. Secara matematis dinyatakan sebagai berikut.

q
C=
V
(2-39)
Kapasitas adalah ukuran kemampuan atau daya tampung kapasitor untuk menyimpan
muatan listrik untuk beda potensial yang diberikan. Telah Anda ketahui bahwa satuan si dari
kapasitas adalah farad.

1 farad=1 coulomb/volt

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas

Untuk sebuah kapasitor, besaran kapasitas atau kapasitansi adalah tetap. Dari

q
membaca rumus C= tidaklah tepat jika Anda menyatakan bahwa kapasitas adalah
V
sebanding dengan muatan q dan berbanding terbalik dengan tegangan V. Jika tegangan
kapasitor V Anda tingkatkan menjadi dua kali semula ternyata kapasitas C adalah tetap yang
berubah adalah muatan q yang disimpan, yaitu menjadi 2 kali semula. Jika demikian, faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi kapasitansi sebuah kapasitor?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita perlu menentukan perumusan kapasitas


sebuah kapasitor. Sejauh ini kita cukup kenal dengan kapasitor keping sejajar sehingga lebih
mudah jika kita merumuskan kapasitas kapasitor keping sejajar. Bentuk ruang antarkepingnya

…(*)

…(**)
berisi udara/ruang hampa, kuat medan listrik E adalah konstan dan telah diperoleh

q
σ q
sebelumnya, yaitu E= . Rapat muatan σ =  dapat ditulis A q .
ε0 A E= =
ε0 A ε 0

Untuk jarak pisah keping d, maka medan listrik E memiliki hubungan dengan beda

V
potensial antara dua keping V, yaitu ¿ Ed atau E=   , yang jika kita substitusi ke (*)
d
diperoleh

V q q A ε0
= ↔ =
d Aε0 V d
q q
Substitusi dari (**) ke dalam rumus definisi kapasitas kapasitor C=
V V

A ε0
diperoleh ¿ . kapasitas dalam ruang hampa diberi indeks 0.
d

A ε0 (2-40)
C0 =
d

6. Pengaruh Dielektrik pada Kapasitor

Bagaimana jika kita ingin menyimpan muatan yang besar pada kapasitor? Untuk
menyimpan muatan yang besar pada kapasitor keping sejajar dan memperbesar beda
potensial baterai pengisi, kita perlu kapasitor dengan kapasitas yang besar. Kita tahu bahwa
kapasitas berbanding terbalik dengan jarak pisah kedua keping (lihat kembali persamaan (2-
40)). Masalahnya mengurangi jarak pisah kedua keping membuat udara di antara keping
dapat tembus (breakdown) pada medan listrik sekitar 3.000 V/mm untuk udara kering
(bahkan lebih kecil lagi untuk udara lembab). Tembusnya udara akan memperbolehkan suatu
percikkan melompat menyeberangi celah antar keping sehingga muatan yang tersimpan
menjadi hilang.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah udara tembus ini adalah dengan
menyisipkan Suatu bahan isolator yang lebih baik daripada udara. Bahan-bahan isolator ini
disebut dielektrik, yang dapat menahan medan listrik tembus yang lebih besar daripada udara.
(Udara atau dielektrik yang tembus tidak akan lagi bersifat sebagai isolator tetapi bertindak
sebagai konduktor). Keuntungan lain menyisipkan dielektrik diantara kedua keping adalah
kapasitas kapasitor itu sendiri akan meningkat.

(2-41)
Bentuk kapasitor keping sejajar dengan dielektrik mengisi seluruh ruang antarkeping,
kapasitasnya adalah sebagai berikut.

A ε 0 εr
CD=
d
Tampak bahwa efek dielektrik adalah untuk meningkatkan kapasitas dengan faktor
ε r , yang disebut tetapan dielektrik (dielectric constant) atau permitivitas relatif. Tetapan

dielektrik εr tidak memiliki dimensi dan dari Persamaan (2-41), tetapan dielektrik dapat
didefinisikan sebagai rasio antara kapasitas dengan dielektrik dan kapasitas tanpa dielektrik.

