Mekanika Benda
Tegar
Pokok Bahasan :
Kinematika Rotasi. Momen inersia, Gerak Benda
Tegar, Momentum Putar, Hukum Newton tentang
rotasi
14&
Teknik Sipil Teknik Sipil C1A 103 An An Anisarida, ST, MT
15
Abstract Kompetensi
Memberikan gambaran umum definisi Mampu memahami dan menjelaskan
mekanika Benda Tegar definisi mekanika benda tegar
Pembahasan
KULIAH KE 14 (EMPAT BELAS) DAN 15(LIMA BELAS) TANGGAL ..................... 2018
HARI ................................... WIB KAMPUS UNIVERSITAS WINAYA MUKTI BANDUNG
9.1 PENDAHULUAN
2
PENDAHULUAN
Definisi : Benda tegar (rigid = kaku) adalah sistem benda yang terdiri dari sistem-sistem
benda titik yang tak hingga banyaknya dan jika ada gaya yang bekerja padanya, jarak
antara titik-titik anggota sistem selalu tetap.
Jadi perbedaan antara sistem benda titik dan benda tegar terletak pada adanya perubahan jarak
pada sistem benda titik yang mengalami gaya :
Pada gambar 1 (a), adalah sistem benda titik, karena 2 titik dihubungkan
dengan pegas yang jarak 2 titik tersebut dapat berubah-ubah jika padanya
bekerja gaya.
b. Gerak relatif
Gerak relatif yang sederhana adalah memilih pusat massa sebagai pusat sistem koordinat,
sedangkan gerak relatif yang mungkin terjadi dalam gerak benda tegar dalam sistem koordinat pusat
massa adalah rotasi terhadap pusat massa dalam keadaan diam.
a. Gerak pusat massa, yaitu bila lintasan semua titik tersebut sejajar, disebut translasi. Hal
ini mengingatkan kita pada gerak satu benda titik.
b. Rotasi terhadap pusat massa, yaitu bila lintasan semua o1 3 titik dari benda tersebut
berbentuk lingkaran yang sepusat pada sumbu putar yang melalui pusat massanya.
3
Macam – macam gerak benda tegar yang sederhana
2. Gambar 3b
3. Gambar 3c
Benda-benda yang berotasi terhadap sebuah titik yang teteap (sumbu putar) berarti
setiap titik pada benda tersebut akan melakukan gerak melingkar dengan pusat lingkarannya
berada pada sumbu putar. Disini terdapat analog antara besar-besaran dan translasi yaitu :
1. Besaran sudut putar yang dibuat oleh benda, Ɵ analog dengan pergeseran x.
s = Ɵr vT = ωr aT = αr
Ɵ = Ɵo + Ɵot + ½ αt2
ω = ωo + αt
4
dengan definisi :
ω = konstan atau α = 0
V = wr
Dengan ialah vektor satuan di arah tegak lurus jari-jari lingkaran (tangensial).
aR atau ac.p = ω2r = v2/r yang mempunyai hubungan secara vektoris ialah
Untuk kecepatan yang tidak tetap, pada arah lintasannya akan terdapat percepatan
tangensial (aτ) dengan :
5
9.3 MOMEN INERSIA (KELEMBABAN ROTASI)
Definisi :
Momen inersia, tergantung pada bentuk benda, artinya pada ukuran-ukurannya, juga
massanya, dan tergantung pada letaknya sumbu putar (r). Apabila bentuk benda tidak beraturan,
maka digunakan besaran lain untuk jarak ke sumbu putar yaitu jari-jari girasi.
Jari-jari girasi
Gambar 5
9.3.1 Perhitungan momen inersia untuk benda tegar yang kontinu dan teratur
1. Batang
Batang dengan panjang l, dan massa m, berputar terhadap sumbu melalui pusat massa.
