Disusun oleh :
Kelas 4
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya, saya dapat menyusun dan menyelesaikan tugas membuat laporan pengambilan sampel
batuan dan tanah.
Tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Mekanika
Tanah II yang diberikan pada minggu pertama perkuliahan.
Dalam kesempatan ini, saya menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. I Wayan
Redana, MA.Sc selaku dosen pengempu mata kuliah Mekanika Tanah II Kelas 4 yang telah
memberikan materi serta tugas ini sehingga saya mampu memahami lebih lanjut mengenai
materi batuan dan tanah.
Selanjutnya, saya sebagai penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan laporan ini. Oleh karena itu selaku penulis, saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Semoga laporan ini dapat menambah ilmu dan bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
3.2.1 Kelebihan dan Kekurangan Bor Tangan............................................................. 20
3.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Bor Mesin .............................................................. 20
3.3 Syarat Pengeboran untuk Bangunan Sipil ................................................................. 20
3.4 Perbedaan antara Sampel Asli (undisturbed) dengan Sampel Terganggu (disturbed) .. 23
BAB IV KESIMPULAN .................................................................................................. 24
4.1 Kesimpulan............................................................................................................. 24
4.2 Saran ...................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 25
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
Selain tanah, batuan juga memiliki peran yang sangat penting dalam konstruksi
teknik sipil. Batuan menjadi bahan dasar dalam pembangunan berbagai struktur, seperti
jalan raya, jembatan, bendungan, gedung, dan lainnya. Batuan ini terbentuk dari proses
alami yang kompleks, seperti pendinginan dan kristalisasi magma, sedimentasi, serta
tekanan dan panas yang tinggi di dalam kerak bumi.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka diperoleh beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penulisan
laporan ini meliputi :
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dapat terealisasikan dari penulisan laporan ini adalah
sebagai berikut :
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Menurut Das (1995), dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan
sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak
tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang
telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi
ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel pada tersebut.
Menurut Bowles (1989) dalam Fauizek dkk (2018), tanah adalah campuran
partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut :
3
e. Lempung (clay), partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm.
Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang
kohesif.
f. Koloid (colloids), partikel mineral yang “diam” yang berukuran lebih kecil
dari 0,001 mm.
Dalam ilmu mekanika tanah, terdapat dua sistem klasifikasi yang umum
digunakan. Kedua sistem tersebut memperhitungkan distribusi ukuran butiran dan
batas-batas Atterberg. Sistem-sistem tersebut antara lain :
4
Sistem ini dikembangkan pada tahun 1929 sebagai Public Road
Administration Classification System. Sistem klasifikasi AASHTO bermanfaat
untuk menentukan kualitas tanah guna pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (subbase)
dan tanah dasar (subgrade). Adapun sistem klasifikasi AASHTO ini didasarkan
pada kriteria sebagai berikut :
1. Ukuran Butir
- Kerikil : bagian tanah yang lolos ayakan diameter 75 mm (3 inci) dan yang
tertahan pada ayakan No. 10 (2 mm).
- Pasir : bagian tanah yang lolos ayakan No. 10 (2 mm) dan yang tertahan pada
ayakan No. 200 (0,075 mm).
- Lanau dan lempung : bagian tanah yang lolos ayakan No. 200.
2. Plastisitas (plasticity)
Tingkat keplastisan suatu tanah umumnya ditunjukkan dari nilai indeks
plastisitas, yaitu selisih nilai batas cair dan batas plastis suatu tanah. Nama
berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai
indeks plastis sebesar 10 atau kurang. Nama berlempung dipakai apabila
bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastis sebesar 11 atau
lebih.
3. Apabila batuan (ukuran lebih besar dari 75 mm) ditemukan dalam sampel tanah
yang akan ditentukan klasifikasi tanahnya, maka batuan-batuan tersebut harus
dikeluarkan terlebih dahulu, tetapi persentase tanah yang dikeluarkan harus
dicatat.
5
2.2.2 Sistem Klasifikasi Tanah Unified Soil Classification System (USCS)
Tabel 2. 2 Sistem Klasifikasi Tanah USCS
1. Tanah berbutir kasar (coarse-grained soil) yang terdiri atas kerikil dan pasir yang
mana kurang dari 50% tanah yang lolo saringan No. 200 (F200 < 50). Sifat
teknis tanah ini ditentukan oleh ukuran butir dan gradasi butirnya.