CD
C D =ε r C 0 atauε r =
C0 (2-42)
Mengapa ketika ruang antarkeping disisipi dielektrik, kapasitor dapat menyimpan
lebih banyak muatan? Ini berkaitan dengan polarisasi muatan pada dielektrik. Ingat kembali
bahwa polarisasi muatan adalah pemisahan muatan pada suatu atom atau molekul. Atom atau
molekulnya sendiri tetaplah Netral, tetapi pusat muatan positifnya tidak lagi berimpit dengan
pusat muatan negatifnya. 

Gambar 2.38 Polarisasi molekul-molekul dalam suatu bahan dielektrik


 

   

   

Pada Gambar 2.38, selembar bahan dielektrik dipasang di antara keping keping
kapasitor. Muatan pada keping kapasitor menyebabkan polarisasi pada dielektrik. Polarisasi
terjadi pada keseluruhan bahan sehingga muatan positif sedikit menggeser relatif terhadap
muatan negatif. Diseluruh bahan dielektrik, jumlah muatan positif dan negatif masih tetap
sama. Pengaruh total polarisasi dari bahan dielektrik adalah terjadinya lapisan muatan positif
pada satu sisi dan muatan negatif pada sisi lainnya (Gambar 2.38). Tiap keping konduktor
berhadapan dengan lapisan muatan yang tak sejenis.

Lapisan muatan yang tak sejenis yang diinduksikan pada permukaan dielektrik
membantu menarik lebih banyak muatan ke keping konduktor untuk beda potensial antar
keping sama, daripada muatan yang akan ada disana tanpa bahan dielektrik. Kapasitas adalah
muatan dibagi beda potensial singkat jelas kapasitas kapasitor meningkat. Tetapan dielektrik
suatu bahan adalah ukuran dari kemudahan bahan isolator bisa di polarisasi. Tetapan
dielektrik lebih besar menunjukkan bahan itu lebih mudah di polarisasi. Dengan demikian,
karet ( ε r =6,7 ) lebih mudah di polarisasi daripada teflon ( ε r =2,1 ). 

Tabel 2.1 Tetapan dielektrik dan kekautan dielektrik untuk berbagai


bahan isolator terpilih pada 20 ℃ .

Bahan Tetapan Dielektrik ε r Kekuatan Dielektrik (kV/m)


Vakum 1 -
Udara (kering, 1 atm) 1,00054 3
Kertas 2,0-3,5 40-60
Teflon 2,1 60
Karet 6,7 12
Mika 4,5-8,0 150-220
Kaca 5-10 8-13
Berlian 5,7 100
Air 80 -

Tetapan dielektrik bergantung pada bahan isolator yang digunakan. Tabel 2.1
memberikan tetapan dielektrik (dielectric constant) dan kekuatan dielektrik (dielectric
strength) untuk beberapa bahan isolator terpilih. Kekuatan dielektrik atau batas tembus
adalah kuat medan listrik yang akan menyebabkan terjadinya tembus pada dielektrik
(dielektrik breakdown) sehingga bahan dielektrik yang semula bersifat isolator menjadi
konduktor .

7. Energi Tersimpan dalam Kapasitor

Sebuah kapasitor mula-mula tidak bermuatan ( q=0 ) sehingga tegangan kapasitor adalah
nol. Sekarang anggap kita melakukan usaha untuk memindahkan muatan dari satu keping
konduktor ke keping konduktor lainnya dalam sebuah kapasitor. Sedikit demi sedikit muatan

q
dipindahkan dari satu keping ke keping lainnya sampai tegangan akhir kedua keping ¿ .
C
Kemanakah usaha luar yang kita lakukan? Usaha luar yang kita disimpan dalam medan listrik
antara kedua keping sebagai energi potensial listrik.
q q q 2
q 1
EP=W =∫ V dq=∫ dq= ∫ q dq=
0 0 C C 0
1 q q
C 2 0 ( )
2 2
EP=
1 q
C 2 (
−0 =
q
2C ) …(*)

