Dosen :
Ir. Idwan Santoso, M. Sc., DIC,. Ph.D.
Disusun oleh:
Etza Nandira P (25017326)
REKAYASA TRANSPORTASI
PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi jalan mudah dan
kelancaran sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Besar dengan judul “Analisis
Kemacetan Lalu Lintas di Jalan Affandi Yogyakarta”. Tugas Besar ini dibuat sebagai salah
satu syarat untuk kelulusan mata kuliah Kebijakan dan Perencanaan Transportasi pada Program
Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian Tugas Besar ini. Ucapan tersebut ditujukan kepada:
1. Ir. Idwan Santoso, M.Sc., DIC., Ph.D., selaku dosen mata kuliah Kebijakan dan
Perencanaan Transportasi, dan
2. Orang tua, keluarga, serta teman-teman yang telah memberikan banyak dukungan dan
masukan kepada Penyusun.
Akhir kata semoga Tugas Besar ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa yang
membutuhkannya dan atas ketidaksempurnaan yang ada mohon untuk memakluminya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
3.6 Evaluasi Alternatif Kebijakan ........................................................................................... 33
3.6.1 Penyetaraan nilai PI.................................................................................................... 33
3.6.2 Pembobotan ................................................................................................................. 35
3.6.3 Ranking dari Alternatif Kebijakan ........................................................................... 37
3.7 Rekomendasi Alternatif ...................................................................................................... 37
3.8 Analisis Akhir ...................................................................................................................... 38
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................... 39
4.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 39
4.2 Saran .................................................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 40
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Data Historis Arus Lalu Lintas............................................................................................ 17
Tabel 3. 2 Data Arus Lalu Lintas Saat Ini ............................................................................................ 17
Tabel 3. 3 Hasil Prediksi Arus Lalu Lintas pada Kondisi Do-Nothing ................................................ 18
Tabel 3. 4 Pengecekan Faktor Yang Dapat DIintervensi ..................................................................... 23
Tabel 3. 5 Identifikasi Variabilitas Pada Setiap Instrument ................................................................. 24
Tabel 3. 6 Identifikasi External Barrier ................................................................................................ 27
Tabel 3. 7 Alternatif Awal Kebijakan .................................................................................................. 28
Tabel 3. 8 Kombinasi Alternatif Kebijakan ......................................................................................... 29
Tabel 3. 9 Identifikasi Performa Indicator ........................................................................................... 30
Tabel 3. 10 Prediksi Dampak Alternatif ............................................................................................... 32
Tabel 3. 11 Penentuan Nilai Terbaik dan Terburuk ............................................................................. 34
Tabel 3. 12 Pembobotan Nilai PI ......................................................................................................... 35
Tabel 3. 13 Hasil Penyetaraan Nilai dan Pembobotan Tiap Alternatif ................................................ 36
Tabel 3. 14 Hasil Ranking Alternatif Kebijakan .................................................................................. 37
Tabel 3. 15 Alternatif Yang Direkomendasikan................................................................................... 37
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Bangkitan perjalanan yang mempengaruhi ruas .............................................................. 7
Gambar 2. 2 Hambatan On-Street Parking pada ruas jalan Affandi...................................................... 8
Gambar 2. 3 Kepadatan pada ruas jalan Affandi ................................................................................... 8
Gambar 2. 4 Ruas Jalan Affandi Yang Dikaji ....................................................................................... 9
Gambar 2. 5 Geometri Ruas Jalan Affandi, Yogyakarta ..................................................................... 10
Gambar 2. 6 Gambar Tata Guna Lahan pada Ruas Jalan Affandi....................................................... 11
Gambar 3. 1 Model Tahapan Perumusan Kebijakan ........................................................................... 12
Gambar 3. 2 Gap Saat Do -Nothing .................................................................................................... 14
Gambar 3. 3 Peta Ruas Jalan Arah Utara Yang Dikaji ........................................................................ 15
Gambar 3. 4 Peta Ruas Jalan Arah Selatan Yang Dikaji ..................................................................... 16
Gambar 3. 5 Grafik pertumbuhan arus lalu lintas dengan regresi liniear ............................................ 18
Gambar 3. 6 Pohon Masalah ............................................................................................................... 20
4
BAB 1
PENDAHULUAN
Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki kepadatan penduduk
yang tinggi. Salah satu permasalahan transportasi yang dihadapi kota ini adalah kemacetan
yang biasa dijumpai hampir di ruas-ruas jalan utama yang diperkirakan dalam waktu 15 tahun
kedepan akan terjadi kemacetan pada ruas-ruas jalan perkotaan pabila tidak segera ditangani
dengan sungguh – sungguh. Ruas jalan Affandi Yogyakarta ini merupakan salah satu kawasan
bisnis terkemuka di Yogyakarta yang menjadikan jalan tersebut mempunyai volume lalu lintas
yang cukup padat. Terdapat banyak pertokoan, perkantoran, tempat makan hingga institusi
pendidikan yang terletak di sepanjang jalan Affandi ini. Ditambah lagi adanya hambatan-
hambatan samping yang membuat arus lalu lintas pada jalan ini semakin terganggu.
