Oleh:
DEKA DWI ADYTAMA
181251030
WASTUKANCANA PURWAKARTA
Jl. Cikopak No.53, Sadang, Purwakarta
-Telp : (0264)214952,822 5153 Fax : (0264) 822 5153
i
2022
ii
PERNYATAAN KEASLIAN PROPOSAL SKRIPSI
NIM :181251030
Tanda Tangan :
...........................................
Tanggal : . .........................................
iii
KATA PENGANTAR
Pujian dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala
rahmat, dan Ridha-Nya Penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan ini tepat
pada waktunya dengan judul “ANALISA VARIASI KUAT ARUS
PENGELASAN SMAW TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL BAJA
ASTM SS440 HIGH STEEL”. Dengan selesainya laporan ini, penulis ingin
mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
Penulis menyadari, karya tulis ini masih banyak kelemahan dan kekurangan nya.
Karena itu penulis terbuka menerima kritik dan saran.
Akhir kata penyusun berharap dengan tersusunnya laporan ini dapat mencapai
sasaran sebagaimana yang telah ditentukan, dan mudah-mudahan dapat menjadi
bekal berharga bagi penulis dan dapat menambah wawasan bagi para
pembacanya.
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................3
DAFTAR ISI..................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................6
DAFTAR TABEL..........................................................................................8
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
2.4 Pengelasan............................................................................11
2.6 Elektroda...............................................................................24
v
2.7 E7016 Type LB-52U Ø3,2 mm............................................27
BAB IV PENUTUP....................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................47
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan mampu las yang tinggi dan rendah (Sonawan, Suratman ........6
Gambar 2.2 Retak dingin di daerah logam las baja karbon (Sonawan, Suratman...8
Gambar 2.3 Standar dari 440 C stainless steel dan baja yang setara serta ..............9
Gambar 2.4 keterangan sifat mekanik baja tahan karat ASTM 440 C...................10
Gambar 2.5 Diagram fasa Fe-Fe3C (Akbar, 2017)................................................10
Gambar 2.6 Diagram kecepatan pendingin (Akbar, 2017)....................................11
Gambar 2.7 Skema definisi proses pengelasan (Sonawan, Suratman 2006).........12
Gambar 2.8 Definisi Dilusi...................................................................................13
Gambar 2.9 Manik Las (Sonawan, Suratman, 2006).............................................14
Gambar 2.10 Jenis-jenis sambungan dasar (Sonawan, Suratman, 2006)...............16
Gambar 2.11 Alur sambungan las tumpul (Sonawan, Suratman, 2006)................17
Gambar 2.12 (A) Retak akar, (B) Retak bawah manik, (C) Retak tumit (Harto. . .18
Gambar 2.13 Retak kawah, retak memanjang (Hartono, 2009).............................19
Gambar 2.14 Retak gigi dan retak disamping logam (Hartono, 2009)..................20
Gambar 2.15 Posisi pengelasan di bawah tangan (down…………………………... 20
Gambar 2.16 Posisi pengelasan mendatar (horizontal position) (Hanggara, ........20
Gambar 2.17 Posisi pengelasan tegak (vertical position) (Hanggara, Harahap.....21
Gambar 2.18 Posisi pengelasan di atas kepala (over head position) ....................21
Gambar 2.19 Skema proses SMAW/MMAW (Sonawan, Suratman, 2006)..........22
Gambar 2.20 Peralatan pengelasan SMAW (Sonawan, Suratman, 2006).............22
Gambar 2.21 Mesin las SMAW.............................................................................23
Gambar 2.22 Las busur dengan elektroda terbungkus (Wiryosumarto dan...........24
Gambar 2.23 Pemindahan logsm cair (Wiryosumarto dan Okumura, 2000).........25
Gambar 2.24 Elektroda E7016 type LB-52U.........................................................28
Gambar 2.25 Ilustrasi penyebab daerah HAZ........................................................30
Gambar 2.26 Contoj Uji NDT www.pengelasan.net.............................................31
Gambar 2.27 Standar specimen Uji Tarik ASTM E8/E8M (www.metalurgi-ilmu-
logam.blogspot.com)..............................................................................................33
Gambar 2.28 Kurva tegangan dan regangan uji tarik............................................35
Gambar 2.29 Metode Charpy (Sulthon, 2016)......................................................36
Gambar 2.30 Metode Izod.....................................................................................36
vii
Gambar 2.31 skema uji impact charpy dan izod www.detech.co.id......................38
Gambar 3.1 Metode penelitian...............................................................................39
Gambar 3.2 Elektroda E7016 Type LB-52U.........................................................42
Gambar 3.3 Dimensi specimen yang ingin di las..................................................42
Gambar 3.4 Mesin las SMAW...............................................................................43
Gambar 3.5 Spesimen Uji Tarik............................................................................44
Gambar 3.6 Mesin Uji Tarik..................................................................................44
Gambar 3.7 Spesimen Uji Impact..........................................................................45
Gambar 3.8 Mesin Ujj Impact................................................................................45
vii
i
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Karakteristik dan contoh aplikasi baja karbon (Sonawan, Suratman.......7
Tabel 2.2 Spesifikasi elektroda terbungkus dari baja lunak. (JIS Z 3211-1978)...26
Tabel 2.3 Spesifikasi elektroda terbungkus dari baaj lunak (baja karbom). (........27
Tabel 3.1 Jadwal pelaksanaan penelitian...............................................................40
ix
1 BAB I
PENDAHULUAN
Las Shielded Metal Arc Welding (SMAW) sering digunakan dalam pembuatan
kontruksi karena penggunaannya lebih praktis, lebih mudah pengoperasiannya,
dapat digunakan untuk segala macam posisi dan tipe sambungan las. Pada proses
pengelasan berhubungan dengan energi panas sehingga dalam setiap prosesnya
dapat merubah sifat mekanik material, untuk itu dalam perencanaan kontruksi las
ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti: pemilihan logam induk,
penentuan mesin las, penyetelan kuat arus keahlian welder, penggunaan jenis
kampuh, pemilihan jenis elektroda, dan penentuan tempat yang akan dilakukannya
proses las (Wiryosumarto dan Okumura, 2000).