q
Coba Anda substitusi q=CV ke (*) kemudian C= maka akan Anda peroleh rumus
V
lengkap energi potensial listrik yang tersimpan dalam kapasitor sebagai berikut.
2
1q 1 1
EP= = C V 2= Vq (2-43)
2C 2 2
8. Analisis Rangkaian Kapasitor

a. Susunan Seri Kapasitor


Gambar 2.39 Susunan seri dari dua kapasitor. Muatan pada tiap kapasitor adalah sama dan
1 1 1
kapasitas ekuivalen dapat dihitung dari hubungan = +
C ek C1 C 2

b
a

Gambar 2.39a menunjukkan skema dari dua buah kapasitor yang disusun seri. Ketika
beda potensial V ab antara a dan b diberikan maka pada kedua keping akan tersimpan
muatan yang sama, q. Kapasitas ekuivalen, C ek dari susunan seri didefinisikan sebagai
kapasitas dari sebuah kapasitor tunggal, yang memiliki muatan yang sama dengan muatan
kapasitor yang digantikannya, yaitu q. Ketika diberi beda potensial V yang sama. Dengan

q q
menggunakan persamaan C= atau V = .
V C

q q
C1 = ↔ V 1=
V1 C1
q q q
C2 = ↔ V 2= danV =
V2 C2 C ek

q q q 1 1 1
V ab=V =V 1+ V 2 ↔ = + ↔ = +
C ek C 1 C 2 C ek C 1 C 2

Kita dapat memperluas hasilnya untuk sejumlah kapasitor disusun seri, yaitu sebagai
berikut.

1 1 1 1
= + + …=
C ek C 1 C 2 ∑ Ci (2-44)
Kebalikan kapasitor ekivalen dari susunan seri kapasitor sama dengan jumlah kebalikan
dari tiap-tiap kapasitas. Besar muatan pada tiap keping kapasitor dalam susunan seri adalah
sama, yaitu sama dengan muatan kapasitor ekuivalennya. Namun, beda potensial setiap
kapasitor umumnya tidak sama.

b. Susunan Paralel Kapasitor

a b

Gambar 2.40 Susunan paralel dari dua kapasitor. Beda potensial pada ujung-ujung tiap kapasitor
adalah sama, dan kapasitas ekuivalennya adalah C ek=C 1+C 2 .
Gambar 2.40 menunjukkan skema dari 2 buah kapasitor disusun paralel. Kedua
kapasitor dihubungkan paralel antara titik a dan b. Dengan demikian, beda potensial adalah
sama untuk kedua keping kapasitor, yaitu sama dengan V ab=V . Muatan q1 dan q 2 ,
umumnya tidak sama.

q1 =C1 V ,q 2=C 2 V , dan q=Cek V

Muatan kapasitor ekuivalen paralel q=q 1+ q2


C ek V =C1 V +C2 V

C ek V =( C1 +C 2 ) V

C ek=( C 1+ C2 )

Kita dapat memperluas hasil ini untuk sejumlah kapasitor yang disusun paralel.

C ek=C 1+C 2 +…=∑ Ci


(2-45)
Kapasitas ekuivalen dari susunan paralel sama dengan jumlah dari tiap-tiap kapasitas. Beda
potensial tiap kapasitor dalam susunan paralel adalah sama, yaitu sama dengan beda potensial
kapasitor ekivalennya. Namun, muatan tiap kapasitor umumnya tidak sama.

c. Analisis Rangkaian Listrik DC yang Mengandung Kapasitor

Anda telah mempelajari tentang rangkaian listrik arus searah (DC) yang mengandung
beberapa resistor dan baterai. Masalah rangkaian listrik ini diselesaikan dengan hukum Ohm
dan hukum Kirchoff. Akan tetapi, dalam rangkaian listrik tersebut tidak terdapat komponen
kapasitor. Bagaimana jika rangkaian listriknya mengandung kapasitor? Untuk analisis
rangkaian listrik DC yang mengandung kapasitor, prinsip yang kita pegang adalah sebagai
berikut.

