Disusun Oleh :
MUHAMMAD RIZKI MEGANTARA 41155020180065
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, kita yang telah memberikan kesehatan,
kesempatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul Pengaruh Penambahan Abu Kayu, Dan Pasir Pantai Terhadap Stabilitas
Daya Dukung Tanah Dan Kohesivitas Tanah Di Jalan Desa Tarumajaya. Adapun
tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menempuh
kegiatan perkuliahan serta syarat memperoleh gelar sarjana dalam Program Studi
Teknik Sipil Universitas Langlangbuana Bandung. Selain itu, laporan ini juga dibuat
dengan maksud untuk menyampaikan ilmu yang telah penulis terima selama penulis
melakukan penelitian pada skripsi ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................2
BAB 1............................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1. Latar Belakang..............................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................5
1.3. Tujuan............................................................................................................5
1.4. Maksud...........................................................................................................6
1.5. Batasan Masalah...........................................................................................6
1.6. Manfaat Penelitian........................................................................................6
BAB 2............................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................8
2.1. Umum.............................................................................................................8
2.2. Mutu Tanah...................................................................................................9
2.3. Daya Dukung Tanah.....................................................................................9
2.4. Stabilitas Tanah............................................................................................9
2.5. Klasifikasi Tanah........................................................................................10
2.5.1. Klasifikasi tanah berdasarkan tekstur..................................................11
2.5.2. Sistem Klasifikasi Unified Pada Sistem Unified...................................12
2.5.3. Sistem Klasifikasi AASHTO...................................................................15
2.6. Kadar Air Pada Tanah...............................................................................17
2.7. Berat Jenis...................................................................................................18
2.8. Analisis Saringan........................................................................................19
2.9. Analisis Hidrometer....................................................................................20
2.10. Batas-batas Atterberg.............................................................................20
2.10.1. Batas Cair (Liquid Limmit)..................................................................21
i
2.10.2. Batas Plastis............................................................................................23
2.10.3. Indesk Plastis Tanah.............................................................................23
2.11. Pemadatan................................................................................................24
2.11.1. Pengaruh Kadar Air Tanah..................................................................26
2.11.2. Memeriksa kepadatan...........................................................................26
2.12. California Bearing Ratio (CBR)............................................................27
2.13. Mineral Lempung....................................................................................28
2.14. Mineral Pasir Pantai...............................................................................31
2.15. Mineral Abu kayu...................................................................................32
2.16. Kajian Literatur Penelitian Yang Sudah Dilakukan...........................33
2.16.1. Jurnal Universitas Riau........................................................................33
i
DAFTAR TABEL
i
DAFTAR GAMBAR
i
BAB I
PENDAHULUAN
Tanah mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan konstruksi yaitu
sebagai sebagai tempat penahan atau penunjang dari sebuah struktur. Tanah adalah
lapisan permukaan bumi yang berasal dari material induk yang telah mengalami
proses lanjut, karena perubahan alami dibawah pengaruh air, udara, dan macam-
macam organisme baik yang masih hidup maupun yang telah mati. Tingkat
perubahan terlihat pada komposisi, struktur dan warna hasil pelapukan
(Dokuchaev 1870 dalam Maulana & Hamdhan, 2016).
Klasifikasi tanah yang umum dijumpai di indonesia adalah tanah berpasir dan krikil,
tanah hardpan, tanah lanau, tanah lempung organik (lunak), dan tanah gambut
(Wesley, 1973 dalam Sh Kurniawan, 2011). Namun masalah yang sering terjadi pada
saat melakukan kegiatan konstruksi adalah terdapatnya tanah lunak pada suatu area
konstruksi. Persebaran tanah lunak sendiri di indonesia sangat banyak, diantaranya
berada di jawa barat terutama di daerah Bandung dengan nilai kompresibilitas yang
tinggi yaitu > 0,15% (Wardoyo, Sarwondo, dkk, 2019).
Diantara daerah-daerah di bandung yang memiliki nilai kompresibitas yang cukup
tinggi adalah Desa Tarumajaya, Kabupaten bandung, melihat kondisi ini maka
i
diperlukan adanya percobaan perbaikan kondisi atau mutu pada tanah lempung.
Menurut (Mina,dkk, 2017) , tanah lempung adalah tanah yang mempunyai sifat
kembang-susut tinggi akibat adanya perubahan kadar air, sehingga daya dukung
sangat di pengharuhi oleh perubahan kadar air. Berdasarkan kondisi tersebut, inovasi
bahan untuk merancang tanah lempung agar didapatkan struktur tanah yang
konsisten terhadap mutu yang diinginkan.
