Anda di halaman 1dari 16

Helikopter merupakan salah satu jenis pesawat terbang yang cukup istimewa karena disamping dapat bergerak maju

atau mundur, helikopter dapat bergerak naik turun. Helikopter memiliki bagian yang berfungsi untuk mendukung pergerakannya yaitu baling-baling yang terdapat di bagian atas kepala dan ekornya. Dengan mengatur pergerakan baling-baling di kedua bagian ini maka helikopter dapat bergerak sesuai dengan yang diinginkan. Sebagian besar alat transportasi yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari menggunakan prinsip benda berputar. Kendaraan darat seperti mobil, sepeda motor, bus, dan sepeda menggunakan roda sebagai alat utama untuk bergerak.

Bab yang akan dipelajari:


1. 2. 3. 4. Kecepatan dan Percepatan Sudut Rotasi dengan Percepatan Sudut Konstan Energi dalam Gerak Rotasi Teorema Sumbu Sejajar

Tujuan Pembelajaran:
1. Mendefinisikan gerak rotasi benda tegar dengan koordinat sudut, kecepatan sudut dan percepatan sudut Menganalisa rotasi benda tegar saat percepatan sudut konstan Menganalisa hubungan antara rotasi benda tegar dengan kecepatan dan percepatan linier di suatu titik pada benda Menjelaskan arti momentum inersia suatu benda terhadap suatu sumbu rotasi dan menghubungkannya dengan energi kinetik rotasi Menghitung momen inersia suatu benda

2. 3.

4.

5.

Rosari Saleh dan Sutarto

Rosari Saleh dan Sutarto

Bab 9 Rotasi Benda Tegar | 141

Bahan bakar digunakan untuk memicu letupan pada busi dan kemudian busi menyalurkannya dalam bentuk energi listrik yang selanjutnya energi tersebut diubah menjadi energi gerak yang memutar roda-roda sehingga kendaraan dapat bergerak. Tidak hanya itu, prinsip gerak benda berputar juga digunakan dalam pembangkit listrik tenaga angin dimana pembangkit ini memanfaatkan energi angin untuk menghasilkan energi listrik. Untuk mengubah energi gerak angin menjadi energi listrik maka digunakan baling-baling dalam jumlah yang sangat banyak. Baling-baling tersebut berputar dan dengan menggunakan seperangkat peralatan tertentu maka putaran baling-baling tersebut dapat mengkonversi energi angin menjadi energi listrik. Banyak contoh-contoh lain dari pemanfaatan prinsip gerak benda berputar dari alat-alat sederhana dalam kehidupan sehari-hari seperti jam dinding, blender, komidi putar, kipas angin hingga peralatan laboratorium canggih pemisah suatu senyawa yaitu alat sentrifugasi dan alat simulasi gravitasi. Jika dikatakan bahwa suatu benda melakukan gerak rotasi (berputar) maka dalam benak kita terbayang suatu gerak dengan lintasan berbentuk lingkaran dengan sumbu putar tertentu. Benda yang berputar bergerak dari satu titik ke titik yang lain namun jarak benda tersebut dari sumbu putar selalu sama setiap saat. Salah satu variabel fisis yang berubah ketika benda melakukan gerak rotasi adalah sudut. Jika dalam gerak linier kita memiliki besaran perpindahan dan jarak yang dinyatakan dalam satuan panjang maka dalam gerak melingkar kita memiliki besaran perpindahan sudut yang diukur dalam radian atau derajat. Perpindahan yang terjadi pada gerak melingkar kita sebut sebagai perpindahan sudut atau perpindahan angular. Perhatikan ilustrasi berikut ini. Sebuah piringan melakukan gerak melingkar. Titik P pada saat t berada pada posisi sudut 1 relatif terhadap sumbu x. Beberapa saat kemudian, titik P bergerak selama t sehingga posisi sudutnya berubah menjadi 2. Setiap benda yang bergerak menempuh suatu jarak atau perpindahan selama selang waktu tertentu maka benda tersebut memiliki besaran lain yang disebut kecepatan yang menyatakan laju perubahanposisi relatif terhadap waktu. Demikian juga dengan gerak melingkar, perubahan posisi sudut yang dilakukan suatu titik setiap waktu menyatakan laju perubahan posisi sudut terhadap waktu. Besaran ini disebut dengan kecepatan sudut.