Kemacetan adalah masalah lama yang sampai saat ini belum dapat ditemukan solusi yang
tepat. Untuk memecahkan permasalahan transportasi tersebut tentunya diperlukan suatu
tindakan untuk merumuskan kebijakan. Dalam perumusan tersebut dilakukan oleh suatu pihak
pengambil keputusan, dimana kebijakan yang dipilih harus tepat dan paling baik untuk
diimplementasikan. Untuk itu diperlukan adanya pemahaman yang baik mengenai
permasalahan yang akan diselesaikan agar dapat diketahui akar permasalahannya serta
memperhatikan dampak-dampak yang terjadi kepada semua pihak terkait apabila kebijakan
tersebut diimplementasikan. Selain itu perlu adanya kerja sama yang baik antara semua pihak
baik dari pemerintah juga pihak lainnya agar masalah ini cepat terselesaikan dengan sebuah
kebijakan yang telah dirumuskan
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan Tugas Besar ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami langkah-langkah dalam penyusunan perumusan kebijakan untuk
menyelesaikan permasalahan transportasi
5
2. Menganalisis penyebab atau akar permasalahan dari adanya permasalahan transportasi
yang ditinjau.
3. Mampu merumuskan alternatif kebijakan yang dapat diimplementasikan dalam upaya
penyelesaian permasalahan transportasi yang ditinjau.
6
BAB 2
KASUS DAN SISTEM YANG DIKAJI
2.1 Kasus
Jalan Affandi merupakan salah satu kawasan bisnis yang terkemuka di Yogyakarta.
Adanya banyak pusat pertokoan, bisnis, perkantoran, serta universitas membuat jalan ini
melayani banyak pergerakan. Hal tersebut dapat terlihat saat jam-jam sibuk (peak hour) atau
pada akhir minggu (weekend) yaitu hari Sabtu. Banyaknya pergerakan pada ruas jalan tersebut
juga disebabkan adanya bangkitan perjalanan yang berasal dari beberapa ruas jalan besar
seperti Jalan Laksda Adisucipto dan Jalan Munggur untuk arah ke utara serta Jalan Ringroad
Utara dan Jalan Anggajaya untuk arah ke selatan. Selain itu sebagian bangkitan perjalan juga
berasal dari area pemukiman yang berada di sepanjang ruas jalan.
Namun, perangkat transportasi yang ada belum mampu sepenuhnya untuk melayani semua
pergerakan yang terjadi. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya permasalahan kemacetan lalu
lintas yang terjadi di sepanjang ruas jalan Affandi. Kemacetan yang terjadi pada jalan ini
7
disebabkan tingginya tingkat derajat kejenuhan jalan akibat volume kendaraan yang lewat
melebihi kapasitas yang tersedia pada ruas jalan tersebut. Permasalahan tersebut menyebabkan
kondisi lalu lintas di sepanjang ruas jalan Affandi semakin memadat.
Jalan Affandi ini mempunyai 2 lajur pada satu arahnya. Keterbatasan kapasitas ruas jalan
Affandi ini terjadi akibat banyaknya hambatan samping yang ada. Apabila dilakukan
pengamatan langsung dilapangan, letak bangunan-bangunan di sepanjang jalan Affandi itu
dekat dengan badan jalan sehingga kendaraan-kendaraan memakan badan jalan tersebut untuk
lahan parkir yang tidak tersedia. Selain badan jalan digunakan untuk lahan parkir, banyak u-
turn yang tersedia menyebabkan terjadinya tundaan, juga banyaknya pejalan kaki yang
menyebrang menuju ke pusat pertokoan, bisnis dan makanan menyebabkan ruang gerak efektif
yang tersedia untuk kendaraan yang lewat berkurang.
8
2.2 Sistem Yang Dikaji
Adapun sistem yang dikaji adalah ruas Jalan Affandi Yogyakarta yang dapat dilihat pada
Gambar 2.4. Sistem yang dikaji difokuskan pada bagian ruas jalan Affandi dari persimpangan
Ringroad Utara hingga pada persimpangan dengan Jalan Bougenville.