Dalam penelitian-penelitian sebelumnya umumnya mereka hanya meneliti dengan
satu bahan saja dan kebanyakan memakai jenis bahan lain, namun saya memakai dua
bahan campuran yaitu dengan menambahkan Abu kayu, dan pasir pantai dengan
kondisi pasir pantai basah dan kering hal ini yang membuat penelitian saya menarik
untuk di lakukan.
Material abu kayu dan pasir pantai adalah alternatif bahan yang akan dijadikan
sebagai bahan tambah campuran, material ini diharapkan bisa meningkatkan daya
dukung, dan stabilitas tanah serta meningkatkan kekuatan dan kualitas tanah
dibandingkan dengan kondisi tanah asli sebelumnya.
Berdasarkan latar belakang dan masalah diatas, maka penulis akan melakukan
penelitian mengenai " PENGARUH PENAMBAHAN ABU KAYU, DAN PASIR
PANTAI TERHADAP STABILITAS DAYA DUKUNG TANAH DAN
KOHESIVITAS TANAH DI JALAN DESA TARUMAJAYA".
i
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut :
Untuk mengetahui pengaruh penambahan abu kayu dan pasir pantai terhadap mutu
tanah lempung lunak untuk meningkatkan stabilitas daya dukung tanah dan
kohesivitas tanah.
1.4. Maksud
Adapun maksud penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Melakukan pengujian tanah lempung lunak dengan pengaruh penambahan
campuran abu kayu dan pasir pantai (kondisi kering dan basah).
2. Perhitungan rencana campuran (mix design).
3. Pembuatan benda uji dilaboratorium.
4. Pengujian berat jenis, Pengujian Analisis Saringan, Pengujian Analisi
Hidrometer, Pengujian penetuan batas atterberg (Indeks Plastis Tanah),
Pengujian Pemadatan tanah, Tes Triaxial dan Pengujian CBR.
5. Melakukan perbandingan dan menganalisa hasil dari pengujian.
i
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan mutu
tanah untuk meningkatkan stabilitas dan kohesivitas tanah dengan penambahan
campuran abu kayu dan pasir pantai yang diharapkan bisa dijadikan alternatif maupun
sebagai inovasi terbaru, untuk memperbaiki tanah lempung lunak, sehingga tanah
tersebut bisa terpakai untuk membangun infrastruktur dan menyelesaikan
permasalahan sering rusaknya jalan karena penurunan adanya penurunan tanah
terutama pada lokasi penelitian.
i
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.7. Umum
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai material yang
terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat
secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang
berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong
diantara partikel-partikel padat tersebut. Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada
berbagai macam pekerjaan teknik sipil, disamping itu tanah berfungsi juga sebagai
pendukung pondasi dari bangunan sehingga seorang ahli teknik sipil harus juga
mempelajari sifat-sifat dasar dari tanah, seperti asal usulnya, penyebaran ukuran
butiran, kemampuan mengalirkan air, sifat pemampatan bila dibebani
(compressibility), kekuatan geser, kapasitas daya dukung terhadap beban, dan lain-
lain (Braja M Das, 1995).
Proses pembetukan tanah dapat berupa pelapukan batuan atau proses geologi lainnya
yang terjadi didekat permukaan bumi akan membentuk tanah,pembentukan tanah dari
batuan induknya, dapat berupa proses pembentukan tanah secara fisik yang
mengubah batuan menjadi partikel-partikel lebih kecil, terjadi akibat pengaruh erosi,
angin. air, es, manusia, atau hancurnya partikel tanah akibat perubahan suhu atau
cuaca. Partikel-partikel berbentuk bulat, bergerigi maupun bentuk-bentuk lain.
