Anda di halaman 1dari 32

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator


 Mendefinisikan momen gaya melalui
pengamatan demonstrasi mendorong
benda dengan posisi gaya yang berbeda-
beda
 memahami penerapan kesetimbangan
benda titik dan benda tegar dengan
menggunakan resultan gaya dan momen
gaya
3.1 Menerapkan konsep torsi, momen  memahami penerapan konsep momen
inersia, titik berat, dan momentum inersia dan dinamika rotasi
sudut pada benda tegar (statis dan
 memahami penerapan hukum kekekalan
dinamis) dalam kehidupan sehari-
momentum pada gerak rotasi
hari.
 mengolah data hasil percobaan ke dalam
grafik
 menentukan persamaan grafik
 menginterpretasi data dan grafik untuk
menentukan karakteristik kesetimbangan
benda tegar
 mempresentasikan hasil percobaan tentang
titik berat.
 Membuat karya yang menerapkan konsep
4.1 Membuat karya yang menerapkan
titik berat dan kesetimbangan benda tegar
konsep titik berat dan kesetimbangan
 mempresentasikan hasil percobaan tentang
benda tegar.
titik berat.

Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
1. Mendefinisikan momen gaya melalui pengamatan demonstrasi mendorong benda dengan
posisi gaya yang berbeda-beda.
2. Memahami penerapan kesetimbangan benda titik dan benda tegar dengan menggunakan
resultan gaya dan momen gaya.
3. Memahami penerapan konsep momen inersia dan dinamika rotasi.
4. Memahami penerapan hukum kekekalan momentum pada gerak rotasi.
5. Mengolah data hasil percobaan ke dalam grafik.
6. Menentukan persamaan grafik.
7. Menginterpretasi data dan grafik untuk menentukan karakteristik kesetimbangan benda
tegar.
8. Mempresentasikan hasil percobaan tentang titik berat.
9. Membuat karya yang menerapkan konsep titik berat dan kesetimbangan benda tegar.
10. Mempresentasikan hasil percobaan tentang titik berat.
A. Dinamika Benda Tegar
Dalam dinamika benda tegar (benda yang bentuknya tidak berubah ketika diberi
gaya), resultan gaya dapat menyebabkan gerak translasi dan juga rotasi (berputar pada suatu
poros tertentu). Rotasi disebabkan oleh adanya torsi atau momen gaya, yaitu ukuran
kecenderugan sebuah gaya untuk memutar suatu benda tegar terhadap titik poros tertentu.
Seperti dinamika partikel, untuk menyelesaikan masalah dinamika rotasi, terlebih
dahulu kita menggambar diagram bebas benda. Kemudian, menggunakan ∑ 𝐹 = 𝑚𝑎 untuk
benda bergerak translasi dan ∑ 𝜏 = 𝐼𝛼 untuk benda berotasi. Tampak ada kemiripan antara
besaran translasi dan besaran rotasi. Gaya 𝐹 mirip dengan momen gaya 𝜏, massa 𝑚 mirip
dengan momen inersia 𝐼, dan percepatan linear (tangensial) 𝑎 mirip dengan percepatan
sudut 𝛼.

1. Momen Gaya
Perhatikan pada sebuah pintu! Coba
bandingkan apabila kalian mendorong pintu
pada posisi tengah-tengah antara garis engsel
(sebagai poros putar) dan gagang pintu dengan
mendorong pada gagang pintu. Mana yang
lebih mudah untuk membuka pintu? Kita akan
merasakan gaya yang diperlukan untuk
mendorong pintu agar terbuka lebih ringan
apabila dilakukan dengan mendorong pada
gagang pintu.
Sebuah benda akan berotasi apabila
dikenai momen gaya (𝜏). Momen gaya sama
dengan gaya pada gerak translasi. Momen gaya
Gambar 1.1 Jika kita mendorong pintu
atau memberi gaya pada gagang pintu, menunjukkan kemampuan sebuah gaya untuk
pintu akan berputar. membuat benda melakukan gerak rotasi.
Perhatikan gambar 1.2 di bawah ini!
Gambar 1.2 Semakin besar jarak 𝐹 dari 𝑂, semakin besar kecenderungannya memutar kunci.

Sebuah kunci inggris dipasang pada sumbu 𝑂. Gaya 𝐹 yang bekerja membentuk sudut
𝜃 terhadap horizontal. Besar momen gaya yang ditimbulkan oleh 𝐹 adalah

𝜏 = 𝑟𝐹 sin 𝜃 = 𝐹𝑑

dengan:
𝐹 = gaya yang bekerja (N),
𝑟 = jarak sumbu rotasi ke titik tangkap gaya (m),
𝑑 = 𝑟 sin 𝜃 = lengan momen (m),
𝜏 = momen gaya (mN).
Persamaan di atas diperoleh dari hasil perkalian vektor jarak 𝑟 dan gaya 𝐹. Jika
jarak sumbu putar ke titik tangkap gaya dinyatakan sebagai vektor 𝑟, momen gaya dapat
ditulis
𝜏 =𝑟x𝐹

sehingga momen gaya 𝜏 merupakan vektor yang memiliki besar dan .arah.

Perkalian silang dua vektor

j x k = i dan k x j = -i
k x i = j dan i x k = -j
ixi=jxj=kxk=0

Gambar 1.3 Vektor satuan.

Perhatikan bahwa komponen 𝐹 yang cenderung menyebabkan rotasi hanyalah


𝐹 sin 𝜃, yaitu komponen yang tegak lurus terhadap 𝑟. Komponen horizontal 𝐹 cos 𝜃
yang melewati 𝑂 tidak menyebabkan gerak rotasi.
Jika terdapat dua atau lebih gaya yang bekerja, harus diperhatikan
kecenderungan arah memutar benda dari setiap gaya. Supaya konsisten dengan aturan
matematika maupun aturan arah pada momentum sudut, penentuan arah positif momen
gaya mengikuti aturan putaran tangan kanan.
Putar keempat jari yang dirapatkan dari arah kepala
vektor gaya 𝐹 menuju ke arah poros rotasi melalui
sudut terkecil, maka arah ibu jari menyatakan arah
momen gaya. Jika arah putaran keempat jari
berlawanan arah jarum jam, momen gaya bertanda
positif (+). Sebaliknya, jika arah putaran keempat
jari searah jarum jam, momen gaya bertanda (-).
Gambar 1.4 Aturan putaran
tangan kanan untuk momen gaya.

Contoh soal
1. Suatu gaya 𝑭 = (6𝒊 + 8𝒋) N berada pada posisi 𝒓 = (3𝒊 + 2𝒋) m dari sumbu
koordinatnya. Hitung momen gaya yang ditimbulkan oleh gaya 𝑭 tersebut!
Jawab:
𝑭 = (6𝒊 + 8𝒋) N
𝒓 = (3𝒊 + 2𝒋) m
Momen gaya 𝝉 = 𝒓 x 𝑭
= (3𝒊 + 2𝒋) x (6𝒊 + 8𝒋)
= [ 3𝒊 x 6𝒊 + 3𝒊 x 8𝒋 + 2𝒋 x 6𝒊 + 2𝒋 x 8𝒋]
= [3.6(𝒊 x 𝒊) + 3.8(𝒋 x 𝒋) + 2.6(𝒋 x 𝒊) + 2.8(𝒋 x 𝒋)
= [0 + 24𝒌 +12(−𝒌) + 0]
= 12𝒌

2. Jika tanda positif (+) untuk momen gaya berlawanan arah dengan jarum jam,
hitunglah momen resultan terhadap poros oleh gaya-gaya yang bekerja pada
batang yang massanya diabaikan!

