Pada Hukum Newton 1 dikatakan “Benda yang bergerak akan cenderung bergerak dan
benda yang diam akan cenderung diam:. Nah, Inersia adalah Kecenderungan benda untuk
mempertahankan Keadaanya (tetap diam atau bergerak). Inersia disebut juga dengan
kelembaman suatu Benda. Oleh karena itu hukum newton disebut juga dengan kelembaman
suatu benda. Oleh karena itu hukum Newton 1 disebut juga dengan Hukum Inersia atau hukum
Kelembaman.
Momen atau momen gaya adalah hasil kali anatara gya dengan momen lengannya. Jadi
momen inersia adalah ukuran kecenderungan atau kelembaman suatu benda untuk brotasi pada
porosnya.
Besarnya momen inersia suatu benda dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti:
Massa Benda
Bentuk benda (geometri)
Letak Sumbu putar
Jarak Ke sumbu putar benda (lengan momen).
Momen Inersia Partikel
Dalam hal ini janagn membayangkan pertikel sebagai sebuah benda yang berukuran
sangat kecil. Sebenarnya tidak ada batas ukuran yang ditetapkan untuk kata partikel. Jadi
penggunaan istilah partikel hanaya untuk mempermudah pembahasan megenai gerakan,
di mana posisi suatu benda digambarkan seperti posisi suatu titik. Konsep partikel ini
yang kita gunakan dalam membahas gerak benda pada Topik Kinematika (Gerak Lurus,
Gerak Parabola, Gerak Melingkar) dan Dinamika (Hukum newton). Jadi benda – benda
dianggap seperti partikel.
Konsep partikel itu berbeda dengan konsep benda tegar. Dalam gerak lurus dan gerak
parapola, misalnya, kita menganggap benda sebagai partikel, karena ketika bergerak,
setiap bagian benda itu memiliki kecepatan (maksudnya kecepatan linear) yang sama.
Ketika sebuah mobil bergerak, misalnya, bagian depan dan bagian belakang mobil
mempunyai kecepatan yang sama. Jadi kita bias menganggap mobil seperti partikel alias
titik.
Ketika sebuah benda melakukan gerak rotasi, kecepatan linear setiap bagian benda
berbeda-beda. Bagian benda yang ada di dekat sumbu rotasi bergerak lebih pelan (
Kecepatan linearnya kecil), sedangkan bagian benda yang ada di tepi bergerak lebih cepat
(kecepatan linear lebih besar). Jadi, kita tidak bias mengaggap benda sebagai partikel
karena kecepatan linear setiap bagian benda berbeda-beda ketika ia berotasi. Kecepatan
sudut semua bagian benda itu sama. Mengenai hal ini sudah dijelaskan dalam kinematika
Rotasi.
Jadi pada kesempatan ini, terlebih dahulu di tinjau Momen Inersia sebuah partikel yang
melakukan gerak rotasi. Hal ini dimaksudkan untuk membantu kita memehami konsep
momen inersia. Setelah membahas Momen Inersia Partikel, maka akan berkenalan
dengan momen inersia benda tegar. Benda tegar itu memiliki bentuj dan ukuran yang
beraneka ragam. Jadi untuk membantu kita memahami momen inersia benda - benda
yang memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda – beda itu, terlebih dahulu kita pahami
momen inersia partikel. Bagaimanapun, setiap benda itu bias dianggap terdiri dari
paertikel – pertikel.
Sekarang mari tinjau sebuah pertikel yang melakukan gerak rotasi. Dapat menggunakan
gambar saja
Gambar 1 Sebuah partikel yang memerlukan gerak rotasi
Kita bias menyatakan hubungan antara gaya (F), massa (m) dan percepatan tangensial
(at), dengan persamaan Hukum II Newton:
F = Mɑtan
Karena partikel itu melakukan gerak rotasi, maka ia pasti mempunyai percepatan sudut.