Sedangkan pelapukan akibat proses kimia terjadi oleh pengaruh oksigen,
karbondioksida, air (terutama yang mengandung asam atau alkali) dan proses-proses
kimia yang lain. Jika basil pelapukan masih berada ditempat asalnya, maka tanah ini
disebut tanah residual (residual soil) dan apabila tanah berpindah tempatnya. disebut
tanah terangkut (transported soil).
i
Istilah tanah pasir, lempung, lanau atau lumpur digunakan untuk menggambarkan
ukuran partikel pada batas ukuran butiran yang telah ditentukan, akan tetapi istilah
yang sama juga digunakan untuk menggambarkan sifat tanah yang khusus. Sebagai
cantoh, lempung adalah jenis tanah yang bersifat kohesif dan plastis sedangkan pasir
digambarkan sebagai tanah yang tidak kohesif dan tidak plastis pori-pori udara, dan
air pori (Hary-Christady-Hardiyatmo -Mekanika-Tanah 1, 2002).
i
1.11. Pasir
Pasir merupakan jenis tanah non kohesif ( cohesionless soil ). Tanah non kohesif
mempunyai sifat yaitu antar butiran lepas, hal ini ditunjukkan dengan butiran tanah
yang akan terpisah-pisah apabila dikeringkan dan hanya akan melekat apabila dalam
keadaan yang disebabkan oleh gaya tarik permukaan. Pasir dapat dideskripsikan
sebagai bergradasi baik, bergradasi buruk, bergradasi seragam atau bergradasi
timpang (Sumpeni & Sagala, 2014).
i
sama sangat membantu perancang untuk memberikan pengarahan secara empiris
berdasarkan pengalaman sebelumnya. Namun perancang harus berhati-hati dalam
melakukan penerapan karena masalahan stabilitas, penurunan (kompresi), aliran air
yang didasarkan pada klasifikasi tanah sering terjadi kesalahan yang cukup fatal
(Lambe, 1979 dalam Dr. Ir. H. Darwis, M.Sc., 2018).
Tipe pengujian yang sangat sederhana sering dipakai untuk memperoleh karakteristik
tanah digunakan untuk menentukan kelompok klasifikasi. Umumnya, klasifikasi
tanah didasarkan atas ukuran partikel yang diperoleh dari analisis saringan (dan uji
sedimentasi) dan plastisitas.
Terdapat dua sistem klasifikasi yang sering dipakai, yaitu Unified Soil Classification
System dan AASHTO (American Association of State Highway and Transportation
Officials). Sistem-sistem ini menggunakan sifat-sifat indeks tanah yang sederhana
seperti distribusi ukuran butiran, batas cair dan indeks plastisitas. Klasifikasi tanah
dari Sistem Unified mula pertama diusulkan oleh Casagrande (1942), kemudian
direvisi oleh kelompok teknisi dari USBR (United State Bureau of Reclamation).
Dalam bentuk yang sekarang, sistem ini banyak digunakan oleh berbagai organisasi
konsultan geoteknik (Hary-Christady-Hardiyatmo -Mekanika-Tanah 1, 2002).
i
berdasarkan tekstur tanah telah dikembangkan sejak dulu oleh berbagai organisasi
guna memenuhi kebutuhan mereka sendiri salah satunya adalah Massissipi River
Comission (Braja M Das, 1995).
Menurut departemen pertanian amerika serikat (USDA) klasifikasi tanah tersebut bisa
di lihat seperti pada gambar 2.1 berikut :
i
Tabel 2.1. Klasifikasi Tanah Sistem Inified
Simbol
Divisi utama Nama umum
Kelompok
Pasir lebih dari 50% fraksi kasar Pasir lebih dari 50% fraksi kasar
Kerikil bergradasi-baik dan campuran kerikil-pasir,
halus
lolos ayakan no. 4 Kerikil bergradasi-buruk dan campuran kerikil-pasir,
GP sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran
halus
MH
lanau diatomae, lanau yang elastis
Sumber : Buku Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1 Braja M. Das
i
Lanjutan tabel 2.1.
Sumber : Buku Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1 Braja M. Das
i
Untuk jelasnya arti simbol-simbol yang digunakan adalah sebagai berikut :
G = kerikil (gravel)
S = pasir (sand)
C = lempung (clay)
M = lanau (silt)
0 = lanau atau lempung organik (organic silt or clay)
Pt = tanah gambut dan tanah organik tinggi (peat and highly organic soil)
W = gradasi baik (well-graded)
P = gradasi buruk (poorlu-graded)
H = plastisitas tinggi (hight-plasticity)
L = plasttsitas rendah (low-plasticity)
i
PI = indeks plastisitas
Pengembangan sistem ini dilakukan pada tahun 1929 sebagai Publik Road
Administration Classification Sistem. Sistem ini dapat mengklarifikasikan tanah
menjadi 7 kelompok besar yaitu seperti A-1 sampai dengan A-7. Tanah yang
diklasifikasikan ke dalam A-1, A-1, dan A-3 adalah merupakan tanah berbutir dimana
tanah tersebut 35% atau kurang dari jumlah butiran tanah tersebut lolos ayakan No.