Ambil dm dengan panjang dx, yang terletak sejauh x dari sumbu. Bila λ adalah rapat massa
per satuan panjang, maka :
m = λl dm = λdx
I = ʃr2dm = ʃx2dm
Gambar 6
= 1/12 λl3 = 1/12 m l2
6
2a. Cincin tebal
Misalnya :
Dm = ʃ dv = ʃ2π r dr t
Gambar 7
= ½ π ʃ t (R24 – R14)
I = ½ m (R12 + R22)
Silinder berdinding tebal adalah cincin tebal yang ditumpuk-tumpuk dengan jari-jari luar R 2
dan jari-jari R1, maka cara mencari momen inersia sama dan hasilnya adalah :
I = ½ m (R12 + R12)
Gambar 8
I = ʃ r2 dm
I = ½ m (R12 + R12)
Silinder kosong terdiri dari cincin-cincin berdinding tipis yang ditumpuk-tumpuk (jari-jari luar
= jari-jari dalam).
7
Jadi Isil.kosong = Icincin tipis = m R2, dengan R = jari-jari.
R1 = 0, R2 = R, maka I = ½ m (0 + R2) = ½ m R2
Silinder pejal terdiri dari piring-piring yang ditumpuk-tumpuk, berarti I piringan = I silinder pejal =
½ m R2.
4b. Piringan
dm = σ dA = σ 2π r dr
= 2 π σ ½ R4
Gambar 10
Kalau piringan ini ditumpuk-tumpuk maka akan merupakan silinder pejal yang telah
kita sebutkan pada 4a.
dA = R dπ 2π R sinπ
= 2 π R² sinπ dπ
Dm = σdA = 2π r R2 sinπ dπ
Gambar 11
Ibola = ʃ dIcincin tipis
8
π = π, r = -R
Gambar 12 =
Gambar 13
9
9.3.2 Dalil sumbu sejajar
Jika sumbu putar tidak terletak pada pusat massa, tapi sejajar dengan sumbu melalaui pusat
massa, maka momen inersia terhadap sumbu terdapat dapat dihitung.
r2 = R2 + a2 – 2 R a cos Ɵ
Gambar 14
I = ʃ r2 dm = ʃ dm (R2 + a2 – 2 R a cosƟ)
I = ʃ dm R2 + ʃ dm a2 - ʃ 2 a R cos Ɵ dm
= Ipm + m a2 - ʃ 2 a R Cos Ɵ dm
Jika O mempunyai koordinat (0,0,0) maka : R = Cos Ɵ adalah absis dari dm.
2 a R Cos Ɵ dm = 2 a R ʃ x dm
Sumbu tegak lurus artinya sumbu putar yang tegak lurus sumbu melalui pusat massa, yang
tegak lurus penampang.
I2 = ʃ dm r2
= ʃ dm (x2 +y2)
= ʃ dm x2 + ʃ dm y2
Gambar 15 Iz = Ix + Iy
10
9.3.3 Perluasan
dm = σ dA = σ d dx
Gambar 16
Jika b << maka segi empat tersebut merupakan sebuah batang yang panjangnya a.
Iz = Ix + Iy
Gambar 17
2. Momen inersia sebuah kepiting segitiga tipis terhadap sumbu melalui salah satu sisi.
h = tinggi segitiga
BC = alas = a
11
I = ʃ dm x2
= 1/6 m h2
Gambar 19
Poros dan roda mempunyai satu sumbu putar, jadi I sistem = Iroda + Iporos
Poros berbentu silinder pejal berjari-jari R 1 misalnya, sedangkan roda berbentuk silinder
berdinding tebal R1 dan R2.
Untuk menentukan momen inersia benda berongga, dihitung dulu momen inersia benda
yang penuh, kemudian dikurangi dengan momen inersia rongganya.
Untuk menentukan rotasi kita kenal 2 macam hukum kekekalan dan hukum Newton untuk gerak
rotasi. Hukum-hukum kekekalan adalah :
12
9.4.1 Momentum putar
Pada gerak translasi momentum sebuah benda adalah perkalian massa dan kecepatan linear
(tranlasi) . Pada gerak rotasi dikenal momentum putar dengan notasi L analog dengan p
adalah perkalian momen inersia dan kecepatan putar. (sumbu putar melalui O).
