τ =d × F
Bagaimana jika membutuhkan sudut tertentu? Besarnya dapat memenuhi
persamaan berikut.
τ =Fd sin θ
Torsi merupakan besaran vektor, dimana arah torsi merupakan hasil cross product
dari vektor pergeseran (r) dengan gaya (F) yang ditentukan sesuai dengan kaidah
tangan kanan.
τ
F
Rotasi
d ɵ
Kaidah lain yang digunakan yakni kaidah sekrup putar kanan.
Tipler Jld 1
Analogi :
Gerak Rotasi Gerak Translasi
Torsi neto (∑τ) Gaya neto (∑F)
Momen inersia (I) Massa (m)
Percepatan anguler (α) Percepatan linier (a)
∑ τ=Iα ∑ F=ma
Pengayaan
Dalam gerak rotasi, laju perubahan sudut terhadap waktu dinamakan kecepatan sudut
(ω).
dθ
ω=
dt
Kecepatan sudut bernilai positif untuk rotasi yang berlawanan dengan perputaran
jarum jam, bernilai negatif jika rotasi searah dengan jarum jam.
Laju perubahan kecepatan sudut terhadap waktu dinamakan percepatan sudut (α).
dω d 2 θ
α= =
dt d t 2
Untuk mengubah dari putaran ke radian, kita gunakan
1 putaran=2 π rad
B. Momen Inersia
Masih ingat permainan gasing kalian di waktu kecil? Atau mungkin masih ada yang
memainkannya walaupun sudah SMA?
Gasing ini berputar pada porosnya,
gasing ini akan terus menerus dan tidak
berhenti berputar jika tidak ada gaya lain
yang mempengaruhinya. Nah, kemampuan
gasing mempertahankan kecepatan
sudutnya inilah dinamakan momen
inersia (momen kelembaman) dan
dilambangkan dengan I. Jadi momen
inersia pada gerak rotasi analog dengan
massa m pada gerak translasi, makafungsi
momen inersia sama dengan fungsi massa.
Jika massa m pada gerak translasi menyatakan ukuran kemampuan benda
untuk mempertahankan kecepatan linearnya, maka momen inersia benda pada gerak
rotasi menyatakan ukuran kemampuan benda untuk mempertahankan kecepatan
sudutnya. Momen inersia didefenisikan sebagai hasl kali massa partikel (m) dengan
kuadrat jarak tegak lurus partikel dari titik rotasi (r2). Momen inersia partikel dapat
dicari dengan rumus:
I =mr ² ………………………………………………...(6.3)
Keterangan :
I = Momeninersia (kg m2)
m = massabenda ( kg)
r ² = kuadrat jarak tegak lurus partikel dari titik rotasi (m2)
Apabila sebuah benda tegar dipandang sebagai sebuah sistem partikel, yang
tersusun oleh banyak partikel dan terpisah dengan massa yang berbeda, maka untuk
menentukan momen inersia dari benda tegar ini dilakukan dengan cara mengalihkan
massa tiap-tiap partikel dengan kuadrat jarak dari poros, kemudian hasilnya
dijumlahkan
I =∑ miri ²=m₁ r ₁²+m₂ r ₂²+m₃ r ₃²
i
Jika suatu benda tegar tidak dapat ditampilkan sebagai kumpulan partikel-
partikel melainkan merupakan distribusi massa yang kontinyu, maka penjumlahan
dengan tanda sigma ( Σ ¿ pada Persamaan (6.4) harus diganti dengan integral ( ∫ ¿ . Kita
bayangkan membagi benda atas berbagai elemen massa kecil dm yang berjarak r dari
poros rotasi sehingga momen inersia I dapat dinyatakan oleh :
I =∫ r ² dm
Untuk benda satu dimensi, massa per satuan panjang (diberi lambang
λ ¿ adalah konstan dan berlaku:
dm M
λ= =
dx L
atau
M
dm= λ dx= dx
L
dengan M dan L adalah massa total dan panjang total benda tegar.
Berikut ini adalah momen inersia beberapa benda tegar yang massanya terdistribusi
kontinu setelah melalui proses penintegralan
C. Momentum angular
dp
Hukum kedua Newton dapat ditulis F neto =
dt
Momentum angular/sudut sebuah partikel didefinisikan sebagai berikut.Untuk sebuah
partikel yang bergerak dalam lingkaran berjari-jari r dengan kecepatan sudut ω(gambar
1.1), momentum angular L relative terhadap pusat lingkaran didefinisikan sebagi
hasilkali besarnya momentum linier mv dan jari-jari r:
L= mvr = m(rω)r
= mr2ω = Iω
Dengan I= mr2 adalah momen inersia partikel terhadap sumbu yang melalui pusat
lingkaran dan tegak lurus bidang gerakan. Arah L sama dengan arah ω. Untuk gerakan
yang berlawanan dengan arah jarum jam, ωdan L biasanya diambil positif; sehingga
untuk gerakan searah jarum jam, nilai besaran itu adalah negative
Untuk gerakan umum, momentum sudut sebuah partikel relative terhadap titik asal O
didefinisikan sebagai L= mvr┴= mvr sin θ
Dengan v adalah kecepatan partikel dari r┴ = r sin θ adalah y m y
jarak tegak lurus dari garis gerakan ke titik O seperti
ditunjukkan pada gambar 1.2. Perhatikan bahwa partikel r
r
mempunyai momentum anguler terhadap titik O walaupun
patikel tidak bergerak dalam lingkaran.
