Disusun oleh:
Ayila Fasya Fauziah 201134004
Faisal Azhar 201134008
Fihan Marthyana 201134012
Tiara Nadita 201134030
Kelompok 6 (3-TPJJ)
Dosen Pengampu:
Atmy Verani Rouly Sihombing, ST., MT., Dr.
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Tugas Besar Pengelolaan Jalan ini dengan baik.
Laporan ini berisi tentang investigasi pada Jalan Sariwangi Selatan dan Jalan Setra Duta.
Pembuatan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
memberikan dorongan, semangat dan bimbingan yang tak ternilai harganya. Untuk itu, pada
kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta berkah-Nya dalam proses pembuatan
laporan ini,
2. Dr. Atmy Verani R S, S.T., M.T selaku dosen yang telah memberikan bimbingan,
motivasi, petunjuk, dan arahan kepada kami,
3. Orang tua kami yang telah memberikan kekuatan secara moril maupun materil, dan
4. Teman-teman kelas 3-TPJJ yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat.
Tentunya dalam penyajian laporan tugas besar ini masih terdapat kekurangan, untuk itu
koreksi, saran dan kritik yang membangun diperlukan dan menjadi motivasi untuk
penyempurnaan laporan tugas besar ini pada tahun berikutnya, dengan harapan dengan
tersusunnya laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
ii
2.6.13 Identifikasi Kemantapan Jalan ........................................................ 45
2.6.14 Hubungan Nilai SDI dengan Kondisi Jalan dan IRI ....................... 46
2.6.15 Prediksi Kinerja Perkerasan Jalan ................................................... 47
iii
3.10.2 Jalan Setra Duta............................................................................. 204
3.11 Prediksi Kinerja Perkerasan Jalan ............................................................. 205
3.11.1 Jalan Sariwangi Selatan................................................................. 205
3.11.2 Jalan Setra Duta............................................................................. 207
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.13 Jumlah Minimum Unit Sampel yang Harus Disurvei (Bukan Proyek) ........ 19
Tabel 2.22 Kriteria Jenis Penanganan Antara SDI dan IRI ............................................ 46
v
Tabel 3.1 Data Ruas Jalan Ayila ..................................................................................... 54
Tabel 3.7 Perbandingan IRI, SDI, dan LHR Jalan Sariwangi Selatan .......................... 202
Tabel 3.8 Perbandingan IRI, SDI, dan LHR Jalan Setra Duta ...................................... 202
Tabel 3.9 Jenis Penanganan Jalan Sariwangi Selatan Berdasarkan Nilai IKP ............. 203
Tabel 3.10 Jenis Penanganan Jalan Setra Duta Berdasarkan Nilai IKP ....................... 203
Tabel 4.1 Kesimpulan Hasil Proyeksi IRI Jalan Sariwangi Selatan ............................. 209
Tabel 4.2 Kesimpulan Hasil Proyeksi IRI Jalan Setra Duta ......................................... 209
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.8 Skala Kelas IKP dan Warna yang Disarankan ............................................ 16
Gambar 2.9 Contoh Pembagian Ruas Perkerasan Beton Aspal Menjadi Unit Sampel .. 17
Gambar 2.10 Contoh Pembagian Ruas Perkerasan Kaku Menjadi Unit Sampel ........... 18
vii
Gambar 2.24 Tingkat Keparahan Retak Refleksi ........................................................... 28
viii
Gambar 2.48 Tingkat Keparahan Persilangan Rel Kereta Api ....................................... 40
Gambar 2.49 Tingkat Keparahan Scaling, Map Cracking atau Carzing ........................ 41
Gambar 3.2 Peta Potensi Kendaraan Bermotor Kota Bandung Wilayah I ..................... 51
Gambar 3.3 Peta Potensi Kendaraan Bermotor Kota Bandung Wilayah II .................... 52
Gambar 3.4 Peta Potensi Kendaraan Bermotor Kota Bandung Wilayah III................... 52
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004,
jalan merupakan suatu prasarana transportasi yang meliputi segala bagian jalan
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi
lalu lintas, yang berada di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air kecuali jalan kereta api, jalan lori dan
jalan kabel. Pada awalnya jalan hanyalah berupa jejak manusia yang mencari
kebutuhan hidup, termasuk sumber air. Setelah manusia hidup berkelompok,
jejak-jejak itu berubah menjadi jalan setapak. Setelah itu, dengan digunakannya
hewan sebagai alat transportasi, jalan dibuat mulai rata dan diperkeras dengan
mempergunakan batu-batu.
Struktur perkerasan jalan selama masa pelayanannya perlu kokoh sehingga
memiliki stabilitas dalam memikul beban lalu lintas, pengaruh lingkungan
dan/atau cuaca. Kelelahan (fatique resistance), kerusakan perkerasan akibat
berkurangnya kekokohan jalan seperti retak (cracking), lendutan sepanjang
lintasan kendaraan (rutting), bergelombang, dan/atau berlubang, tidak harus
terjadi pada perkerasan jalan. Untuk itu, perkerasan jalan perlu:
1. Memiliki ketebalan yang cukup, sehingga mampu menerima, memikul, dan
menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.
2. Kedap air, sehingga air tidak meresap ke perkerasan di bawahnya yang
berakibat menurunnya kekokohan perkerasan jalan.
3. Memiliki kekakuan untuk memikul beban lalu lintas sehingga tidak
menimbulkan deformasi yang berarti.
Perkerasan jalan dibangun untuk memberikan keamanan dan kenyamanan
bagi pengguna jalan dalam berkendara. Jadi, permukaan perkerasan harus kesat
dan mampu memberikan gesekan yang baik antara muka jalan dan ban
kendaraan sehingga tidak mudah selip ketika permukaan basah akibat hujan
atau menikung pada kecepatan tinggi. Selain itu, permukaan jalan harus tidak
mengkilap sehingga pengemudi tidak merasa silau jika permukaan jalan terkena
sinar matahari.
Pemilihan jenis lapisan permukaan yang langsung kontak dengan ban
kendaraan harus dilakukan dengan seksama. Pemeliharaan secara periodik perlu
1
dilakukan agar kekesatan permukaan jalan tetap memenuhi keamanan
berkendara. Kenyamanan berkendara ditentukan oleh kekasaran atau
ketidakrataan permukaan jalan, adanya retak, lubang, lendutan, ataupun
gelombang. Tingkat kenyamanan ini dapat dinyatakan dengan menggunakan
indeks permukaan, surface distress index, road condition index, atau
international roughness index.
Semakin tinggi volume kendaraan, maka semakin tinggi juga kerusakan
yang akan terjadi. Sehingga perlu diperhatikan mulai dari dilakukannya
pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan jalan secara berkala untuk
mempertahankan tingkat pelayanan sesuai dengan standar pelayanan yang
tepat. Maka harus dilakukan survei yang bertujuan untuk mengevaluasi kondisi
perkerasan secacra fungsional. Umumnya survei kondisi jalan merupakan
proses pemerolehan jenis-jenis data kondisi jaringan jalan untuk mengukur dan
memonitor kondisi jaringan jalan dan jembatan serta membantu proses
pengambilan kebijakan penyelenggaraan jalan.
Survei kondisi jalan dilakukan melalui berbagai tahap. Tahap pertama
adalah tahap persiapan, selanjutnya tahap survei kondisi jalan melalui
inventarisasi jalan, survei kondisi geometrik jalan, survei kondisi fungsional
jalan dan yang terakhir adalah survei struktural jalan. Dilanjutkan dengan
tahapan ketiga yaitu analisis kondisi jalan dan yang keempat adalah
menyarankan rekomendasi untuk penanganan jalan tersebut.
Pada kegiatan survei kondisi jalan atau investigasi jalan ini kelompok
kami memilih Jalan Sariwangi Selatan yang berada di Kelurahan Sariwangi,
Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat dengan
panjang 1,034 km dan lebar jalan 3 m. Selain itu, Jalan Setra Duta, Ciwaruga,
Kec. Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Dengan panjang
1,125 km dan lebar jalan 8 m. Alasan kami memilih jalan tersebut karena selain
jalan yang tidak terlalu jauh dari Polban, kendaraan yang lewat juga tidak
banyak sehingga dapat lebih memudahkan saat mengukur kerusakan. Kedua
jalan tersebut juga tidak terlalu panjang dan terdapat di area pemukiman
sehingga tidak terlalu banyak kendaraan berat yang melintas.
2
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah diuraikan sebelumnya, kami mendapatkan
beberapa rumusan masalah, antara lain:
1. Apa itu pengelolaan jalan?
2. Apa itu inventarisasi dan investigasi jalan?
3. Apa manfaat melakukan inventarisasi dan investigasi jalan?
4. Bagaimana inventarisasi dan investigasi jalan pada ruas yang dipilih?
5. Bagaimana kondisi eksisting pada ruas Jalan Sariwangi Selatan dan Jalan
Setra Duta?
6. Bagaimana perbandingan nilai IRI, SDI, dan IKP pada Jalan Sariwangi
Selatan dan Jalan Setra Duta?
7. Penanganan apa saja yang diperlukan pada setiap segmen di Jalan Sariwangi
Selatan dan Jalan Setra Duta?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini, antara lain:
1. Menjelaskan tentang pengelolaan jalan.
2. Menjelaskan tentang inventarisasi dan investigasi jalan.
3. Menjelaskan manfaat dari melakukan inventarisasi dan investigasi jalan.
4. Menguraikan hasil inventarisasi dan investigasi pada ruas jalan yang dipilih.
5. Mengetahui kondisi eksisting pada ruas Jalan Sariwangi Selatan dan Jalan
Setra Duta.
6. Mengetahui perbandingan nilai IRI, SDI, dan IKP Jalan Sariwangi Selatan
dan Jalan Setra Duta.
7. Mengetahui penanganan apa saja yang diperlukan pada setiap segmen di
Jalan Sariwangi Selatan dan Jalan Setra Duta.
3
survei ini yaitu penanganan yang perlu diambil dan sesuai untuk dilakukan
di ruas ini. Laporan ini juga dapat dijadikan acuan untuk survei inventarisasi
SDI di Bandung terutama Jalan Sariwangi Selatan dan Jalan Setra Duta.
b. Umum
Untuk dijadikan referensi oleh masyarakat yang ingin melakukan survei
inventarisasi dan investigasi jalan di daerahnya atau di Jalan Sariwangi
Selatan dan Jalan Setra Duta.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Selain itu, menurut Kerali (2011), tujuan pengelolaan jalan adalah untuk melakukan
optimalisasi keseluruhan biaya transportasi sehingga dapat ditentukan standar
perancangan pengelolaan jalan yang akan diaplikasikan. Pengelolaan prasarana
jaringan jalan saat ini secara tidak langsung dibagi menjadi empat kelembagaan yang
menangai masalah, yaitu:
5
Tabel 2.1 Tahapan Pengelolaan Jalan (Robinson et al., 1998)
6
1. Data Wilayah (nasional, provinsi, kota, kabupaten atau kawasan tertentu (cordon)
• Kode provinsi
• Kode ruas
• Kode sub ruas
• Jenis kota/kabupaten (apabila termasuk jalan kota diberi kode “K”, jika
bukan maka dikosongkan)
2. Data Jaringan Jalan
3. Data Ruas Jalan
• Jenis perkerasan
• Lebar perkerasan
• Lebar bahu jalan
• Tipe dan lebar saluran
• Tipe dan lebar trotoar
• Tipe dan lebar median
• Tipe tata guna lahan pada sisi kiri dan kanan ruas jalan
4. Data Bangunan Pelengkap Jalan
7
air, resiko tergelincir saat menikung, dan resikp tergelincir saat mengerem.
Kerusakan fungsional diakibatkan oleh rusaknya tekstur permukaan perkerasan
aspal, yang dibagi dalam dua skala tinjauan, yaitu tekstur mikro (kesat dan licin)
dan tekstur makro (halus dan kasar). Ilustrasi karakteristik tekstur menurut skalanya
terdapat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Skala Tekstur
3. Kondisi struktural jalan, yaitu mencakup kegagalan perkerasan atau kerusakan dari
satu atau lebih komponen perkerasan yang mengakibatkan perkerasan tidak dapat
lagi menanggung beban lalu lintas. Menurut Paterson (1987), kerusakan dibagi ke
dalam 3 modus seperti pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Modus Kerusakan Jalan
8
3. Cacat permukaan (surface disintegration)
4. Pengausan (polished aggregate)
5. Kegemukan (bleeding)
6. Penurunan pada bekas penanaman utilitas (utility cut depression)
a. Rumaja (Ruang Manfaat Jalan), yaitu ruang yang meliputi badan jalan, median
jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. Ambang pengaman jalan
adalah bahu jalan.
b. Rumija (Ruang Milik Jalan), yaitu sebidang tanah di kanan dan kiri atau ruang
tertentu yang kedepannya bisa digunakan untuk pelebaran jalan, penambahan
lajur lalu lintas, ruang tertentu yang di maksud bisa digunakan untuk ruang
pengaman jalan.
c. Ruwasja (Ruang Pengawasan Jalan), yaitu ruang yang berada di luar rumija dan
berfungsi untuk pandangan bebas pengemudi, pengaman konstruksi jalan, dan
pengamanan fungsi jalan.
Klasifikasi kecepatan jalan berdasarkan kelas jalan terdapat pada Tabel 2.4.
Kecepatan Rencana
Kelas Jalan
(km/jam)
I 30 – 80
II 30 – 60
III A 20 – 40
III B 20 – 40
III C 20
9
Klasifikasi dimensi kendaraan berdasarkan kelas jalan terdapat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Dimensi Kendaraan berdasarkan Kelas Jalan
Kelas Jalan Dimensi Kendaraan
Lebar tidak melebihi 2500 mm,
panjang tidak melebihi 18000 mm,
Kelas I
tinggi tidak melebihi 4200 mm, dan
MST 10 ton
Lebar tidak melebihi 2500 mm,
panjang tidak melebihi 12000 mm,
Kelas II
tinggi tidak melebihi 4200 mm, dan
MST 8 ton
Lebar tidak melebihi 2100 mm,
panjang tidak melebihi 9000 mm,
Kelas III
tinggi tidak melebihi 3500 mm, dan
MST 8 ton
10
6. Pengukuran tidak tergantung pada kondisi lalu lintas karean tidak terikat dengan
keceparan operasi alat.
Menurut Kimpraswil 2001, nilai IRI berkisar antara 0 sampai lebih besar dari 16. Nilai
IRI berdasarkan kondisi permukaan visual terdapat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Nilai IRI berdasarkan Kondisi Permukaan Visual
Nilai IRI Kondisi Permukaan Secara Visual
0-3 Sangat rata dan teratur
3-4 Sangat baik dan umumnya rata
4-6 Baik
6-8 Sedikit atau tidak ada lubang namun permukaan tidak rata
8-10 Ada lubang jelek, permukaan tidak rata
10-12 Rusak, bergelombang, dan banyak lubang
12-16 Rusak berat, banyak lubang, dan seluruh daerah perkerasan
hancur
>16 Tidak bisa dilalui kecuali kendaraan 4W/D
11
dibagi ke dalam segmen-segmen. Data yang digunakan yaitu berdasarkan hasil dari
Survei Kondisi Jalan (SKJ) dapat dilihat pada Gambar 2.1
12
Tabel 2.8 Nilai SDI berdasarkan Kategori Luas Retak
13
Gambar 2.3 Dimensi Lubang
Macam-macam jenis lubang berdasarkan tingkat keparahannya terdapat
pada Gambar 2.4 sampai Gambar 2.6
14
Gambar 2.6 Lubang Tingkat Keparahan Tinggi
15
2.6 Indeks Kondisi Perkerasan (IKP)
Selain menggunakan metode SDI Surface Distress Index), penilaian kinerja
jalan juga bisa dilakukan menggunakan metode IKP (Indeks Kondisi Permukaan Jalan)
yang terdapat pada Pd 01-2016-B. Skala kelas IKP terdapat pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Skala Kelas Indeks Kondisi Perkerasan (IKP) dan Warna yang
Disarankan
Indeks Kondisi Perkerasan atau IKP adalah indikator kuantitatif (numerik)
kondisi perkerasan yang mempunyai rentang nilai mulai dari 0 sampai dengan 100,
dengan nilai 0 menyatakan kondisi perkerasan paling jelek yang mungkin terjadi dan
nilai 100 menyatakan kondisi perkerasan terbaik yang mungkin dicapai. Perkerasan
pada ruas yang telah dipilih dibagi menjadi beberapa unit perkerasan. Apabila
perkerasan pada ruas tidak seragam, maka ruas perlu terlebih dahulu dibagi menjadi
seksi-seksi yang seragam dan kemudian tiap seksi dibagi menjadi unit-unit perkerasan.