Salah satunya adalah menggunakan variasi kuat arus las yang berbeda-beda untuk
mentukan hasil baik dan perubahan sifat mekanik yang diharapkan dan tidak
merusak sepenuhnya. Pemilihan parameter arus las yang tepat berpengaruh
terhadap kekuatan dan perubahan sifat mekanis suatu logam. Arus yang
1
digunakan terlalu rendah akan menyebabkan sukarnya penyalaan busur listrik,
serta busur listrik yang terjadi tidak stabil. Panas yang terjadi tidak cukup untuk
melelehkan elektroda dan bahan dasar sehingga hasilnya rigi-rigi las dan tidak rata
serta penembusan kurang dalam. Sebaliknya bila arus terlalu tinggi maka
elektroda akan mencair terlalu cepat dan akan menghasilkan permukaan las yang
lebih lebar dan penembusan yang dalam (Helanianto, 2020).
2
SS440 dengan menggunakan variasi kuat arus las yang berbeda-beda.
2. Untuk menganalisa pengaruh dalam perbedaan kuat arus pengelasan
terhadap kekuatan tarik dan ketangguhan pada sambungan las plate baja
ASTM SS440.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan berbagai hal mengenai latar belakang, identifikasi masalah,
rumusan masalah, batasan masalah , tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
3
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan saran
perbaikan yang perlu dilakukan pada objek penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Berisikan referensi acuan bisa dari buku ataupun jurnal yang digunakan pada
penelitian yang dikerjakan
LAMPIRAN
4
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
persyaratan keamanan. (Sonawan, Suratman 2006).
Pada umumnya baja karbon dapat dilas dengan seluruh proses pengelasan baik
pengelasan busur listrik, las gas, las tahanan listrik atau jenis pengelasan
lainnya. Akan tetapi kualitas yang dihasilkan dari masing-masing proses
pengelasan tidak sama. Karena kualitas berbeda maka setiap proses
pengelasan hanya cocok diterapkan untuk tujuan-tujuan tertentu. Misalnya
untuk mengelas pelat yang relatif tebal, proses SMAW lebih efisien
dibandingkan proses las gas. (Sonawan, Suratman 2006).
Baja karbon merupakan paduan besi dan karbon sebagai paduan utama dengan
kandungan karbon kurang dari 1,7% dan sangat sedikit mengandung unsur-
unsur lainnya. Baja karbon terdiri dari 3 jenis yaitu baja karbon rendah
(C<x0,2%), baja karbon medium (0,2%<C<0,5%) dan baja karbon tinggi
(0,5%<C<1,7%). Sedangkan baja paduan adalah paduan besi tidak dengan
unsur karbon saja tetapi ada unsur lainnya yang kadarnya tidak kecil. Baja
paduan dibedakan atas baja paduan rendah Gumlah unsur paduan < 54% dan
baja paduan tinggijumlah unsur paduan <5%. Di beberapa literatur ada yang
menyebutkan perbedaan baja paduan rendah dan baja paduan tinggi adalah
apakah jumlah unsur paduannya kurang atau lebih dari 10%.(Sonawan,
Suratman 2006). Ditunjukkan Gambar 2.1 Bagan mampu las yang tinggi dan
rendah
Gambar 2.1 Bagan mampu las yang tinggi dan rendah (Sonawan, Suratman 2006).
6
Dari jenis baja karbon tersebut, yang memiliki sifat weldability yang baik adalah
baja karbon rendah. Dari dua faltor yaitu harden-abiiiE dan kepekaan terhadap
retak, baja karbon rendah yang dilas dengan elektroda yang terbuat dari baja
karbon rendah juga, maka harga kekerasan yang dihasilkan relatif rendah sehingga
kepekaan terhadap retak relatif rendah juga. (Sonawan, Suratman 2006).
Proses pengelasan pada baja karbon tinggi lebih rumit jika dibandingkan dengan
pengelasan pada jenis baja karbon lainnya. Kandungan karbon yang semakin
tinggi lebih memungkinkan terbenhrknla martensit di logam las dan HAZ.