Hal itu dikarenakan sepanjang ruas jalan tersebut memiliki tingkat kejenuhan yang
cukup tinggi dibandingkan dengan bagian ruas jalan Affandi lainnya.
9
f. Lebar Lajur Dalam : 2,65 meter
g. Lebar Median : 1,5 meter
10
Sehingga, diperoleh nilai kapasitas ruas Jalan Affandi yaitu sebesar 5983 smp/jam.
𝐶 = 𝐶0 × 𝐹𝐶𝑊 × 𝐹𝐶𝑆𝑃 × 𝐹𝐶𝑆𝐹 × 𝐹𝐶𝐶𝑆
= 6600 × 1,00 × 1,00 × 0,88 × 1,03
= 5983 𝑠𝑚𝑝⁄𝑗𝑎𝑚
2.2.3 Komposisi Kendaraan
Jenis-jenis kendaraan yang biasa melintas di sepanjang ruas Jalan Affandi adalah kendaraan
bermotor seperti mobil dan sepeda motor.
2.2.4 Tata Guna Lahan
Lahan yang ada di sepanjang tepi ruas Jalan Urip Sumoharjo ini rata-rata digunakan untuk
tempat penginapan (hotel), pertokoan, restoran, serta hiburan. Sedangkan, lahan yang ada di
sekitar ruas jalan tersebut merupakan wilayah pemukiman yaitu di bagian utara dan selatan
ruas jalan. Selain itu, juga terdapat pasar dan universitas di sekitar ruas jalan tersebut.
11
BAB 3
TAHAPAN PERUMUSAN KEBIJAKAN
1. Model 1, yaitu model tahapan perumusan kebijakan yang diawali dengan penentuan objektif atau
goals yang ingin dicapai
2. Model 2, yaitu model tahapan perumusan kebijakan yang diawali dengan mengidentifikasi masalah
Perumusan kebijakan untuk kasus kemacetan lalu-lintas di Jalan Affandi ini akan dilakukan dengan
menggunakan tahapan perumusan model 1 yang dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Perumusan Evaluasi
Objective/ Identifikasi Problem
alternatif Rekomendasi
Goals Masalah Impact (Ranking)
Perencanaan
Adapun langkah-langkah dalam perumusan kebijakan menggunakan model tahapan 1 yaitu sebagai
berikut.
2. Identifikasi masalah
Selanjutnya, dilakukan identifikasi terhadap permasalahan yang dikaji. Tahapan dalam
identifikasi masalah antara lain:
a. Menentukan lingkup spasial (ruang) untuk mengetahui dipengaruhi dan mempengaruhi,
dan lingkup temporal (waktu) dari permasalahan yang dikaji
b. Identifikasi PI yaitu dengan menentukan stakeholder yang berkaitan dengan kasus yang
dikaji dan menentukan kondisi yang dikawatirkan masing-masing stakeholdernya.
Kemudian, menentukan Performance Indicator (PI) dari kondisi yang dikhawatirkan
setiap stakeholder.
c. Pengumpulan data. Dari identifikasi PI yang dilakukan dapat diketahui data apa saja
yang perlu dikumpulkan untuk mengkaji kasus yang diambil.
12
d. Menentukan pembobotan dari masing-masing PI beserta dengan tingkat prioritasnya
(nilainya). Kemudian, masing-masing PI dirankingkan. Tahap ini dilakukan untuk
memfokuskan masalah apabila belum terdapat goals.
e. Membuat pohon masalah yang sistematis. PI yang memiliki ranking tertinggi dijadikan
ujung awal pohon masalah.
Pada intinya, dalam proses perumusan alternatif kebijakan diperlukan pemahaman baik
mengenai permasalahan di masa lalu hingga saat ini. Kemudian, dilakukan forecasting kondisi
di masa mendatang pada saat do nothing. Dari hasil prediksi maka akan terlihat besar gap yang
terjadi, yaitu kondisi seberapa jauh hasil prediksi do nothing dengan goals yang ingin dicapai.
13
Untuk mencapai goals yang diinginkan, maka gap yang terjadi diupayakan seminim mungkin
dengan do something (lihat Gambar 3.2)
“Ruas Jalan Affandi memiliki nilai derajat kejenuhan atau degree of saturation (DS) yaitu ≤
0,75 pada tahun 2020.”