Lalu dari unit-unit perkerasan ini dipilih beberapa unit sampel yang akan disurvei.
Survei dilakukan secara visual dan data yang dinilai dan dicatat pada saat survei tiap
unit sampel adalah jenis, tingkat keparahan, dan kuantitas kerusakan perkerasan.
IKP menunjukkan ukuran kondisi perkerasan pada saat disurvei, berdasarkan
kerusakan yang terpantau pada permukaan perkerasan yang juga menunjukkan
kepaduan struktural dan kondisi fungsional perkerasan (ketidakrataan dan kekesatan).
IKP tidak dapat mengukur kapasitas struktural perkerasan, juga tidak dapat
menunjukkan ukuran langsung kekesatan atau ketidakrataan. IKP merupakan dasar
obyektif dan rasional untuk menentukan program pemeliharaan dan perbaikan yang
16
diperlukan serta prioritas penanganan. Penggunaan nilai IKP dalam menentukan jenis
penanganan terdapat pada Tabel 2.12.
Tabel 2.12 Penggunaan IKP untuk Menentukan Jenis Penanganan
17
Gambar 2.10 Contoh Pembagian Ruas Perkerasan Kaku Menjadi Unit
Sampel
Keterangan :
e : penyimpangan (kesalahan) yang diizinkan dalam mengestimasi IKP
seksi, biasanya e ± 5 poin IKP
d : deviasi standar IKP satu unit sampel ke unit sampel yang lain dalam
seksi. Untuk kepentingan survei awal, deviasi IKP untuk perkerasan beton aspal
diasumsikan 10, sedangkan untuk IKP perkerasan kaku diasumsikan 15.
N : jumlah total unit perkerasan dalam seksi.
Jumlah sampel yang lebih kecil dari jumlah sampel yang menghasilkan 95%
tingkat kepercayaan dapat digunakan berdasarkan tujuan survei kondisi
perkerasan jalan. Apabila suatu lembaga melakukan survei bukan untuk
18
keperluan analisis proyek, unit sampel yang harus di survei dapat dilihat pada
Tabel 2.13.
Tabel 2.13 Jumlah Minimum Unit Sampel yang Harus Disurvei Bukan untuk
Keperluan Analisis Proyek
Keterangan :
i : interval jarak antara unit-unit sampel
N : jumlah total unit sampel dalam seksi
n : jumlah unit sampel yang harus disurvei
19
d. Sambil berjalan kaki di trotoar/bahu, lakukan identifikasi jenis dan tingkat
keparahan kerusakan perkerasan yang dijumpai pada unit sampel.
e. Lakukan penaksiran atau pengukuran/perhitungan kuantitas setiap jenis
kerusakan menurut tingkat keparahannya. Tingkat keparahan untuk tiap
jenis kerusakan dibagi menjadi 3, yaitu tingkat keparahan rendah (R),
sedang (S), dan tinggi (T).
f. Catat hasil identifikasi jenis dan tingkat keparahan kerusakan serta hasil
penaksiran kuantitas kerusakan pada formulir.
20
disebabkan oleh pelengkungan ke atas dan bawah, pengembangan salju,
serta infiltrasi dan penumpukan bahan.
Lekukan (sags) merupakan penurunan kecil dan kasar pada permukaan
beton aspal. Apabila jembul (bumps) terjadi dalam arah yang tegak lurus
arah lalu lintas dan satu sama lain berjarak kurang dari 3 m, maka jembul
disebut keriting. Apabila distorsi dan pergeseran (displacement) terjadi
pada permukaan perkerasaan yang luas sehingga menimbulkan
penurunan yang besar dan panjang atau keduanya, maka kerusakan
tersebut harus dicatat “pemuaian”. Tingkat keparahan diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu:
a. Rendah (R), jembul atau lekukan mengakibatkan gangguan yang
rendah terhadap kenyaman.
b. Sedang (S), jembul atau lekukan mengakibatkan gangguan yang
sedang terhadap kenyamanan.
c. Tinggi (T), jembul atau lekukan mengakibatkan gangguan yang
tinggi terhadap kenyamanan.
- Keriting (corrugation)
Keriting atau disebut juga washboarding merupakan seri punggung
(ridges) dan lembah (valleys) yang jaraknya berdekatan dan biasanya
kurang dari tiga m serta terjadi cukup beraturan. Punggung dan lembah
mempunyai arah yang tegak lurus terhadap arah lalu lintas. Penyebab
keriting adalah lalu lintas yang dikombinasikan dengan lapis beraspal
atau lapis pondasi yang tidak stabil. Tingkat keparahan diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu:
a. Rendah (R), keriting menimbulkan gangguan rendah terhadap
kenyaman.
21
b. Sedang (S), keriting menimbulkan gangguan sedang terhadap
kenyamanan.
c. Tinggi (T), keriting mengakibatkan gangguan yang tinggi terhadap
kenyamanan.
- Sungkur (shoving)
Sungkur merupakan bentuk longitudinal lapis permukaan yang
permanen dan setempat sebagai akibat beban kendaraan. Pada saat
beban kendaraan mendorong lapis permukaan, maka lapis permukaan
akan terjadi gelombang yang pendek. Kerusakan ini biasanya hanya
terjadi pada campuran beraspal yang tidak stabil (misal campuran yang
menggunakan aspal cair dan aspal emulsi). Sungkur juga dapat terjadi
22
pada lapis beton aspal yang berbatasan dengan perkerasan kaku, yaitu
pada saat pelat kaku sehingga mendorong lapis beraspal. Tingkat
keparahan dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Rendah (R), sungkur menimbulkan gangguan kenyamanan
berkendaraan dengan tingkat keparahan yang rendah.
b. Sedang (S), sungkur menimbulkan gangguan kenyamanan
berkendaraan dengan tingkat keparahan yang sedang.
c. Tinggi (T), sungkur menimbulkan gangguan kenyamanan
berkendaraan dengan tingkat keparahan yang tinggi.
- Pemuaian (swells)
Untuk menentukan pengaruh kerusakan di atas terhadap
kenyamanan, petugas survei harus menggunakan kendaraan yang
dijalankan pada kecepatan normal (30 - 40) km/jam. Lalu dilakukan
penilaian dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Rendah (R), kendaraan terasa mengalami getaran. Namun kecepatan
kendaraan tidak perlu dikurangi dan kerusakan dapat menimbulkan
guncangan ringan terhadap kendaraan namun tidak menimbulkan
ketidaknyamanan yang berarti.
b. Sedang (S), kendaraan sangat bergetar sehingga kecepatan
kendaraan perlu dikurangi. Kerusakan dapat menimbulkan getaran
yang signifikan yang mengakibatkan ketidaknyamanan.
c. Tinggi (T), kendaraan sangat terguncang sehingga kendaraan harus
diperlambat. Kerusakan dapat menimbulkan guncangan yang
signifikan dan sangat mengganggu kenyamanan, mengurangi
keamanan, atau dapat menimbulkan kerusakan pada kendaraan.
23
Gambar 2.16 Tingkat Keparahan Kerusakan Pemuaian
3. Kegemukan (bleeding)
Kondisi permukaan perkerasan mengandung film aspal yang mengkilap,
menyerupai kaca, memantulkan sinar dan kadang-kadang sangat lengket.
Tingkat keparahan kegemukan adalah sebagai berikut:
a. Rendah (R), dalam satu tahun hanya terlihat beberapa hari saja. Aspal
tidak melekat ke sepatu atau roda kendaraan.
24
b. Sedang (S), dalam satu tahun dapat terlihat satu sampai dua minggu dan
aspal melekat pada sepatu atau roda kendaraan.
c. Tinggi (T), dalam satu tahun dapat terlihat beberapa minggu dan aspal
melekat pada sepatu atau roda kendaraan.
Tingkat keparahan kerusakan kegemukan dari rendah sampai tinggi terdapat
pada Gambar 2.18.
4. Retak Blok
Retak saling berhubungan dengan membagi permukaan menjadi kotak-
kotak yang berbentuk hampir bujur sangkar. Tingkat keparahan retak blok
dibagi menjadi 3, yaitu Rendah (R), Sedang (S), dan Tinggi (T). Tingkat
keparahan dari rendah sampai tinggi terdapat pada Gambar 2.19.
25
Gambar 2.20 Tingkat Keparahan Jembul atau Lekukan
6. Keriting (Corrugation)
Dikenal juga dengan “papan cucian” (washboarding) merupakan seri
punggung (ridges) dan lembah (valleys) yang jaraknya berdekatan, biasanya
kurang dari 3 m (10 feet) dan terjadi cukup beraturan. Tingkat keparahannya
dibagi menjadi 3, yaitu Rendah (R), Sedang (S), dan Tinggi (T). Tingkat
keparahan dari rendah sampai tinggi terdapat pada Gambar 2.21.
7. Ambles/Depresi (Depression)
Kondisi pada suatu lokasi elevasi permukaan perkerasan lebih rendah
dari permukaan perkerasan di sekitarnya. Tingkat keparahan ambles adalah
sebagai berikut:
a. Rendah (R), kedalaman 13 mm sampai 25 mm.
b. Sedang (S), kedalaman 25 mm sampai 50 mm.
c. Tinggi (T), kedalaman lebih dari 50 mm.
Tingkat keparahan kerusakan ambles/depresi dari rendah sampai tinggi
terdapat pada Gambar 2.22.
26
8. Retak Tepi (Edge Cracking)
Retak yang sejajar dengan tepi perkerasan dan biasanya terjadi di sekitar
0,3 m sampai 0,5 m dari tepi luar perkerasan. Tingkat keparahan retak tepi
adalah sebagai berikut:
a. Rendah (R), tidak disertai dengan pelepasan butir.
b. Sedang (S), disertai dengan pelepasan butir ringan.
c. Tinggi (T), kehancuran atau pelepasan butir parah pada sepanjang tepi
perkerasan.
Tingkat keparahan kerusakan retak tepi dari rendah sampai tinggi terdapat
pada Gambar 2.23.
27
serta pada sekitar lokasi retak refleksi terdapat retak sekunder dengan
tingkat keparahan ringan.
c. Tinggi (T), bila retak mempunyai salah satu kondisi sebagai berikut:
retak, berapapun lebarnya, yang dikelilingi oleh retak sekunder dengan
tingkat keparahan sedang atau tinggi; retak yang tidak tersumbat dengan
lebar lebih dari 75 mm (3 in); atau, retak, berapapun lebarnya, sekitar
100 mm (4 in) bagian perkerasan di sekitar retak mengalami pelepasan
butir parah atau hancur.
Tingkat keparahan kerusakan retak tepi dari rendah sampai tinggi terdapat
pada Gambar 2.24.
28
11. Retak Memanjang dan Melintang (Bukan Retak Refleksi)
Retak yang sejajar dengan sumbu jalan atau arah penghamparan.
Tingkat keparahan retak memanjang dan melintang adalah sebagai berikut:
a. Rendah (R), bila retak mempunyai salah satu kondisi sebagai berikut:
retak tidak tersumbat dengan lebar kurang dari 10 mm (⅜ in), atau retak
tersumbat, berapapun lebarnya; bahan penyumbat dalam kondisi yang
baik.
b. Sedang (S), bila retak mempunyai salah satu kondisi sebagai berikut:
retak tidak tersumbat dengan lebar sama dengan atau lebih dari 10 mm
(⅜ in) dan lebih kecil dari 75 mm (3 in); retak tidak tersumbat dengan
lebar lebih dari atau sama dengan 75 mm (3 in) serta di sekitar retak
refleksi terdapat retak sekunder acak dengan keparahan rendah.
c. Tinggi (T), bila retak mempunyai salah satu kondisi sebagai berikut:
retak tersumbat atau tidak tersumbat, berapapun lebarnya, yang
dikelilingi oleh retak sekunder acak dengan keparahan sedang atau
tinggi; retak tidak tersumbat dengan lebar lebih dari 75 mm (3 in); atau,
retak, berapapun lebarnya, sekitar 100 mm (4 in) bagian perkerasan di
sekitar retak mengalami kehancuran parah.
Tingkat keparahan kerusakan retak memanjang dan melintang dari rendah
sampai tinggi terdapat pada Gambar 2.6.
29
Tingkat keparahan kerusakan tambalan dari rendah sampai tinggi terdapat
pada Gambar 2.27.
14. Lubang
Cekungan pada permukaan perkerasan yang mempunyai diameter kecil,
biasanya kurang dari 750 mm. Tingkat keparahan lubang terdapat pada
Tabel 2.14 dan tingkat keparahan dari ringan sampai tinggi terdapat pada
Gambar 2.29.
30
Tabel 2.14 Tingkat Keparahan Lubang
31
b. Sedang (S), lebar retak antara >10 mm (3/4 in) dan < 40 mm (11/2 in) atau
permukaan di sekitar retak mengalami gompal moderat atau dikelilingi
dengan retak sekunder.
c. Tinggi (T), lebar retak adalah >40 mm (11/2 in) atau permukaan di sekitar
retak pecah-pecah sehingga pecahannya mudah dicabut.
Tingkat keparahan dari ringan sampai tinggi terdapat pada Gambar 2.31.
32
a. Rendah (R), permukaan mulai menunjukkan gejala penuaan yang dapat
dipercepat oleh kondisi cuaca. Perkerasan mungkin masih relative baru,
misal sekitar 6 bulan.
b. Sedang (S), kehilangan butir-butir halus yang nyata di sisi-sisi agregat
kasar terbuka pada 1/4 bagian sisi terpanjang.
c. Tinggi (T), sisi-sisi agregat kasar terbuka pada lebih dari 1/4 bagian sisi
terpanjang.
Tingkat keparahan dari ringan sampai tinggi terdapat pada Gambar 2.33.
33
2. Retak Sudut (Corner Break)
Retak yang memotong sambungan pada jarak yang kurang dari atau sama
dengan setengah panjang kedua sisi oanel, yang diukur dari titik sudut panel.
Tingkat keparahan retak sudut adalah sebagai berikut:
a. Rendah (R), retak yang lebarnya <13 mm (1/2 in), setiap retak dengan
bahan penyumbat yang memadai, tidak terjadi penanggaan. Pada
permukaan antara retak dan sambungan tidak ada retak yang lain.
b. Sedang (S), retak tanpa bahan penyumbat yang lebarnya >13 mm dan <50
mm. Pada permukaan antara retak dan sambungan terdapat retak lain
dengan tingkat keparahan sedang.
c. Tinggi (T), retak tanpa bahan penyumbat yang lebarnya >50 mm dan <50
mm. Pada permukaan antara retak dan sambungan terdapat retak lain
dengan keparahan tinggi.
Tingkat keparahan dari ringan sampai tinggi terdapat pada Gambar 2.35.
34
Gambar 2.36 Tingkat Keparahan Pemisahan Panel
5. Penanggaan (Faulting)
Penanggaan merupakan perbedaan elevasi dua panel yang
berdampingan pada sambungan. Penyebab umum penanggaan, yaitu:
- Penurunan (settlement) karena pondasi yang lunak,
- Pemompaan atau erosi bahan di bawah panel,
- Pelengkungan (curling) bagian tepi panel sebagai akibat perubahan
temperature atau kelembaban.