Prosedur pengelasan dengan elektrroda berhidrogen rendah sangat disarankan
unttrk hasil yang lebih baik. Preheat dan temperatur interpass sekitar 400̊C atau
lebih tinggi dapat mencegah penggetasan di daerah logam las dan HAZ. PWHT
juga disarankan untuk pelat-pelat yang tebal. (Sonawan, Suratman 2006)
ditunjukkan Gambar 2.2 dan Tabel 2.1 Karakteristik dan contoh aplikasi baja
karbon.
Tabel 2.1 Karakteristik dan contoh aplikasi baja karbon (Sonawan, Suratman
2006)
7
Gambar 2.2 Retak dingin di daerah logam las baja karbon (Sonawan, Suratman
2006)
(1)
8
ASTM A276 stainless steel grade 440c standar adalah baja stainless martensit
karbon tinggi, yang umumnya disuplai dalam kondisi anil dengan kekerasan
Brinell maksimum 269 (Rc29) atau digambar dingin dan dingin dengan kekerasan
Brinell maksimum 285 (Rc31). Baja tahan karat grade 440C mampu mencapai,
setelah perlakuan panas, memiliki kekuatan, kekerasan, dan ketahanan aus
tertinggi dari semua paduan stainless. Bagian baja kecil AISI 440C dapat
didinginkan udara dan bagian yang cukup besar oli dipadamkan untuk maksimum
melalui kekerasan. (www.lksteelpipe.com)
Baja AISI 440C ditandai oleh ketahanan korosi yang baik di lingkungan rumah
tangga dan industri ringan, termasuk air tawar, bahan organik, asam ringan,
berbagai produk minyak bumi, ditambah dengan kekuatan tinggi, kekerasan dan
ketahanan aus yang ekstrim ketika dalam kondisi mengeras dan marah.
(www.lksteelpipe.com)
Standar dari 440 C stainless steel dan baja yang setara ditunjukkan
(www.lksteelpipe.com) pada Gambar 2.3 dan keterangan sifat mekanik baja tahan
karat ASTM 440 C ditunjukkan pada Gambar 2.4
Gambar 2.3 Standar dari 440 C stainless steel dan baja yang setara serta
komposisi kimia (www.lksteelpipe.com)
9
Gambar 2.4 keterangan sifat mekanik baja tahan karat ASTM 440 C
T
e
m
pe
ra
10
Ketika Baja hypouetrectoid (C < 0,8%) mencapai temperatur 1000̊C akan
membentuk struktur mikro austenit kemudian mengalami pendinginan sampai
temperatur kamar maka struktur yang terbentuk adalah campuran antara ferit dan
perlit. Dengan bertambahnya kadar karbon maka jumlah perlit yang terbentuk
semakin banyak dan mencapai 100% perlit pada kandungan 0,83% C. Dalam
proses pengelasan terjadi siklus termal didaerah las yang dapat mengakibatkan
perubahan struktur mikro material dasar (Akbar, 2017).
Struktur mikro baja dipengaruhi oleh kecepatan pendinginan dari daerah austenit
sampai temperatur kamar. Karena perubahan struktur ini maka dengan sendirinya
sifat-sifat mekanik yang dimiliki juga berubah. Laju pendinginan cepat
menghasilkan struktur kuat, keras dan kurang ulet sedangkan yang lambat
menghasilkan sifat-sifat sebaliknya. Hubungan antara kecepatan pendinginan dan
struktur mikro yang terbentuk digambarkan dalam diagram yang menghubungkan
waktu, suhu, dan transformasi atau continuous cooling transformation (CCT)
(Akbar, 2017) ditunjukkan pada Gambar 2.6.
2.4 Pengelasan
Pengelasan merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari proses
manufaktur. Proses pengelasan yang pada prinsipnya adalah menyambungkan
dua atau lebih komponen, lebih tepat ditujukan untuk merakit (assembly)
11
beberapa komponen menjadi suatu bentuk mesin. Komponen yang dirakit
mungkin saia berasal dari produk hasil pengecoran, pembentukan atau
pemesinan, baik dari logam yang sama maupun berbeda-beda (Sonawan,
Suratman 2006).
Mengelas bukan hanya memanaskan dua bagian benda sampai mencair dan
membiarkan membeku kembali, tetapi membuat hasil las yang kuat dan utuh
dengan cara memberikan bahan tambah atau elektroda pada waktu dipanaskan
sehingga mempunyai kekuatan sambungan seperti yang dikehendaki.
Kekuatan sambungan las dipengaruhi beberapa faktor antara lain prosedur
pengelasan (Syahrani, dkk 2013)
12
Dalam Penelitian ini jenis pengelasan yang akan digunakan Pengelasan SMAW
(Shielded Metal Arc Welding).
2. Elektroda
kutub listrik, terbagi dua yaitu anoda yang bermuatan positif dan katoda yang
bermuatan negatif. Istilah ini biasanya ada dalam pengelasan yang melibatkan
listrik, misalnya dalam SMAW. Dalam SMAW, elektroda juga berperan sebagai
kawat las yang menyuplai logam las.
