Oleh:
202061121005
UNIVERSITAS WARMADEWA
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Sipil pada Fakultas Teknik
Universitas Warmadewa. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada pengerjaan Proposal
Tugas Akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan Proposal Tugas
Akhir ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. I Nengah Sinarta, S.T., M.T., IPM., ASEAN, Eng selaku Dekan
Fakultas Teknik dan Perencanaan Universitas Warmadewa.
2. Putu Aryastana, S.T., M.Si., M.Eng. Ph.D. selaku Ketua Program Studi
Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Perencanaan Universitas Warmadewa.
3. Ir. Anak Agung Gede Sumanjaya, M.T. IPM. Asean Eng., selaku dosen
pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan saya dalam pengerjaan proposal tugas akhir ini;
4. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral; dan
5. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan proposal
tugas akhir ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Proposal Tugas Akhir ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Tingkat Kerusakan Retak Kulit Buaya (Alligator Cracking) ................. 8
Tabel 2. 2 Tingkat Kerusakan Penggemukan (Bleeding) ........................................ 9
Tabel 2. 3 tingkat Kerusakan Retak Blok (Block Cracking) ................................. 10
Tabel 2. 4 Tingkat Kerusakan Keriting (Corrugation) ...........................................11
Tabel 2. 5 Tingkat Kerusakan Amblas (Depression) ............................................. 12
Tabel 2. 6 Tingkat Kerusakan Retak Pinggir (Edge Cracking) ............................. 13
Tabel 2. 7 Tingkat Kerusakan Retak (Joint Reflection Cracking) ........................ 15
Tabel 2. 8 Tingkat Kerusakan Retak Memanjang dan Melintang ......................... 16
Tabel 2. 9 Tingkat Kerusakan Tambalan dan Galian Utilitas (Patching and Utility
Cut Patching)......................................................................................................... 18
Tabel 2. 10 Tingkat Kerusakan Agregat Licin (Polished Aggregate) .................... 19
Tabel 2. 11 Tingkat Kerusakan Lubang (Photoles) ............................................... 20
Tabel 2. 12 Tingkat Kerusakan Alur (Rutting) ...................................................... 21
Tabel 2. 13 Tingkat Kerusakan Sungkur (Shoving) .............................................. 22
Tabel 2. 14 Tingkat Kerusakan Selip (Slippage Crack) ........................................ 23
Tabel 2. 15 Tingkat Kerusakan Mengembang (Swell) .......................................... 25
Tabel 2. 16 Tingkat Kerusakan Pelepasan Butir (Ravelling) ................................ 25
Tabel 2. 17 Kondisi Perkerasan Berdasarkan PCI ................................................ 29
Tabel 2. 18 Nilai Kondisi Jalan Berdasarkan Nilai Kerusakan ............................. 30
Tabel 2. 19 Nilai Kondisi Jalan Berdasarkan Total Angka Kerusakan ................. 31
Tabel 2. 20 Kelas Lalu lintas untuk Pekerjaaan Pemeliharaan ............................. 33
Tabel 3. 4 Pembagian tiap segmen ........................................................................ 40
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Metode Bina Marga adalah salah satu metode penilaian kerusakan jalan
yang dimana hasil akhirnya berupa urutan prioritas untuk dapat mengetahui
program penanganan kerusakan jalan. Terdapat 3 urutan prioritas dalam
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
retak buaya dan alur terjadi didaerah yang sama, masing-masing dicatat
secara terpisah tingkatannya.
Tingkat
Identifikasi Kerusakan
Kerusakan
Halus, retak rambut/halus memanjang sejajar satu dengan yang
Low lain, dengan atau tanpa berhubungan satu sama lain. Retakan
tidak mengalami gompal.
Medium Retak kulit buaya ringan terus berkembang ke dalam pola atau
jaringan retakan yang diikuti dengan gompal ringan.
Jaringan dan pola retak berlanjut, sehingga pecahan-pecahan
High dapat diketahui dengan mudah, dan dapat terjadi gompal di
pinggir. Beberapa pecahan mengalami rocking akibat lalu
lintas.
Sumber: Shahin, (2005)
High Severy
Gambar 2. 7 Tingkat Kerusakan Retaki Kulit Buaya (Alligator Cracking)
B. Penggemukan (Bleeding)
Cacat permukaan ini diukur dalam meter persegi (m2).
Tingkat
Identifikasi Kerusakan
Kerusakan
Low Kegemukan terjadi hanya pada derajat rendah, dan nampak hanya
beberapa hari dalam setahu. Aspal tidak melekat pada sepatu atau
roda kendaraan.
Medium Kegemukan telah mengakibatkan aspal melekat pada sepatu atau
roda kendaraan, paling tidak beberapa minggu dalam setahun.