200. Sedangkan tanah yang lebih dari 35% butirannya tidak lolos ayakan. Untuk
jelasnya bisa dilihat pada tabel (2.2.) berikut :
Tabel 2.2. Klasifikasi Tanah Sistem AASHTO
Sumber : Buku Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1 Braja M. Das
i
Lanjutan tabel 2.2.
Sumber : Buku Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1 Braja M. Das
i
1.14. Berat Jenis
Pengertian berat jenis butir tanah adalah perbandingan antara massa isi butir tanah
dan massa isi air (Standar Nasional Indonesia SNI 1964-2008). Berat jenis (spesific
gravity) tanah adalah perbandingan antara berat isi butir tanah terhadap berat isi air
pada temperatur 4°C dan tekanan 1.0 atmosfir. Adapun cara menentukan berat jenis
tanah ialah dengan mengukur berat sejumlah tanah yang isinya, rumus (2.2) untuk
menghitung nilai Gs adalah :
γs Ws γs(W 2−w 1)
Gs= = = k
γw Vx × γw ( W 4−W 1 ) −(W 3−W 2)
(2.2)
Dimana :
Gs = Berat jenis tanah
Ys = Berat volume butiran
Yw = Berat volume air
Vw = Volume air
W1 = Berat piknometer kosong (gr)
W2 = Berat piknometer + contoh tanah kering (gr)
W3 = Berat piknometer + contoh tanah + air suling (gr)
W4 = Berat piknometer + air suling (gr)
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan botol Erlenmeyer. Berat jenis tanah
digunakan pada hubungan fungsional antara fase udara, air, dan butiran dalam tanah.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai berat jenis tanah,
pengujian ini dilakukan karena akan diperlukan untuk perhitungan-perhitungan
indeks tanah (index properties). ASTM D854-92 mencakup penentuan berat jenis
tanah yang lolos saringan No.4 (4.75 mm) dengan menggunakan labu gelas, Salah
satu metode tes untuk penentuan berat jenis dan penyerapan agregat kasar (material
i
yang tertahan pada saringan 4.75 mm) dijelaskan pada ASTM C127
(Kementrian PUPR, 2021).
Parameter Nilai Gs tidak berdimensi, interval nilai Gs untuk berbagai jenis tanah
berkisar antara 2,58 sampai 2,75, kecuali untuk jenis tanah humus dan gambut
biasanya interval Gs antara 1,25 sampai 1,80. Nilai berat jenis untuk berbagai jenis
tanah dapat dilihat pada Tabel (2.3.) :
Tabel 2.3. Berat Jenis (Gs) berbagai jenis tanah
i
bentuk, dan beratnya. Untuk mengetahui kecepatan dari partikel tanah maka dipakai
hukum stoke yang didefinisikan oleh persamaan 2.3 berikut :
Ʈs−Ʈw
v= xD² (2.3)
18 ƞ
Dimana :
v = Kecepatan turun butir-butir tanah (gr/dtk)
Ʈs = Berat volume butir-butir tanah (gr/cm)
Ʈw = Berat volume air
Ƞ = Viscositas/kekentalan air (gr-dtk/cm)
D = Diameter butiran tanah (cm)
Jika menginginkan hasil yang lebih baik, maka digunakan hidrometer yang
berfungsi untuk mengetahui specific gravity larutan setiap waktu pengamatan. Dari
hasil tersebut maka diperoleh data yang setelah diolah akan diperoleh grafik distribusi
butiran yang merupakan hubungan antara diameter dan presentase lolos
(Sondakh & Assa, 2016).