Gambar 9.1 Sebuah roda pejal diputar dengan kecepatan sudut tertentu. Pada roda terdapat titik P yang bergerak bersama-sama putaran roda.

91

Kecepatan dan Percepatan Sudut

Mari kita analisa satu per satu besaran yang dimiliki oleh benda yang bergerak melingkar. Jika titik P bergerak melingkar selama selang waktu t maka titik P menempuh busur sebesar s Kecepatan linier titik P dapat dituliskan sebagai: RosariSalehdanSutarto

142 | Bab 9 Rotasi Benda Tegar

s v = t ds dv = dt

(91)

Dengan v adalah kecepatan linier titik P. Walaupun posisi titik P berubah setiap waktu namun jarak titik P ke titik pusat selalu sama. Perpindahan posisi linier menyebabkan perpindahan angular. Dua kuantitas ini berhubungan satu sama lain. Untuk perpindahan linier yang sangat kecil, s ds, maka perpindahan angularnya pun akan kecil juga, d. Hubungan antara dua besaran ini dinyatakan dalam persamaan berikut:

d =

ds r

(92)

Dengan r adalah jari-jari lintasan yang ditempuh oleh titik P. Perhatikan Gambar 9.2, jika posisi titik P pada saat ti adalah di A, posisi pada saat tf adalah di B sedangkan sudut tempuh pada selang waktu ti dan tf masing-masing adalah i dan f maka perpindahan angular titik P dari A ke B adalah:

Gambar 9.2 Rotasi suatu titik terhadap titik pusat O dari titik A ke titik B.

= f i

(93)

Jika kita menyatakan posisi angular titik P pada saat t adalah (t) dan posisi titik P setelah bergerak selama t adalah (t + t), maka perpindahan angular titik P dapat kita tuliskan sebagai berikut:

= (t + t ) (t )
Laju perubahan sudut rata-rata titik P selama bergerak dalam selang waktu t hingga (t + t) adalah:

rata rata =

(t + t ) (t ) = t t

(94)

Hal ini berlaku juga untuk semua titik yang berada pada piringan, artinya kecepatan sudut setiap titik pada piringan, bukan hanya titik P, adalah sama. Jika titik P bergerak selama selang waktu yang sangat kecil, t dt, maka kecepatan kecepatan sudut sesaat titik P dapat kita tentukan yaitu:

d dt

(95)

Kecepatan sudut merupakan besaran vektor dimana arah gerak rotasi suatu benda adalah sepanjang sumbu putarnya. Untuk mengetahu arah suatu gerak rotasi maka perhatikan ilustrasi berikut ini: RosariSalehdanSutarto

Bab 9 Rotasi Benda Tegar | 143

Gambar 9.3 (a) Sebuah lempengan berbentuk lingkaran berputar sesuai dengan tandan panah. Arah kecepatan sudut lempengan tersebut ditunjukkan dengan tanda panah berwarna merah.

Arah kecepatan sudut rotasi dapat diketahui dengan menggunakan aturan tangan kanan dimana, seperti pada gamabr (a), jari-jari tangan yang menekuk menunjukkan arah putar benda sedangkan ibu jari menunjukkan arah kecepatan sudutnya. Contoh yang paling mudah ditemui adalah sekrup. Dengan kita memutar sekrup maka sekrup akan bergerak entah itu maju atau mundur bergantung dari arah putaran yang diberikan.

x (-) y x

z (-)
Gambar 9.4 Komponen kecepatan rotasi pada lempengan daat ditentukan dengan aturan tangan kanan.