Maksud dari goals tersebut adalah dengan tingkat kejenuhan ≤ 0,75 pada tahun 2020 ruas Jalan
Affandi mampu melayani kendaraan yang lewat dengan baik.
Ruang yang dikaji : Jalan Affandi (Ruas antara simpang Jalan Ringroad dan
simpang Jalan Bougenville)
14
Ruas ke Arah Utara
Ruang yang mempengaruhi : Jalan Bougenville, Jalan Affandi diluar jalan yang ditinjau,
Jalan Cempaka, Jalan Palem Kecut, Jalan Soropadan, Jalan
Kaliwaru, Jalan Selokan Mataram.
Ruang yang dipengaruhi : Jalan Anggajaya dan Jalan Ringroad Utara
15
Gambar 3. 4 Peta Ruas Jalan Arah Selatan Yang Dikaji
Sedangkan, lingkup temporal merupakan waktu kajian dan waktu target yang hendak
dicapai. Dalam kasus ini, lingkup temporal yang digunakan antara lain:
Waktu yang ditinjau : Hari Sabtu saat jam sibuk yaitu pukul 16.00-17.00
16
3.3.2 Identifikasi Performance Indicator (PI)
Pada tahap sebelumnya, goals yang ditentukan telah ditentukan dan didefinisikan
dengan kuantitatif, sehingga dalam menentukan Performace Indicator (PI) difokuskan pada PI
yang berkaitan dengan goals tersebut.
Dalam kasus ini, fokus PI yang diperoleh berdasarkan goals tersebut adalah derajat
kejenuhan atau degree of saturation (DS) pada ruas Jalan Affandi
Untuk penentuan PI berdasarkan stakeholder akan dibahas lebih detail pada tahap prediksi
dampak alternatif kebijakan, yaitu tahapan menganalisis prediksi dampak dari setiap
stakeholder yang ditentukan.
2. Data sekarang
Pada kasus ini, digunakan data sekarang berupa data nilai derajat kejenuhan berdasarkan
arus lalu-lintas jalan pada tahun 2018 yang dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3. 2 Data Arus Lalu Lintas Saat Ini
Derajat
Arus Lalu Lintas
Tahun Kejenuhan Goals
(Q) (smp/jam)
(DS)
2018 13150 0.83 0.75
17
3. Data masa depan
Data masa depan diperoleh dengan memprediksi nilai arus lalu-lintas ke masa mendatang
pada saat do nothing menggunakan data masa lalu. Data tersebut digunakan untuk
mengetahui besar gap nilai derajat kejenuhan yang terjadi antara hasil prediksi do-nothing
dengan goals pada target waktu pencapaian. Pada kasus ini, diprediksi data masa depan
berupa nilai derajat kejenuhan pada tahun 2019 dan 2020 . Hasil prediksi dapat dilihat pada
Gambar 3.5 dan Tabel 3.3.
18
bobot yang telah ditentukan. Dari hasil perhitungan tersebut dapat dilihat tingkat kinerjanya.
Dalam kasus ini, goals yang telah ditentukan sebelumnya sudah dikuantitatif dalam
bentuk PI, sehingga pembobotan untuk memfokuskan PI prioritas tidak perlu dilakukan.
19
Gambar 3. 6 Pohon Masalah
20
Keterangan :
V1 : arus lalu lintas pada arah utara
V2 : arus lalu lintas segmen 1 utara
V3 : arus lalu lintas segmen 2 utara
V4 : arus lalu lintas segmen 3 utara
V5 : arus lalu lintas segmen 4 utara
V6 : arus lalu lintas segmen 5 utara
V7 : arus lalu lintas segmen 6 utara
V8 : arus lalu lintas pada arah selatan
V9 : arus lalu lintas segmen 1 selatan
V10 : arus lalu lintas segmen 2 selatan
V11 : arus lalu lintas segmen 3 selatan
V13 : arus lalu lintas segmen 4 selatan
Berikut ini penjelasan mengenai proses penentuan faktor yang dapat diintervensi.
21
1. Volume Arus Lalu Lintas
Sulit untuk mengatur tindakan untuk mengatur suatu perjalanan yang terjadi, sehingga
dalam hal ini volume lalu lintas dianggap tidak dapat diintervensi.