High Severy
Tingkat
Identifikasi Kerusakan
Kerusakan
Low Blok didefinisikan oleh retak dengan tingkat kerusakan rendah.
High Severity
D. Keriting (Corrugation)
Keriting diukur dalam meter persegi (m2). Pebedaan ketinggian rata-rata
antara pegunungan dan lembah lipatan menunjukan tingkat keparahan.
Untuk menentukan perbedaan ketinggian rata-rata, alat ukur (3m) harus
posisi tegak lurus terhadap lipatannya, sehingga kedalaman bisa diukur
dalam inci (mm). Kedalaman rata-rata dihitung dari pengukuran tersebut.
High Severity
E. Amblas (Depression)
Amblas diukur dalam meter persegi (m2) dari permukaan daerah.
Kedalaman maksimum amblas menentukan Tingkat keparahan.
Kedalaman ini dapat diukur dengan menempatkan alat ukur (3m) sejajar di
daerah amblas dan pengukuran.
High Severity
High Severity
Tingkat
Identifikasi Kerusakan
Kerusakan
Satu dari kondisi berikut yang terjadi:
Low
1. Retak tak terisi, lebar <3/8 in (10 mm)
2. Retak terisi, sembarang lebar pengisi kondisi bagus.
Satu dari kondisi berikut yang terjadi:
Medium
1. Retak tak terisi, lebar <3/8-3 in (10-76 mm)
2. Retak tak terisi, sembarang lebar 3 in (76 mm) dikelilingi
retak acak ringan
3. Retak terisi, sembarang lebar yang dikelilingi retak acak
ringan.
Satu dari kondisi berikut yang terjadi:
1. Sembarang retak terisi atau tak terisi dikelilingi dengan retak
High
acak, kerusakan sedang atau tinggi
2. Retak tak terisi lebih dari 3 in (76 mm)
3. Retak sembarang lebar dengan beberapa inci di sekitar
retakan, pecah (retak berat menjadi pecahan).
Sumber: Shahin, (2005)
Low Severity
16
Tingkat
Identifiksi Kerusakan
Keursakan
Satu dari kondisi berikut yang terjadi:
1. Retak tak terisi, lebar <3/8 in (10 mm)
Low
2. Retak terisi, sembarang lebar (pengisi kondisi bagus).
Satu dari kondisi berikut yang terjadi:
1. Retak tak terisi, lebar <3/8-3 in (10-76 mm)
Medium 2. Retak tak terisi, sembarang lebar 3 in (76 mm) dikelilingi
retak acak ringan.
3. Retak terisi, sembarang lebar yang dikelilingi retak acak
ringan.
17
Low Severity
Medium Severity
18
High Severity
Tabel 2. 9 Tingkat Kerusakan Tambalan dan Galian Utilitas (Patching and Utility Cut Patching)
Tingkat
Identifiksi Kerusakan
Keursakan
High Severity
Gambar 2. 15 Tingkat Kerusakan Tambalan dan Galian Utilitas (Patching and Utility Cut
Patching)
Tingkat
Identifiksi Kerusakan
Keursakan
High Severity
Tingkat
Identifiksi Kerusakan
Keursakan
High Severity
M. Sungkur (Shoving)
Sungkur diukur dalam meter persegi (m2) pada area yang terjadi
sungkuran.
Tingkat
Identifikasi Kerusakan
Kerusakan
Low Menyebabkan sedikit gangguan kenyamanan kendaraan.
High Severity
Tingkat
Identifikasi Kerusakan
Kerusakan
Low Retak rata-rata lebar < 3/8 in. (10 mm).
Satu dari kondisi berikut yang terjadi:
Medium 1. Retak rata-rata 3/8-1,5 inc (10-38 mm)
2. Area di sekitar retakan pecah, kedalaman pecahan-
pecahan terikat.
24
High Severity
O. Mengembang (Swell)
Luas permukaan pembengkakan diukur dalam kaki persegi atau meter
persegi (m2)
25
Tingkat
Identifikasi Kerusakan
Kerusakan
Pengembangan menyebabkan sedikit gangguan
Low kenyamanan kendaraan. Kerusakan ini sulit dilihat, tapi
dapat dideteksi dengan berkendaraan cepat. Gerakan
keatas terjadi bila ada pengembangan.
Pengembangan menyebabkan cukup gangguan
Medium kenyamanan kendaraan.
P. Pelepasan Butir
Pelepasan butir diukur dalam meter persegi (m2) atau luas permukaan.
Tingkat
Identifikasi Kerusakan
Kerusakan
Low Agregat atau bahan pengikat mulai lepas. Di beberapa
tempat, permukaan mulai berlubang. Jika ada tumpahan
oli, genangan oli dapat terlihat, tapi permukaannya keras,
tak dapat ditembus mata uang logam.