Arah putar rotasi suatu benda memiliki tanda yang berlawanan untuk arah putar yang berlawanan. Jika arah putar rotasi searah jarum jam, maka arah putar tersebut bertanda negatif sedangkan jika arah putar berlawanan dengan arah jarum jam maka arah putar tersebut bertanda positif. Konvensi tanda ini dapat diketahi dengan mengacu pada tanda positif negatif sumbu koordinat kartesian. Perhatikan Gambar 9.4. Lempengan diputar dengan arah berlawanan dengan arah putar jarum jam. Dengan menggunakan aturan tangan kanan, diketahui bahwa arah vektor kecepatan sudut menuju sumbu z (+). Dengan demikian, vektor kecepatan sudutnya adalah postif. Arah putaran yang menyebabkan vektor kecepatan bertanda positif ini kemudian ditandai sebagai arah putar positif. Perpindahan sudut diukur dalam satuan radian dimana satu putaran sama dengan 2 atau setara dengan 3600. Untuk mengubah satuan derajat menjadi radian biasanya digunakan persamaan berikut ini:

derajat

360 0 = radian 2 180 0 derajat


RosariSalehdanSutarto

radian =

144 | Bab 9 Rotasi Benda Tegar

Perhatikan kembali persamaan (91) dan (92). Dari dua persamaan tersebut kita dapat mencari hubungan antara kecepatan sudut dan kecepatan linier suatu benda yang bergerak melingkar. Dengan mengambil besar nilai kecepatan pada persamaan (91) kemudian mensubstitusi ds dengan persamaan (92) maka kita peroleh persamaan berikut:

dv = r

d dt dv = rd

(96)

Dalam bentuk yang lebih eksplisit, persamaan (96) biasa dituliskan sebagai:

v = r
dengan:

(97)

v = kecepatan linier benda (m/s)

= kecepatan sudut benda (rad/s)


r = jari-jari lintasan benda (m)
Kecepatan diukur dalam satuan rad/s dan memiliki dimensi [T-1]. Kecepatan sudut kadang juga dinyatakan dalam satuan rpm (rotasi per menit) dimana satuan tersebut menyatakan jumlah rotasi yang dilakukan benda selama satu menit. Dalam gerak melingkar, dikenal juga besaran lainnya yaitu frekuensi dan periode. Frekuensi menyatakan jumlah putaran yang ditempuh oleh benda selama satu satuan waktu sedangkan periode menyatakan waktu yang digunakan oleh benda untuk melakukan satu kali putaran penuh. Jarak yang ditempuh selama benda berputar satu lingkaran penuh adalah sama dengan keliling lingkaran yaitu 2r. Persamaan (97) dapat dituliskan kembali sebagai berikut:

2r = r t 2 = t v=

(98)

Kecepatan sudut benda menyatakan seberapa cepat benda tersebut menempuh satu lingkaran penuh. Dengan demikian, variabel t pada persamaan (98) tidak lain adalah periode, T.

T= f =

2 1 2 = T

(99)

(910)

RosariSalehdanSutarto

Bab 9 Rotasi Benda Tegar | 145

Frekuensi diukur dalam satuan Hertz (Hz). Biasanya, dalam sistem gerak melingkar kita ingin mengetahui bagaimana kebergantungan posisi sudut benda terhadap waktu. Seperti halnya dalam gerak linier, dengan menggunakan kecepatan sudut benda maka kita bisa mengetahui posisi sudut benda setiap saat. Perhatikan kembali persamaan (96), jika kita menyatakan perubahan sudut sebagai hasil kali antara kecepatan linier dengan waktu kemudian dibagi dengan jari-jari lintasan maka akan kita peroleh persamaan berikut ini:

vt d = d r v dt = d r d = dt

(911)

Pada kasus gerak melingkar beraturan maka kecepatan sudut adalah konstan. Jika persamaan terakhir pada persamaan (911) kita integrasikan maka kita peroleh:

d = dt
0

0 = t = 0 + t

(912)

Persamaan (912) merupakan persamaan umum menyatakan perpindahan angular (sudut) untuk gerak benda melingkar beraturan.