L=mvr
Gambar 20
= m r2 ω
= Iω
= Σ miri2ω
= Iω
Jadi momentum putar adalah jumlah momen dari momentum linear. Dari persamaan gerak
rotasi τ = 1α atau
Pada umumnya :
τ dt = dL atau ʃ τ dt = ʃ dL
= I2ω2 – I1ω1
13
9.4.2 Energi Kinetik putar (rotasi)
Dari bab III telah diketahui bahwa pada sistem benda titik berlaku :
E.Ksistem = E.Kp.m + E.Ksistem relatif terhadap pusat massa. Faktor kedua dari ruas kanan adalah
E.K rotasi, karena gerak relatef disini adalah gerak rotasi.
= Σ ½ m1r12ω2 = ½ lω2
ω untuk semua anggota sistem sama. momen inersia dinamakan inersia rotasi (massa adalah
inersia translasi). Massa tak tergantung pada letak sumbu putar, tapi momen inersia justru
sangat tergantung pada letak sumbu putar E.K p.m adalah energi kinetik translasi. Jadi jika
sebuah benda melakukan gerak translasi dan rotasi bersama-sama maka E.K = E.K trans + E.Krot.
Energi kinetik dapat diperbesar dengan cara memperbesar I atau ω. Memperbesar momen
inersia berarti memperbesar massa benda atau jarak ke sumbu putarnya. Sebuah roda
berjari-jari R, massa M mempunyai momen inersia (1/2 M R 2 (dianggap silinder). Roda
dengan momen inersia besar dapat digunakan untuk memperbesar E.K rotasi. Roda seperti
ini dinamakan roda gila.
Hukum ini merupakan analog dengan hukum kekekalan momentum linear. Dari definisi :
Tak ada gaya luar maka ΔE.K = ΔE.P. Untuk gerak rotasi momen gaya luar harus tidak ada
mempunyai syarat untuk berlakunya hukum kekekalan energi.
9.4.5 Daya
ωrot = ʃ τ d Ɵ (kerja)
14
9.5 GERAK BENDA TEGAR (RIGID)
Benda tegar melakukan juga G.H.S yaitu G.H.S angular (putar) yaitu G.H.S yang disebabkan
adanya momen (gaya) balik. Gerak-gerak lain adalah :
1. Translasi murni
2. Rotasi murni
Ayunan fisis adalah benda tegar yang diayun (ayunan matematis adalah penyederhanaan
ayunan fisis), berarti gerakannya adalah G.H.S angular.
Τ = I a α = - m g a sinƟ
Gambar 21
Gambar 22
15
9.6 MACAM-MACAM GAYA YANG MENYEBABKAN GERAK BENDA TEGAR
b. Gaya kontak (gaya gesekan, gaya tegang tali, dan gaya normal)
Στ = Iα → F r = Iα
Gambar 23
Pada beban : m g – T = m a.
ΔE.K. = - ΔE.P.grav
16
½ m v2 + ½ I ω2 = -(0-mgh)+0
Jika dipandang beban dan silinder secara terpisah maka tak berlaku lagi hukum
kekekanalan energi mekanik sebab gaya T sekarang merupakan gaya luar. Harus digunakan
prinsip kerja energi :
(0 – mgh)-Th = ½ mv²
½ mv² = m g h – Th
= (mg-T)h
=mah
Wrot = ΔE.Krot
τƟ = ½ Iω²
jadi berlaku dalam persoalan baik untuk sistem yang dipandang secara
keseluruhan maupun silinder dan beban dipandang sendiri-sendiri.
Σ Fy = m ay
Gambar 24
17
Persamaan gerak rotasi : τ = Iα
T.r = Ipmα
apm = αr, sebab percepatan tranlasi di semua titik termasuk titik singgung dengan tali adalah
sama dengan apm
Jika silinder jatuh sejauh h, kecepatan di tempat ini dapat ditentukan sebagai berikut :
Hukum kekekalan energi mekanis dan silinder tidak berlaku sebab ada T, jadi :
Wtotal = ΔEK
= EKrot + EKtrans
a = apm
18
9.6.2 Translasi dan rotasi karena gaya gesekan
Jika gerak meluncur tanpa putaran sedikitpun dinamakan gerak translasi murni. Jika gerak
berputar tanpa pusat massa berpindah tempat adalah gerak rotasi murni.