i
. Gambar diagram batas-batas atterberg bisa di lihat seperti pada gambar
2.2 berikut :
i
Gambar 2.3. Kurva penentuan batas cair
Sumber : Buku Dasar-Dasar Mekanika Tanah 1 Hary-Christady-Hardiyatmo
Kemiringan dari garis dalam kurva didefinisikan sebagai indeks aliran (flow index)
yang dinyatakan dalam persamaan 2.4 :
W 1−W 2
IF=
log (N 2/N 1)
(2.4)
Dimana :
IF = Indeks aliran
W1 = Kadar air (%) pada N1 pukulan
W2 = Kadar air (%) pada N2 pukulan
Perlu diperhatikan bahwa nilai w1 dan w2 dapat ditukar untuk memperoleh nilai
positifnya meskipun sebenarnya kemiringan kurva negatif. Dari banyak uji batas cair
di Water Experiment Station Vicksburg, Mississipi (1949), mengusulkan persamaan
batas cair menggunakan persamaan 2.5 dibawah :
i
N = Jumlah pukulan untuk menutup celah 0,5 in (12,7 mm)
Wn = Kadar air
tan β = 0,121 (tapi tan β tidak sama dengan 0,121 untuk semua jenis tanah)
i
Tabel 2.4 Sifat berbagai jenis tanah
1.18. Pemadatan
Tujuan dari pemadatan tanah adalah untuk mencari kerapatan menyeluruh dan kadar
air pada tanah guna menentukan kerapatan kering maximum(ƴdry max) dan nilai
kadar air optimum (OMC). Cara untuk mengusir udara dari pori-pori tanah yang
renggang yaitu dengan cara di padatkan dengan cara menggilas dan menumbuk tanah
sehingga volume butiranya berkurang karena merapat. Penambahan air pada tanah
yang sedikit lembab sedikit membantu pemadatan, tetapi menimbulkan kadar air
optimum yang akan mengakibatkan meningkatya pori-pori pada tanah
(Mina dkk, 2017).
Sehingga bisa di katakan bahwa pemadatan adalah usaha yang dilakukan untuk
merapatkan butir-butir tanah sehingga volumenya bisa berkurang yang dilakukan
secara mekanis. Berikut adalah manfaat dari pemadatan tanah :
1) Memperbaiki kuat geser tanah dengan menaikan nilai 0 dan C.
2) Mengurangi kompresibilitas yaitu dengan caramengurangi penurunan dengan
beban.
3) Mengurangi permeabilitas yaitu mengurangi nilai K.
i
4) Mengurangi sifat kembang susut tanah (lempung).
Karena pemadatan mengurangi volume pori tanah, akibatnya volume tanah berubah,
nilai C dan c berkurang, berat volume menjadi lebih kering, didefinisikan oleh
persamaan 2.7 berikut :
Gs ƴw
ƴk¿
1+e
(2.7)
Dimana :
Ƴk = Berat volume kering
Gs = Berat jenis tanah
Ƴw = Berat volume air
E = Angka pori
Derajat kenyang air naik meski kadar air tetap, didefinisikan dengan persamaan 2.8
berikut :
Vs
S¿
Vv
(2.8)
Dimana :
S = Derajat kejenuhan
Vs = Volume butiran tanah
Vv = Volume pori
Naiknya nilai Yk pada saat pemadatan dipengaruhi oleh tenaga pemadat, dan kadar
air.
i
V = Volume tanah total
2) Mencari berat volume kering dari kadar air dengan persamaan 2.10 berikut :
ƴb
ƴk ¿
1+ w
(2.10)
Dimana :
Ƴk = Berat volume kering
Ƴb = Berat volume basah
W = Kadar air
1.19. California Bearing Ratio (CBR)
Cara ini pertama kali diperkenalkan oleh Laboratorium California Division of
Highway USA tahun 1929, kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh institusi lain,
salah satunya U.S. Corps of Engineers tahun 1940-an, ASTM D 1883-87 tahun 1961,
AASHTO T 193-74 tahun 1972, dan British Standart BS tahun 1377. DI Indonesia
sendiri, percobaan ini telah distandarisasi melalui SNI dan Standar Bina Marga PB-
0113-76. Percobaan ini bersifat empiris, yaitu mengukur tahanan geser tanah pada
kondisi kadar air dan kepadatan tertentu untuk menentukan nilai kekuatan (daya
dukung) relatif tanah dasar atau bahan-bahan lain yang dipakai untuk perkerasan,
yang dinyatakan dalam nilai CBR.
Nilai CBR merupakan perbandingan antara beban penetrasi dari bahan tertentu
terhadap beban standar untuk kedalaman dan kecepatan penetrasi tertentu, yang
dinyatakan dalam satuan persen (%), pengujian CBR dimaksudkan untuk menentukan
nilai CBR tanah dan campuran tanah agregat yang dipadatkan di laboratorium pada
kadar air tertentu, sehingga didapat data yang nantinya akan digambarkan pada grafik
hasil pengujian CBR.
