Anda di halaman 1dari 5

BENDA TEGAR

6.6 Benda Tegar (Rigid Bodies)

Benda tegar dapat didefinisikan sebagai benda yang tidak mengalami perubahan bila
diberi gaya luar dan torsi. Dalam benda tegar, jarak antara dua partikel sembarang dalam
sistem adalah tetap. Setiap partikel dalam sistem bergerak sendiri-sendiri, akan tetapi jarak
antara dua partikel di dalam sistem harus konstan.

Dilukiskan sistem tiga partikel bebas. Ketiga partikel dapat bergerak bebas; jarak
antara dua partikel dapat berubah setiap saat. Gerak sistem partikel dapat dianggap sebagai
gerak pusat massa dan gerak ketiga partikel relatif terhadap pusat massa. Ketiga partikel di
dalam sistem dihubungkan dengan batang-batang kaku, tanpa massa. Ketiga partikel
bergerak, akan tetapi jarak antara dua partikel dalam sistem selalu konstan. Sistem tiga
partikel ini membentuk sebuah benda tegar.

Jika suatu benda tegar berotasi dengan kecepatan sudut ω , maka laju gerak dari bagian benda
tegar yang terletak pada jarak r dari sumbu putar adalah :

ds d dθ
v= = ( r θ )=r =r ω
dt dt dt

Vektor kecepatan sudut ω dapat didefinisikan dari :

∆θ dθ
ω= lim =
∆ t →0 ∆t dt

Vektor percepatan sudut didefinisikan dari :

∆ω dω
a = lim =
∆ t →0 ∆t dt
6.7 Momentum Sudut Benda Tegar

Momentum sudut partikel (I) terhadap titik O :

L 1 = r 1 x p1 = m 1 r 1 x v 1

L1 = m1 r 1 x (ω 1 x r 1)

Momentum sudut total L dari sistem :

L = L 1 + L 2 + L3

L = (m 1 r 21 + m 2 r 22 + m1 r 23)

L=Iω

Gerak translasi :

P=mv

 Jadi, besaran I adalah analog dengan massa m pada gerak translasi. Disebut juga
momen inersia benda tegar.

Momen inersia untuk beberapa bentuk benda tegar :

I = ∫x d m
2

Menentukan hubungan antara m dan x, yaitu :

D m = ƿ dx

Momen inersia melalui S dapat ditentukan dari persamaan :

I = ꭍ r 2 dm
6.8 Momentum Inersia untuk Beberapa Bentuk Benda Tegar

Momen inersia untuk beberapa


Menentukanbentuk benda
hubungan antara tegar
m dan x,: yaitu :

I = ∫x dm
2
D m = ƿ dx

 Menentukan hubungan antara m dan x, yaitu :

D m = ƿ dx

 Momen inersia melalui S dapat ditentukan dari persamaan :

I = ꭍ r 2 dm

6.9 Analogi Gerak Rotasi dengan Gerak Translasi

Sampai sekarang kita telah bertemu dengan hubungan-hubungan berikut untuk gerak rotasi :

(1) Momentum sudut ⃑


L=Iω

d⃑
L
(2) Hubungan antara momen gaya dan momen sudut r⃑ =
dt

d θ⃑
(3) ω
⃑=
dt



(4) ɑ⃑ =
dt

6.10 Dinamika Benda Tegar

Jika suatu momen gaya r bekerja pada sebuah benda yang mempunyai momen inersia
I terhadap sumbu putar, akibatnya benda tersebut akan berputar den percepatan sudut ɑ⃑ , yang
diberikan oleh hubungan τ⃑ = I ɑ⃑ , seperti hubungan ⃑
F = m a pada gerak translasi. Jika momen
gaya τ⃑ menyebabkan benda berputar, maka kerja yang dilakuka jika benda bergerak dari
sudut θ1 ke sudut θ2 adalah :

02

W = ∫ τ⃑ .d θ⃑
02
Jika τ⃑ dan d θ⃑ mempunyai arah sama, maka hubungan di atas dapat ditulis sebagai :

02

W = ∫τ d θ
01

Karena kerja yang dilakukan pada benda, maka energi kinetik benda akan berubah sebagai :
∆ K =K 1 - K 2 = ½ I ω 22

Sedangkan pada piringan berlaku : τ = R ∙ T = Ӏα

1
dimana Ӏ, yaitu moment inersia piringan, mempunyai nilai : Ӏ = М ∙ R2 α
2

1
Persamaannya akan menjadi : R∙ T = М ∙ R2 α
2

6.11 Gerak Menggelinding

Gerak menggelinding adalah suatu gerak yang sangat penting. Gerak roda dari alat
transport yang bergerak adalah gerak menggelinding. Setiap bagian dari silinder melakukan
dua gerak sekaligus. Satu gerak bersama pusat massa, yaitu degan kecepatan v o, dan gerak
lain adalah gerak lingkar dengan kecepatan sudut ω .

Rumus kecepatan pusat massa :

v o= ωR ,

atau kecepatan gerak pusat massa adalah sama dengan kecepatan tangensial pinggir silinder
jika hanya ada gerak rotasi saja. Kecepatan titik Q haruslah sama dengan :

vQ = v o+ ωR = v o+ v o = 2 v o = 2 ωR

Titik singgung P disebut sumbu sesaat dari gerak menggelinding. Jika gerak menggelinding
dipandang dari segi kombinasi gerak pusat massa dan gerak rotasi terhadap pusat massa,
maka energi kinetic gerak menggelinding adalah : k o = ½ m v 2o + ½ I o ω2

Akan tetapi, jika gerak ini kita pandang sebagai gerak rotasi murni terhadap sumbu P maka
energi kinetik :
k p = ½ I p ω2

Dari dalil sumbu sejajar, momen inersia terhadap sumbu pusat P dapat ditulis sebagai :

I p = M l2 + I o

Akan tetapi l , yaitu jarak pusat massa ke sumbu sesaat melalui P, adalah sama dengan R.

Jadi : I p = M R2 + I o

Sehingga energi kinetik rotasi terhadap sumbu sesaat adalah :

k p = ½ I p ω2

= ½ ( M R 2 + I o) ω 2

= ½ M R2 ω 2 + ½ I O ω2

6.12 Kekekalan Momentum pada Benda Tegar

Resultan momen gaya yang bekerja pada sistem partikel sama dengan nol, maka
momentum sudut total dari partikel adalah tetap, baik besar maupun arahnya. Untuk suatu
benda tegar, momentum sudut total dapat ditulis sebagai : L = I ω , sehingga jika resultan
momen yang bekerja pada benda adalah nol, maka L = I ω=¿ konstan juga.

Harga I dapat berubah waktu bergerak. Jika ini terjadi, harga akan berubah demikian
sehingga I ω = konstan.

Anda mungkin juga menyukai