Jawab:
∑ 𝜏 = ∑ 𝐹𝑖 𝑅𝑖 sin 𝜃𝑖
= -4 (1) sin 30° + 10 (1) sin 90° + (-5 (0,5) sin 53°)
= 6 mN

2. Momen Inersia
Misal, kita memiliki sebuah batang ringan (anggap massa batang nol) dengan
panjang 𝑟. Salah satu ujung batang, yaitu titik 𝑂, ditetapkan sebagai titik poros rotasi,
sedangkan pada ujung lain dihubungkan sebuah benda partikel bermassa 𝑚. Kemudian,
sistem diputar terhadap titik poros 𝑂, sehingga partikel bermassa 𝑚 berotasi dengan
kecepatan linear 𝑣 (dengan kecepatan sudut putar sistem adalah 𝜔).

Gambar 1.5 Benda yang berputar mengitari suatu poros.

Tentu saja energi kinetik rotasi partikel 𝐸𝐾 adalah sebagai berikut

1
𝐸𝐾𝑟𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖 = 𝑚𝑣 2
2

dengan nilai 𝑣 = 𝑟𝜔, sehingga persamaan tersebut menjadi

1
𝐸𝐾𝑟𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖 = 𝑚(𝑟𝜔)2
2
1
𝐸𝐾𝑟𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖 = 𝑚𝑟 2 𝜔2
2
Kecepatan linear 𝑣 analog dengan kecepatan sudut 𝜔 dan supaya persamaan
1 1
𝐸𝐾𝑟𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖 = 2 𝑚𝑟 2 𝜔2 analog dengan 𝐸𝐾𝑟𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖 = 2 𝑚𝑣 2 , maka formula 𝑚𝑟 2 harus

analog dengan besaran massa 𝑚. Formula ini lalu diberi nama besaran momen inersia
(diberi lambang 𝐼). Dengan demikian, momen inersia dari sebuah partikel bermassa 𝑚
didefinisikan sebagai hasil kali massa partikel (𝑚) dengan kuadrat jarak tegak lurus
partikel dari titik poros (𝑟 2 ).
Prinsip momen inersia banyak digunakan dalam atraksi sirkus. Misal, atraksi
berjalan pada seutas tali seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.6. Dalam atraksi
tersebut, pemain akrobat membawa sepotong tongkat panjang yang akan memperbesar
momen inersianya sehingga dapat menyeimbangkan badannya saat berjalan pada tali
tersebut.
Gambar 1.6 Atraksi sirkus berjalan pada seutas tali.

Momen inersia partikel

𝐼 = 𝑚𝑟 2

Oleh karena momen inersia 𝐼 pada gerak rotasi analog dengan massa 𝑚 pada
gerak translasi, maka fungsi momen inersia sama dengan fungsi massa. Jika massa 𝑚
pada gerak translasi menyatakan ukuran kemampuan benda untuk mempertahankan
kecepatan linearnya, momen inersia benda pada gerak rotasi menyatakan ukuran
kemampuan benda untuk mempertahankan kecepatan sudut rotasinya.
Jika terdapat sejumlah partikel dengan massa masing-masing 𝑚1 , 𝑚2 , 𝑚3 , ...
dan mempunyai jarak 𝑟1, 𝑟2 , 𝑟, ... terhadap poros, momen inersia total adalah
penjumlahan momen inersia setiap partikel, yaitu

𝐼 = ∑ 𝑚𝑖 𝑟𝑖 2 = 𝑚1 𝑟1 2 + 𝑚2 𝑟2 2 + 𝑚3 𝑟3 2 + ⋯
𝑖

Momen inersia benda tegar dengan massa terdistribusi kontinu


Jika sebuah benda pejal terdiri atas
distribusi materi yang kontinu, kita dapat
menganggap benda terdiri atas sejumlah besar
elemen massa 𝑑𝑚 yang tersebar merata di
seluruh benda dan momen inersia benda adalah
jumlah dari momen inersia semua elemen 𝑟 2 𝑑𝑚
massa tersebut. Penjumlahan dinyatakan sebagai
sebuah integral untuk 𝑑𝑚 yang jumlahnya
banyak.
Gambar 1.7 Momen inersia benda
pejal dihitung dengan metode integral 𝐼 = ∫ 𝑟 2 𝑑𝑚
terhadap 𝑟 2 𝑑𝑚.

dengan batas-batas integral dipilih hingga mencakup seluruh benda.


Momen inersia benda dengan bentuk lainnya terhadap berbagai sumbu dapat
dihitung dengan cara yang sama. Beberapa bentuk yang umum dirangkum dalam tabel
di bawah ini. Perhatikan! Satu bentuk dapat memiliki lebih dari satu momen inersia,
karena momen inersia bergantung pada letak sumbu rotasinya.
Tabel 1.1 Momen inersia berbagai benda
Batang silinder, poros Batang silinder, poros
melalui pusat melalui ujung

1 1
𝐼= 𝑀ℓ2 𝐼 = 𝑀ℓ2
12 3
Silinder tipis berongga, Piringan atau silinder pejal, Silinder pejal, poros seperti
poros melalui sumbu silinder poros melalui sumbunya pada gambar

1 1 1
𝐼 = 𝑀𝑅 2 𝐼 = 𝑀𝑅 2 𝐼 = 𝑀𝑅 2 + 𝑀ℓ2
2 4 12
Bola pejal, poros melalui Bola berongga, poros Bola pejal, poros seperti
sumbunya melalui sumbunya pada gambar

2 2
𝐼 = 𝑀𝑅 2 𝐼 = 𝑀𝑅 2 5
5 3 𝐼 = 𝑀𝑅 2
7
Lempeng tipis, poros melalui Lempeng tipis, poros seperti
sumbu tegak lurus pada gambar
1 1
𝐼 = 𝑀(𝑎2 + 𝑏 2 ) 𝐼= 𝑀𝑎2
2 12

Menentukan momen inersia benda pejal teratur


Kita akan menentukan momen inersia batang (benda pejal) terhadap poros yang
melalui titik pusat batang dan tegak lurus pada batang.

Gambar 1.8 Momen inersia pada batang.

Massa batang 𝑀 yang terdistribusi homogen sepanjang 𝐿 tidak dapat kita


anggap sebagai benda titik (partikel). Supaya dapat dianggap partikel, maka batang
sepanjang 𝐿 kita bagi-bagi dengan panjang sangat kecil 𝑑𝑟 yang memiliki massa 𝑑𝑚.
Jika kita ambil suatu massa 𝑑𝑚 yang berjarak tetap 𝑟 dari poros, partikel 𝑑𝑚 akan
menghasilkan momen inersia 𝑑𝐼 terhadap poros melalui 𝑝 dan memenuhi persamaan
sebagai berikut
𝑑𝐼 = 𝑟 2 𝑑𝑚

Oleh karena jarak 𝑟 tetap, maka kita harus memilih elemen kecil 𝑑𝑟 sebagai
variabel integral dan mengubah 𝑑𝑚 ke variabel 𝑑𝑟. Kita anggap batang pejal massa 𝑀
dan panjang 𝐿 adalah homogen, sehingga massa jenis linear adalah sebagai berikut

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑀
𝜆= = adalah tetap
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐿
𝑑𝑚
𝜆= atau 𝑑𝑚 = 𝜆 𝑑𝑟 dengan 𝜆 konstan.
𝑑𝑟
Sekarang kita dapat memperoleh persamaan integralnya
𝑑𝐼 = 𝑟 2 𝑑𝑚 → 𝑑𝐼 = 𝑟 2 (𝜆 𝑑𝑟)
Integrasi memberikan hasil sebagai berikut
𝐿 𝐿
𝑟=
2 𝑟3 2
𝐼=∫ 𝜆 𝑟 2 𝑑𝑟 = 𝜆 [ ]
𝑟=−
𝐿 3 −𝐿
2 2

2
𝜆 𝐿 𝐿 3 𝜆 2𝐿3 𝜆𝐿3
𝐼𝑃 = [( ) − (− ) ] = ( ) =
3 2 2 3 8 12

𝑀
Substitusi 𝜆 = sehingga diperoleh momen inersia batang homogen terhadap titik
𝐿
pusatnya 𝑝, yaitu sebagai berikut
𝑀 𝐿3 1
𝐼𝑃 = = 𝑀𝐿2
𝐿 12 12

Teorema sumbu sejajar

Gambar 1.9 Momen inersia terhadap poros melalui ujung batang A yang terdapat pada batang berputar.