3. HAZ
Merupakan kepanjangan dari Heat Affected Zone yang memiliki arti daerah
terpengaruh panas dan mengalami perubahan struktur mikro, dan terletak pada
logam induk dikiri - kanan logam las.
4.Kampuh Las
Bagian dari logam induk yang nantinya akan diisi oleh deposit las atau logam las
(weld metal). Kampuh las, awal nya adalah berupa kubangan las (weld pool) yang
kemudian diisi dengan logam las.
5.Lebihan logam las atas pelat (face reinforcement)
13
Kelebihan dari logam las di bagian atas pelat yang diukur dari permukaan atas
pelat.
6. Logam Induk
Logam yang dilas.
7. Logam las
Campuran dari logam induk dan logam tambahan yang mencair dan nantinya
membeku.
8.Logam pengisi
Logam yang ditambahkan dari luar untuk mengisi kampuh. Dalam proses SMAW,
logam pengisi juga berfungsi sebagai elektroda. Namun pada proses GTAW/ TIG,
elektroda tidak berfungsi sebagai logam pengisi, sehingga untuk mengisi kampuh
las diperlukan logam pengisi dari luar.
9. Manik las
Bagian dari logam las yang dilihat dari atas pelat. Ditunjukkan pada Gambar 2.9
10. Penetrasi
Kedalaman penembusan logam las dalam logam induk
11. Polaritas Balik
Isitilah pengkutuban listrik pada pengelasan busur listrik dimana kutub positif
dihubungkan ke elektroda dan kutub negatif dihubungkan ke logam induk.
12.Polaritas lurus
Isitilah pengkutuban listrik pada pengelasan busur listrik yang merupakan
kebalikan dari polaritas balik dimana kutub negatif dihubungkan ke elektroda dan
kutub positif dihubungkan ke logam induk.
13. Sambungan las
Bagian dari logam induk yang akan disambung. Pada bagian ini nantinya terjadi
pencairan logam induk.
14
B. Parameter pengelasan
Pencairan logam induk dan logam pengisi memerlukan energi yang cukup energi
yang dihasilkan dalam operasi pengelasan dihasilkan dari bermacamacam sumber
tergantung dari proses las. Pada pengelasan busur listrik, sumber energi berasal
dari listrik yang diubah menjadi energi panas ini sebenarnya hasil kolaborasi dari
arus las, tegangan las dan kecepatan pengelasan. Parameter ketiga yaitu kecepatan
las dapat mempengaruhi energi pengelasan karena proses pemanasannya tidak
diam akan tetapi bergerak dengan kecepatan tertentu (Akbar, 2017), beberapa hal
parameter dalam pengelasan diantaranya :
2. Tegangan busur
las Tegangan yang dipakai pada saat pengelasan berbanding lurus dengan
tinggi busur, yang dimaksud tinggi busur disini adalah jarak antara ujung
elektroda dengan logam induk las. Pada dasarnya busur nyala listrik yang
terlalu panjang stabilitasnya mudah terganggu sehingga hasil las tidak rata.
Disamping itu tingginya tegangan tidak banyak mempengaruhi kecepatan
pengelasan, sehingga hanya akan membuang-buang energi (Akbar, 2017)
3. Kecepatan pengelasan
Kecepatan pengelasan yang tinggi dapat menyebabkan kurangnya penetrasi,
berkurangnya kekuatan sambungan dan mengakibatkan masukan panas
yang diterima persatuan panjang akan menjadi kecil. Hal ini dapat
15
berdampak pada pendinginan yang cepat sehingga dapat memperkeras
daerah HAZ. Kemudian kecepatan las yang terlalu tinggi akan berpengaruh
pada bentuk manik las yang menyempit dan penguatan manik yang rendah.
Selain itu dapat merubah sifak mekanik daerah las yang berupa naiknya
kekuatan tarik dan perpanjangan yang rendah (Akbar, 2017).
2. Sambungan tumpul
Sambungan tumpul adalah jenis sambungan yang paling efisien.
Sambungan ini dibagi lagi menjadi dua yaitu sambungan penetrasi penuh
dan sambungan penetrasi sebagian seperti yang terlihat dalam Gambar 2.9
Sambungan penetrasi penuh dibagi lebih lanjut menjadi sambungan tanpa
pelat pembantu dan sambungan dengan pelat permbantu yang masih
16
dibagi lagi dalam pelat pembantu yang turut menjadi bagian dari
konstruksi dan pelat pembantu yang hanya sebagai penolong pada waktu
proses pengelasan saja. (Sonawan, Suratman, 2006) Bentuk atur dalam
sambungan tumpul sangat mempengaruhi efisiensi pengerjaan, efisiensi
sambungan dan jaminan sambungan. Karena itu pemilihan bentuk alur
sangat penting. Bentuk dan ukuran alur sambungan datar ini sudah banyak
distandarkan dalam standar AWS, BS, DIN, GOST, JSSC dan lain-
lainnya. (Sonawan, Suratman, 2006)
Pada dasarnya dalam memilih bentuk alur harus menuju kepada penurunan
masukan panas dan penurunan logam las sampai kepada harga terendah
yang tidak menurunkan mutu sambungan. Karena hal ini maka dalam
pemilihan bentuk alur diperlukan kemampuan dan pengalaman yang luas.