Analisis Rangkaian Listrik DC dengan Kapasitor

Kapasitor dianggap dalam kondisi tunak atau stabil, yaitu kapasitor telah penuh terisi
muatan. Dalam keadaan tunak, cabang yang mengandung kapasitor adalah terbuka (open)
sehingga arus dalam cabang ini sama dengan nol.

9. Susunan Seri-Paralel Bahan Penyekat pada Keping Sejajar

Bagaimana kita menghitung kapasitas dari suatu keping sejajar jika ruang antara
kedua keping konduktor sejajar diisi dengan dua atau lebih bahan penyekat? Ada dua cara
untuk menyisipkan bahan bahan penyekat dalam ruang antara dua keping sejajar. Gambar
2.44a menunjukkan cara menyisipkan dua bahan penyekat, masing-masing dengan tetapan
dielektrik ε r 1=k 1 dan ε r 2=k 2 , secara seri, sedangkan Gambar 2.44b cara paralel. Ingat
kembali prinsip rangkaian seri, yaitu muatan (arus) yang melalui masing-masing kapasitor
adalah sama besar. Adapun prinsip paralel adalah jika tegangan (beda potensial) ujung-ujung
keping adalah sama.

a b

 
Gambar 2.44 Dua bahan penyekat berbeda: (a) disusun seri dan (b) disusun
paralel
Pada gambar 2.44a kapasitas bahan penyekat 1 dan 2 masing-masing adalah sebagai
berikut.

A ε 0 εr 1 Aε ε
C1 = dan C 2= 0 r 2
d1 d2

Dalam susunan seri, tentu saja luas tiap keping sama ( A 1= A 2=A ), sedangkan
jarak antara kedua keping umumnya berbeda. Dengan demikian kapasitas masing-masing
bahan penyekat adalah

A ε 0 k1 A ε 0k 2
C1 = dan C2=
d1 d2

Kapasitas kapasitor keping sejajar dengan bahan penyekat disusun seri menjadi sebagai
berikut.

A ε0 k 1 A ε0 k 2
C C
C=C1 seri C 2= 1 2 =
d1 d2( )
C1 +C 2 A ε 0 k 1 A ε 0 k 2
+
d1 d2
k1 k2

¿
( )
d1 d2
=
k1 k 2
d 2 k 1 + d1 k 2 d 2 k 1 +d 1 k 2
( d1 d2 )
Pada gambar 2.44b bahan penyekat disusun paralel karena d 1=d 2 , sedangkan luas
kepingnya berbeda. Dengan demikian kapasitas masing-masing bahan pengikat adalah
sebagai berikut.

A1 ε 0 k 1 A ε k
C1 = danC 2= 2 0 2
d d
Kapasitas kapasitor keping sejajar dengan bahan penyekat disusun paralel persamaan menjadi
seperti berikut.

A 1 ε 0 k 1 A 2 ε0 k 2 ε0
C=C1 paralel C2=C 1 +C2 = + = ( A1 k 1 + A 2 k 2 )
d d d

10. Penggunaan Kapasitor

Kapasitor hanya menyimpan sejumlah kecil energi. Energi maksimum yang dapat
disimpan dalam sebuah kapasitor besar kira-kira hanya 10 J. Kapasitor digunakan sebagai
penyimpan energi karena dapat dimuati dan melepas muatannya dengan sangat cepat.
Beberapa penggunaan kapasitor diuraikan sebagai berikut.