35
Tingkat keparahannya dinilai dari perbedaan elevasi dua panel
berdampingan. Tingkat keparahan dari ringan sampai tinggi terdapat pada
Gambar 2.38.
36
7. Penurunan Lajur/Bahu (Lane/Shoulder Drop Off)
Perbedaan elevasi permukaan bagian tepi perkerasan dengan permukaan
bahu yang menurun atau tererosi. Tingkat keparahan penurunan lajur/bahu
adalah sebagai berikut:
a. Rendah (R), perbedaan ketinggiannya antara >25 mm dan <50 mm.
b. Sedang (S), perbedaan ketinggiannya antara >50 mm dan <100 mm.
c. Tinggi (T), perbedaan ketinggiannya lebih dari 100 mm
Tingkat keparahan dari ringan sampai tinggi terdapat pada Gambar 2.40.
37
a. Rendah (R), tambalan berfungsi baik dengan sedikit atau tanpa kerusakan.
b. Sedang (S), tambalan mengalami kerusakan moderat atau di sekitar tepi
terjadi gompal moderat atau kedua-duanya.
c. Tinggi (T), tambalan mengalami kerusakan parah.
Tingkat keparahan dari ringan sampai tinggi terdapat pada Gambar 2.42.
38
Gambar 2.44 Pengausan Agregat
12. Popouts
Pecahan kecil perkerasan hancur dan lepas dari permukaan akibat aksi
pembekuan-pencairan yang dikombinasikan dengan agregat ekspansif.
Biasanya diameter berkisar antara 25 mm - 100 mm serta kedalaman antara
13 mm - 50 mm. Contoh pengausan agregat pada Gambar 2.45.
39
Tabel 2.16 Tingkat Keparahan Punch Out
Tingkat keparahan dari ringan sampai tinggi terdapat pada Gambar 2.47.
40
menimbulkan scaling, yaitu kehancuran permukaan panel sampai kedalaman
sekitar 6 mm sampai dengan 13 mm. Tingkat keparahan scaling, map
cracking atau crazing adalah sebagai berikut:
a. Rendah (R), map cracking atau crazing dijumpai hampir pada seluruh
permukaan hanya disertai dengan scaling minor.
b. Sedang (S), permukaan panel mengalami scaling kurang dari 15%.
c. Tinggi (T), permukaan panel mengalami scaling lebih dari 15%.
Tingkat keparahan dari ringan sampai tinggi terdapat pada Gambar 2.49.
41
Tabel 2.17 Tingkat Keparahan Gompal Sudut
42
untuk mendapatkan IKP ruas perlu terlebih dahulu ditentukan IKP tiap unit
sampel dan tiap unit khusus (bila ada). Tahapan penentuan IKP unit sampel
terdapat pada Gambar 2.53.
43
2.6.10 Penentuan Nilai Pengurang (NP) Kerusakan
Nilai Pengurang untuk suatu jenis kerusakan diperoleh dari kurva
hubungan kerapatan dan tingkat kerapatan dan tingkat keparahan kerusakan.
Dalam menentukan Nilai Pengurang terdapat banyak grafik sesuai dengan jenis
kerusakannya.
44
3) Reduksi jumlah individu Nilai Pengurang menjadi m buah, termasuk
bagian pecahannya, dan lakukan koreksi NP terakhir. Apabila jumlah
individu nilai-nilai pengurang lebih kecil dari m, maka semua Nilai
Pengurang digunakan pada proses penentuan NPT maksimum.
4) Tentukan NPT maksimum dengan cara iterasi sebagai berikut:
- Tentukan Nilai Pengurang total dengan menjumlahkan Nilai-
nilai Pengurang semua kerusakan pada unit sampel.
- Tentukan q sebagai jumlah individu Nilai-nilai Pengurang yang
lebih besar dari 2,0.
- Tentukan Nilai Pengurang Terkoreksi (NPT) dengan cara
mengoreksi Nilai Pengurang total oleh q. Koreksi dilakukan
dengan menggunakan kurva
- Reduksi Nilai Pengurang terkecil yang lebih besar dari 2,0
menjadi 2,0 dan ulangi langkah-langkah di atas, sampai q = 1.
- Tentukan NPT maksimum dari nilai-nilai yang diperoleh melalui
langkah-langkah iterasi di atas.
45
Tabel 2.19 Identifikasi Kebutuhan Penanganan dan Kemantapan Jalan
46
2.6.15 Prediksi Kinerja Perkerasan Jalan
Tujuan dari dilakukannya prediksi kinerja perkerasan jalan ini adalah untuk
memperkirakan kekuatan perkerasan di masa yang akan datang yang
berhubungan dengan material perkerasan, kekakuan, tebal perkerasan, kekuatan
tanah dasar, dan kondisi permukaan perkerasan. Prediksi ini dapat dilakukan
dengan menghitung nilai IRI pada umur yang akan dihitung. Rumus menghitung
nilai IRI umur t adalah sebagai berikut:
di mana:
IRIt = nilai ketidakrataan perkerasan umur t (m/km)
IRI0 = nilai ketidakrataan perkerasan awal
SNC = Modified Structural Number, nilai struktur yang dimodifikasi dengan
menyertakan kekuatan tanah dasar
CESAt = Cummulative Equivalent Standard Axle, kumulatif ESA pada umur t
(juta ESA/jalur)
m = koefisien lingkungan (0,023 untuk iklim basah non-beku)
t = umur perkerasan sejak rehabilitasi atau konstruksi (tahun)
SNC (Modification Structural Number) merupakan salah satu ukuran yang
digunakan untuk menilai peningkatan kerusakan jalan (road deterioration).
Untuk menghitung SNC, digunakan rumus:
di mana:
SNC = Modified Structural Number
SN = Structural Number
CBR = California Bearing Ratio, kekuatan tanah dasar
Untuk menghitung SN (Structural Number), digunakan rumus:
di mana:
a = koefisien kekuatan relative bahan, dapat dilihat pada Tabel 2.23
D = tebal masing-masing perkerasan
47
Tabel 2.23 Koefisien Kekuatan Relatif (a)
Selain SNC yang diperlukan untuk menghitung nilai IRIt diperlukan pula CESA.
Untuk menghitung CESA diperlukan data lalu lintas dan dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
di mana:
CESA = akumulasi ekivalen beban sumbu standar
48
m = jumlah masing-masing jenis kendaraan
365 = jumlah hari dalam satu tahun
E = angka ekivalen beban sumbu
C = koefisien distribusi kendaraan
N = faktor hubungan umur rencana yang sudah disesuaikan dengan
perkembangan lalu lintas
di mana:
r = pertumbuhan lalu lintas (%)
n = tahun
49
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
50
3.1.1 Kota Bandung
Di antara banyak kota yang ada di Jawa Barat, terdapat Kota Bandung yang
juga menjadi Ibu Kota Jawa Barat. Bandung terletak pada posisi 107°36’ BT
dan 6°55’ LS. Bandung memiliki luas wilayah 16.729,65 Ha. Secara
administrative, Kota Bandung berbatasan dengan beberapa daerah
Kabupaten/Kota lainnya, yaitu:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten
Bandung Barat,
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Cimahi,
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung, dan
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung.
Kota Bandung dibagi ke dalam 3 wilayah berdasarkan Peta Potensi
Kendaraan Bermotor, yaitu wilayah I Pajajaran, wilayah II Kawaluyaan, dan
wilayah III Soekarno-Hatta. Ketiga peta terdapat pada Gambar 3.2 sampai 3.4.
51
Gambar 3.3 Peta Potensi Kendaraan Bermotor Kota Bandung Wilayah II
(Kawaluyaan)
Gambar 3.4 Peta Potensi Kendaraan Bermotor Kota Bandung Wilayah III
(Soekarno-Hatta)
52
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat tahun 2018,
Bandung memiliki panjang jalan 1.172,78 km. Panjang jalan menurut kondisi
di Kota Bandung, yaitu:
- Baik : 986,27 km
- Sedang : 104,69 km
- Rusak : 81,82 km
53
Berdasarkan gambar 3.5, Kota Cimahi berada di antara Kota Bandung dan
Kabupaten Bandung Barat. Cimahi memiliki panjang jalan 105,19 km.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik Jawa Barat tahun 2018, panjang jalan
menurut kondisi di kota cimahi, yaitu:
- Baik : 52,89 km
- Sedang : 44,81 km
- Rusak : 7,49 km
- Rusak Berat : -
54
Lebar Lebar
Nama Panjang Status Fungsi Tipe Kelas
No Perkerasan Rumija
Jalan (m) Jalan Jalan Jalan Jalan
(m) (m)
Jalan Bapa Kolektor
8 417 4 6 Kota 2/2UD III
Ampi Sekunder
Jalan Lokal
9 370 4 6 Kota 2/2UD III
Sukimun Sekunder
Jalan Lokal
10 525 3 5 Kota 2/2UD III
Panday Sekunder
55
DATA INVENTARISASI JALAN
Kecamatan : Cimahi Tengah
Kode Jalan : 2201406K Status Jalan : Jalan Kota
Nama Jalan : Jl. Pacinan Tipe Jalan : 2/2 UD
Panjang (km) : 0,235 Gradien : Datar
POTONGAN
Keterangan: MELINTANG JALAN STA 0+156 – 0+235
56
Tata guna lahan Trotoar Saluran Bahu Badan Jalan
1. pemukiman 5. lahan kosong 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak diketahui 5. burda 10. lataston (HRS) 15. DGEM
2. pertokoan 6. pesawahan 1. paving block 1. tanah terbuka 1. tanah 1. tanah 6. macadam 11. HRSSA 16. SMA
3. perkantoran 7. perkebunan 2. beton 2. pas. batu kali 2. diperkeras 2. kerikil 7. lasbutag (butas) 12. slurry seal 17. BMA
4. industri 8. hutan 3. tanah 3. beton 3. telford 8. aspal beton (AC) 13. macro seal 18. HSWC
4. burtu 9. latasbum (nacas) 14. macro asbuton 19. Beton
5
perkantoran 0,8 1,5 pertokoan
0,2 lataston median lataston bahu 0,2
bahu
saluran saluran
Keterangan: 57
Tata guna lahan Trotoar Saluran Bahu Badan Jalan
1. pemukiman 5. lahan kosong 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak diketahui 5. burda 10. lataston (HRS) 15. DGEM
2. pertokoan 6. pesawahan 1. paving block 1. tanah terbuka 1. tanah 1. tanah 6. macadam 11. HRSSA 16. SMA
3. perkantoran 7. perkebunan 2. beton 2. pas. batu kali 2. diperkeras 2. kerikil 7. lasbutag (butas) 12. slurry seal 17. BMA
4. industri 8. hutan 3. tanah 3. beton 3. telford 8. aspal beton (AC) 13. macro seal 18. HSWC
4. burtu 9. latasbum (nacas) 14. macro asbuton 19. Beton
DATA INVENTARISASI JALAN
Kecamatan : Cimahi Tengah
Kode Jalan : 2201416K Status Jalan : Jalan Kota
Nama Jalan : Jl. Terusan Tipe Jalan : 2/2 UD
Panjang (km) : 0,38 Gradien : Datar
POTONGAN
Keterangan: MELINTANG JALAN STA 0+252 – 0+380
58
Tata guna lahan Trotoar Saluran Bahu Badan Jalan
1. pemukiman 5. lahan kosong 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak diketahui 5. burda 10. lataston (HRS) 15. DGEM
2. pertokoan 6. pesawahan 1. paving block 1. tanah terbuka 1. tanah 1. tanah 6. macadam 11. HRSSA 16. SMA
3. perkantoran 7. perkebunan 2. beton 2. pas. batu kali 2. diperkeras 2. kerikil 7. lasbutag (butas) 12. slurry seal 17. BMA
4. industri 8. hutan 3. tanah 3. beton 3. telford 8. aspal beton (AC) 13. macro seal 18. HSWC
4. burtu 9. latasbum (nacas) 14. macro asbuton 19. Beton
4
perkantoran pertokoan
0,5 lataston median lataston 0,5
saluran saluran
Keterangan: 59
Tata guna lahan Trotoar Saluran Bahu Badan Jalan
1. pemukiman 5. lahan kosong 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak diketahui 5. burda 10. lataston (HRS) 15. DGEM
2. pertokoan 6. pesawahan 1. paving block 1. tanah terbuka 1. tanah 1. tanah 6. macadam 11. HRSSA 16. SMA
3. perkantoran 7. perkebunan 2. beton 2. pas. batu kali 2. diperkeras 2. kerikil 7. lasbutag (butas) 12. slurry seal 17. BMA
4. industri 8. hutan 3. tanah 3. beton 3. telford 8. aspal beton (AC) 13. macro seal 18. HSWC
4. burtu 9. latasbum (nacas) 14. macro asbuton 19. Beton
DATA INVENTARISASI JALAN
Kecamatan : Cimahi Tengah
Kode Jalan : 2201429K Status Jalan : Jalan Kota
Nama Jalan : Jl. Sam Ratulangi Tipe Jalan : 2/2UD
Panjang (km) : 0,615 Gradien : Datar
saluran saluran
POTONGAN MELINTANG JALAN STA 0+410 – 0+615
Keterangan: 60
Tata guna lahan Trotoar Saluran Bahu Badan Jalan
1. pemukiman 5. lahan kosong 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak diketahui 5. burda 10. lataston (HRS) 15. DGEM
2. pertokoan 6. pesawahan 1. paving block 1. tanah terbuka 1. tanah 1. tanah 6. macadam 11. HRSSA 16. SMA
3. perkantoran 7. perkebunan 2. beton 2. pas. batu kali 2. diperkeras 2. kerikil 7. lasbutag (butas) 12. slurry seal 17. BMA
4. industri 8. hutan 3. tanah 3. beton 3. telford 8. aspal beton (AC) 13. macro seal 18. HSWC
4. burtu 9. latasbum (nacas) 14. macro asbuton 19. Beton
4
pemukiman pemukiman
0,3 lataston median lataston 0,3
saluran saluran
Keterangan: 61
Tata guna lahan Trotoar Saluran Bahu Badan Jalan
1. pemukiman 5. lahan kosong 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak diketahui 5. burda 10. lataston (HRS) 15. DGEM
2. pertokoan 6. pesawahan 1. paving block 1. tanah terbuka 1. tanah 1. tanah 6. macadam 11. HRSSA 16. SMA
3. perkantoran 7. perkebunan 2. beton 2. pas. batu kali 2. diperkeras 2. kerikil 7. lasbutag (butas) 12. slurry seal 17. BMA
4. industri 8. hutan 3. tanah 3. beton 3. telford 8. aspal beton (AC) 13. macro seal 18. HSWC
4. burtu 9. latasbum (nacas) 14. macro asbuton 19. Beton
DATA INVENTARISASI JALAN
Kecamatan : Cimahi Tengah
Kode Jalan : 2201493K Status Jalan : Jalan Kota
Nama Jalan : Jl. HMS Mintaredja, SH Tipe Jalan : 4/2D
Panjang (km) : 1,47 Gradien : Datar
trotoar 4 3 4 trotoar
pertokoan pertokoan
0,8 0,8
0,8 aspal beton median aspal beton 0,8
saluran saluran
Keterangan: 62
