Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Landasan Teori
Momentum merupakan hasil kali antara massa dengan
kecepatan. Dalam gerak rotasi, besaran analog dengan momentum linear
adalah momentum sudut. Untuk benda yang berotasi disekitar sumbu
yang tetap, besaran momentum sudut dinyatakan
L=I.
Keterangan :

L = momentum sudut (kgm2 / c)


I = momen inersia
= kecepatan sudut

(kgm2)
(rad/s)

Momentum sudut merupakan besaran vector. Arah momentum


sudut dari suatu benda yang berotasi dapat ditentukan dengan kaidah
putaran sekrup. Atau dengan aturan tangan kanan. Jika keempat jari
menyatakan jarak rotasi, maka ibu jari menyatakan arah momentum
sudut.
(stove setford , 1966 , 120)
Perhatikan sebuah benda tegar yang berotasi terhadap sumbu
Z dengan kecepatan sudut . tiap partikel benda pada sumbu, misalnya,
partikel Ai membentuk lingkaran dengan jari-jari Ri = Ai Bi dengan
kecepatan Vi = -ri, dimana ri merupakan vector posisi relatif terhadap
pusat o (ini dipilih sebagai titik tetap dalam suatu kerangka inersial atau
dipusat massa benda tersebut). Besarnya kecepatan adalah :
Vi = ri sin

Keterangan : V = kecepatan (m/s)


= kecepatan sudut (rad/s)
r= jari-jari (m)
sin = sudut yang di bentuk
Perhatikan bahwa telah dituliskan bahwa dan tidak i karena
kecepatan sudut semua partikel dama dalam benda tegar itu. Momentum
sudut partikel Ai relatif terhadap pusat o adalah:
L = r . m .v

Keterangan : L = momentum sudut (kgm/s)


m = massa benda (kg)
r = jari-jari (m)
v = kecepatan (m/s)

Arah tegak lurus terhadap bidang yang dibentuk oleh vector ri


dan vi dan oleh karena itu membuat sudut /2 - Ai dengan sumbu rotasi z.
Besar Li adalah mi ri vi dan komponen sejajarnya dengan sumbu Z. Untuk
sebuah partikel yang bergerak melingkar, komponen momentum sudut
total benda berada dan berotasi sepanjang sumbu rotasi z mempunyai
besaran.
1.1.1

Momen Gaya
Torsi menunjukan kemampuan sebuah gaya untuk membuat benda
melakukan

gerak

rotasi.

Besar

torsi

tergantung

pada

gaya

yang

dikeluarkan serta jarak antara sumbu putaran dan letak gaya.


Torsi juga disebut momen gaya dan merupakan besaran vektor.
Torsi adalah hasil perkalian silang antara vektor posisi (r) dengan gaya (F),
dapat ditulis sebagai berikut :
= r . F sin
keterangan : F = Gaya ( N )
= Momen Gaya ( N . m)
r = Lengan Gaya (m)
= sudut yang dibentuk
Momen gaya merupakan salah satu bentuk usaha dengan salah satu
bentuk usaha dengan salah satu titik sebgai titik acuan, misalnya anak
sedang bermain jungkat jungkit dengan titik acuan adalah poros jungkat
jungkit.
Momen gaya merupakan penyebab gerak rotasi. Momen gaya
merupakan penyebab putaran benda searah jarum jam disebut momen
gaya positif. Adapun momen gaya yang menyebabkan putaran benda
berlawanana dengan putaran jarum jam disebut momen gaya negatif.
Pada sistem keseimbangan resultan momen gaya selalu bernilai nol,
sehinga dirumuskan = 0. Torsi dalam gerakan rotasi sama dengan
gaya pada gerak translasi. Benda tegar adalah benda pada yang tidak
berubah bentuk apabila dikenai gaya luar. Satuan dari momen gaya atau
torsi adalah N.m.

Untuk lebih memahami momen gaya secara detail, perhatikan


gambar dibawah ini
b
d
0
F

a
F

Gambar 1.1 Skema momen gaya pada jungkit - jungkit

Ketika AB diberi gaya pada ujung-ujungnya yaitu F1 dan F2


maka batang akan berotasi, besar momen gaya yang bekerja pada
batang, bergantung pada besar gaya yang diberikan dan panjang lengan
momen gaya. Semakin besar gaya yang diberikan, semakin besar pula
momen gayanya.
Demikian juga momen semakin besar, maka semakin besar
pula momen gayanya. Lengan gayanya adalah jarak tegak lurus sumbu
rotasi kearah gayanya
Pada gerak rotasi, sebuah benda hanya dapat merubahnya dari
diam menjadi berputar jika pada benda itu diterapkan sebuah gaya.
Perubahan