Bentuk-bentuk yang telah distandarkan pada umumnya hanya meliputi
pelaksanaan pengelasan yang sering dilakukan sehingga dalam pengelasan
khusus bentuk alur harus ditentukan sendiri berdasarkan pengalaman yang
dapat dipercaya. (Sonawan, Suratman, 2006) ditunjukkan pada Gambar
2.11
17
Penggunaan kampuh dengan V tunggal terbuka dipergunakan untuk menyambung
logam atau plate dengan ketebalan 6-16 mm dengan sudut kampuh 50o-70o.
A
B
Gambar 2.12 (A) Retak akar, (B) Retak bawah manik, (C) Retak tumit (Hartono,
2009)
Retak dingin didaerah HAZ ini biasanya terjadi antara beberapa menit
sampai 48 jam sesudah pengelasan. Retak dingin ini disebabkan oleh
(Hartono, 2009):.
1. Struktur daerah pangaruh Panas.
2. Hidrogen difusi didaerah las.
3. Tegangan.
18
Sedangkan retak panas dibagi menjadi dua kelas yaitu retak karena
pembebasan tegangan pada daerah pengaruh panas yang terjadi pada suhu
500oC - 700oC dan retak yang terjadi pada suhu diatas 900 oC yang terjadi
pada peristiwa pembekuan logam las. Retak panas sering teriadi pada logam
las karena pembekuan, biasanya berbentuk kawah dan retak memanjang.
Retak panas ini terjadi karena pembebasan tegangan pada daerah kaki
didalam daerah pengaruh panas (Hartono, 2009) ditunjukkan pada Gambar
2.13.
Retak ini biasanya terjadi pada waktu logam mendingin setelah pembekuan
dan terjadi karena adanya tegangan yang timbul, yang disebabkan oleh
penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu dibawah
suhu pembekuan (Hartono, 2009).
Keretakkan las yang lain adalah retak sepanjang rigi-rigi lasan retak
disamping las dan retak memanjang diluar rigi-rigi lasan. Akan tetapi
penyebab umum pada semua jenis keretakan las ini adalah (Hartono, 2009)
ditunjukkan pada Gambar 2.14:
1. Pilihan jenis elektroda yang salah atau tidak tepat.
2. Benda kerja terbuat dari baja karbon tinggi.
3. Pendinginan setelah pengelasan yang terlalu cepat.
4. Benda kerja yang dilas terlalu kaku.
5. Penyebaran panas pada bagian-bagian yang di las tidak seimbang.
19
Gambar 2.14 Retak gigi dan retak disamping logam (Hartono, 2009)
4. Posisi pengelasan
Dalam pengelasan ada beberapa posisi yang berbeda-beda diantaranya
(Hanggara, Harahap 2019) :
1. Posisi pengelasan di bawah tangan (down hand position) ditunjukkan
pada Gambar 2.15
20
Gambar 2.17 Posisi pengelasan tegak (vertical position) (Hanggara, Harahap
2019)
Gambar 2.18 Posisi pengelasan di atas kepala (over head position) (Hanggara,
Harahap 2019)
21
Gambar 2.19 Skema proses SMAW/MMAW (Sonawan, Suratman, 2006)
Salah satu jenis pengelasan yang banyak dipakai untuk mengelas baja karbon
adalah Shielded Metal Arc Welding (SMAW). Kelebihan pengelasan dengan
SMAW, antara lain dapat diandalkan untuk mengelas berbagai tipe sambungan,
posisi, serta lokasi yang sulit dikerjakan, biaya pengoperasian yang relatif rendah
dan dapat dipakai untuk mengelas didalam maupun diluar ruangan. Tidak
diperlukannya hose untuk gas pelindung ataupun air pendingin, serta dapat
dioperasikan pada tempat yang jauh dari sumber tenaga, dan kualitas sambungan
dapat dirancang sedemikian rupa dengan menggunakan berbagai jenis elektroda
(Kusmayadi, Dkk), Peralatan pengelasan SMAW ditunjukkan pada Gambar 2.20,
mesin las SMAW ditunjukkan pada Gambar 2.21
22
Gambar 2.21 Mesin las SMAW
Peralatan lain yang digunakan topeng las, sarung tangan dan jas pelindung, dan
juga pada mesin las SMAW. Jenis arus yang digunakan pada mesin las
SMAW (Haryadi, 2007) :
23
2. Direct Current Reverse Polarity (DCRP)
Adalah apabila kabel massa dihubungkan dengan kutub negatif dan kabel
elektroda dihubungkan dengan kutub positif. Pengelasan ini menimbulkan
penembusan yang dalam karena sebagian besar panas diserap oleh benda
kerja yang tebal (Haryadi, 2007).
2.6 Elektroda
Las elektroda terbungkus adalah cara pengelasan yang banyak digunakan pada
masa ini. Dalam cara pengelasan ini digunakan kawat elektroda logam yang
dibungkus dengan fluks. Ditunjukkan pada Gambar 2.22 dapat dilihat dengan
jelas bahwa busur listrik terbentuk di antara logam induk dan ujung elektroda.