Tata guna lahan Trotoar Saluran Bahu Badan Jalan
1. pemukiman 5. lahan kosong 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak diketahui 5. burda 10. lataston (HRS) 15. DGEM
2. pertokoan 6. pesawahan 1. paving block 1. tanah terbuka 1. tanah 1. tanah 6. macadam 11. HRSSA 16. SMA
3. perkantoran 7. perkebunan 2. beton 2. pas. batu kali 2. diperkeras 2. kerikil 7. lasbutag (butas) 12. slurry seal 17. BMA
4. industri 8. hutan 3. tanah 3. beton 3. telford 8. aspal beton (AC) 13. macro seal 18. HSWC
4. burtu 9. latasbum (nacas) 14. macro asbuton 19. Beton
POTONGAN MELINTANG JALAN STA 1+000 – 1+500
trotoar 4 3 4
lahan kosong industri
1
aspal beton median aspal beton
Keterangan: 63
Tata guna lahan Trotoar Saluran Bahu Badan Jalan
1. pemukiman 5. lahan kosong 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak diketahui 5. burda 10. lataston (HRS) 15. DGEM
2. pertokoan 6. pesawahan 1. paving block 1. tanah terbuka 1. tanah 1. tanah 6. macadam 11. HRSSA 16. SMA
3. perkantoran 7. perkebunan 2. beton 2. pas. batu kali 2. diperkeras 2. kerikil 7. lasbutag (butas) 12. slurry seal 17. BMA
4. industri 8. hutan 3. tanah 3. beton 3. telford 8. aspal beton (AC) 13. macro seal 18. HSWC
4. burtu 9. latasbum (nacas) 14. macro asbuton 19. Beton
DATA INVENTARISASI JALAN
Kecamatan : Cimahi Tengah
Kode Jalan : 2201430K Status Jalan : Jalan Kota
Nama Jalan : Jl. Stasion Tipe Jalan : 1-2/1
Panjang (km) : 0,412 Gradien : Datar
saluran saluran
Keterangan: 65
Tata guna lahan Trotoar Saluran Bahu Badan Jalan
1. pemukiman 5. lahan kosong 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak diketahui 5. burda 10. lataston (HRS) 15. DGEM
2. pertokoan 6. pesawahan 1. paving block 1. tanah terbuka 1. tanah 1. tanah 6. macadam 11. HRSSA 16. SMA
3. perkantoran 7. perkebunan 2. beton 2. pas. batu kali 2. diperkeras 2. kerikil 7. lasbutag (butas) 12. slurry seal 17. BMA
4. industri 8. hutan 3. tanah 3. beton 3. telford 8. aspal beton (AC) 13. macro seal 18. HSWC
4. burtu 9. latasbum (nacas) 14. macro asbuton 19. Beton
DATA INVENTARISASI JALAN
Kecamatan : Cimahi Tengah
Kode Jalan : 2201431K Status Jalan : Jalan Kota
Nama Jalan : Jl. Urip Sumoharjo Tipe Jalan : 1-2/1
Panjang (km) : 0,3 Gradien : Datar
POTONGAN
Keterangan: MELINTANG JALAN STA 0+200 – 0+300 66
Tata guna lahan Trotoar Saluran Bahu Badan Jalan
1. pemukiman 5. lahan kosong 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak diketahui 5. burda 10. lataston (HRS) 15. DGEM
2. pertokoan 6. pesawahan 1. paving block 1. tanah terbuka 1. tanah 1. tanah 6. macadam 11. HRSSA 16. SMA
3. perkantoran 7. perkebunan 2. beton 2. pas. batu kali 2. diperkeras 2. kerikil 7. lasbutag (butas) 12. slurry seal 17. BMA
4. industri 8. hutan 3. tanah 3. beton 3. telford 8. aspal beton (AC) 13. macro seal 18. HSWC
4. burtu 9. latasbum (nacas) 14. macro asbuton 19. Beton
trotoar 5 trotoar
perkantoran pemukiman
0,8 0,5
0,3 aspal beton median aspal beton 0,5
saluran saluran
Tata Guna Trotoar Saluran Bahu Badan Jalan Median
STA Lahan jenis lebar (m) jenis lebar (m) jenis lebar (m) jenis lebar lebar tinggi
kiri kanan kiri kanan Kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan (m) (m) (m)
0+000 – 0+100 1 1 1 1 0,8 0,8 2 2 0,3 0,5 0 0 - - 8 5 - -
0+100 – 0+200 1 2 1 1 0,8 0,8 2 2 0,3 0,5 0 0 - - 8 5 - -
0+200 – 0+300 3 1 1 2 0,8 0,5 2 3 0,3 0,5 0 0 - - 8 5 - -
Keterangan: 67
Tata guna lahan Trotoar Saluran Bahu Badan Jalan
1. pemukiman 5. lahan kosong 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak diketahui 5. burda 10. lataston (HRS) 15. DGEM
2. pertokoan 6. pesawahan 1. paving block 1. tanah terbuka 1. tanah 1. tanah 6. macadam 11. HRSSA 16. SMA
3. perkantoran 7. perkebunan 2. beton 2. pas. batu kali 2. diperkeras 2. kerikil 7. lasbutag (butas) 12. slurry seal 17. BMA
4. industri 8. hutan 3. tanah 3. beton 3. telford 8. aspal beton (AC) 13. macro seal 18. HSWC
4. burtu 9. latasbum (nacas) 14. macro asbuton 19. Beton
DATA INVENTARISASI JALAN
Kecamatan : Cimahi Tengah
Kode Jalan : 2201419K Status Jalan : Jalan Kota
Nama Jalan : Jl. Dustira Tipe Jalan : 1-2/1
Panjang (km) : 0,365 Gradien : Datar
POTONGAN
Keterangan: MELINTANG JALAN STA 0+243 – 0+365 68
Tata guna lahan Trotoar Saluran Bahu Badan Jalan
1. pemukiman 5. lahan kosong 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak diketahui 5. burda 10. lataston (HRS) 15. DGEM
2. pertokoan 6. pesawahan 1. paving block 1. tanah terbuka 1. tanah 1. tanah 6. macadam 11. HRSSA 16. SMA
3. perkantoran 7. perkebunan 2. beton 2. pas. batu kali 2. diperkeras 2. kerikil 7. lasbutag (butas) 12. slurry seal 17. BMA
4. industri 8. hutan 3. tanah 3. beton 3. telford 8. aspal beton (AC) 13. macro seal 18. HSWC
4. burtu 9. latasbum (nacas) 14. macro asbuton 19. Beton
5
perkantoran lahan kosong
0,75 aspal beton median aspal beton
saluran
Tata Guna Trotoar Saluran Bahu Badan Jalan Median
STA Lahan jenis lebar (m) jenis lebar (m) jenis lebar (m) jenis lebar lebar tinggi
kiri kanan kiri kanan Kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan (m) (m) (m)
0+000 – 0+121 3 2 2 0 1 - 2 0 1 - 0 0 - - 8 5 - -
0+121 – 0+243 3 2 2 0 1 - 2 0 1 - 0 0 - - 8 5 - -
0+243 – 0+365 3 5 0 0 - - 2 0 0,75 - 0 0 - - 8 5 - -
Keterangan: 69
Tata guna lahan Trotoar Saluran Bahu Badan Jalan
1. pemukiman 5. lahan kosong 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak diketahui 5. burda 10. lataston (HRS) 15. DGEM
2. pertokoan 6. pesawahan 1. paving block 1. tanah terbuka 1. tanah 1. tanah 6. macadam 11. HRSSA 16. SMA
3. perkantoran 7. perkebunan 2. beton 2. pas. batu kali 2. diperkeras 2. kerikil 7. lasbutag (butas) 12. slurry seal 17. BMA
4. industri 8. hutan 3. tanah 3. beton 3. telford 8. aspal beton (AC) 13. macro seal 18. HSWC
4. burtu 9. latasbum (nacas) 14. macro asbuton 19. Beton
DATA INVENTARISASI JALAN
Kecamatan : Cimahi Tengah
Kode Jalan : 2201435K Status Jalan : Jalan Kota
Nama Jalan : Jl. Bapa Ampi Tipe Jalan : 2/2UD
Panjang (km) : 0,417 Gradien : Datar
Keterangan: 71
Tata guna lahan Trotoar Saluran Bahu Badan Jalan
1. pemukiman 5. lahan kosong 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak diketahui 5. burda 10. lataston (HRS) 15. DGEM
2. pertokoan 6. pesawahan 1. paving block 1. tanah terbuka 1. tanah 1. tanah 6. macadam 11. HRSSA 16. SMA
3. perkantoran 7. perkebunan 2. beton 2. pas. batu kali 2. diperkeras 2. kerikil 7. lasbutag (butas) 12. slurry seal 17. BMA
4. industri 8. hutan 3. tanah 3. beton 3. telford 8. aspal beton (AC) 13. macro seal 18. HSWC
4. burtu 9. latasbum (nacas) 14. macro asbuton 19. Beton
DATA INVENTARISASI JALAN
Kecamatan : Cimahi Tengah
Kode Jalan : 2201433K Status Jalan : Jalan Kota
Nama Jalan : Jl. Sukimun Tipe Jalan : 2/2UD
Panjang (km) : 0,37 Gradien : Datar
POTONGAN
Keterangan: MELINTANG JALAN STA 0+247 – 0+370
72
Tata guna lahan Trotoar Saluran Bahu Badan Jalan
1. pemukiman 5. lahan kosong 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak diketahui 5. burda 10. lataston (HRS) 15. DGEM
2. pertokoan 6. pesawahan 1. paving block 1. tanah terbuka 1. tanah 1. tanah 6. macadam 11. HRSSA 16. SMA
3. perkantoran 7. perkebunan 2. beton 2. pas. batu kali 2. diperkeras 2. kerikil 7. lasbutag (butas) 12. slurry seal 17. BMA
4. industri 8. hutan 3. tanah 3. beton 3. telford 8. aspal beton (AC) 13. macro seal 18. HSWC
4. burtu 9. latasbum (nacas) 14. macro asbuton 19. Beton
4
pemukiman pemukiman
0,2 aspal beton median aspal beton
saluran
Keterangan: 73
Tata guna lahan Trotoar Saluran Bahu Badan Jalan
1. pemukiman 5. lahan kosong 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak diketahui 5. burda 10. lataston (HRS) 15. DGEM
2. pertokoan 6. pesawahan 1. paving block 1. tanah terbuka 1. tanah 1. tanah 6. macadam 11. HRSSA 16. SMA
3. perkantoran 7. perkebunan 2. beton 2. pas. batu kali 2. diperkeras 2. kerikil 7. lasbutag (butas) 12. slurry seal 17. BMA
4. industri 8. hutan 3. tanah 3. beton 3. telford 8. aspal beton (AC) 13. macro seal 18. HSWC
4. burtu 9. latasbum (nacas) 14. macro asbuton 19. Beton
DATA INVENTARISASI JALAN
Kecamatan : Cimahi Tengah
Kode Jalan : 2201446K Status Jalan : Jalan Kota
Nama Jalan : Jl. Panday Tipe Jalan : 2/2UD
Panjang (km) : 0,525 Gradien : Datar
POTONGAN
Keterangan: MELINTANG JALAN STA 0+350 – 0+525
74
Tata guna lahan Trotoar Saluran Bahu Badan Jalan
1. pemukiman 5. lahan kosong 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak diketahui 5. burda 10. lataston (HRS) 15. DGEM
2. pertokoan 6. pesawahan 1. paving block 1. tanah terbuka 1. tanah 1. tanah 6. macadam 11. HRSSA 16. SMA
3. perkantoran 7. perkebunan 2. beton 2. pas. batu kali 2. diperkeras 2. kerikil 7. lasbutag (butas) 12. slurry seal 17. BMA
4. industri 8. hutan 3. tanah 3. beton 3. telford 8. aspal beton (AC) 13. macro seal 18. HSWC
4. burtu 9. latasbum (nacas) 14. macro asbuton 19. Beton
3
pemukiman pemukiman
0,5 lataston median lataston
saluran
Tata Guna Trotoar Saluran Bahu Badan Jalan Median
STA Lahan jenis lebar (m) jenis lebar (m) jenis lebar (m) jenis lebar lebar tinggi
kiri kanan kiri kanan Kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan (m) (m) (m)
0+000 – 0+175 1 1 0 0 - - 3 0 0,2 - 0 0 - - 10 3 - -
0+175 – 0+350 1 1 0 0 - - 3 0 0,5 - 0 0 - - 10 3 - -
0+350 – 0+525 1 1 0 0 - - 3 0 0,5 - 0 0 - - 10 3 - -
Keterangan: 75
Tata guna lahan Trotoar Saluran Bahu Badan Jalan
1. pemukiman 5. lahan kosong 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak diketahui 5. burda 10. lataston (HRS) 15. DGEM
2. pertokoan 6. pesawahan 1. paving block 1. tanah terbuka 1. tanah 1. tanah 6. macadam 11. HRSSA 16. SMA
3. perkantoran 7. perkebunan 2. beton 2. pas. batu kali 2. diperkeras 2. kerikil 7. lasbutag (butas) 12. slurry seal 17. BMA
4. industri 8. hutan 3. tanah 3. beton 3. telford 8. aspal beton (AC) 13. macro seal 18. HSWC
4. burtu 9. latasbum (nacas) 14. macro asbuton 19. Beton
1. Jalan Pacinan
Rumaja
Rumija Kecepatan Kendaraan
STA Badan Bahu Simpang Ruwasja IRI Kerusakan Ket.
Trotoar Drainase (m) (km/jam) Terbesar
Jalan Jalan
1. Bahu jalan
Bus Besar tidak kebar,
(12114 x namun banyak
0+000 – 2460 x mobil yang
7 40 4
0+100 2877 mm) berhenti/parkir.
Melebihi 2. Pohon/tiang
rencana berada di tengah
trotoar.
1. Bahu jalan di
kanan terdapat
banyak retak.
2. Pohon di
0+100 – Bus Besar tengah trotoar,
7 40 4
0+235 dan kondisi
trotoar kurang
baik.
76
Keterangan :
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Tidak Ada
2. Jalan Terusan
Rumaja
Rumija Kecepatan Kendaraan
STA Badan Bahu Simpang Ruwasja IRI Kerusakan Ket.
Trotoar Drainase (m) (km/jam) Terbesar
Jalan Jalan
Small Box
(2270 x
1530 x
0+000 –
7 30 – 40 1200 mm) 3
0+100
Tidak
melebihi
rencana
0+100 –
7 30 – 40 Small Box 4
0+200
1. Permukaan
jalan tidak rata.
2. Drainse
0+200 – Small Box dapat roboh
7 30 – 40 8
0+300 sewaktu-waktu.
1. Permukaan
jalan banyak
0+300 – retak dan
7 30 – 40 Small Box 10
0+380 berlubang.
2. Drainse tidak
baik dan
77
Keterangan :
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Tidak Ada
dipakai
berjualan di
atasnya (dapat
roboh sewaktu-
waktu).
78
Keterangan :
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Tidak Ada
Rumaja
Rumija Kecepatan Kendaraan
STA Badan Bahu Simpang Ruwasja IRI Kerusakan Ket.
Trotoar Drainase (m) (km/jam) Terbesar
Jalan Jalan
Pickup Permukaan
(2000 x jalan tidak rata
1560 x akibat
0+000 –
6 30 – 40 1200 mm) 4 tambalan.
0+100
Tidak
melebihi
rencana
Jalan sangat
berlubang dan
tidak rata.
0+100 – Pickup
6 30 – 40 10
0+200
79
Keterangan :
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Tidak Ada
Jalan tidak rata,
dan terdapat
lubang.
0+200 – Pickup
6 30 – 40 8
0+300
Sangat banyak
lubang-lubang
0+300 – Pickup dan permukaan
6 30 – 40 12
0+400 tidak rata.
80
Keterangan :
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Tidak Ada
81
Keterangan :
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Tidak Ada
Permukaan
jalan tidak rata
0+400 –
6 30 – 40 Pickup 4 dan terdapat
0+500
lubang.