Jika momen inersia benda terhadap pusat massa 𝐼𝑃𝑚 diketahui, momen inersia
benda terhadap sembarang sumbu yang paralel dengan sumbu pusat massa dapat
dihitung dengan menggunakan teorema sumbu sejajar.

𝐼 = 𝐼𝑃𝑚 + 𝑀𝑑 2

Dalam menghitung momen inersia batang terhadap poros pada Gambar 1.9,
digunakan teorema sumbu sejajar.
𝐼𝐴 = 𝐼𝑃𝑚 + 𝑀𝑑 2
1 𝐿 2
= 𝑀𝐿2 + 𝑀 ( )
12 2
1 𝑀𝐿2
= 𝑀𝐿2 +
12 4
𝑀𝐿2 3𝑀𝐿2
= +
12 12
4𝑀𝐿2
=
12
1
= 𝑀𝐿2
3
3. Hubungan antara Momen Gaya dan Percepatan Sudut
Perhatikan sebuah partikel dengan massa 𝑚 yang berotasi pada lingkaran
berjari-jari 𝑟 akibat gaya tangensial 𝐹 seperti Gambar 1.10.

Gambar 1.10 Sebuah partikel berotasi di bawah pengaruh gaya tangensial


𝐹.
Gaya tangensial menimbulkan pecepatan 𝑎𝑡 sesuai dengan Hukum II Newton.

𝐹 = 𝑚 𝑎𝑡

Oleh karena momen gaya 𝜏 = 𝑟 𝐹 dan percepatan tangensial 𝑎𝑡 = 𝑟 𝛼, maka


𝜏 = 𝑟𝐹 = 𝑟(𝑚𝑟𝛼) = 𝑚𝑟 2 𝛼

𝜏=𝐼𝛼

dengan
𝐼 = momen inersia (kg m2),
𝛼 = percepatan sudut (rad/s2),
𝜏 = momen gaya (m N), dan
𝑟 = jarak titik ke poros (m).
Rumus 𝜏 = 𝐼 𝛼 merupakan Hukum II Newton untuk benda yang bergerak rotasi,
analog dengan 𝐹 = 𝑚 𝑎 yang merupakan Hukum II Newton untuk benda yang bergerak
translasi. Jadi, dalam gerak rotasi, momen gaya berperan seperti gaya pada gerak
translasi.
Contoh soal
Jika kita menghubungkan sebuah papan dengan panjang 0,50 m ke sebuah engsel di
tanah, lalu kita naikkan papan tersebut 30° di atas horizontal dan menjatuhkannya,
hitung:
a. percepatan sudut sesaat setelah papan dijatuhkan,
b. percepatan sudut sesaat sebelum menyentuh tanah!
Jawab:
a. Posisi papan sesaat setelah papan dijatuhkan ditunjukkan pada gambar di bawah
ini
Pada batang 𝐿 hanya bekerja sebuah
gaya yang akan menyebabkan rotasi
terhadap engsel 𝑂, yaitu gaya berat 𝑀𝑔
yang bekerja pada pusat massa batang
𝐿
di 𝑃 dengan 𝑂𝑃 = 2. Lengan momen
dari gaya 𝑀𝑔 adalah 𝑂𝐴.

𝐿 1 𝐿√3
𝑂𝐴 = 𝑂𝑃 cos 30° = 2 (2 √3) = 4
𝐿√3
Torsi terhadap poros 𝑂 → ∑ 𝜏0 = 𝑀𝑔 ( )
4
Menurut Hukum II Newton untuk rotasi, persamaannya adalah ∑ 𝜏0 = 𝐼0 𝛼
1
dengan 𝐼0 = 3 𝑀𝐿2 , sehingga diperoleh hasil sebagai berikut
∑ 𝜏0 = 𝐼0 𝛼
𝐿√3 1
𝑀𝑔 ( ) = (3 𝑀𝐿2 ) 𝛼
4
3√3 𝑔 3√3 (10)
𝛼= = = 15√3 rad/s2
4𝐿 4(0,5)
b. Posisi papan sesaat sebelum menyentuh tanah ditunjukkan pada gambar di
bawah ini
Lengan momen gaya 𝑀𝑔 adalah 𝑂𝑃 =
𝐿
, sehingga Hukum II Newton
2
memberikan hasil sebagai berikut
∑ 𝜏0 = 𝐼0 𝛼
𝐿 1
𝑀𝑔 (2) = (3 𝑀𝐿2 ) 𝛼
3𝑔 3(10)
𝛼= = 2(0,5) = 30 rad/s2
2𝐿

4. Kinematika Gerak Melingkar Berubah Beraturan


Gerak melingkar beraturan (GMB) yaitu gerak melingkar suatu benda dengan
kecepatan sudut tetap. Artinya, pada GMB, percepatan sudut adalah nol. Kinematika
GMB mirip dengan kinematika GLB (gerak lurus beraturan).
Percepatan sudut 𝛼 yang ditimbulkan oleh resultan momen gaya tidak nol pada
suatu benda menyebabkan benda tegar berotasi semakin cepat. Gerak rotasi dengan
percepatan sudut tetap ini disebut gerak melingkar berubah beraturan (GMBB). Jika
GMB mirip dengan GLB, GMBB mirip dengan GLBB. Kemiripan tersebut ditunjukkan
pada Tabel 1.2.
GLBB GMBB
Besaran Besaran
∆𝑠 = perpindahan linear (m) ∆𝜃 = perpindahan linear (m)
𝑣 = kecepatan linear (m/s) 𝜔 = kecepatan sudut (rad/s)
𝑎 = percepatan linear (m/s2) 𝛼 = percepatan sudut (rad/s2)
𝑎 tetap 𝛼 tetap
𝑣 = 𝑣0 + 𝑎𝑡 𝜔 = 𝜔0 + 𝛼𝑡
1 1
∆𝑠 = 𝑣0 𝑡 + 2 𝑎𝑡 2 ∆𝜃 = 𝜔0 𝑡 + 2 𝛼𝑡 2

𝑣 2 = 𝑣0 2 + 2𝑎∆𝑠 𝜔2 = 𝜔0 2 + 2𝛼∆𝜃

Tabel 1.2 Analogi GLBB dan GMBB.