Karena panas dari busur ini maka logam induk dan ujung elektroda tersebut
mencair dan kemudian membeku bersama (Wiryosumarto dan Okumura, 2000)..
Proses pemindahan logam elektroda terjadi pada saat ujung elektroda mencair dan
membentuk butir-butir yang terbawa oleh arus busur listrik yang terjadi. Bila
digunakan arus listrik yang besar maka butiran logam cair yang terbawa menjadi
halus seperti ditunjukkan pada Gambar 2.23 (a) , sebaliknya bila arusnya kecil
maka butirannya menjadi besar seperti tampak dalam Gambar 2.23 (b)
(Wiryosumarto dan Okumura, 2000).
24
Gambar 2.23 Pemindahan logsm cair (Wiryosumarto dan Okumura, 2000).
Elektroda untuk proses SMAW merupakan kawat las (logam pengisi) yang
diselimuti/dibungkus oleh /fluks, Pada saat proses pengelasan berlangsung kawat
las mengalami pemanasan sampai mencair bersama-sama dengan sebagian logam
induk dan kemudian membeku bersama menjadi bagian kampuh las.(Akbar,
2017)
Inti elektroda/kawat las berfungsi sebagai filler metal (logam pengisi), jika
elektroda digerakkan pada benda kerja dengan kecepatan yang tepat dan goyangan
yang sesuai maka akan diperoleh deposit manik las/logam las yang seragam
(Akbar, 2017).
Sedangkan untuk fluks memiliki peranan penting pada proses ini, antara lain (Affi,
Gunawarman, 2007):
1. Penghasil gas pelindung dan terak yang dapat melindung logam
cair/welding pool agar terhindar dari kontaminasi udara/gas luar (Affi,
Gunawarman, 2007).
2. Sumber unsur paduan, fluks yang digunakan pada pengelasan sebagian
akan masuk ke dalam logam las, hal ini akan mempengaruhi sifat mekanik
dari logam las sesuai karakteristik dari bahan yang terkandung pada fluks
tersebut. (Affi, Gunawarman, 2007)
25
las terbungkus sudah banyak yang distandar kan berdasarkan penggunaannya. Di
Jepang misalnya, elektroda las terbungkus untuk baja kekuatan sedang telah
distandarkan berdasarkan standar industri Jepang (JIS). Standar di Amerika
Serikat (ASTM) didasarkan pada standar asosiasi las Amerika (AWS). Beberapa
elektroda untuk baja lunak yang distandarkan menurut JIS dapat dilihat dalam
Tabel 2.2 dan 2.3 (Wiryosumarto dan Okumura, 2000)..
Standarisasi elektroda, baik dalam JIS maupun dalam ASTM didasarkan pada
jenis fluks, posisi pengelasan dan arus las. Walaupun dalam memberikan simbol
agak berbeda antara kedua sistem standar tersebut, tetapi pada dasarnya adalah
sama. Sebagai contoh misalnya huruf D dalam JIS (Tabel 2.2) dan huruf E dalam
ASTM (Tabel 2.3) keduanya | berarti bahwa elektroda yang dimaksud adalah
elektroda terbungkus. Dua angka yang pertama baik dalam JIS maupun dalam
ASTM menunjukkan kekuatan terendah dari | logam las hanya saja dalam JIS
satuannya adalah (kg/mm2) sedangkan dalam ASTM : satuannya adalah (psi). Dua
angka terakhir dalam kedua sistem standar tersebut menunjukkan jenis fluks dan
posisi pengelasan (Wiryosumarto dan Okumura, 2000).
Tabel 2.2 Spesifikasi elektroda terbungkus dari baja lunak. (JIS Z 3211-1978)
(Wiryosumarto dan Okumura, 2000).
26
Tabel 2.3 Spesifikasi elektroda terbungkus dari baaj lunak (baja karbom). (AWS
A5.1-64T) (Wiryosumarto dan Okumura, 2000).
27
Gambar 2.24 Elektroda E7016 type LB-52U
Elektroda E7016 merupakan jenis kawat las hidrogen rendah mempunyai jenis
salutan kalium hidrogen rendah, memiiki tegangan Tarik minimum 70.000 psi,
bisa dipakai untuk semua posisi las. (Akbar, 2017)
Detail Elektroda E7016 (E= Elektroda las listrik ), (70= Tegangan Tarik minimum
dari hasil pengelasan (70,000 psi) atau sama dengan 492 MPa), (1= posisi
pengelasan (angka 1 berarti dapat dipakai dalam semua posisi pengelasan)), (6=
menunjukkan jenis selaput kalium silikat hidrogen rendah dan interval arus las
yang cocok untuk pengelasan) (Akbar, 2017)
Karena termasuk kedalam jenis kawat las hidrogen rendah maka kepekaan retak
terhadap sambungan menjadi rendah, sehingga ketangguhannya sangat
memuaskan. Hal-hal yang kurang menguntungkan adalah busur listriknya kurang
mantap, sehingga butiran-butiran cairan yang dihasilkan agak besar. Karena itu
dalam pelaksanaanya memerlukan juru las yang sudah berpengalaman. Elektroda
jenis ini digunakan untuk kontruksi-kontruksi yang memerlukan tingkat
pengamanan tinggi seperti kontruksi dengan plate-plate tebal dan bejana tekan.