Agregat atau pengikat telah lepas. Tekstur permukaan
Medium agak kasar dan berlubang. Jika ada tumpahan oli
permukaannya lunak, dan dapat ditembus mata uang
logam.
26
High Severity
B. Kerapatan (Density)
Kerapatan adalah presentase luas atau Panjang total dari satu jenis
kerusakan terhadap bagian jalan yang diukur untuk dijadikan sampel.
Kerapatan dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
Density = Ad/As x 100%
Atau
Density = Ld/As x 100%
28
Dimana:
Ad : luas total dari satu jenis perkerasan untuk setiap tingkat keparahan
kerusakan (m2)
As : luas total unit sampel (m2)
Ld : panjang total jenis kerusakan untuk tiap tingkat keparahan
kerusakan (m2).
C. Nilai Pengurangan Total atau Total Deduct Value (TDV)
Nilai pengurangan total adalah jumlah total dari nilai pengurangan pada
masing-masing unit sampel atau nilai total dari individual deduct value
untuk tiap jenis kerusakan dan tingkat kerusakan yang ada pada suatu
unit sampel.
D. Nilai Pengurangan Terkoneksi atau Corrected Deduct Value (CDV)
Nilai yang diperoleh dari grafik hubungan antara nilai pengurangan total
(TDV) dan nilai pengurangan (DV) dengan memilih grafik yang sesuai.
Jika nilai CDV yang diperoleh lebih kecil dari nilai pengurangan
tertinggi atau Highest Deduct Value (HDV), maka CDV yang digunakan
adalah nilai pengurang individual yang tertinggi. Setelah CDV diperoleh,
maka PCI untuk setiap unit sampel dapat dihitung menggunakan
persamaan:
PCIS=100-CDV
dimana:
PCIS : nilai PCI setiap sampel,
CDV : nilai CDV untuk setiap sampel.
Nilai PCI perkerasan secara keseluruhan pada ruas jalan tertentu adalah:
∑𝑷𝑪𝑰(𝑺)
𝑷𝑪𝑰 =
𝑵
dimana:
PCI : nilai PCI rata-rata dari seluruh nilai penelitian,
N : jumlah unit sampel.
29
Gambar 2. 23 Grafik Hubungan Antara Total Deduct Value (TDV) dan Correcterd
Deduct Value (CDV)
2. Alur
Kedalaman; Angka
>20 mm 7
11-20 mm 5
6-10 mm 3
0-5 mm 1
Tidak ada 0
3. Tambahan dan Lubang
Luas Angka
>30% 3
20-30% 2
10-20% 1
<10% 0
4. Kekerasan permukaan Angka
Disintegration 4
Pelepasan Butir 3
Rough 2
Fatty 1
Close Texture 0
5. Amblas Angka
>5/100 m 4
2-5/100 m 2
0-2/100 m 1
Tidak ada 0
Keadaan Lalu-Lintas pada suatu ruas jalan akan dapat dipergunakan untuk
mengevaluasi apakah jalan tersebut masih mampu melayani lalu-lintas.
Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan bermotor yang melalui titik
tertentu persatuan waktu, dinyatakan dalam kendaraan perjam atau smp/jam
(Faisal 2020). Rumus arus lalu lintas total dalam smp/jam (MKJI 1997),
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Faktor K untuk jalan luar kota adalah 0,11 dan faktor K untuk jalan dalam
kota adalah 0,09 (MKJI 1997). Rumus untuk LHR (lalu lintas harian) jam
Puncak adalah:
Nilai kondisi metode Bina Marga merupakan dasar penentuan urutan prioritas
pemeliharaan dengan memakai rumus sebagai berikut;
Urutan Prioritas = 17 - (Kelas LHR + Nilai Kondisi Jalan)
Kelas LHR = Kelas lalu-lintas untuk pekerjaan pemeliharaan
Nilai Kondisi Jalan = Nilai yang diberikan terhadap kondisi jalan
Penentuan nilai kelas lalu lintas untuk masing – masing keadaan dapat dilihat
pada tabel 2. 20 maka di dapat kelas kondisi perkerasan
a. Urutan prioritas 0 – 3
Kelas jalan yang terletak pada prioritas ini di masukkan dalam program
Peningkatan
b. Urutan prioritas 4 – 6
Kelas jalan yang terletak pada prioritas ini di masukkan dalam program
Pemeliharaan Berkala
c. Urutan prioritas 7
Kelas jalan yang terletak pada prioritas ini di masukkan dalam program
Pemeliharaan Rutin.