Macam-macam menggelinding :
s = Ɵ r vt = ωr dan at = αr
artinya jika benda berputar 1 kali, pusat massa berpindah 1 keliling = 2 πr, 2π = sudut satu
kali putar. Jika putaran hanya Ɵ, maka s = Ɵr. Seterusnya ketiga hubungan besaran-besaran
kinematis rotasi dan translasi berlaku. Jika benda berputar dengan slip, 1 kali putaran = 2 πr,
mungkin > 2πr atau < 2πr. Peristiwa menggelinding disebabkan oleh adanya gaya gesekan
antara benda dan bidang tempat benda berada. Kita kenal 2 macam gaya gesekan yaitu :
gaya gesekan statis dan kinetik. Menggelinding tanpa slip disebabkan oleh gaya gesekan
statis, sedangkan menggelinding dengan slip disebabkan oleh gaya gesekan kinetik.
Perhatikan gambar 26
Gambar 26
19
Pandang sebuah silinder berjari-jari r berada pada bidang horizontal.
Gerak ini dapat dipandang dengan sumbu putar melalui pusat massa atau sumbu putar
melalui A dinamakan sumbu sesaat, yaitu garis melalui titik kontak dengan bidang
tempat benda berada.
Menggunakan sumbu sesaat berarti benda bergerak rotasi murni terhadap sumbu
sesaat. Kombinasi gerak translasi dari pusat massa dan rotasi terhadap sumbu melalui
pusat massa adalah ekivalen dnegan gerak rotasi murni dengan kecepatan putar yang
sama terhadap sumbu sesaat.
N = mg → Fh = N a = m g a
20
9.7 PEMAKAIAN MOMENTUM PUTAR
Setiap benda yang berotasi selalu mempunyai momentum putar, dan selalu berlaku hukum
kekekalan momentum putar. Rotasi dari benda ini dapat terhadap poros yang tetap ataupun
tidak tetap.
Gambar 28
Sebuah tongkat bermassa m dan panjang l berada pada bidang horizontal licin. Pada suatu
tempat berjarak a dari pusat massa diberi impuls J. di sini tidak ada poros yang tetap. Berarti
karena adanya pukulan (impuls) tongkat ini akan melakukan gerak translasi dan rotasi. Pusat
massanya akan bergerak dengan kecepatan y pm. Semua titik akan mempunyai kecepatan
translasi yang sama. Titik-titik lain akan mempunyai kecepatan rotasi di samping kecepatan
translasi yang sama. Titik-titik lain akan mempunyai kecepatan rotasi di samping kecepatan
translasi = vpm. Untuk titik-titik di separo bagian yang terkena impuls mempunyai v rot, tidak
sama di semua bagian tongkat tergantung pada letaknya (jarak terhadap sumbu putar). Jadi
di separoh bagian yang tiddak mendapat impuls adal v tr dan vrot yang sama besar dan
berlawanan arah sehingga di titik tersebut kecepatan = o, berate titik itu diam. Titik ini
disebut pusat perkusi, misal letaknya berjarak r dari pusat massa. Titik yang diam pada saat
tongkat dipukul ini dapat merupakan sumbu putar.
Vpm = vrot = ωr
J = ʃF dt = Δ(mv) = mvpm
J a = ʃ F a dt = impuls putar
21
9.7.2 Pusat osilasi
Titik ini dinamakan pusat osilasi, misal terletak pada jarak r dari pusat massa.
(r + a) m a = Iporos → m a r + m a2 = Iporos
Jika r + a = r’ →r’
Ternyata titik poros dan pusat osilasi adalah titik yang sekawan (conjugate). Titik poros di sini
adalah juga pusat perkusi. Jadi juga pusat perkusi dan pusat osilasi adalah titik-titik yang
sekawan.
22
Lo + ΔL = L merupakan arah sumbu putar yang baru, berarti sumbu berputar Ɵ dalam waktu
Δt.