(Akbar, 2017).
Elektroda yang digunakan dalam penelitian ini adalah E7016 Type LB-52U.
Dengan diameter 3,2mm, dan pada arus las (ampere) berjarak 100-150 (Akbar,
2017).
28
2.8 Siklus Termal Las
Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian logam atau lebih
dengan menggunakan energi panas. Karena proses ini maka logam di sekitar
mengalami siklus termal (pemanasan dan pendinginan) cepat yang menyebabkan
terjadinya perubahan-perubahan metalurgi rumit, deformasi, dan
tegangantegangan termal, hal ini berdampak pada hasil pengelasan. Kualitas
sambungan las dikaitkan dengan sifat mekanik pada sambungan las yang
dihasilkan seperti: kekuatan tarik, kekuatan impact (Akbar, 2017)
Proses pengelasan melibatkan panas yang diperoleh dari energi listrik maupun
dari energi reaksi pembakaran gas dan lain-lain. Dengan pemberian panas ini,
maka akan terjadi siklus panas pada logam yang menunjukan perubahan fungsi
temperatur terhadap fungsi waktu. Siklus panas ini dialami oleh daerah las, logam
induk, dan daerah sekitar las yang besarnya berbeda-beda sesuai dengan jaraknya
terhadap sumber panas. (Akbar, 2017)
29
Gambar 2.25 Ilustrasi penyebab daerah HAZ
30
4. Ketangguhan (toughess) merupakan kemampuan material untuk menyerap
sejumlah energi tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Atau dapat dikatakan
sebagai ukuran banyaknya energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu benda
kerja pada kondisi tertentu.
Liquld penetrant merupakan metode NDT yang paling sederhana digunakan untuk
menemukan cacat dipermukaan hasil pengelasan, Prinsipnya memanfaatkan
kemampuan cairan penetrant untuk memasuki celah discontinuty serta kerja
developer untuk mengangkat kembali cairan yang meresap kedalam retakan,
sehingga cacat dapat terdeteksi (Akbar, 2017) , Berikut ini merupakan prosedur
pelaksaannya :
31
1, Pembersihan permukaan
Proses ini bertujuan untuk membersihkan permukaan sambungan las dari
kotoran-kotoran yang dapat menutupi retak, pemebrsihan tersebut
dilakukan dengan cara di spray menggunakan cairan cleaner. (Akbar,
2017)
4. Developer
Pemberian serbuk developer pada permukaan yang telah dibersihkan dari
kelebihan penetrant. Kemudian cairan ini akan menyerap cairan penetrant
kembali ke permukaan. Hal ini disebabkan adanya perbedaan tegangan
permukaan antara cairan penetran dan developer. (Akbar, 2017)
5. Inpeksi
Kemudian tahap terakhir yaitu pemeriksaan cacat dipermukaan las. metode
menggunakan penetrant mamiliki kelemahan yaitu hanya bisa diterapkan
dipermukaan terbuka dan tidak dapat diterapkan pada komponen yang
kasar, berlapis, atau berpori. (Akbar, 2017)
32
perpanjangan sumbu benda uji (Robert, 2013).
Untuk mengetahui sifat mekanik dari material adalah dengan melakukan uji Tarik
menggunakan bentuk specimen sesuai dengan standar (Misalnya ASTM E8/E8M)
Ditunjukkan pada Gambar 2.27
Uji tarik dilakuan dengan cara penarikan uji dengan gaya tarik secara
terusmenerus, sehingga bahan (perpajangannya) terus menerus meningkat dan
teratur sampai putus, dengan tujuan menentukan nilai tarik. Untuk mengetahui
kekuatan tarik suatu bahan dalam pembebanan tarik, garis gaya harus berhimpit
dengan garis sumbu bahan sehingga pembebanan terjadi beban tarik lurus. Tetapi
jika gaya tarik sudut berhimpit maka yang terjadi adalah gaya lentur.(Maulana,
2016)
` (2)
33
A = luas penampang awal (mm2)
L−L0
ε= x 100 (3)
L0
Pada pengujian tarik, gaya tarik yang diberikan secara perlahan-lahan dimulai dari
nol dan berhenti pada tegangan maksimum (Maximum Stress) dari logam yang
bersangkutan. Maksimum Stress merupakan batas kemampuan maksimum
material mengalami gaya tarik dari luar hingga mengalami fracture (patah),
sedangkan Yield Stress merupakan batas kemampuan maksimum material untuk
mengalami pertambahan panjang (melar) sebelum material tersebut mengalami
fracture mengikuti hukum Hooke .(Maulana, 2016).
34
Gambar 2.28 Kurva tegangan dan regangan uji tarik
Dalam penelitian ini pengujian yang akan dilakukan adalah uji impact charpy.