5. Energi dan Usaha dalam Gerak Rotasi


Energi Kinetik Rotasi
Meskipun benda tidak bergerak translasi, jika benda tersebut melakukan gerak
rotasi (berputar), benda tersebut memiliki energi kinetik rotasi. Energi kinetik rotasi
dapat diturunkan dari energi kinetik translasi sebagai berikut
1
𝐸𝐾 = 𝑚𝑟 2 𝜔2
2
Mengingat 𝑣 = 𝑟𝜔, maka

1 1
𝐸𝐾 = 𝑚(𝑟𝜔)2 = (𝑚𝑟 2 )𝜔2
2 2
1
𝐸𝐾 = 𝑚𝑟 2 𝜔2
2
Oleh karena 𝑚𝑟 2 adalah momen inersia 𝐼, bentuk di atas dapat ditulis

1 2
𝐸𝐾 = 𝐼𝜔
2
Energi Kinetik Translasi dan Rotasi
Sebuah benda yang bergerak menggelinding seperti
pada Gambar 1.11, mempunyai kecepatan sudut 𝜔 dan
kecepatan linear 𝑣 karena melakukan gerak rotasi dan
translasi sekaligus. Dengan demikian, benda tersebut pun
Gambar 1.11 Benda yang
memiliki energi kinetik translasi dan rotasi sebagai berikut
menggelinding melakukan
𝐸𝐾 = 𝐸𝐾𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑙𝑎𝑠𝑖 + 𝐸𝐾𝑟𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖 gerak rotasi dan translasi
sekaligus.
1 1
𝐸𝐾 = 𝑚𝑣 2 + 𝐼𝜔2
2 2

Usaha dalam Gerak Rotasi


Misalkan, sebuah momen gaya 𝜏 bekerja untuk merotasikan sebuah benda tegar
sejauh 𝑑𝜃, seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.12 Gaya 𝑭 bekerja pada jarak 𝑟 dari sumbu putar benda.

Usaha yang ditimbulkan dapat diperoleh dari rumus gerak linear sebagai berikut
𝑊 = 𝐹𝑠 = 𝐹𝑟𝜃

𝑊 = 𝜏𝜃

Gaya yang bekerja dalam satu dimensi melakukan kerja pada benda dan juga
mengubah energi kinetik benda. Demikian juga dalam gerak rotasi, sebuah momen gaya
melakukan kerja pada benda dan mengubah energi kinetik rotasinya sesuai dengan
hubungan

1 2 1 2
𝑊 = 𝜏𝜃 = 𝐸𝐾𝑟𝑜𝑡2 − 𝐸𝐾𝑟𝑜𝑡1 = 𝐼𝜔 − 𝐼𝜔
2 2 2 1

Sebagaimana untuk gerak linear, pada gerak rotasi pun berlaku hukum
kekekalan energi mekanik jika resultan momen gaya luar sama dengan nol, yaitu
𝐸𝑃1 + 𝐸𝐾𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠1 + 𝐸𝐾𝑟𝑜𝑡1 = 𝐸𝑃2 + 𝐸𝐾𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠2 + 𝐸𝐾𝑟𝑜𝑡2
atau

∆𝐸𝑃 + ∆𝐸𝐾𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 + ∆𝐸𝐾𝑟𝑜𝑡 = 0

∆𝐸𝑃 = perubahan energi potensial,


∆𝐸𝐾𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 = perubahan energi kinetik translasi, dan
∆𝐸𝐾𝑟𝑜𝑡 = perubahan energi kinetik rotasi.

Contoh soal
Sebuah silinder homogen dengan jari-jari 𝑅 dan massa 𝑚 berada di puncak suatu
bidang miring seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Manakah yang kelajuannya lebih besar saat tiba di dasar bidang miring: silinder yang
meluncur tanpa gesekan atau silinder yang menggelinding?
Jawab:

Untuk silinder yang meluncur tanpa gesekan, hukum kekekalan energi mekanik
memberikan persamaan berikut

𝐸𝑃𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 + 𝐸𝐾𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 = 𝐸𝑃𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 + 𝐸𝐾𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟


1
𝑚𝑔ℎ + 0 = 0 + 𝑚𝑉 2
2
1 2
𝑔ℎ = 𝑉
2
𝑉 = √2𝑔ℎ

Untuk silinder yang menggelinding, energi kinetik di dasar bidang merupakan


gabungan energi kinetik translasi dan rotasi, sehingga hukum kekekalan energi
mekanik memberikan persamaan berikut

𝐸𝑃𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 + 𝐸𝐾𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 = 𝐸𝑃𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 + 𝐸𝐾𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟


1 1
𝑚𝑔ℎ + 0 = 0 + ( 𝑚𝑉 2 + 𝐼𝜔2 )
2 2
1 𝑉
Untuk silinder pejal, 𝐼 = 2 𝑀𝑅 2 dan 𝑉 = 𝑅𝜔 atau 𝜔 = 𝑅, sehingga persamaan
menjadi seperti berikut
1 1 1 𝑉
𝑚𝑔ℎ = 𝑚𝑉 2 + ( 𝑚𝑅 2 ) ( 2 )
2 2 2 𝑅
𝑉
4𝑔ℎ = 2𝑉 2 + 𝑅 2 ( 2 )
𝑅
2
4𝑔ℎ = 3𝑉
4𝑔ℎ
𝑉2 =
3
4𝑔ℎ
𝑉=√
3

Jadi, silinder yang menggelinding akan lebih lambat menuruni bidang miring
daripada silinder yang meluncur tanpa gesekan. Hal tesebut disebabkan sejumlah
energi diserap oleh gerak rotasi benda. Energi total silinder di dasar bidang adalah
sama pada kedua kasus.

6. Hukum Kekekalan Momentum Sudut


a. Momentum Sudut
Kita sudah mendapatkan bahwa hukum Newton II untuk benda berotasi sama
dengan Hukum Newton untuk gerak translasi. Bagaimana dengan momentumnya? Pada
gerak transisi kita mengenal momentum linear dan hukum kekekalan momentum linear.
Momentum sudut linear akan kekal bila total gaya yang bekerja pada sistem adalah nol.
Bagaimana pada gerak rotasi? Pada gerak rotasi kita akan menemukan apa yang disebut
sebagai mometum sudut. Mari kita tinjau lagi gerak benda yang berotasi di atas
(Gambar 1.12). Benda akan memiliki momentum linear sebesar 𝑚𝑣.

Gambar 1.12 Bila 𝐹⃗ diberikan terus-menerus, maka benda akan berotasi terus-
menerus
Jika partikel bermassa 𝑚 bergerak melingkar dengan kecepatan 𝑣⃗ dari pusat
lingkaran dengan posisi 𝑟⃗ dari partikel itu (Gambar 1.12) akan muncul momentum
⃗⃗) dan didefinisikan sebagai berikut :
sudutnya (𝐿
⃗⃗ = 𝑟⃗ 𝑥 𝑝⃗
𝐿
⃗⃗ = 𝑟⃗ 𝑥 𝑚𝑣⃗
𝐿
Arah momentum sudut L tegak lurus dengan arah 𝑟 dan arah 𝑣. Arah momentum
sudut sesuai dengan arah putaran sekrup tangan kanan yang ditunjukan Gambar (1.13).