92

Rotasi dengan Percepatan Sudut Konstan

Jika suatu benda bergerak melingkar dengan kecepatan sudut yang tidak konstan maka benda tersebut bergerak dengan percepatan sudut tertentu. Percepatan sudut, , didefinisikan sebagai laju perubahan kecepatan sudut tiap satu satuan waktu. Secara matematik, percepatan sudut didefinisikan sebagai:

a rata rata =

(t + t ) (t ) t

(913)

Percepatan sudut sesaat, atau percepatan sudut saja, adalah laju perubahan kecepatan sudut sesaat:

RosariSalehdanSutarto

146 | Bab 9 Rotasi Benda Tegar

a=

d d 2 ^ = dt dt 2

(914)

Pada kasus gerak melingkar dengan percepatan sudut konstan maka kecepatan sudut bertambah secara linier.

(t ) = 0 + t

(915)

Dengan menintegrasikan persamaan (915) diperoleh posisi sudut benda setiap saat yaitu:

d = (0 + t )dt
0

1 (t ) 0 = 0t + t 2 2 1 (t ) = 0 + 0t + t 2 2

(916)
Gambar 9.5 Sebuah lempengan diputar dengan kecepatan sudut tertentu. Setiap titik bergerak dengan kecepatan linier yang berbeda-beda.

Persamaan (915) dan (916) mirip dengan solusi persamaan gerak linier, r (t) = r0 + v0t + at2. Dengan menggunakan analogi yang sama pada gerak linier, maka persamaan (915) dapat disubstitusikan ke persamaan (916) sehingga menghasilkan relasi baru sebagai berikut:
2 2 = 0 + 2( 0 )

(917)

Percepatan suatu titik di sekitar sumbu putar pada benda tegar yang bergerak melingkar
Sebuah roda pejal dengan jari jari R berputar pada sumbu putarnya dengan kecepatan sudut . Sebuah titik P berada pada jarak r dari titik pusat. Roda berputar dengan percepatan sudut . Titik i mengalami percepatan radial yang besarnya sama dengan:

aradial =

v2 = 2 r r

(918)

Gambar 9.5 menunjukkan arah kecepatan linier titik i dan juga percepatan liniernya pada arah radial dan tangensial. Berdasarkan konsep hukum II Newton, benda yang bergerak dipercepat menandakan terdapat sebuah gaya yang bekerja pada benda tersebut. Gaya yang bekjerja pada roda direpresentasikan dengan adanya percepatan tangensial yang besarnya:

atan = r
RosariSalehdanSutarto

(919)

Bab 9 Rotasi Benda Tegar | 147

93

Energi dalam Gerak Rotasi

Setiap benda yang bergerak selalu memiliki energi kinetik. Pada benda yang bergerak melingkar, setiap titik pada benda tersebut bergerak dengan kecepatan linier yang berbeda-beda. Kecuali pada sumbu putar, semua titik pada benda tersebut memiliki energi kinetik. Jika energi kinetik titik ke i adalah mivi2 maka energi kinetik total benda adalah:

EK total = EK1 + EK 2 + EK 3 + ... + EK i = EK i


i

1 2 mi vi 2 i

Karena benda bergerak melingkar maka setiap titik pada benda tersebut juga bergerak melingkar dengan kecepatan sudut yang sama, . Kecepatan linier setiap dapat ditentukan dengan persamaan:

vi = ri

(921)

Dengan ri menunjukkan jarak titik ke sumbu rotasi. Jika persamaan (921) kita substitusikan ke persamaan (920) maka kita peroleh:

EK total = =

1 2 mi (ri ) 2 i 1 2 mi ri 2 2 i
2

Persamaan (922) disebut sebagai energi kinetik rotasi. Besaran pada persamaan mi ri adalah momen inersia yang menyatakan tingkat
i

resistensi benda terhadap gaya yang membuatnya berputar.