gerak

pada

gerak

rotasi

terjadi

karena

adanya

gaya

pemutar.yang dikenal dengan momen gaya. Perhatikan gambar pada


benda dengan poros P.Q adalah terjadi gaya (f) bekerja pada benda yang
teman kerja gaya F yaitu, titik tempat gaya bekerja dan menumpuk. T
adalah vector posisi Q terhadap poros P dan sudut antara t dan f adalah Q
(r dan f adalah vector atau besaran vector) momen gaya yang disebabkab
oleh gaya F1 dan F2 sebagai berikut :
T1 = + F1 . d1
T2 = - F2 . d2
Keterangan : T1=Momen gaya yang disebabkan oleh F1 (Nm)
T2=Momen gaya yang disebabkan oleh F2 (Nm)
F1=Gaya 1 (N)
F2=Gaya 2 (N)
D1=panjang lengan mome pertama (m)

D2=panjang lengan momen kedua (m)


Pada mekanika dan dinamika untuk tranlasi rotasi banyak
kesamaan-kesamaan besaran yang dapat dibandingkan dengan symbolsimbol besarannya. Termasuk hukum 2 newton ditunjukan dalam tabel
berikut :
Perbandingan dinamika translasi dan rotasi
Translasi

Rotasi

Momentum linier

p = mv

Momentum sudut*

Gaya

F = dp/dt

Torsi

Benda massa
Konstan

F = m(dv/dt)

Gaya tegak lurus

Benda momen
inersia konstan*

t=

Torsi tegak lurus

terhadap
momentum

F=wxp

Energi kinetik

Ek = mv2

Energi kinetik

Daya

P=F.v

Daya

momentum sudut

Konsep

Translasi

Rotasi

Catata

Perubahan sudut

s = r.q

Kecepatan

v = ds/dt

w = dq/dt

v = r.w

Percepatan

a = dv/dt

a = dw/dt

a = r.a

Gaya resultan, momen F

t = F.r

Keseimbangan

F=0

t=0

v = v0 + at

w = w0 + at

s = v0t = at2

q = w0t + at2

v2 = + 2as

w2 = + 2qa

Massa, momen
kelembaman

Hukum kedua Newton

F = ma

t = Ia

Usaha

W = F ds

W = t dq

Daya

P = F.v

P=Iw

Energi potensial

Ep = mgy

Energi kinetik

Ek = mv2

Ek = Iw2

Impuls

F dt

t dt

Momentum

P = mv

L = Iw

Percepatan konstan

I = m

Analogi antara besaran translasi dan besaran rotasi

1.1.2 Gerak Melingkar


Gerak melingkar adalah gerak suatu benda yang membentuk
lintasan berupa lingkaran mengelilingi suatu titik tetap. Agar suatu benda
dapat

bergerak

melingkar

membutuhkan

gaya

yang

selalu

membelokkannya menuju pusat lingkaran lintasan. Gaya ini di namakan


gaya sentripetal. Suatu gerak melingkar beraturan dapat dikatakan
sebagai suatu gerak dipercepat beraturan, mengingat perlu adanya suatu
percepatan yang bergerak tetap dengan arah yang berubah,yang selalu
merubah arah gerakan benda agar menempuh lintasan berbentuk
lingkaran.
Besaran-besaran yang mendeskripsikan suatu gerak
melingkar adalah Q,w,d atau berturut-turut berarti sudut. Kecepatan
sudut, dan percepatan sudut. Besaran-besaran ini bila dianalogikan
dengan gerak linear setara dengan posisi, kecepatan, dan percepatan
atau dilambangkan berturut-turut dengan r.v dan .

Besaran gerak lurus dan melingkar


Gerak lurus
Besaran

Gerak melingkar

Satuan (SI)

Besaran

Satuan (SI)

poisisi

sudut

rad

kecepatan

m/s

kecepatan sudut

rad/s

percepatan

m/s2

percepatan sudut

rad/s2

perioda

radius

a. Gerak melingkar beraturan


Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemui benda-benda
yang melingkar beraturan.salah satu contoh benda yang bergerak
melingkar beraturan adalah jarum, detik jarum menit, dan jarum jam pada
jam analog.
Gerak melingkar beraturan memiliki dua pengertian. Pertama,
suatu benda bergerak melingkar beraturan jika selama benda tersebut
bergerak melingkar, kelajuan benda selalu konstan atau kelajuan setiap
bagian benda selalu konstan. Kedua, suatu benda bergerak melingkar
beraturan jika kecepatan sudut benda selalu konstan, kecepatan sudut
merupakan besaran vector, karenanya kecepatan sudut terdiri dari besar
kecepatan sudut dan arah kecepatan sudut.
1. Periode Dan Frekuensi
Periode ( T ) putaran sebuah benda didefinisikan sebagai waktu yang
diperlkan untuk salah satu kali putaran. Jika untuk menempuh n putaran
diperlukan waktu selama t seko, maka periode benda dapat dinyatakan
dalam persamaan sebagai berikut :
T=