0+500 –
6 30 – 40 Pickup 2
0+615
82
Keterangan :
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Tidak Ada
4. Jalan HMS Mintaredja, SH
Rumaja
Rumija Kecepatan Kendaraan
STA Badan Bahu Simpang Ruwasja IRI Kerusakan Ket.
Trotoar Drainase (m) (km/jam) Terbesar
Jalan Jalan
Bus Besar
(12114 x
2460 x
0+000 –
12 40 – 50 2877 mm) 2
0+100
Tidak
melebihi
rencana
Pohon/tiang
berada di
tengah trotoar.
0+100 –
12 40 – 50 Bus Besar 2
0+200
Pohon/tiang
berada di
tengah trotoar.
0+200 –
12 40 – 50 Bus Besar 2
0+300
83
Keterangan :
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Tidak Ada
0+300 –
12 40 – 60 Bus Besar 2
0+400
Terdapat pohon
0+400 –
12 40 – 60 Bus Besar 2 yang berada di
0+500 tengah trotoar.
0+500 –
12 40 – 60 Bus Besar 2
0+600
Terdapat
0+600 –
12 40 - 60 Bus Besar 5 permukaan
0+700
jalan yang retak
Terdapat
0+700 –
12 40 – 60 Bus Besar 5 permukaan
0+800
jalan yang retak
1. Permukaan
jalan retak dan
berlubang.
2. Pohon/tiang
0+800 – berada di
12 40 – 60 Bus Besar 5 tengah trotoar
0+900
dan dipakai
berjualan.
0+900 –
12 40 – 60 Bus Besar 2
1+000
84
Keterangan :
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Tidak Ada
Terdapat
Tronton lubang dan reat
(9500 x di permukaan
2400 x jalan.
1+000 –
12 40 – 60 2400 mm) 8
1+100
Tidak
melebihi
rencana
1+100 –
12 40 – 60 Tronton 5
1+200
Tidak rata
1+200 –
12 40 – 60 Tronton 6 karena
1+300
tambalan.
1+300 –
12 40 – 60 Tronton 5
1+470
85
Keterangan :
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Tidak Ada
5. Jalan Stasion
Rumaja
Rumija Kecepatan Kendaraan
STA Badan Bahu Simpang Ruwasja IRI Kerusakan Ket.
Trotoar Drainase (m) (km/jam) Terbesar
Jalan Jalan
Truk Terdapat tiang
(5700 x di tengah
2300 x trotoar.
0+000 –
10 30 – 40 2200 mm) 3
0+100
Tidak
melebihi
rencana
Banyak retak
dan bekas
tambalan
sehingga
permukaan
jalan tidak rata
0+100 –
10 30 – 40 Truk 10
0+200
86
Keterangan :
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Tidak Ada
0+200 –
10 30 – 40 Truk 4
0+300
1. Ada retak
buaya.
2. Trotoar
banyak yang
rusak.
0+300 –
10 30 – 40 Truk
0+412
87
Keterangan :
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Tidak Ada
6. Jalan Urip Sumoharjo
Rumaja
Rumija Kecepatan Kendaraan
STA Badan Bahu Simpang Ruwasja IRI Kerusakan Ket.
Trotoar Drainase (m) (km/jam) Terbesar
Jalan Jalan
1. Banyak
sekali retak
buaya, jalan
berlubang.
2. Ada pohon di
tengah trotoar,
serta ada trotoar
yang lubang.
Bus Besar
(12114 x
0+000 – 2460 x
12 30 – 40 12
0+100 2877 mm)
Melebihi
rencana
88
Keterangan :
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Tidak Ada
89
Keterangan :
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Tidak Ada
1. Banyak
sekali retak
buaya dan
lubang.
2. Ada tiang di
tengah trotoar,
dan ada ujung
trotoar rusak.
0+100 –
12 30 – 40 Bus Besar 11
0+200
1. Ada jalan
yang terkelupas
0+200 – 2. Trotoar rusak
12 30 – 40 Bus Besar 6
0+300 (lubang)
90
Keterangan :
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Tidak Ada
7. Jalan Dustira
Rumaja
Rumija Kecepatan Kendaraan
STA Badan Bahu Simpang Ruwasja IRI Kerusakan Ket.
Trotoar Drainase (m) (km/jam) Terbesar
Jalan Jalan
1.. Ada bekas
tambalan, jalan
tidak rata dan
beberapa
terkelupas.
2. Ada yang
menghalangi di
tengah trotoar.
Bus Besar
(12114 x
0+000 – 2460 x
12 30 – 40 10
0+100 2877 mm)
Melebihi
rencana
91
Keterangan :
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Tidak Ada
1. Overlay jalan
membuat jalan
0+100 –
12 30 – 40 Bus Besar 5 tidak rata.
0+200
2. Trotoar ada
yang lubang.
Pickup
0+200 – Tidak
12 30 – 40 3
0+365 melebihi
rencana
93
Keterangan :
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Tidak Ada
Ada banyak
retak di
permukaan
jalan dan
tambalan
sehingga jalan
tidak rata
0+200 –
6 20 – 30 Pickup 11
0+300
94
Keterangan :
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Tidak Ada
Banyak sekali
hasil tambalan,
lubang, retak
sehingga
permukaan
jalan tidak rata.
0+300 –
6 20 – 30 Pickup 12
0+417
95
Keterangan :
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Tidak Ada
96
Keterangan :
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Tidak Ada
9. Jalan Sukimun
Rumaja
Rumija Kecepatan Kendaraan
STA Badan Bahu Simpang Ruwasja IRI Kerusakan Ket.
Trotoar Drainase (m) (km/jam) Terbesar
Jalan Jalan
Ada lubang dan
jalan yang
terkelupas.
Pickup
(2000 x
1560 x
0+000 –
6 30 – 40 1200 mm) 9
0+100
Tidak
melebihi
rencana
Banyak sekali
lubang.
0+100 –
6 30 – 40 Pickup 9
0+200
97
Keterangan :
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Tidak Ada
98
Keterangan :
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Tidak Ada
Banyak sekali
lubang,
pelepasan butir,
pengelupasan
sehingga
permukaan
tidak rata.
0+200 –
6 30 – 40 Pickup 9
0+370
99
Keterangan :
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Tidak Ada
10. Jalan Panday
Rumaja
Rumija Kecepatan Kendaraan
STA Badan Bahu Simpang Ruwasja IRI Kerusakan Ket.
Trotoar Drainase (m) (km/jam) Terbesar
Jalan Jalan
Pickup
(2000 x
1560 x
0+000 –
5 20 – 30 1200 mm) 4
0+100
Tidak
melebihi
rencana
0+100 –
5 20 – 30 Pickup 3
0+200
0+200 –
5 20 – 30 Pickup 3
0+300
0+300 –
5 20 – 30 Pickup 3
0+400
0+400 –
5 20 – 30 Pickup 4
0+525
100
Keterangan :
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Tidak Ada
3.3 Data Faisal
3.3.1 Data Ruas Jalan
Dari banyaknya ruas jalan yang ada di Kota Cimahi, Bandung, dan
sekitarnya dipilih 10 ruas jalan untuk dilakukan inventarisasi dan investigasi
jalan. Data sepuluh ruas jalan yang di ambil terdapat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Data Ruas Jalan Faisal
Panjang Lebar
Status Fungsi Tipe Kelas
No Nama Jalan Jalan Perkerasan
Jalan Jalan Jalan Jalan
(m) (m)
Jalan Jend. H Amir Arteri
1 4320 10 - 12 Nasional 4/2D I
Machmud Primer
Lokal
2 Jalan Cigugur 1160 4 Kota 2/2D III
Sekunder
Arteri
3 Jalan Kebon Kopi 2050 4 Kota 2/2D III
Sekunder
Kolektor
4 Jalan Cibaligo 3341 4–6 Kota 2/2UD III
Sekunder
Jalan Ranca Kolektor
5 1647 3 Provinsi 2/2D III
Bentang Sekunder
Jalan Sariwangi Kolektor
6 1034 5 Kota 2/2UD III
Selatan Sekunder
Kolektor
7 Jalan Industri 650 6 Provinsi 2/2D III
Sekunder
Kolektor
8 Jalan Lurah 620 4 Kota 2/2UD III
Sekunder
Kolektor
9 Jalan Pacinan 400 5 Kota 2/2UD III
Sekunder
Kolektor
10 Jalan Pasar Atas 180 5-7 Kota 2/2UD III
Sekunder
101
1. Jl. Sariwangi Selatan
DATA INVENTARISASI JALAN
Kecamatan : Parongpong
Kode Jalan : 22xxxxxK Status Jalan : Jalan Kota
Nama Jalan : Jl. Sariwangi Selatan Tipe Jalan : 2/2 UD
Panjang (km) : 1,034 Gradien : Datar
102
2. Jl. Terusan Buah Batu (Bandung Kidul)
103
3. Jl. Terusan Buah Batu / Jl. Raya Bojongsoang (Bojongsoang)
104
Tata Guna Trotoar Saluran Bahu
Badan Jalan Median
STA Lahan jenis lebar (m) jenis lebar (m) jenis lebar (m)
kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan jenis lebar (m) lebar tinggi
0+000 – 0+700 2 2 2 2 1 1,5 3 3 0,5 0,5 0 0 0 0 8 12 - -
0+700 – 1+400 2 2 2 2 1 1 3 3 0,5 0,5 0 0 0 0 8 12 - -
1+400 – 2+000 2 2 2 2 1,5 1,5 3 3 1 1 2 2 1,5 1,5 8 12 - -
105
Tata Guna Trotoar Saluran Bahu
Badan Jalan Median
STA Lahan jenis lebar (m) jenis lebar (m) jenis lebar (m)
kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan jenis lebar (m) lebar tinggi
0+000 – 1+700 2 2 3 3 1 1,5 2 0 0,5 0 1 1 1 1,5 8 7 - -
1+700 – 3+400 1 4 0 0 0 0 2 2 1 1 1 1 2,5 2,5 8 7 - -
3+400 – 5+300 4 4 0 0 0 0 1 2 0,5 0,5 1 1 2 2 8 7 - -
106
Tata Guna Trotoar Saluran Bahu
Badan Jalan Median
STA Lahan jenis lebar (m) jenis lebar (m) jenis lebar (m)
kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan jenis lebar (m) lebar tinggi
0+000 – 2+500 2 1 0 0 0 0 2 2 0,5 2 1 1 1 1 19 6 - -
2+500 – 5+000 2 1 0 0 0 0 2 2 0,5 0,5 1 1 2 2 8 6 - -
5+000 – 7+350 2 2 0 0 0 0 2 2 0,5 0,5 1 1 2 2 19 6 - -
107
7. Jl. Moh Toha (Bojongsoang)
DATA INVENTARISASI JALAN
Kecamatan : Regol
Kode Jalan : 220016111K Status Jalan : Jalan Provinsi
Nama Jalan : Jl. Moh Toha (Bojongsoang) Tipe Jalan : 4/2 UD, 2/2 UD
Panjang (km) : 2,740 Gradien : Datar
108
8. Jl. Raya Dayeuhkolot (Dayeuhkolot)
DATA INVENTARISASI JALAN
Kecamatan : Dayeuhkolot
Kode Jalan : 220016111K Status Jalan : Jalan Provinsi
Nama Jalan : Jl. Raya Dayeuhkolot (Dayeuhkolot) Tipe Jalan : 2/2 UD
Panjang (km) : 3,520 Gradien : Datar
109
9. Jl. Siliwangi (Baleendah)
DATA INVENTARISASI JALAN
Kecamatan : Beleendah
Kode Jalan : 22.09.09008.21 Status Jalan : Jalan Kabupaten
Nama Jalan : Jl. Siliwangi (Baleendah) Tipe Jalan : 2/2 UD
Panjang (km) : 1,500 Gradien : Datar
110
10. Jl. Raya Laswi, Tugu – Sp. Munjul (Baleendah)
DATA INVENTARISASI JALAN
Kecamatan : Baleendah
Kode Jalan : 22.09.01021.21 Status Jalan : Jalan Kabupaten
Nama Jalan : Jl. Raya Laswi, Tugu – Sp. Munjul (Baleendah) Tipe Jalan : 2/2 UD
Panjang (km) : 3,000 Gradien : Datar
111
1. Jalan Kebon Kopi
STA IRI Surveyor 1 IRI Surveyor 2 IRI Surveyor 3 IRI Rata-rata Kondisi
Permukaan
Secara Visual
0+000 - 0+100 6 7 7 6,66 Sedikit Lubang,
Permukaan
sedikit tidak rata
0+200 - 0+300 7 7 7 7 Sedikit Lubang
112
2. Jalan Sariwangi Selatan
STA IRI Surveyor 1 IRI Surveyor 2 IRI Surveyor 3 IRI Rata-rata Kondisi
Permukaan
Secara Visual
0+000 - 0+100 6 7 7 6,66 Sedikit Lubang,
Permukaan
sedikit tidak rata
0+200 - 0+300 7 7 7 7 Sedikit Lubang
113
3. Jalan Terusan Buah Batu
STA IRI Surveyor 1 IRI Surveyor 2 IRI Surveyor 3 IRI Rata-rata Kondisi
Permukaan
Secara Visual
0+000 - 0+100 6 7 7 6,66 Sedikit Lubang,
Permukaan
sedikit tidak rata
0+200 - 0+300 7 7 7 7 Sedikit Lubang
114
4. Jalan Pacinan
STA IRI Surveyor 1 IRI Surveyor 2 IRI Surveyor 3 IRI Rata-rata Kondisi
Permukaan
Secara Visual
0+000 - 0+100 6 7 7 6,66 Sedikit Lubang,
Permukaan
sedikit tidak rata
0+200 - 0+300 7 7 7 7 Sedikit Lubang
115
5. Jalan Lurah
STA IRI Surveyor 1 IRI Surveyor 2 IRI Surveyor 3 IRI Rata-rata Kondisi
Permukaan
Secara Visual
0+000 - 0+100 6 7 7 6,66 Sedikit Lubang,
Permukaan
sedikit tidak rata
0+200 - 0+300 7 7 7 7 Sedikit Lubang
116
6. Jalan Bojongsoang
STA IRI Surveyor 1 IRI Surveyor 2 IRI Surveyor 3 IRI Rata-rata Kondisi
Permukaan
Secara Visual
0+000 - 0+100 6 7 7 6,66 Sedikit Lubang,
Permukaan
sedikit tidak rata
0+200 - 0+300 7 7 7 7 Sedikit Lubang
117
7. Jalan Raya Dayeuhkolot
STA IRI Surveyor 1 IRI Surveyor 2 IRI Surveyor 3 IRI Rata-rata Kondisi
Permukaan
Secara Visual
0+000 - 0+100 6 7 7 6,66 Sedikit Lubang,
Permukaan
sedikit tidak rata
0+200 - 0+300 7 7 7 7 Sedikit Lubang
118
8. Jalan Moh. Toha
STA IRI Surveyor 1 IRI Surveyor 2 IRI Surveyor 3 IRI Rata-rata Kondisi
Permukaan
Secara Visual
0+000 - 0+100 6 7 7 6,66 Sedikit Lubang,
Permukaan
sedikit tidak rata
0+200 - 0+300 7 7 7 7 Sedikit Lubang
119
9. Jalan Siliwangi
STA IRI Surveyor 1 IRI Surveyor 2 IRI Surveyor 3 IRI Rata-rata Kondisi
Permukaan
Secara Visual
0+000 - 0+100 6 7 7 6,66 Sedikit Lubang,
Permukaan
sedikit tidak rata
0+200 - 0+300 7 7 7 7 Sedikit Lubang
120
10. Jalan Raya Laswi
STA IRI Surveyor 1 IRI Surveyor 2 IRI Surveyor 3 IRI Rata-rata Kondisi
Permukaan
Secara Visual
0+000 - 0+100 6 7 7 6,66 Sedikit Lubang,
Permukaan
sedikit tidak rata
0+200 - 0+300 7 7 7 7 Sedikit Lubang
121
3.4 Data Fihan
3.4.1 Data Ruas Jalan
Data sepuluh ruas jalan yang di ambil terdapat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Data Ruas Jalan Fihan
Panjang Lebar
Jenis Status Fungsi Kelas
No Nama Jalan Jalan Perkerasan Tipe Jalan
Perkerasan Jalan Jalan Jalan
(m) (m)
Jl. Raya Kolektor
1 2030 8 Lentur Provinsi 2/2UD I
Lembang Primer
Jl. Raya Kolektor
2 300 8 Lentur Provinsi 2/2UD I
Panorama Sekunder
Jl. Dr. Arteri
3 2100 14 Lentur Kota 6/2D I
Djunjunan Primer
Kolektor
4 Jl. Sukajadi 2570 8 Lentur Provinsi 2/2UD I
Primer
Jl. Lokal
5 2800 7 Lentur Kota 2/2UD I
Cihanjuang Primer
Jl. Buah Batu Kolektor
6 1700 8 Lentur Provinsi 4/2UD I
(Lengkong) Primer
Kolektor
7 Jl. BKR 2187 12 Lentur Provinsi 6/2UD I
Primer
Kolektor
8 Jl. Moh. Toha 2740 10 Lentur Provinsi 4/2UD I
Primer
Jl. Jend. H.