Berikut adalah persamaan (2.11) untuk menyatakan nilai CBR :
i
Beban Penetrasi
CBR ¿ x 100%
Beban Standar
(2.11)
Besarnya nilai beban penetrasi dan standar, di tabelkan pada tabel (2.5) berikut :
i
Tabel 2.5. Besar Beban Yang Di Gunakan Untuk Pengujian Cbr
i
Yang setiap deposit lempung yang mengandung mineral lempung dan beberapa
partikel dari material-material lainnya yang bisa dibilang pengisi.
Secara kimiawi, mineral lempung merupakan ikatan hydrous aluminosilicates
(aluminasilika dengan air) ditambah ion metalik. Dari mikroskop elektron dapat
diketahui bahwa kristal berupa plates (lempengan) kecil dan dari diffraksi sinar x,
lembaran kecil terdiri dari banyak lembaran kristal yang merupakan struktur atom
berulang (repeating atomic structure) (Sutarman, 2013 dalam syaepul, rifki 2021).
Ada dua blok yang fundamental untuk mineral lempung, yaitu :
1) Lembaran Silika terdiri dari empat oksigen membentuk puncak dari tetra
hedron dan menutupi sebuah atom silicon menghasilkan satu satuan setinggi
mm.
2) Lembaran Oktahedral (Alumina) terdiri dari satuan aluminium atau
magnesium ditutupi oleh enam hydroksil yang membentuk Octahedron
setinggi 5,05 AO. Satuan octahedron disebut brusit jika atom metal itu
diganti magnesium dan gipsit jika atomnya aluminium, terkadang diisi oleh
Fe, Ti, Nil Cr, atau Li.
Isomorphous merupakan substitusi yang terjadi pada lembaran Oktahedral dengan
kationkation yang berbeda, hal ini dapat menunjukan mineral lempung yang berbeda.
Pada umumnya, Subtitusi Isomorphous merupakan faktor terpenting dalam truktur
dan perilaku mineral lempung. Ion-ion subtitusi juga mempunyai ukuran fisik yang
sama. Lembaran oktahedral tidak selalu terdiri dari kation- kation, seperti :
a) Gibsite
b) Brucite
Larutan tanah dengan air menyebabkan reaksi alkalin (ph >7). Pelapukan kimiawi
dari batuan merupakan sumber utama mineral yang dapat mengandung :
1) Felspar Ortoklas
2) Felspar Plagioklas
i
3) Mika (muskopit)
Menurut Grim (1968), mineral lempung dapat terbentuk dari hampir semua batuan
selama terdapat cukup banyak alkali dan tanah alkalin yang dapat membuat terjadinya
reaksi kimiawi dan di dalam suatu masa tanah dapat dijumpai mineral-mineral, antara
lain :
a) Feldspar (60 %) b, Pyroxenes dan Amphiboles (17%)
b) Quartz (12%)
c) Mika (4%)
d) Mineral lainnya (8 %)
Beberapa Mineral lempung :
1) Kaolinite ((OH)8Al Si O)
2) Halloysite ((OH)g Al 4 Si 0 10 41-120).
3) Illite (Ala (Si6 A12) 020 (OH))
4) Montmorillonite (A14 (Sis 02) (OH)4n H20)
5) Clhorite
6) Vermecullite
7) Attapulgite
i
Sementara itu, dalam bentuk larutan, garam menghasilkan ion-ion yang berfungsi
sebagai katalisator yang berfungsi untuk mempercepat reaksi pozzolanic dalam tanah
lempung. Dalam bentuk kering garam berbentuk kristal mengisi ruang pori diantara
butir-butir tanah lempung. Ini berarti pasir pantai dapat berperan untuk meningkatkan
daya dukung dan manstabilisasi tanah lempung baik sebagai larutan maupun sebagai
kristal (kering).
Berikut adalah hasil pengujian sifat kimia/mineral yang dilakukan di Laboratorium
Geokimia Mineral Universitas Hasanuddin, oleh (Nursamiah, Hasriana, 2018) :
Tabel 2.6. Hasil Pengujian Mineral kimia Pasir Pantai
Sumber : Jurnal Studi Daya Dukung Tanah Lempung Lunak Yang Distabilisasi Dengan Pasir
Pantai, Nursamiah
i
Berikut adalah tabel hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu :
Tabel 2.7 Hasil Pengujian Mineral Kimia Abu Kayu
Sumber : Jurnal Stabilisasi Tanah Menggunakan Abu Kayu Terhadap Tanah Lunak
Bengkalis, Rio Zambika dkk
Dari hasil analisi kimia tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa abu kayu
didominasi oleh CaO (kapur) sebesar 38,389% dan SiO2 (silika dioksida) sebesar
36,192%. Dari Tabel 3 diatas maka abu kayu sangat potensial sebagai bahan
stabilisasi tanah (Zambika-dkk, 2019).