Keterangan : T = periode (s)


t = waktu tempuh (s)
n = banyaknya putaran
Frekuensi (f) adalah banyaknya putaran per satuan waktu. Jika untuk
melakukan n putaran memerlukan waktu t sekon maka frekuensi dapat
dinyatakan dalam persamaan:
f=
keterangan : f = frekuensi ( Hz )
n = banyaknya putaran
t = waktu temph ( s )

2. Kecepatan Sudut dan Kecepatan Linier


Kecepatan sudut didefinisikan sebagai besar sudut

yang ditempuh

tiap satu satuan waktu dalam gerak melingkar beraturan, kecepatan


sudut atau kecepatan anguler untuk slang waktu yang sama selal
konstan. Untuk partikel yang melakukan gerak satu kali putaran, berarti
sudut yang ditempuh adalah 360derajat atau 2 dan waktu yang
diperlukan satu kali putaran disebut satu Periode ( T ). Maka kecepatan
sudut dapat dinyatan dalam persamaan berikut :
= atau = 2f
keterangan : = kecepatan sdut ( )
T = Periode (s)
f = frekuensi (Hz)
b. Gerak melingkar berubah beraturan
Gerak melingkar berubah beraturan ( GMBB ) adalah gerak suatu
benda dengan bentuk lintasan melingkar dan besar percepatan sudut
/anguler

konstan.

Jika

percepatan

anguler

benda

searah

dengan

perubahan kecepatan anguler, maka perputaran benda semakin cepat,


dan dikatakan GMBB dipercepat sebaliknya jika percepatan anguler
berlawanan arah dengan perubahan kecepatan anguler benda akan
semakin lambat, dan dikatakan GMBB diperlambat.
Dalam GMBB dikenal juga percepatan tangensial cat ). Pada
semua benda bergerak melingkar selalu memiliki percepatan sentripetal,
tetapi belum tentu memiliki percepatan tangensial.

Percepatan tangensial hanya dimiliki bila mana benda bergerak


melingkar dan mengalami perubahan kelajuan linier. Benda yang bergerak
melingkar dengan kelajuan linear tetapi hanya memiliki percepatan sentry
pental, tetapi tidak mempunyai percepatan tangensial cat=0). Sama
halnya dengan gerak lurus berubah beraturan ( GLBB ). Pada GMBB juga
berlaku

mencari

kecepatan

sudut

akhir

(wt)

dan

mencari

posisi

sudut/besar sudut yang ditempuh.


1.1.3 Momen Inersia
Momen inersia ( satuan SI : kg m2 ) adalah ukuran kelembaban
suatu benda untuk berotasi terhadap porosnya. Besaran ini adalah analog
rotasi dari pada massa . Momen inersia berperan dalam dinamika rotasi
seperti massa dalam dinamika rotasi dasar. Dan menentukan hubungan
antara momentum sudut dan kecepatan sudut, momen inersia dan
percepatan sudut, dan beberapa besaran lain. Meskipun pembahasan
scalar terhadap momen inersia, pembahasan menggunakan pendekatan
tensor memungkinkan analisis sistem yang lebih rumit seperti gerakan
giroskopik yang sering kita lihat.
Lambang I dan kadang-kadang J biasanya digunakan
untuk merujuk kepada momen inersia.
Konsep ini diperkenalkan oleh Euler dalam bukunya a
Theoria motus corporum solidorum seurigidiroum pada tahun 1730.
Dalam buku tersebut, dia mengupas momen inersia dan banyak konsep
terkait. Momen inersia menyatakan bagaimana massa benda yang berarti
di distribusikan disekitar sumbu rotasinya. Apabila sistem yang tidak
berotasi adalah sebuah partikel yang bermassa m dan berjarak r dari
sumbu rotasi, maka momen inersia tersebut merupakan hasil kali antara
massa partikel dengan kuadratnya dari sumbu rotasi. Momen inersia di
rumuskan sebagai berikut :
I=m.r
Keterangan : I = momen inersia (kg.m)
m =massa benda ( kg )
r = jarak partikel dari sumbu putar (m)

Apabila benda yang berotasi terdiri dari susunan partikel


kontinu, seperti benda tegar, maka momen inersianya dapat dihitung
dengan metode integral yang dirumuskan sebagai berikut :
I=
Keterangan : I = momen inersia (kg.m)
m =massa benda ( kg )
dm = turunan massa (kg)
Besaran momen inersia tergantung pada bentuk benda, jarak,
sumbu putar kepusat massa, dan posisi benda relatif terhadap sumbu
putar.