Blitz (kilat elektronik) pada kamera


menggunakan sebuah kapasitor (Gambar 2.45).
Kapasitor dalam blitz dimuati oleh sebuah baterai
kecil 6 V yang mensuplai rangkaian listrik yang
akan meningkatkan sampai ratusan volt guna
keperluan menyimpan muatan dalam kapasitor.
Ketika Anda memotret dengan menekan tombol
untuk mengambil foto, muatan listrik ratusan kolom
ditembakkan melalui lampu, menghasilkan suatu
kilatan cahaya yang berakhir selama 0,2 milisekon.
Gambar 2.45 Kamera dengan blitz.
Kapasitor juga memainkan peran yang
penting dalam rangkaian elektronika lainnya, seperti untuk memilih frekuensi pada radio
penerima; memisahkan arus bolak balik dari arus searah (arus searah ditahan oleh kapasitor,
sedangkan arus bolak-balik hanya dihambat); sebagai filter pada rangkaian catu daya;
menghilangkan loncatan api dalam rangkaian saklar; menghilangkan bunga api pada sistem
pengapian mobil; menghemat daya listrik dalam rangkaian lampu tl; dan sebagai catu daya
cadangan ketika suplai listrik dari pln terputus.
Contoh Soal

1. Dua partikel A dan B secara berurutan memiliki muatan 5μC dan −8 μ C yang
terpisah pada jarak 20 cm. Tentukan usaha yang diperlukan untuk memindahkan partikel A
agar menjadi berjarak 80 cm terhadap partikel B.

Jawab:

q A =5 μ C=5 ×10−6 C
−6
q B=−8 μ C=−8× 10 C

r 1=20 cm=0,2m

r 2=80 cm=0,8 m

1 1
∆ EP 12=k q A q B ( −
r2 r 1 )
∆ EP 12=( 9× 109 )(5 ×10−6 )(−8× 10−6 ) ( 0,81 − 0,21 )
∆ EP 12=( 9 ) ( 5 ) (−8 ) × 10−3 ( 0,81 ) ( 1−4) =1,35 J
2. Sebuah bola dimuati +4 × 10−6 C . Hitung:

a. Potensial pada titik yang berjarak 0,2 m dari muatan (titik A) dan titik yang berjarak 0,4 m
dari muatan (titik B)

b. Beda potensial antara A dan B

Jawab:
−6
q=+4 × 10 C

r A =0,2 m

r B =0,4 m

a. Potensial pada titik A dan B


9 −6
kq (9 × 10 )(+ 4 ×10 )
V A= = =1,8 ×105 V
rA 0,2
9 −6
kq (9× 10 )(+ 4 × 10 )
V B= = =0,9 ×10 5 V
rB 0,4
b. Beda potensial antara A dan B
5 5 5
V AB=V B−V A =0,9 ×10 −1,8 ×10 =−0,9 ×10 V

3. Sebuah kapasitor 600 μ F dihubungkan ke catu daya 15 V dan kemudian kapasitor


melepaskan muatannya melalui sebuah resistor 50 k Ω . Hitung:

a. Muatan awal yang disimpan kapasitor

b. Arus pengisian awal

c. Nilai konstanta waktu rangkaian

d. muatan pada kapasitor setelah 90 s

e. beda potensial kapasitor pada saat itu

jawab:
−4
C=600 μ F=6 × 10 F

V =15 V
4
R=50 k Ω=5 ×10 Ω

a. q=CV =( 6 × 10−4 ) ( 15 )=9× 10−3 C

V 15
b. I= = =3 ×10−3 A
R 5 ×10 4

c. tetapan waktu RC=( 5× 104 ) ( 6 × 10−4 ) =30 s

d. Muatan pada kapasitor setelah t = 90 s


−t −90
q=q 0 e RC =( 9 ×10−3 ) e 30
=( 9 ×10−3 ) e−3=4,48 ×10−4 C

−4
q 4,48 × 10
e. V = = =0,747 V
C 6 ×10
−4

Anda mungkin juga menyukai