2. Tanah berbutir halus (fine-grained soil) yang mana lebih dari 50% tanah lolos
saringan No. 200 (F200 ≥ 50). Tanah ini ditentukan oleh sifat plastisitas
tanahnya, sehingga pengelompokannya berdasarkan plastisitas dan ukuran
butirnya.
3. Tanah organik (gambut/humus), secara laboratorium dapat ditentukan jika
perbedaan batas cair tanah contoh yang belum dioven dengan yang telah dioven
sebesar > 25%.
6
➢ Kekurangan Sistem Klasifikasi USCS :
a) Waktu yang dibutuhkan lebih relatif lama karena terjadi pengelompokan
menjadi dua kategori pokok.
Keterangan :
7
M = Untuk lanau angorganik (inorganic silt)
a) Analisa Saringan
Analisa saringan tanah adalah penentuan persentase berat butiran pada
satu unit saringan, dengan ukuran diameter lubang tertentu (Hardiyatmo,
1992). Dalam analisis saringan, sejumlah saringan yang memiliki ukuran
lubang berbeda-beda disusun dengan ukuran yang terbesar di atas yang kecil.
b) Berat Jenis Tanah
Menentukan berat jenis tanah ialah dengan mengukur berat sejumlah
tanah yang isinya diketahui. Untuk tanah asli, biasanya dipakai sebuah cincin
yang dimasukkan ke dalam tanah sampai terisi penuh, kemudian atas dan
bawahnya diratakan dan cincin serta tanahnya ditimbang.
c) Kadar Air
Kadar air tanah ialah perbandingan berat air yang terkandung dalam
tanah dengan berat kering tanah tersebut. Kadar air tanah dapat digunakan
untuk menghitung parameter sifat-sifat tanah.
8
Untuk menentukan suatu kadar air dari tanah tersebut dapat dilakukan
pengujian sampel tanah dengan membandingkan antara berat yang terkandung
dalam tanah dengan berat butir tanah tersebut dan dinyatakan dalam persen.
d) Batas Cair
Batas cair tanah adalah kadar air minimum dimana sifat suatu tanah
berubah dari keadaan cair menjadi plastis. Besaran batas cair digunakan untuk
menentukan sifat dan klasifikasi tanah. Konsistensi dari lempung dan tanah-
tanah kohesif lainnya sangat dipengaruhi oleh kadar air dari tanah. Untuk
menghitung kadar airnya, metode yang digunakan dalam penentuan batas cair
adalah ASTM.
e) Batas Plastis
Batas plastis (plastic limit/PL) adalah kadar air dimana suatu tanah
berubah dari keadaan plastis menjadi keadaan semi solid. Batas plastis
dihitung berdasarkan persentase berat air terhadap berat tanah kering pada
benda uji.
9
2.4 Pengertian Batuan
Batuan adalah material padat yang merupakan kumpulan (agregat) kohesif dari
satu atau lebih mineral. Pengetahuan mengenai batuan dan bagaimana batuan tersebut
terbentuk serta mengalami perubahan menjadi batuan lainnya merupakan satu hal yang
penting untuk dipelajari sebelum merencanakan rekayasa batuan untuk bidang
keteknikan.
Melalui daur batuan ini juga dapat diruntut proses-proses geologi yang bekerja
dan mengubah kelompok batuan yang satu ke yang lainnya. Konsep daur batuan ini
merupakan landasan utama dari geologi fisik yang diutarakan oleh James Hutton.
Dalam daur tersebut, batuan beku terbentuk sebagai akibat dari pendinginan dan
pembekuan magma. Pendinginan magma yang berupa lelehan silikat, akan diikuti oleh
proses penghabluran yang dapat berlangsung di bawah atau di atas permukaan bumi
melalui erupsi gunung berapi.
10
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, “api”) adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).
Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah
ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi
oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan
tekanan, atau perubahan komposisi.
Batuan sedimen yaitu batuan yang terbentuk dari sedimentasi yang telah
mengalami penyemenan bahan batuan atau mineral yang terlapuk, tererosi dan
kemudian tersedimentasi pada suhu normal.
11
Batuan metamorf yaitu batuan yang terbentuk di bumi oleh transformasi
atau metamorphosis batuan, baik batuan sedimen dan atau batuan batuan beku
berubah bentuk menjadi batuan lain akibat suhu dan tekanan yang tinggi.
a) Bobot Isi
Bobot isi adalah perbandingan antara berat batuan dengan volume
batuan. Bobot isi berdasarkan sifatnya dibagi menjadi 3, yaitu:
- Bobot isi asli, yaitu perbandingan antara berat batuan asli dengan volume
batuan.