O x
Momen angular total benda yang berputar didapatkan Gambar 1.2
dengan menjumlahkan momen angular semua elemen dalam ω vi= ri ω
benda. Gambar 1.3 menunjukkan sebuah cakram yang berputar.
Momentum angular elemen bermassa mi adalah ri
mi
Li = = miri ω
2
L= ∑ Li = ∑ mi r i ω
2
Gambar 1.3
i i
Atau L= Iω
Persamaan L= Iωadalah analogi rotasional persamaan untuk momentum linier, p= mv.
Persamaan ini berlaku untuk benda-benda yang berputar terhadap sumbu yang tetap dan
juga untuk benda-benda yang berputar terhadap sebuah sumbu yang bergerak
sedemikian sehingga benda tersebut tetap sejajar dengan dirinya sendiri, seperti bila
sebuah bola atau silinder menggelinding sepanjang suatu garis.
Hukum kedua Newton untuk rotasi dapat dinyatakan dalam sebuah bentuk yang
dp
analog dengan persamaan F neto = :
dt
d L d ( Iω)
τ neto = =
dt dt
Dengan τ neto adalah torsi eksternal neto pada system *
Torsi eksternal neto yang bekerja pada sebuah system sama dengan
laju perubahan momentum angular sudut
Bila torsi eksternal neto yang bekerja pada system adalah nol, maka kita dapatkan
dL
=0
dt
Atau L =0
Persamaan L =0 adalah pernyataan hukum kekekalan momentum angular
“jika torsi eksternal neto yang bekerja pada sebuah system adalah nol, maka
momentum angular total system adalah konstan”
Contoh hukum kekekalan momentum agular:
- Pemain ski es yang berputar di ujung sepatu luncurnya. Karena torsi yang dikerjakan
oleh es adalah kecil, momentum angular pemain ski adalah mendekati konstan.
Ketika ia menarik lengannya ke dalam ke arah badannya, momen inersia badannya
terhadap sumbu vertikal melalui badannya berkurang. Karena momentum
angularnya L=I ωharus konstan, bila I berkurang, kecepatan angularnya ω
bertambah; artinya ia berputar dengan laju yang lebih cepat.
- Peloncat indah. Pusat massanya bergerak sepanjang jejak parabola setelah ia
meninggalkan papan. (Gaya ini tidak melalui pusat massa peloncat indah jika ia
bersandar ke depan ketika ia melompat). Jika peloncat indah ingin berjungkir balik
di udara, ia menarik ke dalam lengan dan kakinya, yang dengan demikian
mengurangi momen inersianya dan menambah kecepatan angularnya.
- Penari akrobatik Seorang pemain akrobat yang melakukann gerak berputar di udara
menekuk kedua kakinya sampai berimpit dengan badan. Hal ini mengakibatkan
momen inersia badan pemain menjadi lebih kecil. Menurut hukum kekekalan
momentum sudut, momentum sebelum dan sesudah peristiwa adalah tetap.
Akibatnya,m dengan mengecilnya momen inersia, kecepatan sudutnya menjadi lebih
besar. Dengan lebih besarnya kecepatan sudut, jumlah putarannya akan menjadi
lebih banyak. Hal ini mengurangi beban yang harus di tanggung kakinya saat
mendarat.
V= √ 4
3
gh
v = √ 4
3
gh
(terbukti)
b. hukum II dinamika rotasi
ΣF=m.a
h
mg. s -½m.a=m.a
gh 3
s = 2 a
2 gh
a= 3 . s
v2 = vo2 + 2 a s
2 gh
v2 = 02 + 2. 3 s .s
4
v2 = 3 gh
v = √ 4
3
gh
(terbukti)
Katrol Tetap
a. Sumbu dianggap licin tanpa gesekan
Massa =m
Jari-jari =R
Momen kelembaman = I
Gerak translasi beban :
B
F = m . a
+ T1 – m1g = m1a ......................(i)
+ m2g – T2 = m2a ......................(ii)
Gerak rotasi katrol :
= I .a
a
(T2 – T1) R = I R ...................(iii)
Menggelinding
Menggelinding adalah gabungan dari gerak translasi (titik pusat massa) dan gerak
rotasi (penampang bentuk lingkaran).