i
Tabel 2.8. Perkiraan Jumlah Sampel UCS
Sumber : Jurnal Stabilisasi Tanah Menggunakan Abu Kayu Terhadap Tanah Lunak
Bengkalis, Rio Zambika dkk
i
Lanjutan Tabel 2.8.
Sumber : Jurnal Stabilisasi Tanah Menggunakan Abu Kayu Terhadap Tanah Lunak
Bengkalis, Rio Zambika dkk
i
Tabel 2.9 Hasil Pengujian Karekateristik Fisik Tanah Lempung
Sumber : Jurnal Stabilisasi Tanah Menggunakan Abu Kayu Terhadap Tanah Lunak
Bengkalis, Rio Zambika dkk
Sumber : Jurnal Stabilisasi Tanah Menggunakan Abu Kayu Terhadap Tanah Lunak
Bengkalis, Rio Zambika dkk
i
Gambar 2 4. Pengaruh Tanah + Abu Kayu Terhadap Atterberg Limit
Sumber : Jurnal Stabilisasi Tanah Menggunakan Abu Kayu Terhadap Tanah Lunak
Bengkalis, Rio Zambika dkk
i
Gambar 2.6. Pengaruh Tanah + Kapur + Abu Kayu Terhadap Atterberg Limit
Sumber : Jurnal Stabilisasi Tanah Menggunakan Abu Kayu Terhadap Tanah Lunak
Bengkalis, Rio Zambika dkk
i
Gambar 2.8. Grafik Proktor Pada Tanah Asli
Sumber : Jurnal Stabilisasi Tanah Menggunakan Abu Kayu Terhadap Tanah Lunak
Bengkalis, Rio Zambika dkk
Gambar 2.9. Hubungan Tanah + Abu Kayu Terhadap MDD Dan OMC
Sumber : Jurnal Stabilisasi Tanah Menggunakan Abu Kayu Terhadap Tanah Lunak
Bengkalis, Rio Zambika dkk
i
Gambar 2.10. Hubungan tanah + kapur terhadap MDD dan OMC
Sumber : Jurnal Stabilisasi Tanah Menggunakan Abu Kayu Terhadap Tanah Lunak
Bengkalis, Rio Zambika dkk
i
Gambar 2.12. Hasil Pengujian UCS Tanah Asli
Sumber : Jurnal Stabilisasi Tanah Menggunakan Abu Kayu Terhadap Tanah Lunak
Bengkalis, Rio Zambika dkk
Gambar 2.13. Hubungan Nilai UCS Dan Waktu Pemeraman Pada Tanah Asli
Sumber : Jurnal Stabilisasi Tanah Menggunakan Abu Kayu Terhadap Tanah Lunak
Bengkalis, Rio Zambika dkk
i
Gambar 2.14. Hubungan Tanah + Abu Kayu Terhadap Nilai UCS Dan Waktu
Pemeraman
Sumber : Jurnal Stabilisasi Tanah Menggunakan Abu Kayu Terhadap Tanah Lunak
Bengkalis, Rio Zambika dkk
Gambar 2.15. Hubungan Tanah + Kapur Terhadap Nilai UCS Dan Waktu
Pemeraman
Sumber : Jurnal Stabilisasi Tanah Menggunakan Abu Kayu Terhadap Tanah Lunak
Bengkalis, Rio Zambika dkk
i
Gambar 2.16. Hubungan Tanah +Kapur + Abu Kayu Terhadap Nilai UCS Dan Waktu
Pemeraman
Sumber : Jurnal Stabilisasi Tanah Menggunakan Abu Kayu Terhadap Tanah Lunak
Bengkalis, Rio Zambika dkk
i
Gambar 2.18. Hubungan UCS Tanah Asli Terhadap Perendaman
Sumber : Jurnal Stabilisasi Tanah Menggunakan Abu Kayu Terhadap Tanah Lunak
Bengkalis, Rio Zambika dkk
i
1.23.2. Jurnal Universitas Riau
i
DAFTAR PUSTAKA
2TS12542. (n.d.).