Hubungan antara percepatan tangensial dengan percepatan sudut dinyatakan dengan
persamaan:
ɑtan = r.ɑ
F = mrɑ
rF = r(mrɑ)
rF = mr 2
Perhatikan ruas kiri. rF = Torsi, untuk gaya yang arahnya tegak lurus sumbu (bandingkan
dengan gambar di atas). Persamaan ini bias ditulis menjadi :
τ= (mr2)ɑ
mr2 adalah momen inersia partikel bermassa m, yang berotasi sejauh r dari sumbu rotasi.
Persamaan ini juga menyatakan hubungan antara torsi, momen inersia dan percepatan
sudut partikel yang melakukan gerak rotasi. Istilah kerennya, ini adalah persamaan
Hukum II Newton untuk partikel yang berotasi.
Jadi Momen Inersia partikel merupakan hasil kali antara massa partikel itu (m) dengan
kuadrat Jarak Tegak lurus dari sumbu rotasi ke Partikel (r2). Untuk mudahnya, bandingan
dengan gambar di atas. Secara matematis, momen inersia partikel dirumuskan sebagai
berikut:
I = mr2
Keterangan :
I = Momen inersia
M = masan partikel
Benda tegar bias kita anggap tersusun dari banayak partikel yang tersebar di seluruh bagaian
benda itu. Setiap partikel – partikel itu punya massa dan tentu saja memiliki jarak r dari sumbu
rotasi. Jadi momen inersia dari setiap benda merupakan jumlah total momen inersia setiap
partikel yang menyusun benda itu.
Ini Cuma persamaan umum saja. Bagaimanapun untuk menentukan Momen Inersia suatu benda
tegar. Kita perlu meninjau benda tegar itu ketika ia berotasi. Walaupun bentuk dan ukuran dua
benda sama, tetapi jika kedua benda itu berotasi pada sumbu alias poros yang berbeda, maka
Momen Inersia- nya juga berbeda.
I = Momen Inersia
L = Panjang Benda
M = Massa Benda
Anggap suatu segiempat pejal dengan panjang sisi a dan massa m diputar terhadap titik
pusat massa A (Gb. 4).
Gambar Segiempat yang diputar terhadap sumbu yang melalui titik pusat massa A.
Seperti pada perhitungan sebelumnya, momen inersia segiempat terhadap sumbu yang
melalui pusat massanya kita tulis sebagai (dengan analisa dimensi):
Anggap sebuah silinder pejal berjari – jari R. Momen inersia selinder ini (dengan analisa
dimensi) boleh ditulis sebagai
Momen Inersia Bola Tipis
Ide penurunan rumus ini diperoleh dari Waldemar Gorzkowski. Kita anggap sejumlah
massa dengan massa total m, tersebar merata pada bola tipis berjari-jari R. Anggap pusat
massa bola terletak pada pusat koordinat dan bola diputar terhadap sumbu z. Anggap
massa mἱ terletak pada koordinat (χἱ,, yἱ, Zἱ). Dari definisi momen inersia besarnya
momen inersia massa ini terhadap sumbu z adalah Iἱ = mἱ (xἱ2 + yἱ2). Jika massa mi
tersebar merata di seluruh permukaan bola, maka momen inersia bola tersebut adalah,
Momen Inersia merupakan sifat yang dimiliki oleh sebuah benda untuk mempertahankan
posisinya dari gerak berotasi. Momen inersia adalah ukuran resistansi/ kelembaman sebuah
benda terhadap perubahan dalam gerak rotasi. Momen inersia tergantung pada distribusi
massa benda relative terhadap sumbu rotasi benda. Karena torsi yang dikerjakan oleh es
adalah kecil, momentum anguler pemain ski adalah mendekati konstan. Ketika ia menarik
tangannya ke dalam ski adalah mendekati konstan. Ketika ia menarik tangannya ke dalam
kea rah badannya, momen inersia badannya terhadap sumbu vertical melalui badannya
berkurang. Karena momentum angularnya L =IѠ harus tetap konstan, bila I berkurang,
kecepatan angularnya Ѡ bertambah ; artinya, ia berputar dengan laju yang lebih cepat.