Gambar 1.13 Arah putaran jari-jari adalah arah 𝑣


dan arah ibu jari adalah arah momentum sudut 𝐿
Besar momentum sudut adalah:
𝐿 = (𝑟 sin 𝜃) 𝑚𝑣
Dengan 𝜃 adalah sudut antara vektor posisi 𝑟⃗ dan kecepatan 𝑣.

b. Kaitan antara Momentum Sudut dengan Torsi


Gaya 𝐹⃗ merupakan turunan fungsi momentum liniear 𝑝⃗ terhadap waktu atau
𝑑𝑝⃗
dapat ditulis 𝐹⃗ = . Berdasarkan persamaan tersebut akan kita turunkan kaitan
𝑑𝑡
antara momentum sudut 𝐿⃗⃗ dengan momen gaya 𝜏⃗.
𝑑𝑝⃗
𝐹⃗ =
𝑑𝑡
𝑑(𝑚𝑣)
𝐹⃗ =
𝑑𝑡
Kecepatan liniear 𝑣 = 𝑟𝜔
𝑑(𝑚𝑟𝜔)
𝐹⃗ =
𝑑𝑡
Dengan mengalikan kedua ruas persamaan dengan 𝑟, kita peroleh hasil sebagai
berikut:
𝑑(𝑚𝑟 2 𝜔)

𝑟𝐹 =
𝑑𝑡
Kita tahu bahwa 𝑟𝐹⃗ sebagai momen gaya 𝜏 dan 𝑚𝑟 2 sebagai momen inersia 𝐼
sehingga persamaannya menjadi sebagai berikut :
𝑑(𝐼𝜔)
𝜏=
𝑑𝑡
𝐼𝜔 adalah momentum sudut 𝐿, maka :
𝑑𝐿
𝜏=
𝑑𝑡
Persamaan diatas menyatakan kaitan antaran momentum sudut 𝐿 dengan
momen gaya 𝜏. Momen gaya merupakan turunan dari fungsi momentum sudut terhadap
waktu.

c. Formulasi Hukum Kekelan Momentum Sudut pada Gerak Rotasi


Hukum kekelan momentum liniear menyatakan bahwa jika pada suatu sistem
tidak bekerja resultan gaya luar (∑ 𝐹⃗ = 0), momentum liniear sistem adalah
kekal(besarnya tetap). Pada gerak rotasi pun Anda akan menjumpai hukum kekelan
momentum sudut.
Untuk resultan torsi sama dengan nol (∑ 𝜏⃗ = 0) sehingaa dari persamaan 𝜏 =
𝑑𝐿
kita peroleh pernyataan berikut :
𝑑𝑡
𝑑𝐿
Jika 𝜏 = ⃗⃗ = konstan
= 0, maka 𝐿
𝑑𝑡
Dengan kata lain, momentum sudut sistem adalah kekal (tidak berubah).
Hukum kekelan momentum sudut berbunyi : jika tidak ada resultan momen gaya
luar yang bekerja pada sistem (∑ 𝜏⃗ = 0),momentum sudut sistem adalah kekal (tetap
besarnya).
Kekekalan momentum sudut dapat didemonstrasikan dengan baik oleh penari
es. Pada Gambar 1.14, penari diperlihatkan memulai rotasinya dengan kedua
lengannya, penari tersebut memperkecil momen inersianya terhadap poros 𝐼=
2
∑ 𝑚𝑖 𝑟𝑖 ; untuk 𝑟𝑖 mengecil, maka 𝐼 juga mengecil) dan sebagai akibatnya, ia berputar
lebih cepat (kecepatan sudut bertambah besar).
Jika 𝐿1 = 𝐼1 𝜔1 adalah momentum sudut awal penari (Gambar 1.14) dan 𝐿2 =
𝐼2 𝜔2 adalah momentum sudut akhir penari (Gambar 1.14), serta pada penari tidak
bekerja resultan torsi (∑ 𝜏⃗ = 0), momentum sudut penari adalah kekal atau kita tulis
dengan persamaan berikut :
𝐿1 = 𝐿2
𝐼1 𝜔1 = 𝐼2 𝜔2

Gambar 1.14
a. 𝐼 besar,𝜔 kecil b. 𝐼 kecil ,𝜔 besar

Perbandingan antara energi kinetik sebelum dan sesudah kedua lengan anak
direntangkan memberikan hasil bahwa energi kinetik sistem berkurang (tidak kekal).
Maka dapat disimpulkan bahwa pada kasus hukum kekelan momentum sudut berlaku,
hukum kekelan energi umumnya tidak berlaku.
Contoh Soal :
Seorang penari balet berputar dengan tangan terentang sepanjang 150 cm dan kecepatan
sudut 10 radian/sekon. Lalu penari melipat tangannya menjadi 75 cm sepanjang siku.
Berapa kecepatan sudut akhir ?
Jawab :
Diketahui :
Jari-jari 1 (𝑟1) = 150 cm = 1,5 meter
Jari-jari 2 (𝑟2 ) = 75 cm = 0,75 meter
Kecepatan sudut 1 (𝜔1) = 10 rad/s
Ditanya : Kecepatan sudut 2 (𝜔2 )
Jawab :
Momen inersia awal :
𝐼1 = 𝑚1 𝑥 𝑟1 2 = 𝑚 𝑥 1,52 = 2,25 𝑚
Momen inersia akhir :
𝐼2 = 𝑚2 𝑥 𝑟2 2 = 𝑚 𝑥 0,752 = 0,5625 𝑚
Momentum sudut awal (𝐼1 ) = Momentum sudut akhir (𝐼2 )
𝐼1 𝜔1 = 𝐼2 𝜔2I1
2,25𝑚 𝑥 10 = 0,5626𝑚 𝑥 𝜔2
22,5𝑚 = 0,5626𝑚 𝑥 𝜔2
22,5 = 0,5626 𝑥 𝜔2
22,5
𝜔2 =
0,5625
𝜔2 = 40 rad/s

Keseimbangan Benda Tegar


Ditinjau dari keadaan geraknya, ada dua macam keseimbanga, yaitu keseimbangan
statis dan keseimbangan dinamis. Keseimbangan statis adalah keseimbangan pada
benda diam, sedangkan keseimbangan dinamis adalah keseimbangan pada benda yang
sedang bergerak. Dalam subbab ini kita akan membahas statis benda tegar.
Ditinjau dari kestabilannya, keseimbangan statis dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
keseimbangan stabil, keseimbangan tak stabil(labil), dan keseimbangan
netral(indiferen).
a. Keseimbangan Statis
Suatu benda tegar dikatakan berada dalam keseimbangan statis jika jumlah
gaya yang bekerja pada benda itu sama dengan nol dan jumlah torsi terhadap
sembarang titik pada benda tegar itu sama dengan nol. Pernyataan ini dinyatakan
dengan ∑ 𝐹⃗ = 0 dan ∑ 𝜏⃗ = 0.
Pernyataan ∑ 𝐹⃗ = 0 disebut syarat pertama keseimbangan atau syarat
keseimbangan translasi. Pernyataan ∑ 𝜏⃗ = 0 disebut syarat kedua keseimbangan
atau syarat keseimbangan rotasi. Jadi, syarat sebuah benda yang setimbang statis
adalah memenuhi syarat keseimbangan translasi maupun syarat keseimbangan
rotasi.
Adakah suatu keadaan benda tegar di mana benda itu dalam keadaan
setimbang translasi, tetapi tidak setimbang rotasi? Tentu saja ada. Contohnya adalah
pada kopel. Pada sistem kopel, kedua gaya sama besar, tetapi berlawanan arah
sehingga ∑ 𝐹⃗ = 0 (setimbang translasi). Namun, oleh karena torsinya tidak sama
dengan nol (∑ 𝜏⃗ ≠ 0), maka benda tegar itu mengalami gerak, yaitu gerak rotasi
sehingga tidak berada dalam keadaan setimbang statis.

b. Jenis-Jenis keseimbangan
1) Keseimbangan Stabil
Sebuah kelereng mempunyai titik berat pada pusat bola. Sekarang perhatikan
Gambar 1.15. Jika kelereng diletakkan sebuah wadah yang berbentuk setengah
bola(cekung), maka kelereng akan diam (seimbang) pada bagian bawah wadah.
Jika kelereng itu diberi gangguan dengan mendorongnya, maka titik berat kelereng
akan naik yang ditandai dengan naiknya posisi kelereng.
Jika gangguan itu dihilangkan, maka kelereng akan kembali setimbang pada
kedudukan semula. Keseimbangan seperti itu disebut keseimbangan stabil.
Keseimbangan stabil ditandai dengan naiknya letak titik berat benda jika diberi
gangguan. Setelah gaya pengganggunya hilang, benda akan kembali pada keadaan
semula. Contoh lain benda yang memiliki keseimbangan stabil adalah kursi malas.