I = mi ri 2
i

(923)

Dengan I adalah momen inersia yang memiliki satuan (m kg2). Untuk benda yang dapat dianggap sebagai partikel tunggal maka momen inersia benda tersebut dapat dicari dengan persamaan I = mr2. Namun untuk benda-benda yang memiliki bentuk dan distribusi massa tidak merata maka untuk menentukan momen inersia benda tersebut RosariSalehdanSutarto

148 | Bab 9 Rotasi Benda Tegar

tidak cukup hanya dengan persamaan mr2. Dengan memasukkan persamaan (923) ke persamaan (922) maka energi kinetik rotasi dapat dituliskan kembali dalam notasi yang lebih kompak seperti berikut ini:

EK rotasi =

1 2 I 2

(924)

94

Teorema Sumbu Sejajar

Untuk menentukan momen inersia benda-benda kontinum, maka persamaan (923) harus kita modifikasi. Untuk sistem benda kontinum, selain dipengaruhi oleh distribusi massa momen inersia suatu benda dipengaruhi juga oleh bentuk benda tersebut. Dari persamaan (923), kita dapat menentukan dengan mudah momen inersia dari benda-benda secara umum karena pada persamaan (923) terlihat bahwa momen inersia tiada lain merupakan penjumlahan elemen massa dikali dengan jarak masing-masing elemen tersebut ke sumbu rotasi. Jika kita mengambil elemen massa yang sangat kecil, mi dmi maka persamaan (923) dapat kita tuliskan sebagai berikut;

I = limit ri 2 dmi
mi 0 i

= r 2 dm

(925)

Dalam beberapa kasus, persamaan (925) agak sulit untuk diselesaikan secara analitik. Kita akan menggunakan variabel lain untuk menyatakan variabel dm. Seperti kita ketahui, massa suatu benda berhubungan massa jenisnya. Massa jenis elemen benda yang terletak pada jarak r dari sumbu putar didefinisikan sebagai:

(r ) = limit = dm dV

mi Vi 0 Vi

Elemen massa dm dapat disubstitusi dengan (r) dV sehingga kita peroleh:

I = volume r 2(r )dV

(926)

Integral pada persamaan (926) menunjukkan integral lipat tiga (atau integral volume) untuk benda berdimensi tiga. Persamaan (926) hanya bentuk umum dari momen inersia sembarang benda. Untuk RosariSalehdanSutarto

Bab 9 Rotasi Benda Tegar | 149

benda berdimensi dua, memiliki kerapatan massa per satuan luas, maka integral pada persamaan (926) berubah menjadi integral lipat dua. Pada kasus yang paling mudah, apabila suatu benda dapat diasumsikan sebagai benda satu dimensi maka integral pada persamaan (926) menjadi integral tunggal yang amat mudah untuk diselesaikan. Benda satu dimensi memiliki kerapatan massa per satuan luas. Massa jenis benda sama dengan massa jenis elemen-elemennya dan nilainya selalu konstan, maka persamaan (926) dapat dinyatakan kembali dalam bentuk persamaan yang lebih sederhana yaitu:

I = volume r 2dV

(927)

Untuk benda dua dimensi yang memiliki rapat jenis , momen inersia benda tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan:

I = luas r 2 dA

(928)

Untuk benda satu dimensi yang memiliki rapat jenis , momen inersia benda tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan:

I = panjang r 2 dl

(928)