- Bobot isi jenuh, yaitu perbandingan antara berat batuan jenuh dengan volume
batuan.
- Bobot isi kering, yaitu perbandingan antara berat batuan kering dengan
volume batuan.
b) Spesific Gravity
Spesific gravity adalah perbandingan antara bobot isi dengan bobot isi
air. Spesific gravity dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
- Apparent spesific gravity, yaitu perbandingan antara bobot isi kering batuan
dengan bobot isi air.
- True spesific gravity, yaitu perbandingan natara bobot isi basah batuan
dengan bobot isi air.
c) Porositas
Porositas didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori-pori
atau rongga batuan terhadap volume total batuan yang dinyatakan dalam %.
12
Semakin tinggi nilai porositas, maka batuan memiliki rongga yang semakin
besar pula.
d) Void Ratio
Angka pori (void ratio) adalah perbandingan antara volume pori-pori
dalam batuan dengan volume batuan.
e) Kadar Air
Kadar air adalah perbandingan antara berat air yang ada di dalam batuan
dengan berat butiran batuan itu sendiri yang terbagi menjadi:
- Kadar air asli, yaitu perbandingan antara berat air asli yang ada dalam batuan
dengan berat butiran batuan itu sendiri dalam %.
- Kadar air jenuh, yaitu perbandingan antara berat air jenuh yang ada dalam
batuan dengan berat butiran batuan itu sendiri dalam %.
f) Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan adalah perbandingan antara kadar air asli dengan
kadar air jenuh yang dinyatakan dalam %.
13
c) Modulus Young
Harga dari Modulus Young dapat ditentukan sebagai perbandingan
antara selisih tegangan aksial (∆T) dengan selisih tegangan aksial (∆ε o), yang
diambil pada perbandingan tertentu pada grafis regangan aksial dihitung pada
rata-rata kemiringan kurva dalam kondisi linier, atau bagian linier yang
terbesar di kurva sehingga didapat nilai Modulus Young rata-rata dalam
hubungan sebagai berikut:
14
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
15
3.1.2 Metode Pengambilan Sampel dengan Bor Mesin
a) Pengeboran Inti (Core Drilling)
Pada metode ini, sebuah lubang bor digerakkan memukul dan memutar
(chopping and twisting) dari mata bor dengan menyemprotkan air dari bawah
mata bor. Menggunakan mesin bor rotary, tanah dikorek dan dibilas dari dasar
lubang bor dengan sirkulasi air. Wash boring tidak direkomendasikan untuk
penyelidikan geoteknik.
16
3.1.3 Uji Penetrasi Standar (SPT)
SPT (standard penetration test) adalah metode pengujian di lapangan
dengan memasukkan (memancangkan) sebuah Split Spoon Sampler (tabung
pengambilan contoh tanah yang dapat dibuka dalam arah memanjang) dengan
diameter 50 mm dan panjang 500 mm. Split spoon sampler dimasukkan
(dipancangkan) ke dalam tanah pada bagian dasar dari sebuah lubang bor. Uji
Standard Penetration Test (SPT) dilakukan pada setiap lubang bor teknik dengan
interval pengujian setiap 2,0 m.
Pada uji SPT, indikasi tanah keras diartikan sebagai lapisan tanah
dengan nilai SPT di atas 50 pukulan/30,0 cm sebanyak 3 (tiga) kali pada 3 (tiga)
kedalaman berturut-turut. Prinsip pelaksanaan uji penetrasi standar (SPT) yaitu
dengan memukul sebuah tabung standar ke dalam lubang bor sedalam 450 mm
menggunakan palu 63,5 kg yang jatuh bebas dari ketinggian 760 mm. Yang
dihitung adalah jumlah pukulan untuk melakukan penetrasi sedalam 150 mm.
Jumlah yang digunakan adalah pada penetrasi sedalam 300 mm terakhir.
Pengujian SPT mengacu pada SNI 4153:2008 dan ASTM D-1586-67.
17
Drill rod yang panjang dan lebih berat akan memperkecil energi yang
diterima oleh batang sampel.
- Tegangan vertikal efektif.
- Variasi tinggi jauh.