Gambar 1.15 Kelereng didalam mangkok dan kursi malas merupakan salah satu
contoh keseimbangan stabil. Jika diberi gangguan maka titik beratnya akan naik

2) Keseimbangan Tak Stabil (Labil)


Jika kelereng diletakkan di atas sebuah bola dengan hati-hati sehingga
mencapai keseimbangan (diam) kemudian diberi gangguan, maka titik berat
kelereng akan turun. Setelah gangguan dihilangkan, kelereng tidak akan pernah
kembali ke kedudukan semula. Keseimbangan seperti itu disebut keseimbangan tak
stabil atau keseimbangan labil.
Gambar 1.16 Kelereng yang diam diatas bola merupakan salah satu contoh
keseimbangan tak stabil. Jika diberi gangguan, titik berat kelereng akan turun.

3) Keseimbangan Indiferen (Netral)


Sekarang perhatikan sebuah kelereng yang diletakkan di lantai yang licin dan
datar (Gambar 1.17). Jika kelereng itu diberi gangguan, maka titik berat kelereng
tidak akan mengalami perubahan ketinggian. Setelah gangguan dihilangkan,
kelereng tetap akan setimbang pada kedudukan yang baru. Keseimbangan yang
dimiliki kelereng itu disebut keseimbangan indiferen atau keseimbangan netral.
Keseimbangan netral ditandai dengan tidak berubahnya posisi titik berat
sebelum dan setelah diberi gaya penggangu. Contoh lain dalam keseimbangan
netral adalah sebuah silinder yang diletakkan di lantai datar.

Gambar 1.17 Kelereng yang diam dipermukaan horizontal merupakan salah satu
contoh keseimbangan netral. Jika diberi gangguan, posisi titik berat kelereng tidak
berubah
c. Penerapan Konsep Titik Berat dalam Kehidupan Sehari-hari
Telah Anda ketahui bahwa pusat massa benda tidak selalu terletak di dalam
benda, tetapi bisa saja berada diluar benda. Contohnya adalah pusat massa cincin dan
pusat massa kue donat.
1) Permainan Yudo
Berat total benda selalu bekerja pada suatu titik yang disebut titik berat.
Titik berat tubuh Anda kira-kira sedikit di atas pusar Anda. Jika Anda berdiri tegak,
badan Anda berada dalam keseimbangan karena berat Anda dan gaya reaksi dari
tanah(gaya normal) besarnya sama, arahnya berlawanan, dan segaris kerja.
Dalam bela diri yudo, idenya adalah menarik baju lawan Anda sehingga
titik beratnya tidak lagi ditumpu oleh kakinya. Berat dan gaya normalnya tidak lagi
segaris kerja. Namun, ketika Anda menarik, lawan Anda akan berusaha
menggerakkan kakinya ke depan untuk mempertahankan keseimbangannya. Jika
Anda mampu menghentikan gerakan kakinya, ia tidak dapat lagi mempertahankan
keseimbangannya dan dengan mudah dapat Anda banting sehingga ia jatuh ke tanah
karena beratnya sendiri(torsi putar berat terhadap kaki sebagai poros), bukan karena
kekuatan bantingan Anda.
Gambar 1.18 Suatu tarikan mengganggu keseimbangan lawan Anda.
Dengan menghentikan gerak kakinya, menyebabkan lawan tidak dapat menjaga
keseimbangan sehingga ia jatuh
2) Permainan Akrobat
Ide dari permainan akrobat adalah bagaimana mengatur titik berat
gabungan mereka segaris dengan titik tumpu pada lantai (titik poros). Ini
menyebabkan berat total 𝜔 yang bekerja pada titik berat tidak memiliki lengan
momen (lengan momen=0) sehingga menghasilkan torsi sama dengan nol ∑ 𝜏⃗ = 0.
Akibatnya, sistem seimbang dan para pemain akrobat tidak mengalami torsi putar
terhadap titik poros yang dapat menyebabkan mereka jatuh ke lantai.

Gambar 1.19 Pemain akrobat sedang memperlihatkan teknik kesimbangan yang


mengagumkan dengan cara mengatur titik berat gabungan mereka

3) Menara Pisa
Konsep keadaan ini seperti keseimbangan stabil penari akrobat. Seperti
yang Anda lihat pada Gambar 1.20, garis vertikal melalui titik berat menara sampai
ke tanah, tepat pada alas penopang menara. Seperti pada kasus permainan akrobat,
torsi yang dihasilkan menara miring terhadap alas penopangnya adalah nol. Ini
menyebabkan menara berada pada keseimbangan stabil dan mampu berdiri selama
beberapa abad. Seandainya posisi menara lebih miring dari standar yang telah
ditetapkan sehinggan garis vertikal melalui titik beratnya jatuh di luar alas
penopangnya, maka torsi tidak nol dan akan membuat menara tumbang.
Gambar 1.20 Titik berat menara berada vertikal di atas dasar penumpunya
sehingga menara tetap seimbang
Contoh Soal :
Dua anak timbangan diletakkan di atas papan ayunan. Anak timbangan pertama belum
diketahui beratnya. Sedangkan anak timbangan kedua yang memiliki berat 10 newton
berada 15 cm di sebelah kanan poros ayunan. Anak timbangan pertama diletakkan di
sebelah kiri poros ayunan pada jarak 30 cm. Jika sistem berada dalam keadaan
seimbang, tentukan berat anak timbangan pertama!
Contoh Soal :
Sebuah batang homogen AC dengan panjang panjang 4 m dan massanya 50 kg. Pada ujung C
digantungkan beban yang massanya 20 kg. Batang ditahan oleh tali T sehingga sistem
seimbang. Jika jarak BC 1 m, maka hitunglah tegangan tali T!

Jawab :
Perhatikan gambar berikut, terdapat tiga gaya yang bekerja pada batang AC yaitu tegangan tali
T, berat batang, dan berat beban. Dengan poros berada pada titik A.

Diketahui:
massa beban (𝑚𝐵 ) = 20 kg
berat beban (𝑊𝐵 ) = 𝑚𝐵 𝑥 𝑔 = 20 x 10 = 200 N
jarak beban terhadap poros: 𝐼𝐴𝐶 = 4 m
massa batang (𝑚𝐵 ) = 50 kg
Berat batang (𝑊𝐵 ) = 𝑚𝐵 𝑥 𝑔 = 50 x 10 = 500 N
1 1
Titik berat batang berada di titik O, sehingga 𝐼𝐴𝑂 = 2 𝑥𝐼𝐴𝐶 = 2 𝑥 4 = 2 m
tali T dikaitkan pada titik B, sehingga 𝐼𝐴𝐵 = 𝐼𝐴𝑐 – 𝐼𝐵𝐶 = 4 – 1 = 3 m
𝛼 = 30𝑜
Ditanya: tegangan tali T?
Jawab:
Syarat kesetimbangan :

∑𝜏 = 0

𝜏1 + 𝜏2 + 𝜏3 = 0
𝑇 𝑥 sin 30𝑜 𝑥𝐼𝐴𝐵 − 𝑤𝐵 𝑥 𝐼𝐴𝑂 − 𝑤𝐵 𝑥 𝐼𝐴𝐶 = 0
1
𝑇𝑥 𝑥 3 − 500𝑥2 − 200𝑥4 = 0
2
3
𝑇𝑥 − 1000 − 800 = 0
2
3
𝑇𝑥 = 1800
2
2
𝑇 = 1800𝑥 3 = 1200 N

Titik Berat
a. Pengertian Titik Berat
Setiap partikel dalam suatu benda tegar memiliki berat. Berat keseluruhan benda
adalah resultan dari semua gaya gravitasi berarah vertikal ke bawah dari semua partikel.
Resultan ini bekerja melalui suatu titik tunggal yang disebut titik berat (atau pusat
gravitasi).