Ada satu cara lagi yang sering digunakan untuk menghitung momen inersia benda yaitu teorema sumbu sejajar. Teorema ini menghubungkan momen inersia terhadap sumbu yang melalui pusat massa benda dengan momen inersia terhadap sumbu kedua yang sejajar dengan sumbu pertama. Secara matematik teorema ini dapat dituliskan sebagai berikut:

I = Ipm + Mh2

(928)

Yang mana M menyatakan massa total benda, Ipm menyatakan momen inersia benda terhadap sumbu pusat massa sedangkan I menyatakan momen inersia benda terhadap sumbu sejajar yang berjarak h dari sumbu pusat massa. Kita dapat membuktikan relasi pada persamaan (928). Energi kinetik suatu sistem partikel adalah penjumlahan energi kinetik pusat massa ditambah dengan energi kinetik relatif terhadap pusat massa.

EK = MV2pm + EKrelatif
Gambar 9.6 Penggambaran teorema sumbu sejajar pada benda yang berotasi pada sumbu koordinat tertentu.

(929)

Perhatikan Gambar 9.6, sebuah benda tegar diputar pada sumbu yang berjarak h dari pusat massanya. Jika benda berputar dan menempuh sudut maka benda akan berputar dan menempuh sudut yang sama ketika diputar dengan sumbu putar yang berjarak h dari pusat massa. RosariSalehdanSutarto

150 | Bab 9 Rotasi Benda Tegar

Gerakan relatif benda terhadap pusat massa adalah rotasi terhadap sumbu pusat massa dengan kecepatan angular yang sama yaitu . Energi kinetik dari gerakan relatif ini adalah:

EKrelatif = Ipm2
Kecepatan pusat massa relatif terhadap setiap titik pada sumbu putar:

Vpm = h
Dengan demikian, energi kinetik pusat massa adalah:

EKpm = MVpm2 = M (h)2 EKpm = Mh22


Jadi energi kinetik total benda adalah:

EKtotal = Mh22 + Ipm2 EKtotal = (Mh2 + Ipm)2


(930)

Mengacu pada persamaan umum energi kinetik rotasi, EKrotasi = I2 maka suku dalam kurung pada persamaan (930) menunjukkan momen inersia benda. Jadi, momen inersia adalah:

I = Mh2 + Ipm

(931)

Momentum Angular
Seperti yang telah di bahas pada bab 8, setiap benda yang bergerak memiliki momentum. Jika benda tersebut bergerak secara linier maka benda tersebut memiliki momentum linier dan jika benda bergerak melingkar maka benda tersebut memiliki momentum sudut atau momentum angular. Perhatikan sebuah benda yang bergerak melingkar dengan jari-jari lintasan r dan dengan kecepatan sudut . Mari kita asumsikan bahwa benda tersebut bergerak melingkar dengan kecepatan linier v. Momentum linier benda dapat dituliskan sebagai berikut:

p = mv

(932)

Pada gerak melingkar, kecepatan sudut = v/r sehingga apabila v pada persamaan (932) kita substitusi dengan v = r maka akan kita dapatkan persamaan berikut:

p = mr
RosariSalehdanSutarto

(933)

Bab 9 Rotasi Benda Tegar | 151

Persamaan (933) menunjukkan momentum benda yang melakukan gerak melingkar. Momentum sudut merupakan hasil perkalian dari momentum linier benda dengan jari-jarinya. Momentum ini disebut dengan momentum sudut dan, untuk membedakan dengan momentum linier, diberi simbol L.

L = mvr L = m(r) r L = mr2 = I

(934)

(935)

Persamaan (935) merupakan persamaan yang analog dengan persamaan momentum linier. Persamaan (935) berlaku untuk bendabenda yang berputar dengan sumbu putar yang tetap atau untuk benda yang bergerak namun sumbu putarnya tidak berubah relatif terhadap dirinya sendiri. Contohnya adalah roda dan bola yang menggelinding.