τ Δt = ΔLo →
Jadi
Definisi : Kecepatan sudut persepsi adalah kecepatan berputar dari poros terhadap pusat
massa yang diakibatkan oleh poros yang diberi momen kopel. Sebaliknya bila pada
poros dari piringan yang sedang berputar dipaksakan suatu gerak presesi, maka
akan timbul momen kopel pada poros tersebut. Sifat ini merupakan dasar untuk
gyrostabilisator yang dipakai untuk mengurangi keolengan kapal laut. Ω
berbanding terbalik dengan I, jadi ω dan I besar berarti Ω kecil (presisi kecil).
9.7.4 Giroskop
Akan tetap karena , maka juga tetap berarti arah putar atau sumbu
putar akan tetap, begitu pula laju putarannya. Giroskop banyak dipakai di kapal sebagai giro
kompas, sebab letak AB menunjuk tempat semula.
23
1) Gambar disamping adalah giriskop sederhana. Rotor t
berputar dengan berat giroskop. G akan menghasilkan
reaksi P yang sama besar dan berlawanan arah hingga
menimbulkan momen kopel dan giroskop tidak jatuh,
melainkan akan melakukan gerak presesi dengan :
Gambar 31
Gerak persesi ini sekali dimulai akan tetap bergerak, karena momen gaya beratnya. Pada Ω
yang diperbesar, maka sumbu putar akan naik, jika Ω diperkecil maka sumbu akan turun.
Naik turunnya sumbu putar atau osilasinya naik turun terhadap posisi setimbang disebut
nutasi.
2) Gasing (top)
ΔL << L →
24
r = jarak dari O ke p.m gasing
25
9.8 CONTOH SOAL
SOAL 1.
Tentukan momen inersia dari 2 buah masing-masing dengan massa 5 kg dan dihubungkan
dengan tongkat yang tak bermassa, panjang 1 m.
Penyelesaian :
Ipm = Σ miri2
26
SOAL 2
Sebuah roda mempunyai kecepatan sudut yang tetap , sebuah garis (OP) diam dengan
arah horizontal.
Tentukan :
Penyelesaian :
a. Ɵ = ω0t + ½ αt2.ω0 = 0, t = 2
b. ω = αt 3.2 = 6 rad/det
27
9.9 SOAL LATIHAN
1. sebuah piringan berputar pada sumbu yang horizontal dengan kecepatan putar ω 1 = 100
rad/det. Sumbu dipasang pada tumpuan. Seluruh piringan dan sumbu berada di atas meja
putar dengan sumbu putarnya vertikal. Meja berputar dengan ω 2 = 30 rad/det, berlawanan
arah dengan jarum jam, dilihat dari atas. Jelaskan tentang putaran piringan dilihat oleh
pengamat di luar meja.
2. Sebuah roda gila dengan massa 100 kg. jari-jari girasi 20 cm dipasang pada poros horizontal
dengan jari-jari 2 cm, poros dipasang pada tumpuan. Gesekan pada poros diabaikan. Tali
dililitkan pada sumbu diberi beban 5 kg diujung tali. Beban dilepaskan dari keadaan diamnya.
Tentukan :
b. Setelah beban jatuh 2 m, tali terlepas, hitung momen gaya jika roda masih berputar 5 kali
sebelum berhenti.
3. Seutas tali dililitkan sekeliling piringan yang berjari-jari 50 cm dan mempunyai massa 15 kg.
jika tali ditarik dengan gaya 180 N. Tentukan :
b. Percepatan tali
4. Diketahui : M = 1 kg
m = 0,2 kg
r = 0,2 m
Ɵ = 30o
Tentukan :
a. Percepatan beban m
5. Sebuah peluru (m = 0,00625 kg) ditembakkan dengan kecepatan 450 m/det, dalam arah 53 o
dengan batang ke arah pusat massa batang yang tergantung vertikal. Batang mula-mula
diam.
Tentukan :
28
Setelah tumbukan peluru mengeram dalam batang tumbukan terjadi selama 2 x 10 -4 det,
panjang batang 1,20 m massa batang 25 kg.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/fisika/Bab_9.pdf
2. Anonim, 2011. Penuntun Praktikum Mekanika. Kendari : Universitas Haluoleo
3. Tipler, 2011. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid I. Jakarta : Erlangga
4. Giancolli, 1988. Fisika Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga
5. Zamansky, 1991. Fisika Untuk Universitas. Jakarta : Trimitra Mandiri.
30