1.1.4 Energi kinetik rotasi


Energi kinetic adalah energi yang dimiliki oleh benda karena
gerakannya (atau kecepatannya). Benda bermassa m yang bergerak
tranlasi (linear) dengan kecepatan memiliki energi kinetic yang ditentukan
oleh :
Ektranslasi = mv
Keterangan : Ekt = Energi kinetic translasi (j)
m = massa (kg)
v = kecepatan linear (m/s)
Jika suatu benda berotasi terhadap poros, maka benda itu
memiliki energi kinetic rotasi. Energi kinetic rotasi dapat diturunkan dari
energi translasi. Telah diketahui bahwa V = rw , maka :
Ekrotasi = m (rw) = mr w
Keterangan : Ekr = Energi kinetic rotasi (J)
m = MASSA (kg)
r = jari-jari (m)
= kecepatan sudut (rad/s)
Telah diketahui bahwa mr2 = I (yaitu momen inersia), sehingga :
Ekrotasi = . I
Keterangan : EKr = energi kinetic rotasi (J)
I = Momen inersia (kg m)
= kecepatan sudut (rad/s)

Persamaan diatas menyatakan energi kinetic dari suatu benda tegar


dengan momen inersia I dan kecepatan sudut w. satuan energi kinetic
adalah joule.
(siswanto , 2009 , 122)

1.1.5 Energi Kinetik Gabungan


Jika benda tegar bergerak translasi sambil berotasi, maka total
energi kinetiknya sama dengan jumlah energi translasi dan energi
kinetinya sama dengan jumlah energi kinetik translasi dan energi kinetik
rotasinya.
Keterangan : = Energi kinetik total ( J )
= Energi kinetik translasi ( J )
= Energi kinetik rotasi ( J )

1.1.6 Dinamika Rotasi


Dinamika rotasi didasarkan pada hukum Newton II, yaitu :
F = m . a atau a
Keterangan : F = gaya (N)
m = massa benda ( kg )
a = percepatan (m/s)
Dengan F adalah resultan gaya yang bekerja pada benda, m adalah
massa benda dan a adalah percpatan benda. Untuk menghitung resultan
gaya (F). Kita harus menggambaran setiap gaya yang bekerja pada
benda tersebt dinamika rotai didasarkan pada hukum II Newton untuk
gerak rotasi yaitu:
= I . a
atau
a=
Keterangan : = Resultan momen gaya luar ( N.m )
I = momen inersia (kg.m)
a = Percepatan sudut (rad/s)
untuk menentukan atau menghitung resultan gaya luar ( ) kita
harus menggambarkan setiap gaya yang bekerja pada benda tersebut.
Sebuah benda yang berjari-jari r dan bermassa m, berada dipuncak
suatu bidang miring yang licin. Karena bidang icin, maka benda hanya
mengalami gerak translasi. Gerak benda pada kasus ini dinamakan gerak

melunur. Dengan demikian, kita hanya meminjau resultan gaya untuk


gerak translasi.
1.1.7

Hukum Kekentalan Mometum


Hokum kekentalan momentum yang menjelaskan tumbukan-tumbukan
Pada satu dimensi dirumuskan pertama kali oleh Jhon willis, Christopher
Warrren, dan Christian Huggens pada tahun 1668.
Suatu tumbukan selalu melibatkan setidaknya dua benda. Misalnya,
benda itu adalan bola A dan bola B. sesaat sebelum tumbukan, bola A
bergerak mendatar kekanan dengan momentum mAvA dan bola B
bergerak mendatar ke kiri dengan momentum mBvB . momentum sistem
partikel sebelum tumbukan tertentu saja sama dengan jumlah momentum
bola A dan bola B sebelum tumbukan
P = mAvA +mBvB
Keterangan:
P = momentum (kg.m/s)
mA = massa bola A (kg)
mB = massa bola B (kg)
vA = kecepatan bola A (m/s)
vB = kecepatan bola B (m/s)
Momentum sistem partikel sesudah tumbukan tentu sama dengan
jumlah momentum bola A dan bola B sesudah tumbukan.
P = mAvA + mBvB
Keterangan:
P = momentum sesudah tumbukan (kg.m/s)
mA = massa bola A (kg)
mB = massa bola B (kg)
vA= kecepatan bola A setelah tumbukan (m/s)
vB= kecepatan bola A setelah tumbukan (m/s)
selama bola A dan bola B saling bersentuhan, bola B mengerjakan gaya
pada bola A, diberi lambang F A.B . sebagai reaksi, bola A mengerjakan gaya
pada bola Bdiberi lambing FB.A .