F
F
f f
Penyelesaian kita tinjau dari masing-masing gerakan itu.
1. Bila gaya F berada tepat di sumbu:
- gerak translasi berlaku : F – f = m . a
- gerak rotasi berlaku : f . R = I .
a
di mana ( = R )
2. Bila gaya F berada di titik singgung :
- gerak translasi berlaku : F + f = m . a
a
- gerak rotasi berlaku : (F – f) . R = I . ( = R )
Contoh:
1. 8.Pesawat Atwood seperti pada gambar, terdiri atas
katrol silinder yang masanya 4 kg (dianggap silinder
pejal). Masa m1 dan m2 masing- masing 5 kg dan 3 kg.
jari- jari katrol = 50 cm. Tentukan:
a. percepatan beban, m2
b. tegangan tali!
m1
Penyelesaian:
a. Tinjau benda m1
Σ F = m1 . a
w1 – T1 = m1 . a
5 . 10 – T1 =5 . a
T1 = 50 – 5a.
Tinjau katrol
Στ=I.
T1 . R – T2 . R = ½ m . R2 a/r
T1 – T2 = ½ . 4 . 2
50 – 5a – 30 – 3a = 2a
20 = 10 . a
a = 2 m/s2
a. T1 = 50 – 5 . 2 = 40 N
T2 = 30 + 3 . 2 = 36 N
Kerja Mandiri
1. Suatu batang AB yang homogen, massanya 30 kg, panjangnya 5 meter, menumpu
pada lantai di A dan pada tembok vertikal di B. Jarak dari B ke lantai 3 meter; batang
AB menyilang tegak Lurus garis potong antara lantai dan tembok vertikal. Berapa
besarnya gaya K mendatar yang harus di berikan pada batang di A supaya batang
tetap seimbang ? dan Hitung juga gaya tekan pada A dan B.
F. Titik Berat
Titik berat adalah titik pusat atau titik tangkap gaya berat dari suatu benda atau sistem
benda. Titik berat menurut bentuk benda dibedakan menjadi 3 antara lain:
a. Benda berbentuk garis/kurva, contoh : kabel, lidi, benang, sedotan, dan lain-lain.
b. Benda berbentuk bidang/luasan, contoh : kertas, karton, triplek, kaca, penggaris,
dan lain-lain.
c. Benda berbentuk bangunan/ruang, contoh : kubus, balok, bola, kerucut, tabung,
dan lain-lain
a. Benda berbentuk partikel massa
Apabila sistem benda terdiri dari beberapa benda partikel titik digabung
menjadi satu, maka koordinat titik beratnya dirumuskan:
Σm . X m1 X 1 +m 2 X 2 + m3 X 3 + .. .
Xo = Σ m = m1 +m2 +m3 +. . .
Jadi zo (Xo,Yo)
Σm . Y m1 Y 1 + m2 Y 2 +m3 Y 3 +.. .
Yo = Σm = m1 +m2 +m 3 +. . .
Jadi zo (Xo,Yo)
Σl . Y l 1 Y 1 + l2 Y 2 +l 3 Y 3 + .. .
Yo = Σ l = l1 +l 2 +l 3 +. . .
ΣA . X AX 1 + A 2 X 2 + A 3 X 3 +.. .
Xo = Σ A = A 1 + A 2 + A3 +.. .
Jadi zo (Xo,Yo)
ΣA . Y A 1 Y 1 + A2 Y 2 + A 3 Y 3 +.. .
Yo = ΣA = A 1 + A2 + A 3 + .. .
ΣV . X V 1 X 1 +V 2 X 2 +V 3 X 3 +. ..
Xo = Σ V = V 1 +V 2 +V 3 +. ..
Jadi zo (Xo,Yo)
ΣV . Y V 1 Y 1 +V 2 Y 2 +V 3 Y 3 +. ..
Yo = Σ V = V 1 +V 2 +V 3 +. ..
ΣW . X W 1 X 1 +W 2 X 2 +W 3 X 3 +.. .
Xo = Σ W = W 1 +W 2 +W 3 + .. .
Jadi zo (Xo,Yo)
ΣW . Y W 1 Y 1 +W 2 Y 2 +W 3 Y 3 +.. .
Yo = Σ W = W 1 +W 2 +W 3 + .. . ]
keterangan :
W = mg = . V . g
karena S = . g W = S . V
= massa jenis (kg/m3)
S = berat jenis (N/m3)
3. Busur setengah
Lingkaran 2R
y0=
p
4.Bidang setengah
lingkaran 4R
y0=
3p
R = jari-jari lingkaran
4. Bidang kulit
1
kerucut T T’ = tinggi
zT’ = 3 T T’
kerucut
T’ = pusat
lingkaran alas
5. Bidang kulit
1
setengah bola. R = jari-jari
y0 = 2 R
5. Setengah bola
3
Pejal R = jari-jari bola.
y0 = 8 R