Aplikasi moment inersia pada elemen mesin yang disebut dengan “Roda Gila” pada mesin –
mesin internal combustion (contoh: mesin diesel, mesin 4-takt). Mesin – mesin jenis ini
prinsipnya merubah energy mekanis system berbasis translasi (pada piston) menjadi system
rotasi yang ditransmisikan ke Roda kendaraan. Contoh pada mesin 4-takt, Mpment Inersia
ini (pada elemen Roda Gila) diperlukan untuk menyimpan sebagian energy mekanisnya
untuk melakukan langkah – langkah kerja mesin pada proses:
- Penghisapan,
- Kompresi, dan
- Pembuangan.
Sedangkan langkah Ekspansi adalah langkah kerja yang sesungguhnya pada pston, yaitu
proses langkah pembakaran. Kita gambarkan saja sebagai langkah injeksi Energi. Pada
proses Ekspansi ini energy dirubah dari energy kimia bahan Hidrocarbon (BBM) menjadi
energy mekanis translasi pada piston, yang dapat diformulasikan sebagai delta (W) = delta
(PV), selanjutnya dengan memakai poros engkol ditransmisikan dalama bentuk rotasi ke
semua bagian mesin. Sebagian kecil energinya disimpan ke roda gila tadi, dan sebagian
besar digunakan sebagai penggerak torsi pada Objek, sesuai dengan tujuan mesin ini di
pakai.
Jaw Crusher sendiri dipakai secara luas pada industry pertambangan, industry metal,
konstruksi, pembangun jalan tol, pembangunan rel kereta dan industry kimia.
Jaw Crusher bekerja mengandalkan kekuatan motor. Melalui roda motor, poros eksentrik
digerakkan oleh sabuk segitiga dan slot wheel untuk membuat jaw plate bergerak seirama.
Oleh Karena itu, material dalam rongga penghancuran yang teriri dari jaw plate, jaw plate
yang bergerak dan side-lee board dapata dihancurkan dan diberhentikan melalui pembukaan
pemakaian.
Pada Gambar di atas menunjukan sebuah titik partikel dengan massa (m) sedang melakukan
gerak rotasi pada sumbunya (sb) dengan jari – jari R. Hasil kali massa partikel (m) dengan
kuadrat jarak partikel ke sumbu putar (jari- jari) akan menghasilkan momen inersia.
Sehingga besarnya momen inersia (I) suatu benda bermassa yang memiliki titik putar pada
sumbu yang diketahui dapat dirumuskan sebagai berikut:
I=m.R2
R= Jarak antara partikel atau elemen massa benda terhadap sumbu putar (m)
Untuk benda pejal (padat) dengan geometri yang tidak sederhana/rumit, maka besarnya
momen inersia dhitung sebagai besar ditribusi massa benda dikali jarak sumbu putar. Untuk
dimensinya dalam standar internasional (SI) adalah Kg.m2. lebih jelasnya perhatikan
gambar berikut:
Untuk benda yang terdiri dari beberapa partikel, maka momen inersiannya adalah jumlah
dari semua momen inersia masing – masing partikel. Begitu pula jika suatu benda memiliki
bentuk yang kompleks atau terdiri dari berbagai macam bentuk, maka besar momen
inersianya adalah momen inersia dari tiap bagian- bagiannya yang dirumuskan sebagai
berikut:
Benda – benda yang memiliki bentuk yang teratur dan berotasi pada suatu sumbu tertentu
memiliki rumus momen inersia tertentu seperti pada table berikut:
Contoh Momen Inersia dalam kehidupan sehari-hari
Pernahkah kamu memiliki sepeda motor dengan kecepatan tinggi, kemudian mengerem
secara mendadak? Nah, ketika motor yang kamu naiki melaju dengan kencang, kemudian
direm dengan tiba-tiba maka pada saat tersebut adanya kecenderungan sepeda motor
mempertahankan geraknya.
Apakah kecenderungan tersebut juga berlaku untuk benda diam? Ambil contoh, taruhlah
selembar kertas HVS di atas meja, kemudian letakkan sebuah penghapus di atas kertas HVS
tersebut. Tarik kertas HVS tersebut dengan cepat. Apa yang terjadi? Penghapus tatap tinggal
di atas meja Artinya bahwa sifat alami benda yang cenderung mempertahankan keadaanya
yang diam.