Arteri 4/2UD
9 Amir 4320 12 Lentur Nasional I
Primer dan 4/2D
Machmud
Kolektor
10 Jl. Setra Duta 1125 11 Lentur Kota 2/2D II
Sekunder
122
Data Inventarisasi Jalan
1. Jl. Raya Lembang
123
Tata Guna Trotoar Saluran Bahu
Badan Jalan Median
STA Lahan Jenis lebar (m) jenis lebar (m) jenis lebar (m)
kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan jenis lebar (m) lebar tinggi
0+000 – 0+500 2 2 0 0 0 0 2 0 0,5 0 1 2 1 1 19 6 - -
0+500 – 1+000 2 1 0 0 0 0 3 3 0,5 0,5 1 2 1 1 8 6 - -
1+000 – 1+700 2 3 0 0 0 0 0 2 0 0,5 1 1 0,5 0,5 19 6 - -
124
STA 0+000 – 0+100 STA 0+100 – 0+200 STA 0+200 – 0+300
125
3. Jl. Dr. Djunjunan
Kode Jalan : 2203712K Status Jalan : Jalan Kota
Nama Jalan : Jl. Dr. Djunjunan Tipe Jalan : 6/2 D
Panjang (km) : 2,100 Gradien : Datar
126
Tata Guna Trotoar Saluran Bahu
Badan Jalan Median
Lahan jenis lebar (m) jenis lebar (m) jenis lebar (m)
STA
kanan lebar
kiri kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan jenis lebar tinggi
(m)
0+000 – 2 2 0 0 0 0 2 0 0,5 0 1 2 1 1 19 6 - -
0+500
0+500 – 2 1 0 0 0 0 3 3 0,5 0,5 1 2 1 1 8 6 - -
1+000
1+000 – 2 3 0 0 0 0 0 2 0 0,5 1 1 0,5 0,5 19 6 - -
1+700
4. Jl. Sukajadi
Kode Jalan : 22xxxxx Status Jalan : Jalan Provinsi
Nama Jalan : Jl. Sukajadi Tipe Jalan : 2/2 UD
Panjang (km) : 2,570 Gradien : Datar
127
STA 0+000 – 0+857 STA 0+857 – 1+714 STA 1+714 – 2+570
128
5. Jl. Cihanjuang
Kode Jalan : 221450K Status Jalan : Jalan Kota
Nama Jalan : Jl. Cihanjuang Tipe Jalan : 2/2 UD
Panjang (km) : 2,800 Gradien : Datar
129
Tata Guna Trotoar Saluran Bahu
Badan Jalan Median
Lahan jenis lebar (m) jenis lebar (m) jenis lebar (m)
STA
kanan lebar
kiri kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan jenis lebar tinggi
(m)
0+000 – 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 0 0 0 0 8 7 - -
0+940
0+940 – 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 0 0 0 0 8 7 - -
1+870
1+870 – 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 0 0 0 0 8 7 - -
2+800
130
6. Jl. Buah Batu (Lengkong)
Kode Jalan : 220036412K Status Jalan : Jalan Provinsi
Nama Jalan : Jl. Buah Batu (Lengkong) Tipe Jalan : 4/2 UD
Panjang (km) : 1,70 Gradien : Datar
131
0+500 – 1+000 2 2 1 1 2 2 3 3 1 1 0 0 0 0 8 11 - -
1+000 – 1+700 1 2 1 1 2 2 3 3 1 1 0 0 0 0 8 11 - -
7. Jl. BKR
Kode Jalan : 2200375 K Status Jalan : Jalan Provinsi
Nama Jalan : Jl. BKR (Regol, Bandung) Tipe Jalan : 6/2 D
Panjang (km) : 2,187 Gradien : Datar
132
POTONGAN MELINTANG JALAN
trotoar trotoar
tata guna lahan tata guna lahan
133
8. Jl. Moh Toha (Bojongsoang)
Kode Jalan : 220016111K Status Jalan : Jalan Provinsi
Nama Jalan : Jl. Moh Toha (Bojongsoang) Tipe Jalan : 4/2 UD, 2/2 UD
Panjang (km) : 2,740 Gradien : Datar
134
9. Jl. Jend. H. Amir Machmud
Kode Jalan : 2203312K Status Jalan : Jalan Nasional
Nama Jalan : Jl. Jend. H. Amir Machmud Tipe Jalan : 4/2 D
Panjang (km) : 4,32 Gradien : Datar
135
10. Jl. Setra Duta
Kode Jalan : 22xxxxxxK Status Jalan : Jalan Kota
Nama Jalan : Jl. Setra Duta Tipe Jalan : 2/2 D
Panjang (km) : 1,125 Gradien : Datar
1,5
5,5 5,5
pemukiman pemukiman
0,5 aspal beton median aspal beton 0,5
saluran saluran
137
Jl. Raya Lembang (Segmen 1 STA 0+000 – 0+500)
1. Geometrik
Kondisi
Keterangan
Geometrik Jalan Tidak Sangat
Baik Cukup Buruk
Ada Baik
Badan Jalan Cukup baik, tidak
ada lubang, namun
tidak rata
Bahu Jalan
Rumaja
Median Jalan
Saluran Resapan dari
permukaan ke
saluran masih
minim
Trotoar
Rumija
Ruwasja
2. Kecepatan Eksisting
138
Berdasarkan pada kelas jalan, yaitu kelas jalan I maka kecepatan rencana
(VR) adalah 30-80 km/jam.
3. Jenis Kendaraan Terbesar yang Lewat
Jalan kelas I adalah jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu
terberat 10 ton.
Untuk menilai kondisi permukaan jalan ada beberapa metode atau referensi.
Salah satunya dapat dinilai secara visual yaitu Kondisi Permukaan menurut IRI.
139
Jl. Raya Lembang (Segmen 2 STA 0+500 – 1+000)
1. Geometrik
Kondisi
Keterangan
Geometrik Jalan Tidak Sangat
Baik Cukup Buruk
Ada Baik
Badan Jalan Banyak lubang dan
retak kecil
Bahu Jalan
Rumaja Median Jalan
Saluran Resapan dari
permukaan ke
saluran masih
minim
Trotoar
Rumija
Ruwasja
2. Kecepatan Eksisting
Berdasarkan pada kelas jalan, yaitu kelas jalan I maka kecepatan rencana(VR) adalah
140
30-80 km/jam.
3. Jenis Kendaraan Terbesar yang Lewat
Jalan kelas I adalah jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu
terberat 10 ton.
Untuk menilai kondisi permukaan jalan ada beberapa metode atau referensi.
Salah satunya dapat dinilai secara visual yaitu Kondisi Permukaan menurut IRI.
141
Jl. Raya Lembang (Segmen 3 STA 1+000 – 1+500)
1. Geometrik
Kondisi
Keterangan
Geometrik Jalan Tidak Sangat
Baik Cukup Buruk
Ada Baik
Badan Jalan Banyak lubang dan
retak kecil
Bahu Jalan
Rumaja Median Jalan
Saluran Resapan dari
permukaan ke
saluran masih
minim
Trotoar
Rumija
Ruwasja
2. Kecepatan Eksisting
142
3. Jenis Kendaraan Terbesar yang Lewat
Jalan kelas I adalah jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu
terberat 10 ton.
Untuk menilai kondisi permukaan jalan ada beberapa metode atau referensi.
Salah satunya dapat dinilai secara visual yaitu Kondisi Permukaan menurut IRI.
143
Jl. Raya Panorama (Segmen 1 STA 0+000 – 0+200)
1. Geometrik
Kondisi
Keterangan
Geometrik Jalan Tidak Sangat
Baik Cukup Buruk
Ada Baik
Badan Jalan Cukup baik, tidak
ada lubang, namun
tidak rata
Bahu Jalan
Rumaja
Median Jalan
Saluran Resapan dari
permukaan ke
saluran masih
minim
Trotoar
Rumija
Ruwasja
5. Kecepatan Eksisting
144
III C 20
Berdasarkan pada kelas jalan, yaitu kelas jalan I maka kecepatan rencana
(VR) adalah 30-80 km/jam.
6. Jenis Kendaraan Terbesar yang Lewat
Jalan kelas I adalah jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu
terberat 10 ton.
Untuk menilai kondisi permukaan jalan ada beberapa metode atau referensi.
Salah satunya dapat dinilai secara visual yaitu Kondisi Permukaan menurut IRI.
145
Jl. Raya Panorama (Segmen 2 STA 0+200 – 0+300)
1. Geometrik
Kondisi
Keterangan
Geometrik Jalan Tidak Sangat
Baik Cukup Buruk
Ada Baik
Badan Jalan Banyak lubang dan
retak kecil
Bahu Jalan
Rumaja Median Jalan
Saluran Resapan dari
permukaan ke
saluran masih
minim
Trotoar
Rumija
Ruwasja
2. Kecepatan Eksisting
Kecepatan rencana sesuai klasifikasi jalan dapat dilihat pada tabel
Kecepatan Rencana sesuai Klasifikasi Jalan berikut.
Kecepatan Rencana
Kelas Jalan
(km/jam)
I 30-80
II 30-60
III A 20-40
III B 20-40
III C 20
146
rencana(VR) adalah 30-80 km/jam.
3. Jenis Kendaraan Terbesar yang Lewat
Jalan kelas I adalah jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu
terberat 10 ton.
Untuk menilai kondisi permukaan jalan ada beberapa metode atau referensi.
Salah satunya dapat dinilai secara visual yaitu Kondisi Permukaan menurut IRI.
147
Jl. Raya Dr. Djunjunan (Segmen 1 STA 0+000 – 1+050)
2. Geometrik
Kondisi
Keterangan
Geometrik Jalan Tidak Sangat
Baik Cukup Buruk
Ada Baik
Badan Jalan Cukup baik, tidak
ada lubang, namun
tidak rata
Rumaja Bahu Jalan
Median Jalan
Saluran Resapan dari
permukaan ke
saluran masih
minim
Trotoar
Rumija
Ruwasja
8. Kecepatan Eksisting
148
III C 20
Jalan kelas I adalah jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu
terberat 10 ton.
Untuk menilai kondisi permukaan jalan ada beberapa metode atau referensi.
Salah satunya dapat dinilai secara visual yaitu Kondisi Permukaan menurut IRI.
149
Jl. Raya Dr. Djunjunan (Segmen 2 STA 1+050 – 2+100)
1. Geometrik
Kondisi
Keterangan
Geometrik Jalan Tidak Sangat
Baik Cukup Buruk
Ada Baik
Badan Jalan Banyak lubang dan
retak kecil
Bahu Jalan
Rumaja Median Jalan
Saluran Resapan dari
permukaan ke
saluran masih
minim
Trotoar
Rumija
Ruwasja
2. Kecepatan Eksisting
Kecepatan rencana sesuai klasifikasi jalan dapat dilihat pada tabel
Kecepatan Rencana sesuai Klasifikasi Jalan berikut.
Kecepatan Rencana
Kelas Jalan
(km/jam)
I 30-80
II 30-60
III A 20-40
III B 20-40
III C 20
Berdasarkan pada kelas jalan, yaitu kelas jalan I maka kecepatan rencana(VR)
150
adalah 30-80 km/jam.
5. Jenis Kendaraan Terbesar yang Lewat
Jalan kelas I adalah jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu
terberat 10 ton.
Untuk menilai kondisi permukaan jalan ada beberapa metode atau referensi.
Salah satunya dapat dinilai secara visual yaitu Kondisi Permukaan menurut IRI.
151
3.5 Data Tiara
3.5.1 Data Ruas Jalan
Dari banyaknya ruas jalan yang ada di Kota Bandung, dipilih 10 ruas
jalan untuk dilakukan inventarisasi dan investigasi jalan. Data sepuluh ruas
jalan yang di ambil terdapat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Data Ruas Jalan Tiara
Panjang Lebar
Status Fungsi Tipe Kelas
No Nama Jalan Jalan Perkerasan
Jalan Jalan Jalan Jalan
(m) (m)
Jalan Gatot
1 940 16 Provinsi Kolektor 4/2D II
Subroto
Jalan Pelajar
2 1560 15 Kota Kolektor 4/2D II
Pejuang 45
3 Jalan Laswi 1100 18 Kota Kolektor 4/2D III
Jalan Kolektor
4 1700 13 Kota 4/2UD II
Buahbatu Sekunder
Jalan Terusan
5 1060 15 Provinsi Kolektor 4/2D II
Buahbatu
Jalan
6 401 6 Kota Lokal 2/2UD II
Rancagoong
Jalan Terusan
7 990 10 Provinsi Kolektor 4/2D II
Kiaracondong
Jalan
8 R.A.A.A 1040 6 Kota Lokal 2/2UD II
Marta Negara
Jalan Terusan
9 510 6 Kota Lokal 2/2UD II
Marta Negara
Jalan
10 770 6 Kota Lokal 2/2UD II
Turangga
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
1. Jalan Gatot Subroto
Lebar (m) 16 m
Kelas Jalan II
RUMAJA Ada
MST (ton) 8
lengan 3 1
Persimpangan lengan 4 0
lengan 5 0
IRI
163
NILAI IRI RATA-RATA 2.86
Lebar (m) 15 m
Status Jalan Jalan Kota
Kelas Jalan II
RUMIJA Tidak Ada
RUMAJA Ada
MST (ton) 8
lengan 3 1
Persimpangan lengan 4 2
lengan 5 0
IRI
Rata-
STA Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3
Rata
164
STA 0+600 – 0+700 2 1 2 1.67
3, Jalan Laswi
Lebar (m) 18 m
Status Jalan Jalan Kolektor
Kelas Jalan II
RUMIJA Tidak Ada
RUMAJA Ada
MST (ton) 8
lengan 3 0
Persimpangan lengan 4 2
lengan 5 0
165
IRI
Rata-
STA Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3
Rata
4. Jalan Buahbatu
Kelas Jalan II
RUMAJA Ada
MST (ton) 8
166
lengan 3 3
Persimpangan lengan 4 2
lengan 5 0
IRI
Rata-
STA Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3
Rata
Lebar (m) 15 m
167
Status Jalan Jalan Provinsi
Kelas Jalan II
RUMAJA Ada
MST (ton) 8
lengan 3 1
Persimpangan lengan 4 2
lengan 5 0
IRI
Rata-
STA Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3
Rata
168
6. Jalan Rancagoong
Lebar (m) 6m
Status Jalan Jalan Kota
RUMAJA Ada
lengan 3 2
Persimpangan lengan 4 1
lengan 5 0
IRI
Rata-
STA Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3
Rata
7. Jalan Rancamanyar
169
Nama Jalan Jalan Rancamanyar
Lebar (m) 6m
RUMAJA Ada
MST (ton) 8
lengan 3 5
Persimpangan lengan 4 0
lengan 5 0
IRI
Rata-
STA Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3
Rata
Lebar (m) 6m
170
Status Jalan Jalan Kota
Kelas Jalan II
RUMAJA Ada
MST (ton) 8
lengan 3 1
Persimpangan lengan 4 1
lengan 5 0
IRI
Rata-
STA Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3
Rata
171
9. Jalan Terusan Marta Negara
Lebar (m) 6m
RUMAJA Ada
MST (ton) 8
lengan 3 0
Persimpangan lengan 4 2
lengan 5 0
LHR (kend/jam) 250
IRI
Rata-
STA Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3
Rata
172
Nama Jalan Jalan Turangga
Lebar (m) 6 m
Kelas Jalan II
RUMAJA Ada
MST (ton) 8
lengan 3 0
Persimpangan lengan 4 2
lengan 5 0
IRI
Rata-
STA Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3
Rata
173
3.6 Analisis Nilai SDI
Setelah dilakukan pemilihan sepuluh ruas oleh masing-masing anggota, didapat
total 40 ruas jalan. Dari total 40 ruas jalan tersebut, diambil dua ruas jalan untuk
dilakukan investigasi secara langsung dan dihitung nilai SDI kemudian dihitung pula
nilai IKP nya. Dua ruas jalan yang diambil tersebut adalah Jalan Sariwangi Selatan
dengan panjang 1,034 km dengan lebar 3 m yang berada di Kecamatan Parongpong dan
Jalan Setra Duta dengan panjang 1,125 km dengan lebar 8 m yang berada di Kecamatan
Parongpong juga.