RosariSalehdanSutarto

152 | Bab 9 Rotasi Benda Tegar

RosariSalehdanSutarto

Lampiran Referensi Gambar Bab9RotasiBendaTegar GambarCoverBab9RotasiBendaTegar Sumber:DokumentasiPenulis

Gambar

Sumber

Gambar 9.1 Sebuah roda pejal diputar dengan kecepatan sudut tertentu. Pada roda terdapat titik P yang bergerak bersamasama putaranroda.

Fishbane,P.M.,et.al.2005.Physics forScientistsandEngineerswith ModernPhysics,3rdEdition.New Jersey:PrenticeHall,Inc.Page:247

Serway,R.AandFaughn,J.S.,1999. CollegePhysics,7thEdition,USA: Gambar 9.2 Rotasi suatu titik terhadap titik HarcourtBraceCollegePublisher. pusatOdarititikAketitikB. Page:191. Gambar 9.3 (a) Sebuah lempengan berbentuk lingkaran berputar sesuai dengan tandan panah. Arah kecepatan sudut lempengan tersebut ditunjukkan dengan tandapanahberwarnamerah.

Serway,R.AandFaughn,J.S.,1999. CollegePhysics,7thEdition,USA: HarcourtBraceCollegePublisher. Page:201.

Gambar9.4Komponenkecepatanrotasipada Serway,R.AandFaughn,J.S.,1999. lempengan daat ditentukan dengan aturan CollegePhysics,7thEdition,USA: HarcourtBraceCollegePublisher. tangankanan. Page:201. Gambar9.5Sebuahlempengandiputar dengankecepatansuduttertentu.Setiaptitik bergerakdengankecepatanlinieryang berbedabeda. Gambar 9.6 Penggambaran teorema sumbu Tipler,P.A.andMosca,G.Physics sejajarpadabendayangberotasipadasumbu ForScientistandEngineers: koordinattertentu. ExtendedVersion,5thEdition.W.H. Freeman&Company.

DokumentasiPenulis

Daftar Pustaka Serway, R.A and Faughn, J.S., 1999. College Physics, 7th Edition, USA: Harcourt Brace College Publisher. Dick, Greg, et.al. 2001. Physics 11, 1st Edition. Canada: McGraw-Hill Ryerson. Dick, Greg, et.al. 2001. Physics 12, 1st Edition. Canada: McGraw-Hill Ryerson. Fishbane, P.M., et.al. 2005. Physics for Scientists and Engineers with Modern Physics, 3rd Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Huggins, E.R. 2000. Physics 2000. Moose Mountain Digital Press. Etna, New Hampshire 03750. Tipler, P.A. and Mosca, G. Physics For Scientist and Engineers: Extended Version, 5th Edition. W.H. Freeman & Company. Young, Freedman. 2008. Sears and Zemankys University Physics with Modern Physics, 12th Edition. Pearson Education Inc. Crowell, B. 2005. Vibrations and Waves. Free Download at: http://www.lightandmatter.com. Crowell, B. 2005. Newtonian Physics. Free Download at: http://www.lightandmatter.com. Crowell, B. 2005. Conservations Law. Free Download at: http://www.lightandmatter.com. Halliday, R., Walker. 2006. Fundamental of Physics, 7th Edition. John-Willey and Sons, Inc. Pain, H.J. 2005. The Physics of Vibrations and Waves, 6th Edition. John Wiley & Sons Ltd, The Atrium, Southern Gate, Chichester, West Sussex PO19 8SQ, England. Mason, G.W., Griffen, D.T., Merril, J.J., and Thorne, J.M. 1997. Physical Science Concept, 2nd Edition. Published by Grant W. Mason. Brigham Young University Press. Cassidy, D., Holton, G., and Rutherford, J. 2002. Understanding Physics, Springer-Verlag New York, Inc. Serway, R.A. and Jewet, J. 2003. Physics for Scientist and Engineers, 6th Edition. United State of America: Brooks/Cole Publisher Co.

Anda mungkin juga menyukai