Gambar 1.21 Konsep titik berat


Kita juga dapat menyatakan titik berat sebagai suatu titik tempat resultan gaya
gravitasi partikel-partikel terkonsentrasi pada titik ini. Oleh karena itu, resultan torsi
dari gaya gravitasi partikel-partikel pada titik beratnya haruslah nol. Buktinya sangat
mudah, tumpulah benda tegar pada titik beratnya, maka benda berada dalam kondisi
keseimbangan statis dan tidak akan jatuh.
b. Cara Menentukan Letak Titik Berat
1. Menetukan titik berat benda tunggal
Setiap benda terdiri ats titik-titik materi atau partikel yang masing-
masing memiliki berat. Resultan dari seluruh berat partikel disebut gaya berat
benda. Titik tangkap gaya berat merupakan titik berat benda
Untuk benda-benda homogen yang memiliki bentuk teratur, sehingga
memiliki garis atau bidang simetri tersebut, maka titik berat benda terletak pada
garis atau bidang simetri tersebut. Sementara itu, untuk benda-benda yang tidak
teratur, titik beratnya dapat ditentukan dengan cara berikut ini : Pada Gambar
1.22(a), benda digantung dengan tali di titik A dengan 𝑙1 sebagai
perpanjangannya. Kemudian benda digantung pada bagian lain titik B dengan
𝑙1 dan 𝑙2 berpotongan di suatu titik. Itulah yang merupakan titik berat benda.

Gambar 1.39 Titik berat benda pada benda homogen yang bentuknya teratur

Gambar 1.22 Menentukan titik berat bidang yang tidak teratur

2. Menentukan Titik Berat Benda Majemuk


Benda majemuk adalah sebuah sistem benda yang terdiri atas dua atau
lebih benda. Benda majemuk dapat berupa sistem partikel, sistem benda 1
dimensi, sistem benda 2 dimensi, atau sistem benda 3 dimensi. Untuk lebih
mudahnya, titik berat dinyatakan dengan pasangan koordinat cartesius (𝑥0 , 𝑦0 ).
a. Titik berat sistem partikel
Secara kuantitatif letak titik berat benda dapat ditentukan melalui
perhitungan sebagai berikut ini : misalnya, sebuah benda tegar dengan
bentuk tidak teratur berada pada bidang 𝑥𝑦 seperti Gambar 1.23. Jika berat
masing-masing partikel penyusun benda adalah 𝑤1 , 𝑤2 , 𝑤3 , … 𝑤𝑛 dengan
koordinat (𝑥1 , 𝑦1 ), (𝑥2 , 𝑦2 ), (𝑥3 , 𝑦3 ), … (𝑥𝑛 , 𝑦𝑛 ), dan koordinat titik berat
benda (𝑥0 , 𝑦0 ), maka momen gaya berat benda terhadap sumbu 𝑥 adalah
𝑥0 𝑤 = 𝑤1 𝑥1 + 𝑤2 𝑥2 + 𝑤3 𝑥3 + ⋯ + 𝑤𝑛 𝑥𝑛

𝑤1 𝑥1 + 𝑤2 𝑥2 + 𝑤3 𝑥3 + ⋯ + 𝑤𝑛 𝑥𝑛
𝑥0 =
𝑤
𝑤1 𝑥1 + 𝑤2 𝑥2 + 𝑤3 𝑥3 + ⋯ + 𝑤𝑛 𝑥𝑛
𝑥0 =
𝑤1 + 𝑤2 + 𝑤3 + ⋯ + 𝑤𝑛
Jika percepatan gravitasi yang dialami oleh setiap partikel dianggap
sama, maka :
(𝑚1 𝑔)𝑥1 + (𝑚2 𝑔)𝑥2 + (𝑚2 𝑔)𝑥3 + ⋯ + (𝑚𝑛 𝑔)𝑥𝑛
𝑥0 =
(𝑚1 𝑔) + (𝑚2 𝑔) + (𝑚3 𝑔) + ⋯ + (𝑚𝑛 𝑔)

𝑚1 𝑥1 + 𝑚2 𝑥2 + 𝑚2 𝑥3 + ⋯ + 𝑚𝑛 𝑥𝑛
𝑥0 =
𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3 + ⋯ + 𝑚𝑛

∑ 𝑚𝑛 𝑥𝑛
𝑥0 =
∑ 𝑚𝑛
Dengan cara yang sama koordinat benda pada sumbu 𝑦 dapat
dinyatakan:
𝑚1 𝑦1 + 𝑚2 𝑦2 + 𝑚2 𝑦3 + ⋯ + 𝑚𝑛 𝑦𝑛
𝑦0 =
𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3 + ⋯ + 𝑚𝑛

∑ 𝑚𝑛 𝑦𝑛
𝑦0 =
∑ 𝑚𝑛

b. Untuk sistem benda satu dimensi


∑ 𝑚𝑛 𝑥𝑛
Untuk sistem benda 1 dimensi karena 𝑥0 = sehingga jika
∑ 𝑚𝑛
dinyatakan dalam bentuk garis menjadi :
∑ 𝑙𝑛 𝑥𝑛
𝑥0 =
∑ 𝑙𝑛

𝑙1 𝑥1 + 𝑙2 𝑥2 + 𝑙2 𝑥3 + ⋯ + 𝑙𝑛 𝑥𝑛
𝑥0 =
𝑙1 + 𝑙2 + 𝑙3 + ⋯ + 𝑙𝑛

∑ 𝑙𝑛 𝑦𝑛
𝑦0 =
∑ 𝑙𝑛

𝑙1 𝑦1 + 𝑙2 𝑦2 + 𝑙2 𝑦3 + ⋯ + 𝑙𝑛 𝑦𝑛
𝑦0 =
𝑙1 + 𝑙2 + 𝑙3 + ⋯ + 𝑙𝑛
c. Untuk sistem benda dua dimensi
Untuk sisem benda berbentuk luasan (dua dimensi) yang tersusun
oleh beberapa bidang dengan luas berturut-turut 𝐴1 , 𝐴2 , 𝐴3 , … 𝐴𝑛 dan titik
beratnya masing-masing (𝑥1 , 𝑦1 ), (𝑥2 , 𝑦2 ), (𝑥3 , 𝑦3 ), … (𝑥𝑛 , 𝑦𝑛 ), resultan
titik beratnya (𝑥0 , 𝑦0 ). Karena besarnya volumen 𝑉 = 𝐴𝑡, maka :
∑ 𝐴𝑛 𝑥𝑛
𝑥0 =
∑ 𝐴𝑛
𝐴1 𝑥1 + 𝐴2 𝑥2 + 𝐴2 𝑥3 + ⋯ + 𝐴𝑛 𝑥𝑛
𝑥0 =
𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3 + ⋯ + 𝐴𝑛