- Bila digunakan cat-head, jumlah lilitan dapat mempengaruhi energi.
- Cara pengeboran dan metode stabilisasi dinding lubang bor.
- Lubang yang tidak sempurna pembersihannya dapat mengakibatkan
runtuhan tanah terperangkap ke dalam split spoon dan dapat menyebabkan
NSPT yang lebih besar dari nilai yang sebenarnya.
- Dipakai atau tidaknya liner.
- Ukuran lubang bor.
➢ Peralatan yang diperlukan dalam uji penetrasi dengan SPT antara lain:
- Mesin bor yang dilengkapi dengan peralatannya.
- Mesin pompa yang dilengkapi dengan peralatannya.
- Split barrel sampler.
- Palu dengan berat 63,5 kg dengan toleransi meleset ±1%.
- Alat penahan (tripod).
- Rol meter.
- Alat penyipat datar.
- Kerekan.
- Kunci-kunci pipa.
- Tali yang cukup kuat untuk menarik palu.
18
➢ Bahan penunjang pengujian yang dipergunakan adalah:
- Bahan bakar (bensin/solar).
- Bahan pelumas.
- Balok dan papan.
- Tali atau selang.
- Kawat.
- Kantong plastik.
- Formulir untuk pengujian
- Perlengkapan lain.
➢ Prosedur uji SPT mengacu pada SNI 4153:2008, diantaranya sebagai berikut:
- Mempersiapkan lubang bor hingga kedalaman uji.
- Memasukkan alat split spoon sampler secara tegak.
- Pastikan hammer jatuh dengan free falling (terjun bebas), tanpa ada
hambatan sampai menumbuk.
- Menumbuk dengan hammer dan mencatat jumlah tumbukan setiap 15 cm
penetrasi. Hammer dijatuhkan secara bebas pada ketinggian 760 mm.
- Nilai tumbukkan dicatat 3 kali (N0, N1, N2) dimana nilai Nspt = N1+N2.
Split spoon sampler diangkat ke atas dan kemudian dibuka. Sampel yang
diperoleh dengan cara ini merupakan sampel yang sangat terganggu.
- Sampel yang diperoleh dimasukkan ke dalam plastik untuk diuji di
laboratorium. Pada plastik tersebut harus diberikan catatan nama proyek,
kedalaman dari nilai N.
https://youtu.be/4rs82FJJ-AA?si=uAzSFymLMg1lTU8f
19
3.2 Kelebihan dan Kekurangan dari Pengambilan Sampel Batuan dan Tanah
3.2.1 Kelebihan dan Kekurangan Bor Tangan
- Kelebihan : Sederhana, mudah dioperasikan, dan meminimalisir gangguan
terhadap tanah.
- Kekurangan : Hanya cocok untuk kedalaman yang dangkal, tidak sesuai
digunakan untuk pengeboran di bawah muka air tanah.
Dalam hal ini, kelas situs dengan kondisi yang lebih buruk harus diberlakukan.
Apabila tidak tersedia data tanah yang spesifik pada situs sampai kedalaman 30 m,
20
maka sifat-sifat tanah harus diestimasi oleh seorang ahli geoteknik yang memiliki
sertifikat/ijin keahlian yang menyiapkan laporan penyelidikan tanah berdasarkan
kondisi geotekniknya. Penetapan kelas situs SA dan kelas situs SB tidak diperkenankan
jika terdapat lebih dari 3 m lapisan tanah antara dasar telapak atau rakit pondasi dan
permukaan batuan dasar.
- Profil tanah untuk perencanaan (design profile) harus mewakili kondisi lapisan
tanah, khususnya parameter-parameter tanah untuk perencanaan pondasi.
- Muka air tanah.
- Daya dukung tanah untuk jenis pondasi yang disarankan.
- Parameter tanah untuk analisis penurunan bangunan jangka pendek dan jangka
panjang.
- Parameter tanah untuk analisis dinding penahan tanah untuk kondisi, baik undrained
maupun drained.