Lokasi pada penelitian ini yaitu ruas jalan Denpasar - Gilimanuk di Desa
Melaya, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana dengan panjang ruas jalan
7 Km. Penelitian ini diambil dari STA 109 + 000 – STA 116 + 000.
FINISH
START
38
39
1. Data Primer merupakan data yang diambil dari hasil survey pada
lokasi penelitian. Berikut merupakan tahapan survey:
a. Penetapan Stasioning
Penetapan stasioning merupakan kegiatan awal sebelum diadakan
pengkuran kerusakan. Kegiatan ini bertujuan untuk memberi
tanda pada jarak awal hingga akhir survey pada ruas jalan untuk
melihat kondisi umum perkerasan dan jenis kerusakan yang
terjadi. Penetapan stasioning awal ditentukan dari STA 109 + 000
– 116 + 000, yaitu sepanjang 7 km, sedangkan lebar perkerasan
jalan adalah 6 meter. Untuk memudahkan pengelompokan
kerusakan, dibagi menjadi 70 segmen dan tiap segmen diambil
sepanjang 100 meter.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
b. Pelaksanaan Pengukuran
Pengukuran dilakukan dengan mengamati setiap kerusakan
kondisi jalan dan mengukur panjang, lebar, dalam dari kerusakan
perkerasan kemudian dimasukkan kedalam blanko sesuai jenis,
tingkat maupun kelompok kerusakan. Pengukuran dilakukan pada
setiap segmen dari segmen 1 (satu) sampai dengan segmen 70
(tujuh puluh).
41
2. Menentukan LHR untuk jalan yang disurvai dan tetapkan nilai kelas jalan
dengan menggunakan Tabel 2.20.
3. Mentabelkan hasil survai dan mengelompokan data sesuai jenis kerusakan.
4. Menghitung parameter untuk setiap jenis kerusakan dan melakukan
penilaian terhadap setiap jenis kerusakan berdasakan Tabel 2.18.
5. Menjumlahkan angka kerusakan untuk semua jenis kerusakan, sehingga
didapat nilai total kerusakan.
6. Menetapkan nilai kondisi jalan berdasarkan total angka kerusakan
berdasarkan Tabel 2.19.
7. Penentuan nilai prioritas jalan.
Untuk prioritas dihitung dengan rumus = 17- (kelas LHR+Nilai kondisi
jalan). Selanjutnya dari nilai prioritas tersebut dapat ditentukan program
pemeliharaan jalan yang diperlukan.
44
Mulai
Persiapan
• Informasi umum
permasalahan penelitian
• Alat dan Blanko survey
Pengumpulan Data
Analisis Data
Program Pemeliharaan
• Penangan Kerusakan
Jalan dengan Metode
PCI dan Bina Marga
Selesai
45
DAFTAR PUSTKA
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1990. “Tata Cara Penyusunan Program
Pemeliharaan Jalan Kota No.018/T/ BNKT/ 1990.” Dirjen Bina Marga
(018).
Direktorat Jenderal Bina Marga. 2011. “Perbaikan Standar Untuk Pemeliharaan
Rutin Jalan No. 001-02/M/BM/2011.” Tentang Manual Konstruksi dan
Bangunan (001).
Direktorat Jenderal Bina Marga. 2017. “No. 02/M/BM/2017-Manual Desain
Perkerasan Jalan.” (02).
Faisal, Ruhdi. 2020. “Perbandingan Metode Bina Marga Dan Metode Pci
(Pavement Condition Index) Dalam Mengevaluasi Kondisi Kerusakan Jalan
(Studi Kasus Jalan Tengku Chik Ba Kurma, Aceh).” Teras Jurnal : Jurnal
Teknik Sipil 10(1): 110.
J.A. Nabillah, and I.F. Radam. 2019. “Pengaruh Beban Lalu Lintas Terhadap
Kerusakan Jalan.” Jurnal Kacapuri 2(2): 1–10.
Kementerian PUPR. 2023. “Persyaratan Teknis Jalan Dan Perencanaan Teknis
Jalan Dengan.” Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia: 1–41.
Lasarus, Reiman, Lucia G J Lalamentik, and Joice E Waani. 2020. “Analisa
Kerusakan Jalan Dan Penanganannya Dengan Metode PCI (Pavement
Condition Index) (Studi Kasus : Ruas Jalan Kauditan (by Pass)-Airmadidi ;
STA 0+770-STA 3+770).” Jurnal Sipil Statik 8(4): 645–54.
MKJI. 1997. MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA NO. 036/T/BM/1997.
MKJI.
Nashruddin, Akhmad Zadhi, and Cahya Buana. 2021. “Analisis Penilaian
Kerusakan Jalan Dan Perbaikan Perkerasan Pada Jalan Raya Roomo,
Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik.” Jurnal Teknik ITS 10(1).
Shahin, M. Y. 2005. Pavement Management for Airports, Roads, and Parking
Lots: Second Edition Pavement Management for Airports, Roads, and
Parking Lots: Second Edition. New York: Chapman & Hall.
46
LAMPIRAN