∑ 𝐴𝑛 𝑦𝑛
𝑦0 =
∑ 𝐴𝑛

𝐴1 𝑦1 + 𝐴2 𝑦2 + 𝐴2 𝑦3 + ⋯ + 𝐴𝑛 𝑦𝑛
𝑦0 =
𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3 + ⋯ + 𝐴𝑛
d. Titik berat sistem benda tiga dimensi
Untuk sisem benda berbentuk luasan (dua dimensi) yang tersusun
oleh beberapa bidang dengan luas berturut-turut 𝑉1 , 𝑉2 , 𝑉3 , … 𝑉𝑛 dan titik
beratnya masing-masing (𝑥1 , 𝑦1 ), (𝑥2 , 𝑦2 ), (𝑥3 , 𝑦3 ), … (𝑥𝑛 , 𝑦𝑛 ), resultan
titik beratnya (𝑥0 , 𝑦0 ). Karena besarnya volumen 𝑚 = 𝜌𝑉, maka :
∑ 𝜌𝑉𝑛 𝑥𝑛
𝑥0 =
∑ 𝜌𝑉𝑛

𝑉1 𝑥1 + 𝑉2 𝑥2 + 𝑉2 𝑥3 + ⋯ + 𝑉𝑛 𝑥𝑛
𝑥0 =
𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 + ⋯ + 𝑉𝑛

∑ 𝑉𝑛 𝑦𝑛
𝑦0 =
∑ 𝑉𝑛

𝑉1 𝑦1 + 𝑉2 𝑦2 + 𝑉2 𝑦3 + ⋯ + 𝑉𝑛 𝑦𝑛
𝑦0 =
𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 + ⋯ + 𝑉𝑛
Contoh Soal :
Tentukan koordinat titik berat dari bangun berikut terhadap sumbu x!

Jawab:
Diukur terhadap sumbu x artinya yang dicari adalah yo
Bangun I (persegi panjang)
𝐴1 = 3𝑥6 = 18
3
𝑦1 = = 1,5
2
Bangun I (segitiga)
1
𝐴2 = 𝑥 (3 × 3) = 4,5
2
1
𝑦2 = 3 + ( 𝑥3) = 3 + 1 = 4
3
Sehingga :
𝑦1 𝐴1 + 𝑦2 𝐴2
𝑦0 =
𝐴1 + 𝐴2

(1,5𝑥18) + (4𝑥4,5)
𝑦0 =
18 + 4,5

45
𝑦0 = =2
22,5

Percobaan Titik Berat Benda Tak beraturan :


Alat dan Bahan :
1. Karton tak beraturan
2. Tali
3. Paku
4. Beban (misalnya : batu kecil)

Cara Kerja :
1. Ambil sepotong karton dan bentuk tak beraturan seperti pada gambar, kemudian buat
lubang-lubang kecil dipinggir-pinggirnya
2. Pasanglah paku pada tembok, lalu gantungkan karon pada lubang nomor 1. Posisikan
agar karton bebas bergerak terhadap paku
3. Ambil sebuah beban dan ikat dengan tali. Gantungkan tali beban pada paku, kemudian
setelah benar-benar diam gambarlah garis pada karton mengikuti tali beban
4. Ulangi langkah di atas untuk lubang nomor 2,3,4, dan seterusnya. Semua garis nantinya
akan saling berpotongan. Titik perpotongan inilah yang merupakan titik berat benda
yang bentuknya tidak beraturan
5. Buatlah kesimpulan dari aktivitas tersebut! Tulislah dalam bentuk laporan, kemudian
presentasikan di depan kelas
karton

1 paku

2
4

3 5

tali

beban
LATIHAN SOAL

1. Sebuah gaya 8𝒌 N bekerja pada titik O, titik asal sistem koordinat. Momen gaya terhadap
titik (−2,1) adalah....
a. −8(2𝒊 − 𝒋)
b. −8(𝒊 − 2𝒋)
c. 8(𝒊 − 𝒋)
d. 8(𝒊 + 2𝒋)
e. 8(4𝒊 + 2𝒋)

2. Momen inersia (momen kelembaman) suatu benda yang berputar bergantung pada:
1) momen gaya yang bekerja pada benda
2) letak sumbu putar
3) percepatan suatu benda
4) massa benda
Pernyataan yang benar adalah....
a. 1, 2, dan 3
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 4 saja
e. 1, 2, 3, dan 4

3. Suatu bagian silinder berongga yang bermassa 8 kg memiliki diameter luar 8 cm dan
diameter dalam 6 cm. Momen inersia terhadap sumbu horizontal melalui pusat adalah....kg
cm2.
a. 100
b. 125
c. 135
d. 140
e. 150

1
4. Sebuah silinder pejal massa 2 kg (𝐼 = 2 𝑀𝑅 2) berada pada lantai kasar diberi gaya 30 N

pada pusat massanya sehingga silinder bergerak. Percepatan linier silinder adalah....
a. 9 m/s2
b. 10 m/s2
c. 12 m/s2
d. 15m/s2
e. 30 m/s2

5. Sebuah bola tipis berongga dengan massa 𝑚 dan jari-jari 𝑅 menggelinding dengan kelajuan
linier 𝑣 sepanjang satu bidang horizontal tanpa tergelincir (slip). Jika momen inersia bola
2
adalah 3 𝑚𝑅 2 , energi kinetik bola adalah....
1
a. 𝑚𝑣 2
6
1
b. 𝑚𝑣 2
3
1
c. 𝑚𝑣 2
2
2
d. 𝑚𝑣 2
3
5
e. 𝑚𝑣 2
6

6. Batang panjang homogen dengan massa 1300 gr dan panjang 13 m disandarkan


pada tembok licin setinggi 5 meter dari lantai yang kasar seperti yang ditunjukkan pada
gambar. Agar batang homogen tidak tergelincir, maka koefisien gesekan antara lantai dan
batang harus bernilai....

a. 1,45
b. 1,2
c. 0,9
d. 0,75
e. 0,4
7. Benda bidang homogen pada gambar dibawah mempunyai ukuran AB = BC = 3 cm.

Koordinat titik beratnya terhadap titik E adalah....


a. ( 1 ; 1,7 ) cm
b. ( 1 ; 3,6 ) cm
c. ( 2 ; 3,8 ) cm
d. ( 2 ; 6,2 ) cm
e. ( 3 ; 3,4 ) cm

8. Pada sebuah benda bekerja beberapa gaya selama 0,6 sekon, sehingga menghasilkan
momen gaya sebesar 2,4×10-2 kg. Momen gaya tersebut mengakibatkan perubahan
momentum sudut sebesar....kgm2s-1.
a. 4×10-2
b. 3 x10-2
c. 4 x10-3
d. 1,44 x10-2
e. 1,44 x10-3

9. Sebuah bola pejal bermassa 0,5 kg dan berjari-jari 10cm diputar pada sumbunya melalui
pusat bola tersebut dengan kecepatan sudut 600 rpm. Besarnya momentum sudut bola
adalah....kgm2s-1.
a. 0,04 π
b. 0,08 π
c. 0,16 π
d. 0,32 π
e. 0,64 π
10. Sebuah cakram mendatar berputar bebas terhadap sumbu vertikal dan membuat 90 putaran
per detik. Sepotong dempul kecil dengan massa 2×10-2 kg jatuh vertikal dan menempel
pada cakram pada jarak 5×10-2 m dari poros. Jika banyak putaran permenit berkurang
menjadi 80, maka momen inersia cakram adalah....kgcm2.
a. 2
b. 3
c. 4
d. 5
e. 6

Anda mungkin juga menyukai