21
Contoh Borlog N-SPT hingga Kedalaman 30 meter
Tabel 3. 2 Borlog 30 m
22
3.4 Perbedaan antara Sampel Asli (undisturbed) dengan Sampel Terganggu (disturbed)
a) Sampel asli (undisturbed sample) adalah contoh tanah yang masih menunjukkan
sifat asli tanah, sedangkan sampel terganggu (disturbed sample) adalah sampel tanah
yang diambil tanpa ada usaha yang dilakukan untuk melindungi struktur asli tanah
tersebut.
b) Sampel asli (undisturbed sample) biasanya digunakan untuk percobaan engineering
properties, sedangkan sampel terganggu (disturbed sample) biasanya digunakan
untuk percobaan uji index properties tanah.
c) Sampel asli (undisturbed sample) diperlukan untuk berbagai analisa sifat fisik tanah,
seperti penentuan bobot isi tanah (bulk density), ruang pori total (porositas) tanah,
permeabilitas, penentuan PH, penentuan distribusi pori, serta kandungan atau kadar
air yang tersedia bagi tanaman, sedangkan sampel terganggu (disturbed sample)
diperlukan untuk kepentingan analisa kimia dan kestabilan agregat (aggregate
stability).
https://youtu.be/cuD2_vWhh_o?si=WHb-x7e3aGmaWD7L
https://youtu.be/B_DAQbyIIu0?si=O0nrNKXycHKzLxsd
23
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dalam pekerjaan teknik sipil, batuan dan tanah memiliki peranan yang penting,
baik itu digunakan sebagai bahan kontribusi maupun sebagai tempat diletakkannya
suatu konstruksi. Batuan dan tanah memiliki sifat fisik dan mekanik yang berbeda-
beda. Untuk mengetahui sifat fisik batuan dan tanah, perlu dilakukan pengambilan
sampel, baik itu menggunakan bor tangan maupun bor mesin, entah itu sampel asli
(undisturbed) ataupun sampel terganggu (disturbed). Pengambilan sampel batuan dan
tanah harus memperhatikan aspek keamanan dan lingkungan sehingga dapat
meminimalkan resiko cedera dan kerusakan lingkungan yang tidak diinginkan.
4.2 Saran
1) Sebelum melakukan pengambilan sampel, perlu dilakukan perencanaan yang
matang. Perencanaan yang baik akan memastikan representasi yang akurat dari
kondisi lapangan.
2) Perlu mempertimbangkan metode pengambilan sampel yang paling sesuai dengan
kondisi lapangan serta tujuan pengujianya. Misalnya, pengambilan sampel dengan
metode core drilling sering digunakan untuk batuan yang keras.
3) Setiap sampel yang diambil harus dilabeli dengan jelas dan dicatat dengan informasi
yang relevan, seperti lokasi pengambilan, kedalaman, dan kondisi lapangan. Hal ini
penting untuk melacak asal-usul setiap sampel dan memastikan integritas data.
24
DAFTAR PUSTAKA
Kukuh Prayogo, H. S. (2016). Penyelidikan Struktur dan Karakteristik Tanah untuk Desain
Pondasi Iradiator Gamma Kapasitas 2 MCi. Jurnal Perangkat Nuklir, Vol. 10, No. 01 , 30-
49.
Rama Indera Kusuma, E. M. (2016). Tinjauan Sifat Fisis dan Mekanis Tanah . Jurnal Fondasi
Vol. 5, No. 2, 30-39.
Bowles, J.E. (1984). Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah, Erlanga, Jakarta.
BSN (Badan Standardisasi Nasional) No. 8 tahun 2000, Pedoman Pekerjaan Tanah Dasar
Das, Braja M. (1985). Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid Penerbit
Erlangga : Jakarta
Ariyanto, Beny. (2011). Tinjauan Sifat Fisis, Kuat Geser dan Kuat Dukung Tanah Miri Sebagai
Pengganti Subgrade Jalan ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen )
Basori. (2011). Tinjauan Sifat fisis, Penurunan Konsolidasi dan Tekanan Pengembangan Tanah
Kuning Miri Sragen Sebagai Pengganti Subgrade Jalan.
Muhrozi, Soilt Test, Masalah dan Aplikasinya pada tanah Lunak, 2002, Lab. Mekanika Tanah
Jurusan Teknik Sipil Universitas Diponegoro.
Putra, Efendi W. (2009). Tinjauan Sifat Fisis dan Mekanis Tanah Jumapolo, Karanganyar.
Fathurrozi dan Rezqi F, 2016. Sifat-sifat Fisis dan Mekanis Tanah Timbunan Badan Jalan Kuala
Kapuas, Jurnal Poros Teknik.
Terzaghi K dan Peck R. B. 1993. MekanikaTanah dalam Praktek Rekayasa. Jilid 1, Erlangga.
Jakarta
25