Dua ruas jalan tersebut dipilih karena selain jalan yang tidak terlalu jauh dari
Polban, volume kendaraan yang melewati jalan tersebut juga tidak banyak sehingga
dapat memudahkan saat mengukur kerusakan. Kedua jalan tersebut juga tidak terlalu
panjang dan terdapat di area pemukiman sehingga tidak terlalu banyak kendaraan berat
yang melintas.
174
3.6.1 Jalan Sariwangi Selatan
Jalan pertama adalah Jalan Sariwangi Selatan yang berada di Kelurahan Sariwangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten
Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.
Kecamatan : Parongpong
175
POTONGAN MELINTANG JALAN STA 0+000 – 0+345
3
industri 0,5 0,5 pemukiman
176
FORMULIR SURVEI RUANG JALAN
No Status Jalan Jalan Kota
Ruas Nama Jalan Sariwangi Selatan Tipe Jalan 2/2 UD
Panjang tiap segmen 100 m Nama Surveyor Kelompok 6
Tanggal Senin, 13 Februari 2023
(ukuran dalam meter)
Lebar lajur Bahu Saluran Trotoar Ambang
Segmen ke 1 2 kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan Rumaja Rumija Ruwasja
I 1.5 1.5 0.5 0.5 0.5 0.5 - - 0.5 0.5 3 4 -
II 1.5 1.5 0.5 0.5 0.5 0.5 - - 0.5 0.5 3 4 -
III 1.5 1.5 0.5 0.5 0.2 0.2 - - 0.2 0.2 3 3.04 -
IV 1.5 1.5 - - 0.2 0.2 - - 0.2 0.2 3 3.04 -
V 1.5 1.5 - - 0.2 0.2 - - 0.2 0.2 3 3.04 -
VI 1.5 1.5 - - 0.2 0.2 - - 0.2 0.2 3 3.04 -
VII 1.5 1.5 - - 0.2 0.2 - - 0.2 0.2 3 3.04 -
VIII 1.5 1.5 - - 0.2 0.2 - - 0.2 0.2 3 3.04 -
IX 1.5 1.5 - - 0.2 0.2 - - 0.2 0.2 3 3.04 -
X 1.5 1.5 - - 0.2 0.2 - - 0.2 0.2 3 3.04 -
Keterangan
Ambang Sejalur tanah dari saluran tepi ke arah luar as jalan sampai bangunan sekitar.
Rumaja Total lebar lajur + trotoar
Rumija Rumaja+ambang
Ruwasja Sejalur tanah diluar rumija yang ada di bawah pengawasan pembina jalan. (Arteri 20m, Kolektor 15m, Lokal 10m)
177
a. STA 0+000 – 0+100
STRIPMAP KONDISI RUAS JALAN SARIWANGI SELATAN STA 0+000 - 0+100
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Lajur 1
c
a
Lajur 2
Jenis b
Perkeras ASPAL
Keterangan :
1 : Lubang 4 : Bekas Roda
2 : Tambalan abc : nomor urut di temukannya
3 : Retak
Ket : Lubang tidak dihitung jika lebarnya < 15cm, diberi warna merah muda
178
Jalur kiri Jalur kanan
Tidak terdapat retak, jadi SDIA dan SDIB Tidak terdapat retak, jadi SDIA dan SDIB
adalah 0 adalah 0
Jalur kiri dan kanan memiliki nilai SDIC kurang dari 50. Maka dari itu hubungan antara nilai SDI dengan kondisi jalan yaitu baik.
IRI yang didapat adalah 9 sehingga korelasi dengan SDI menghasilkan jalan kondisi rusak ringan.
179
b. STA 0+100 – 0+200
STRIPMAP KONDISI RUAS JALAN SARIWANGI SELATAN STA 0+100 - 0+200
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Lajur 1
Lajur 2
Jenis a
Perkeras ASPAL
Keterangan :
1 : Lubang 4 : Bekas Roda
2 : Tambalan abc : nomor urut di temukannya
3 : Retak
Retak
1b 1 654 212 12 0.13865 - - - - - - -
Buaya
Ket : Lubang tidak dihitung jika lebarnya < 15cm, diberi warna merah muda
180
Jalur kanan Jalur kiri
Jumlah lubang 2
SDIC 25
Jalur kanan memiliki nilai SDIC kurang dari 50 yaitu 40. Maka dari itu hubungan antara nilai SDI dengan kondisi jalan yaitu baik.
Sementara jalur kiri, tidak terdapat kerusakan yang artinya baik.
IRI yang didapat adalah 8 sehingga korelasi dengan SDI menghasilkan jalan kondisi sedang.
181
c. STA 0+200 – 0+300
STRIPMAP KONDISI RUAS JALAN SARIWANGI SELATAN STA 0+200 - 0+300
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Lajur 1
Lajur 2
Jenis
Perkeras ASPAL
Keterangan :
1 : Lubang 4 : Bekas Roda
2 : Tambalan abc : nomor urut di temukannya
3 : Retak
Ket : Lubang tidak dihitung jika lebarnya < 15cm, diberi warna merah muda
Jalur kiri dan kanan memiliki nilai SDIC kurang dari 50. Maka dari itu hubungan antara nilai SDI dengan kondisi jalan yaitu baik.
IRI yang didapat adalah 10 sehingga korelasi dengan SDI menghasilkan jalan kondisi rusak ringan.
182
d. STA 0+300 – 0+400
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Lajur 1
Lajur 2
Jenis
Perkeras ASPAL
Keterangan :
1 : Lubang 4 : Bekas Roda
2 : Tambalan abc : nomor urut di temukannya
3 : Retak
Ket : Lubang tidak dihitung jika lebarnya < 15cm, diberi warna merah muda
Jumlah lubang 1
SDIC 15
Jalur kiri memiliki nilai SDIC kurang dari 50 yaitu 15. Maka dari itu hubungan antara nilai SDI dengan kondisi jalan yaitu baik. Sementara
jalur kanan, tidak terdapat kerusakan yang artinya baik.
IRI yang didapat adalah 9 sehingga korelasi dengan SDI menghasilkan jalan kondisi rusak ringan.
183
e. STA 0+400 – 0+500
Tidak terdapat kerusakan (retak, lubang, atau bekas roda) pada STA ini.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Lajur 1
Lajur 2
Jenis
Perkeras ASPAL
Keterangan :
1 : Lubang 4 : Bekas Roda
2 : Tambalan abc : nomor urut di temukannya
3 : Retak
Kedalaman Bekas
Dimensi Retak Dimensi Lubang (mm) Luas Luas Kend.
Jenis Luas Roda
Kode Gambar Jumlah Lubang Roda
Kerusakan Retak
P l t P l t (mm^2) l t (mm^2)
Ket : Lubang tidak dihitung jika lebarnya < 15cm, diberi warna merah muda
Jumlah lubang 1
SDIC 15
Jalur kiri memiliki nilai SDIC kurang dari 50 yaitu 40. Maka dari itu hubungan antara nilai SDI dengan kondisi jalan yaitu baik. Sementara
jalur kanan, tidak terdapat kerusakan yang artinya baik.
IRI yang didapat adalah 12 sehingga korelasi dengan SDI menghasilkan jalan kondisi rusak ringan.
184
g. STA 0+600 – 0+700
STRIPMAP KONDISI RUAS JALAN SARIWANGI SELATAN STA 0+600 - 0+700
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Lajur 1
Lajur 2
Jenis
Perkeras ASPAL
Keterangan :
1 : Lubang 4 : Bekas Roda
2 : Tambalan abc : nomor urut di temukannya
3 : Retak
Ket : Lubang tidak dihitung jika lebarnya < 15cm, diberi warna merah muda
Jumlah lubang 1
SDIC 15
Jalur kiri memiliki nilai SDIC kurang dari 50 yaitu 15. Maka dari itu hubungan antara nilai SDI dengan kondisi jalan yaitu baik. Sementara
jalur kiri, tidak terdapat kerusakan yang artinya baik.
IRI yang didapat adalah 11 sehingga korelasi dengan SDI menghasilkan jalan kondisi rusak ringan.
185
h. STA 0+700 – 0+800
Tidak terdapat kerusakan (retak, lubang, atau bekas roda) pada STA ini.
i. STA 0+800 – 0+900
Tidak terdapat kerusakan (retak, lubang, atau bekas roda) pada STA ini.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Lajur 1
Lajur 2
Jenis
Perkeras ASPAL
Keterangan :
1 : Lubang 4 : Bekas Roda
2 : Tambalan abc : nomor urut di temukannya
3 : Retak
Ket : Lubang tidak dihitung jika lebarnya < 15cm, diberi warna merah muda
186
Jalur kiri Jalur kanan
Tidak terdapat retak, jadi SDIA dan SDIB
adalah 0
Jumlah lubang 1
SDIC 15
Jalur kanan memiliki nilai SDIC kurang dari 50 yaitu 15. Maka dari itu hubungan antara nilai SDI dengan kondisi jalan yaitu baik.
Sementara jalur kiri, tidak terdapat kerusakan yang artinya baik.
IRI yang didapat adalah 12 sehingga korelasi dengan SDI menghasilkan jalan kondisi rusak berat.
187
3.6.2 Jalan Setra Duta
Jalan kedua adalah Jalan Setra Duta yang berada di Kelurahan Ciwaruga, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung
Barat, Provinsi Jawa Barat.
Kecamatan : Parongpong
188
POTONGAN MELINTANG JALAN STA 0+000 – 0+375
pemukiman 8 pemukiman
1 1
0,5 beton median beton bahu 0,5
bahu
saluran saluran
pemukiman 4 4 pemukiman
kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan (m) (m) (m)
189
FORMULIR SURVEI RUANG JALAN
No Status Jalan Jalan Kota
Ruas Nama Jalan Setra Duta Tipe Jalan 2/2 D
Panjang tiap segmen 100 m Nama Surveyor Kelompok 6
Tanggal Senin, 13 Februari 2023
(ukuran dalam meter)
Lebar lajur Bahu Saluran Trotoar Ambang
Segmen ke 1 2 kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan Rumaja Rumija Ruwasja
I 2.5 2.5 1 1 0.2 0.2 - - - - 5 5 -
II 2.5 2.5 1 1 0.2 0.2 - - - - 5 5 -
III 5.5 5.5 - - 0.2 0.2 - - - - 11 11 -
IV 5.5 5.5 - - 0.2 0.2 0.75 0.75 0.75 0.75 12.5 14 -
V 5.5 5.5 - - 0.5 0.5 - 0.75 - 0.75 11.75 12.5 -
VI 5.5 5.5 - - 0.5 0.5 1 1 0.5 0.5 13 14 -
VII 5.5 5.5 - - 0.5 0.5 1 1 0.5 0.5 13 14 -
VIII 5.5 5.5 - - 0.5 0.5 1 1 0.5 0.5 13 14 -
IX 5.5 5.5 - - 0.2 0.2 - - - - 11 11 -
X 5.5 5.5 - - 0.2 0.2 - - - - 11 11 -
Keterangan
Ambang Sejalur tanah dari saluran tepi ke arah luar as jalan sampai bangunan sekitar.
Rumaja Total lebar lajur + trotoar
Rumija Rumaja+ambang
Ruwasja Sejalur tanah diluar rumija yang ada di bawah pengawasan pembina jalan. (Arteri 20m, Kolektor 15m, Lokal 10m)
190
a. STA 0+000 – 0+100
Tidak terdapat kerusakan (retak, lubang, atau bekas roda) pada STA ini.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Lajur 1
Lajur 2
Jenis
Perkeras ASPAL
Keterangan :
1 : Lubang 4 : Bekas Roda
2 : Tambalan abc : nomor urut di temukannya
3 : Retak
Ket : Lubang tidak dihitung jika lebarnya < 15cm, diberi warna merah muda
191
Jalur kiri Jalur kanan
Lebar retak 1
SDIB 55
Jalur kiri memiliki nilai SDIC 115. Maka dari itu hubungan antara nilai SDI dengan kondisi jalan yaitu rusak ringan. Sementara jalur
kanan, tidak terdapat kerusakan yang artinya baik.
IRI yang didapat adalah 7 sehingga korelasi dengan SDI menghasilkan jalan kondisi rusak ringan.
192
c. STA 0+200 – 0+300
STRIPMAP KONDISI RUAS JALAN SETRA DUTA STA 0+200 - 0+300
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Lajur 1
Lajur 2
Jenis
Perkeras ASPAL
Keterangan :
1 : Lubang 4 : Bekas Roda
2 : Tambalan abc : nomor urut di temukannya
3 : Retak
193
Dimensi Retak Dimensi Lubang (mm) Kedalaman Bekas Luas
Luas
Jenis Luas Ked.
Kode Gambar Jumlah Lubang
Kerusakan P l t Retak P l t l t Roda
(mm^2)
(mm^2)
1c Tambalan - - - - - - - - - - - -
1c Tambalan - - - - - - - - - - - -
1a Lubang 7 - - - - - - - - - -
1a Lubang 5 - - - - - - - - - - -
Retak
1b 1 607 856 19 0.51959
Buaya
Ket : Lubang tidak dihitung jika lebarnya < 15cm, diberi warna merah muda
194
Jalur kanan Jalur kiri
Tidak terdapat retak, jadi SDIA dan SDIB
adalah 0
Lebar retak 3 mm
SDIB 40
Jumlah lubang 5
SDIC 55
Jalur kanan memiliki nilai SDIC 115. Maka dari itu hubungan antara nilai SDI dengan kondisi jalan yaitu rusak ringan. Sementara
jalur kiri memiliki nilai SDIC 15. Maka dari itu hubungan antara nilai SDI dengan kondisi jalan artinya baik.
IRI yang didapat adalah 14 sehingga korelasi dengan SDI menghasilkan jalan kondisi rusak berat.