kedua gaya ini sama besar, tetapi berlawanan arah. Untuk sistem
dimana gaya yang terlibat saat interaksi hanyalah gaya dalam. Maka,
menurut hukum III Newton, resultan semua gaya ini sama dengan nol,
sehingga untuk sistem interaksi dua bola berlangsung tumbukan ,resultan
gaya pada sistem oleh gaya-gaya dalam tumbukan di dalam sebagai
berikut
F = FA.B + FB.A = -F + F = 0

Keterangan :
F = resultan gaya(N)
F = gaya (N)
FA.B = gaya bola A yang dikerjakan bola B (N)
FB.A = gaya bola B yang dikerjakan bola A (N)
Sesuai dengan hukum II Newton bentuk momentum F = , momentum
sistem adalah
P = F . t = 0
Keterangan :
F = resultan gaya (N)
P = resultan momentum (kg.m/s)
t = perubahan waktu(s)
Karena P = P P = 0 maka P = P dan ini dikenal sebagai hokum
kekekalan

momentum

linear.

Pada

hukum

kekekalan

momentum

menjelaskan interaksi benda karena gerakannya. Interaksi ini menjelaskan


bahwa momentum yang dialami suatu benda dapat berpindah ke benda
lain . hukum kekekalan momentum linear menyatakn bahwa dalm
peristiwa tumbubukan , momentum total dalam peristiwa tumbukan,
momentum total sebelum tumbukan sama dengan momentum total
sistem sesudah tumbukan, asalkan tidak ada gaya luar yang bekerja pada
sistem . secara sistemamatis hokum kekekalan momentum linear sebagai
berikut.

Psebelum = Psesudah
PA +PB =PA +PB
MAVA MBVB +MAVA +MBVB
Keterangan
P = momentum (kg.m/s)
PA = momentum benda A (kg.m/s)
PB= momentum benda B (kg.m/s)
PA = momentum benda A setelah tumbukan(kg.m/s)
PB= momentum benda B setelah tumbukan(kg.m/s)
MA = massa benda A(kg)
MB = massa benda B(kg)
vA= kecepatan benda A (m/s)
vB = kecepatan benda B (m/s)
vA= kecepatan benda A sesudah tumbukan (m/s)
vB = kecepatan benda B sesudah tumbukan (m/s)
1.2

a.
b.
c.
d.

Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dan manfaat yang diharapkan pada percobaan ini
adalah sebagai berikut:
Dapat menerapkan prinsip prinsip dan hukum Newton tentang gerak
Memahami analogi antara gerak translasi dan gerak rotasi benda putar
Menentukan kecepatan benda yang mengelinding
Menyelidiki hubungan antara kecepatan benda, momen inersia yang
terjadi pada gerakan rotasi

BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Percobaan praktikum Momentu Sudut dan Rotasi Benda Tegar di
laksanakan pada hari Minggu, 6 Oktober 2013 Pukul 14.30 sMPi 16.00
WITA bertempat di laboratorium Fisika Dasar dan Akustik Bangunan
Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo.

2.2 Alat dan Bahan


2.2.1 Alat
Tabel 2.1 Alat Praktikum
Nama Alat
Papan

NST
-

Kegunaan
Meluncurkan Objek

Mistar

1mm

Mengukur tinggi/panjang objek

Jangka Sorong

0,02mm

Mengukur diameter objek

Stopwatch

0,01 s

Menghitung waktu tempuh objek

Neraca

1 gr

Untuk mengukur massa objek

2.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah :
1.
2.
3.
4.

Pipa besi 1
Pipa besi 2
Pipa besi 3
Bola

2.3 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur dari percobaan ini adalah :
a.
b.
c.
d.

Menyiapkan bidang miring/ papan yang telah ditetapkan pada lantai


Mengukur panjang bidang miring (s)
Mengukur tinggi dari bidang miring (H dan h)
Mengukur waktu tempuh (pipa dan bola) yang dilepaskan dari ketinggian H untuk

sampai ketinggian h
e. Meggulangi langkah tersebut diatas sapai beberapa kali
f. Mengubah tinggi dari bidang miring sebanyak 2 kali kemudia mengulangi prosedur d
dan e sebanyak 2 kali
g. Mengukur diameter luar dan diameter dalam pipa, serta diameter bola.

Anda mungkin juga menyukai