360734538-mekanika-tanah-i-Hary-Christady-Hardiyatmo-pdf. (2002).
Atlas sebaran batulempung bermasalah Indonesia. (n.d.).
Book, ·. (2018). DASAR-DASAR MEKANIKA TANAH.
https://www.researchgate.net/publication/323616697
Indikator Konstruksi, Triwulanan IV-2021. (n.d.).
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang, D. (2018). Prosiding Seminar
Hasil Penelitian (SNP2M).
L Braja, J. 1, Bahasa, A., & Noor, L. (1993). Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa
Geoteknis).
Maulana, G., & Hamdhan, I. N. (n.d.). Stabilisasi Tanah Lempung Ekspansif
Menggunakan Campuran Renolith dan Kapur.
Mina, E., Indera Kusuma, R., & Ridwan, J. (2017a). STABILISASI TANAH LEMPUNG
MENGGUNAKAN PASIR LAUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP NILAI
KUAT TEKAN BEBAS (Studi Kasus : Jalan Mangkualam Kecamatan Cimanggu-
Banten). In Jurusan Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa | (Vol. 6, Issue
2).
Mina, E., Indera Kusuma, R., & Ridwan, J. (2017b). STABILISASI TANAH LEMPUNG
MENGGUNAKAN PASIR LAUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP NILAI
KUAT TEKAN BEBAS (Studi Kasus : Jalan Mangkualam Kecamatan Cimanggu-
Banten). In Jurusan Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa | (Vol. 6, Issue
2).
Penerbit, L. D. W., & Yogyakarta, A. (n.d.). Mekanika Tanah untukTanah EndaPan dan
Residu.
Sondakh, F., & Assa, V. A. (n.d.). LABORATORIUM UJI TANAH PROGRAM STUDI
DIPLOMA III MODUL PRAKTIKUM.
i
Zambika, R., Fatnanta, F., Pascasarjana Teknik Sipil, P., Teknik, F., Riau Kampus Bina
Widya Km, U., Baru Pekanbaru, S., & Riau, P. (2019). STABILISASI TANAH
MENGGUNAKAN ABU KAYU TERHADAP TANAH LUNAK BENGKALIS. 1, 5–17.
2TS12542. (n.d.).
360734538-mekanika-tanah-i-Hary-Christady-Hardiyatmo-pdf. (2002).
Atlas sebaran batulempung bermasalah Indonesia. (n.d.).
Book, ·. (2018). DASAR-DASAR MEKANIKA TANAH.
https://www.researchgate.net/publication/323616697
Indikator Konstruksi, Triwulanan IV-2021. (n.d.).
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang, D. (2018). Prosiding Seminar
Hasil Penelitian (SNP2M).
L Braja, J. 1, Bahasa, A., & Noor, L. (1993). Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa
Geoteknis).
Maulana, G., & Hamdhan, I. N. (n.d.). Stabilisasi Tanah Lempung Ekspansif
Menggunakan Campuran Renolith dan Kapur.
Mina, E., Indera Kusuma, R., & Ridwan, J. (2017a). STABILISASI TANAH LEMPUNG
MENGGUNAKAN PASIR LAUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP NILAI
KUAT TEKAN BEBAS (Studi Kasus : Jalan Mangkualam Kecamatan Cimanggu-
Banten). In Jurusan Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa | (Vol. 6, Issue
2).
Mina, E., Indera Kusuma, R., & Ridwan, J. (2017b). STABILISASI TANAH LEMPUNG
MENGGUNAKAN PASIR LAUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP NILAI
KUAT TEKAN BEBAS (Studi Kasus : Jalan Mangkualam Kecamatan Cimanggu-
Banten). In Jurusan Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa | (Vol. 6, Issue
2).
i
Penerbit, L. D. W., & Yogyakarta, A. (n.d.). Mekanika Tanah untukTanah EndaPan dan
Residu.
Sondakh, F., & Assa, V. A. (n.d.). LABORATORIUM UJI TANAH PROGRAM STUDI
DIPLOMA III MODUL PRAKTIKUM.
Zambika, R., Fatnanta, F., Pascasarjana Teknik Sipil, P., Teknik, F., Riau Kampus Bina
Widya Km, U., Baru Pekanbaru, S., & Riau, P. (2019). STABILISASI TANAH
MENGGUNAKAN ABU KAYU TERHADAP TANAH LUNAK BENGKALIS. 1, 5–17.