Sebelum diuji, pada masing-masing spesimen diberi takikan terlebih dahulu
dibagian tengahnya. Fungsi takikan pada uji impact adalah untuk melokalisir
perpatahan, sehingga perpatahan terjadi pada daerah tersebut. Takikan tersebut
35
Ditunjukkan pada Gambar 2.29
2. Metode Izod
Pengujian impact dengan menjepit salah satu ujung spesimen uji yang
diletakkan secara vertikal. Biasanya metode ini digunakan di Inggris.
Tumbukan pada spesimen dilakukan tidak tepat pada pusat takikan
melainkan pada posisi agak diatas dari takikan (Sulthon, 2016).
Ditunjukan pada Gambar 2.30
Pada pengujian impact ini banyaknya energi yang diserap oleh bahan untuk
terjadinya perpatahan merupakan ukuran ketangguhan material tersebut. Pada
Gambar 2.31 dapat dilihat bahwa pendulum menumbuk benda uji sampai patah,
setelah itu pendulum melanjutkan ayunannya hingga posisi h. Makin besar energi
yang terserap maka ayunan kembali dari bandul setelah menumbuk spesimen akan
rendah, kemudian energi terserap dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
36
E
HI (4)
A
Dimana :
m = massa palu godam (kg)
g = percepatan gravitasi (kg)
h1 = tinggi jatuh palu godam
h2 = tinggi ayunan palu godam
r = panjang lengan pendulum
cos a = sudut jauh
cos ᵦ = sudut akhir ayun (Akbar, 2017)
Ditunjukkan pada Gambar 2.31 skema uji impact charpy dan izod
37
Gambar 2.31 skema uji impact charpy dan izod (www.detech.co.id)
38
3 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alur penelitian
39
3.2 Waktu dan tempat penelitian
Waktu : November-Agustus 2022/2023
Tempat : PT. Waskita Beton Precast Plant Sadang Jl Raya Sadang – Kp Mekarsari
Rt.05 Rw.02, Purwakarta, Jawa Barat dan Lab Teknik Mesin STT Wastukancana
Purwakarta, Jadwal pelaksanaan penelitian ditunjukan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.4 Jadwal pelaksanaan penelitian
Kegiatan
Desember
Februari
Agustus
Januari
Maret
April
Juni
Mei
Juli
Studi Literatur
Penyedian
Material
Seminar
Proposal
Skripsi
Pengujian
Material
Pengolahan dan
Analisis Data
Membuat
laporan
Perbaikan
Laporan
Seminar Skripsi
Sidang Skripsi
40
yang ada hubungannya dengan masalah yang diamati oleh penyusun.
41
3.5 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dua tempat yang berbeda yaitu :
1. Untuk proses pengelasan dilakukan di Workshop Pt. Waskita Beton Precast
Sadang.
2. Untuk pengujian Tarik dan Impact Charpy dilakukan di Lab Teknik Mesin STT
Wastukancana Purwakarta.
2. Proses pengelasan
Melakukan pengelasan material baja ASTM SS440 dengan elektroda E7016 Type
LB-52U, variasi arus las yang digunakan yaitu 72 A, 100 A, 128 A, 156 A dan
184 A. Proses pengelasan menggunakan mesin las SMAW , ditunjukan pada
Gambar 3.4
42
Gambar 3.35 Mesin las SMAW
43
Gambar 3.36 Spesimen Uji Tarik
44
Gambar 3.38 Spesimen Uji Impact
45
4 BAB IV
PENUTUP
Dengan harap besar semoga Bapak/Ibu bisa menerima proposal skripsi ini untuk
di kembangkan kembali menjadi tugas akhir skripsi. Atas perhatian dan kerja
samanya saya ucapkan terima kasih.
46
5 DAFTAR PUSTAKA
Akbar Dena. 2017. Analisa Variasi Kuat Arus Pengelasan SMAW Terhadap
Sifat Mekanik Material JIS SS400. Skripsi Teknik Mesin. STT
Wastukancana Purwakarta.
Kusmayadi. Budi Agung K, ST, M.Sc. Ir. Rochman Rochiem, M.Sc. Analisa
Hasil Pengelasan SMAW Butt Joint Pada Baja Aisi 1020 Dengan
Variasi Tebal Plat. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-
ITS : 1-8.
Gunawan D haryadi. 2007. Analisa Kerusakan Hasil Pengelasan Bawah Air Pada
Lambung Kapal Dengan Bahan Elektroda RB 26 Terseloti. Rotasi
Vol9. No1 : 31-41.
47
Jon Affi. Gunawarman. 2007, Pengaruh Lapisan Oksida Tambahan Pada |
Elektroda F6013 Terhadap Sifat Mekanik Dan Struktur Mikro
Lasan Baja Karbon Rendah. Teknik Mesin Vol.1 No.28 : 13-20.
Maulana, Yasyir, 2016. Analisis Kekuatan Tarik Baja ST37 Pasca Pengelasan
Dengan Variasi Media Pendingin Menggunakan SMAW. Jurnal
Teknik Mesin UNSIKA. Vol. 02 No. 1 November 2016
48