195
d. STA 0+300 – 0+400
Tidak terdapat kerusakan (retak, lubang, atau bekas roda) pada STA ini.
e. STA 0+400 – 0+500
Tidak terdapat kerusakan (retak, lubang, atau bekas roda) pada STA ini.
f. STA 0+500 – 0+600
Tidak terdapat kerusakan (retak, lubang, atau bekas roda) pada STA ini.
g. STA 0+600 – 0+700
Tidak terdapat kerusakan (retak, lubang, atau bekas roda) pada STA ini.
h. STA 0+700 – 0+800
Tidak terdapat kerusakan (retak, lubang, atau bekas roda) pada STA ini.
i. STA 0+800 – 0+900
Tidak terdapat kerusakan (retak, lubang, atau bekas roda) pada STA ini.
j. STA 0+900 – 1+000
Tidak terdapat kerusakan (retak, lubang, atau bekas roda) pada STA ini.
k. STA 1+000 – 1+125
Tidak terdapat kerusakan (retak, lubang, atau bekas roda) pada STA ini.
196
3.7 Analisis dengan Metode IKP
Selain dengan menghitung nilai ketidakrataan (IRI) dan nilai SDI, dilakukan juga
perhitungan metode IKP pada kedua ruas jalan tersebut.
Pada segmen 5, 11, 16, dan 22 dilakukan survei kondisi unit sampel lalu
diisi pada formulir survei sesuai jenis perkerasannya. Jenis perkerasan di Jalan
Sariwangi Selatan adalah sama dari STA awal sampai akhir, yaitu perkerasan
beton aspal.
a. Segmen 5
FORMULIR SURVEI KONDISI UNIT SAMPEL/UNIT KHUSUS PERKERASAN BETON ASPAL SKETSA
NOMOR/NAMA RUAS : 22.14.65.K / JALAN SARIWANGI SELATAN 1100 m
NOMOR/LUAS/LOKASI SEKSI : 00/3300m2/-
3m
JUMLAH UNIT SAMPEL DALAM SEKSI : 22 buah
JUMLAH UNIT KHUSUS DALAM SEKSI : 10 buah
NOMOR/LUAS UNIT SAMPEL/UNIT KHUSUS : 00/200m2
PETUGAS SURVEI : Kelompok 6
TANGGAL SURVEI : 20 February 2023
JENIS KERUSAKAN
1 Retak Kulit Buaya 6 Depresi 14 Alur
10 Retak memanjang & melintang
2 Kegemukan (bleeding) 7 Retak tepi 15 Sungkur (shoving)
3 Retak blok 11 Tambalan 16. Retak selip
8 Retak refleksi pada sambungan
4 Jembul dan penurunan (bumps & sags) 12 Pengausan Agregat 17. Pemuaian
5 Keriting 9 Penurunan bahu 13 Lubang 18. Pelepasan butir
NILAI
JENIS & KEPARAHAN KERUSAKAN KUANTITAS TOTAL KERAPATAN (%)
PENGURANGAN
1R 1.66 1.66 0.83 10
13R 0.16 0.16 0.08 20
197
b. Segmen 11
FORMULIR SURVEI KONDISI UNIT SAMPEL/UNIT KHUSUS PERKERASAN BETON ASPAL SKETSA
NOMOR/NAMA RUAS : 22.14.65.K / JALAN SARIWANGI SELATAN 1100 m
NOMOR/LUAS/LOKASI SEKSI : 00/3300m2/-
3m
JUMLAH UNIT SAMPEL DALAM SEKSI : 22 buah
JUMLAH UNIT KHUSUS DALAM SEKSI : 10 buah
NOMOR/LUAS UNIT SAMPEL/UNIT KHUSUS : 00/500m2
PETUGAS SURVEI : Kelompok 6
TANGGAL SURVEI : 20 February 2023
JENIS KERUSAKAN
1 Retak Kulit Buaya 6 Depresi 14 Alur
10 Retak memanjang & melintang
2 Kegemukan (bleeding) 7 Retak tepi 15 Sungkur (shoving)
3 Retak blok 11 Tambalan 16 Retak selip
8 Retak refleksi pada sambungan
4 Jembul dan penurunan (bumps & sags) 12 Pengausan Agregat 17 Pemuaian
5 Keriting 9 Penurunan bahu 13 Lubang 18 Pelepasan butir
NILAI
JENIS & KEPARAHAN KERUSAKAN KUANTITAS TOTAL KERAPATAN (%)
PENGURANGAN
13R 1.01 1.01 0.51 39
13R 0.70 0.70 0.35 23
c. Segmen 16
FORMULIR SURVEI KONDISI UNIT SAMPEL/UNIT KHUSUS PERKERASAN BETON ASPAL SKETSA
NOMOR/NAMA RUAS : 22.14.65.K / JALAN SARIWANGI SELATAN 1100 m
NOMOR/LUAS/LOKASI SEKSI : 00/3300m2/-
3m
JUMLAH UNIT SAMPEL DALAM SEKSI : 22 buah
JUMLAH UNIT KHUSUS DALAM SEKSI : 10 buah
NOMOR/LUAS UNIT SAMPEL/UNIT KHUSUS : 00/1600m2
PETUGAS SURVEI : Kelompok 6
TANGGAL SURVEI : 20 February 2023
JENIS KERUSAKAN
1 Retak Kulit Buaya 6 Depresi 14 Alur
10 Retak memanjang & melintang
2 Kegemukan (bleeding) 7 Retak tepi 15 Sungkur (shoving)
3 Retak blok 11 Tambalan 16 Retak selip
8 Retak refleksi pada sambungan
4 Jembul dan penurunan (bumps & sags) 12 Pengausan Agregat 17 Pemuaian
5 Keriting 9 Penurunan bahu 13 Lubang 18 Pelepasan butir
NILAI
JENIS & KEPARAHAN KERUSAKAN KUANTITAS TOTAL KERAPATAN (%)
PENGURANGAN
13R 0.81 0.81 0.40 36
198
d. Segmen 22
Tidak terdapat kerusakan pada unit sampel ini.
b. Segmen 11
c. Segmen 16
d. Segmen 22
199
3.7.2 Jalan Setra Duta
Dilakukan perhitungan jumlah sampel dan penentuan titik sampel jalan
dan didapat 4 sampel seperti pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Unit Sampel Jalan Setra Duta
Pada segmen 3, 4, 9, dan 14 dilakukan survei kondisi unit sampel lalu diisi
pada formulir survei sesuai jenis perkerasannya. Jenis perkerasan di Jalan
Setra Duta adalah komposit dari STA awal adalah perkerasan kaku dan pada
STA akhir adalah perkerasan beton aspal.
a. Segmen 3
Tidak terdapat kerusakan pada unit sampel ini.
b. Segmen 4
FORMULIR SURVEI KONDISI UNIT SAMPEL/UNIT KHUSUS PERKERASAN BETON ASPAL SKETSA
NOMOR/NAMA RUAS : 22xxxxxK / JALAN SETRA DUTA m
NOMOR/LUAS/LOKASI SEKSI : 00/m2/-
m
JUMLAH UNIT SAMPEL DALAM SEKSI : 18 buah
JUMLAH UNIT KHUSUS DALAM SEKSI : 10 buah
NOMOR/LUAS UNIT SAMPEL/UNIT KHUSUS : 00/00
PETUGAS SURVEI : Kelompok 6
TANGGAL SURVEI : 20 February 2023
JENIS KERUSAKAN
1 Retak Kulit Buaya 6 Depresi 10 Retak memanjang & melintang 14 Alur
Sungkur
2 Kegemukan (bleeding) 7 Retak tepi 11 Tambalan 15
(shoving)
Retak refleksi pada
3 Retak blok 8 12 Pengausan Agregat 16 Retak selip
sambungan
Jembul dan penurunan
4 9 Penurunan bahu 13 Lubang 17 Pemuaian
(bumps & sags)
5 Keriting 18 Pelepasan butir
KERAPATAN NILAI
JENIS & KEPARAHAN KERUSAKAN KUANTITAS TOTAL
(%) PENGURANGAN
1R 0.44 0.44 0.22 4
13R 0.14 0.14 0.07 18
c. Segmen 9
Tidak terdapat kerusakan pada unit sampel ini.
200
d. Segmen 14
FORMULIR SURVEI KONDISI UNIT SAMPEL/UNIT KHUSUS PERKERASAN BETON ASPAL SKETSA
NOMOR/NAMA RUAS : 22xxxxxK / JALAN SETRA DUTA m
NOMOR/LUAS/LOKASI SEKSI : 00/m2/-
m
JUMLAH UNIT SAMPEL DALAM SEKSI : buah
JUMLAH UNIT KHUSUS DALAM SEKSI : buah
NOMOR/LUAS UNIT SAMPEL/UNIT KHUSUS : 00/00
PETUGAS SURVEI : Kelompok 6
TANGGAL SURVEI : 20 February 2023
JENIS KERUSAKAN
1 Retak Kulit Buaya 6 Depresi 10 Retak memanjang & melintang 14 Alur
Sungkur
2 Kegemukan (bleeding) 7 Retak tepi 11 Tambalan 15
(shoving)
Retak refleksi pada
3 Retak blok 8 12 Pengausan Agregat 16 Retak selip
sambungan
Jembul dan penurunan
4 9 Penurunan bahu 13 Lubang 17 Pemuaian
(bumps & sags)
5 Keriting 18 Pelepasan butir
KERAPATAN NILAI
JENIS & KEPARAHAN KERUSAKAN KUANTITAS TOTAL
(%) PENGURANGAN
1S 0.52 0.52 0.26 13
13R 0.53 0.56 0.36 0.21 0.33 0.51 0.32 2.82 0.27 40
1R 1.01 1.01 0.51 17
b. Segmen 4
SAMPEL 3 (SEGMEN 4) - ASPAL
4
Nilai Pengurangan
18
Nilai Pengurangan yang diijinkan m 8.53
Nilai Pengurangan Terakhir 4.53
Nilai Pengurangan Total 8.53
q 2
Nilai Pengurangan Terkoreksi NPT 9
IKP 91
Termasuk Kondisi Sangat Baik
c. Segmen 9
SAMPEL 2 (SEGMEN 9) - KAKU
0
Nilai Pengurangan
0
Nilai Pengurangan yang diijinkan m 0.00
Nilai Pengurangan Terakhir 0
Nilai Pengurangan Total 0
q 0
Nilai Pengurangan Terkoreksi NPT 0
IKP 100
Tidak terdapat kerusakan
201
d. Segmen 14
202
3.9 Jenis Penanganan Berdasarkan Nilai IKP
3.9.1 Jalan Sariwangi Selatan
Setelah didapatkan nilai IKP maka dapat dilakukan analisis jenis penanganan
sesuai nilai IKP nya. Jenis penanganan pada unit sampel yang dipilih di Jalan
Sariwangi Selatan terdapat pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Jenis Penanganan Jalan Sariwangi Selatan Berdasarkan Nilai IKP
203
3.10 Strip Map
3.10.1 Jalan Sariwangi Selatan
204
3.11 Prediksi Kinerja Perkerasan Jalan
Setelah dilakukan perhitungan nilai IRI, SDI, dan IKP lalu dilakukan prediksi
kinerja perkerasan jalan untuk memperkirakan kekuatan perkerasan pada 10 tahun yang
akan datang. Kondisi ketidakrataan permukaan jalan akan cenderung naik seiring
bertambahnya usia perkerasan suatu ruas jalan.
CBR : 3
Tahun Rencana : 10 tahun
R : 7.18%
1. Menghitung SNC
2. Menentukan SN
a D axD
1 0.4 150 60
2 0.35 100 35
3 0.14 350 49
Jumlah 144
N : 14.43472203
205
6. Proyeksi IRI
Segmen IRI Tahun Awal SN CESA (juta IRI Tahun
SEGMEN 1 9 143.43 2.0 11.78
SEGMEN 2 8 143.43 2.0 10.47
SEGMEN 3 10 143.43 2.0 13.09
SEGMEN 4 9 143.43 2.0 11.78
SEGMEN 5 12 143.43 2.0 15.71
SEGMEN 6 11 143.43 2.0 14.40
SEGMEN 7 4 143.43 2.0 5.24
SEGMEN 8 4 143.43 2.0 5.24
SEGMEN 9 12 143.43 2.0 15.71
SEGMEN 10 4 143.43 2.0 5.24
SEGMEN 11 4 143.43 2.0 5.24
Rata-Rata IRI 7.91 10.35
7. Kinerja Permukaan Jalan
IRIt : 11.78
206
3.11.2 Jalan Setra Duta
CBR : 3
Tahun Rencana : 10 tahun
R : 7.18%
1. Menghitung SNC
2. Menentukan SN
a D axD
1 0.4 150 60
2 0.35 100 35
3 0.14 350 49
Jumlah 144
N : 14.43472203
207
6. Proyeksi IRI
Segmen IRI Tahun Awal SN CESA (juta IRI Tahun
SEGMEN 1 1 143.43 2.0 1.31
SEGMEN 2 7 143.43 2.0 9.16
SEGMEN 3 14 143.43 2.0 18.33
SEGMEN 4 1 143.43 2.0 1.31
SEGMEN 5 1 143.43 2.0 1.31
SEGMEN 6 2 143.43 2.0 2.62
SEGMEN 7 2 143.43 2.0 2.62
SEGMEN 8 2 143.43 2.0 2.62
SEGMEN 9 1 143.43 2.0 1.31
SEGMEN 10 3 143.43 2.0 3.93
SEGMEN 11 1 143.43 2.0 1.31
Rata-Rata IRI 3.18 4.16
7. Kinerja Permukaan Jalan
IRIt : 1.31
208
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil inventarisasi dan investigasi yang dilakukan dengan
menggunakan Google Earth, dari 40 ruas jalan yang ada di Cimahi, Bandung, dan
sekitarnya terdapat banyak jalan yang rusak dan tidak rata (melalui pengamatan visual).
Selain itu, kondisi bangunan pelengkap jalannya pun ada beberapa yang tidak dalam
kondisi baik. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah agar dilakukannya
pemeliharaan jalan sehingga pengguna jalan mendapat kenyamanan serta keamanan.
Didapat pula kondisi jalan dan kebutuhan penanganan dari hasil proyeksi IRI
10 tahun yang akan datang pada dua ruas jalan yang dipilih, yaitu Jalan Sariwangi
Selatan dan Jalan Setra Duta. Kebutuhan penanganan dari hasil proyeksi IRI 10 tahun
mendatang terdapat pada Tabel 4.1 untuk Jalan Sariwangi Selatan dan Tabel 4.2 untuk
Jalan Setra Duta.
Tabel 4.1 Kesimpulan Hasil Proyeksi IRI Jalan Sariwangi Selatan
209
Selain ruas jalan yang perlu dipelihara, bangunan pelengkap jalan pun perlu
dipelihara karena selain pengendara kendaraan bermotor, pejalan kaki juga perlu
mendapat fasilitas yang nyaman dan aman terutama bagi penyandang disabilitas.
4.2 Saran
Pengelolaan jalan seharusnya lebih diperhatikan lagi oleh pihak yang memiliki
tanggung jawab dalam mengelola jalan. Pengelolaan jalan sangat diperlukan untuk
membuat fasilitas yang nyaman dan aman untuk seluruh pengguna jalan baik
pengendara kendaraan bermotor maupun pejalan kaki.
210
DAFTAR PUSTAKA
Kondisi Permukaan Jalan Nasional. (2022, Agustus 10). Dipetik Februari 10, 2023, dari Open
Data PUPR: https://data.pu.go.id/dataset/kondisi-permukaan-jalan-nasional
Profil Jawa Barat. (2019, Oktober 10). Dipetik Februari 4, 2023, dari Jabar Today:
https://jabartoday.com/profil-jawa-barat/
Sejarah Cimahi. (2020, Desember 11). Dipetik Februari 4, 2023, dari Cimahi Kota:
https://cimahikota.go.id/halaman/sejarah
Tranggono, M. (2013, Agustus 2). Kajian Penggunaan HDM-4 Untuk Sistem Pengelolaan
Perkerasan Jalan di Indonesia. Jurnal Transportasi, 13, 135-144. Dipetik Maret 4, 2023
211