2. Kondisi Sosial Ekonomi
Kondisi sosial dan ekonomi pada suatu daerah merupakan kondisi penduduk seperti
kondisi pendidikan, tempat tinggal yang tidak bias dirubah, sehingga faktor ini tidak dapat
diintervensi
3. Jumlah U-turn
Jumlah U-turn pada jalan dapat diberi tindakan seperti penutupan fasilitas putar balik,
sehingga faktor tersebut dapat diintervensi
4. Tipe jalan
Tipe jalan yang dimaksud yaitu berupa jumlah lajur dan faktor arah. Penambahan jumlah
lajur pada jalan yang ditinjau tidak bisa dilakukan sebab adanya keterbatasan lebar ruas
jalan. Sedangkan untuk faktor arah masih dapat dilakukan intervensi.
5. Lebar jalan
Faktor lebar jalan dapat diberi tindakan yaitu dengan melakukan pelebaran jalan, namun
karena adanya keterbatasan lahan sehingga faktor tersebut dianggap tidak dapat
diintervensi.
6. Fungsi jalan
Masing-masing ruas jalan memiliki fungsi jalannya sendiri sesuai yang telah direncanakan
sebelum jalan tersebut dibangun, sehingga dalam hal ini fungsi jalan dianggap tidak dapat
diintervensi.
22
10. Jumlah penduduk
Sulit untuk mengatur banyaknya jumlah penduduk dalam suatu kota, sehingga faktor ini
dianggap tidak dapat diintervensi.
Dalam hal ini, hasil dari pengecekan faktor (dapat dilihat pada Tabel 3.4) menunjukkan bahwa
faktor-faktor yang dapat diintervensi antara lain jumlah U-turn, tipe jalan, jumlah pedagang
kaki lima (PKL), jumlah kendaraan parkir di bahu jalan, jumlah penyeberang jalan, dan tata
guna lahan
Tabel 3. 4 Pengecekan Faktor Yang Dapat DIintervensi
Intervensi Klasifikasi
No. Faktor
Iya Tidak
1 Volume Arus Lalu Lintas √ Internal Barrier
2 Kondisi Sosial - Ekonomi √ Internal Barrier
Jumlah U- Turn Yang Banyak di
3 √ Instrument
Sepanjang Jalan
4 Tipe Jalan √ Instrument
5 Lebar Jalan √ Internal Barrier
6 Fungsi Jalan √ Internal Barrier
7 Banyaknya PKL √ Instrument
8 Parking - On Street √ Instrument
9 Jumlah Penyebrang Jalan √ Instrument
10 Jumlah Penduduk √ Internal Barrier
11 Aktivitas Kegiatan Manusia √ Internal Barrier
Tata Guna Lahan (Banyaknya pusat
12 √ Instrument
pertokoan, bisinis, dll)
23
3.4.2 Identifikasi Variabilitas Alternatif Dari Setiap Instrumen
Dari setiap instrumen yang diperoleh kemudian diidentifikasi semua kemungkinan
alternatif yang dapat dilakukan oleh pengambil keputusan. Dalam hal ini, kemungkinan
alternatif -alternatif yang diperoleh dari setiap instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Dalam kasus ini, beberapa kendala utama yang menjadi hambatan terlaksananya alternatif
yaitu:
1. Keterbatasan biaya
2. Keterbatasan waktu target goals
3. Pembebasan lahan yang sulit dilakukan
Berikut ini merupakan hasil identifikasi external barrier dari setiap alternatif.
1. Tipe Jalan
a. Alternatif : Penetapan jalan satu arah
External barrier : Penetapan jalan satu arah membutuhkkan untuk menghilangkan
median jalan, namun alternatif ini perlu dilakukan untuk menambah kapasitas jalan.
24
2. Jumlah U-turn
a. Alternatif : Penutupan semua U-turn
External barrier : Penutupan ini akan menyebabkan penumpukan volume lalu lintas pada
jalan.
b. Alternatif : Variasi jarak bukaan fasilitas U-turn
External barrier : Penutupan ini hanya menyebabkan sedikit penumpukan volume lalu
lintas, alternatif ini perlu dilakukan untuk mengurangi tundaan.
3. Lebar jalan
a. Alternatif : Melebarkan jalan
External barrier : Pelebaran jalan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, lahan dan
waktu yang cukup lama untuk melakukan pembebasan lahan yang terkena dampak
pelebaran.
25
c. Alternatif : Menyediakan lahan untuk off-street parking
External barrier : Penyediaan lahan untuk off-street parking akan membutuhkan biaya
dan waktu yang tidak sedikit karena perlu dilakukan pencarian lahan yang cukup besar
yang tidak jauh dari area pertokoan sepanjang ruas jalan.
Pada kasus ini, hasil screening variabilitas alternatif pada Tabel 3.6 menunjukkan bahwa
alternatif yang lebih layak diimplementasikan dibandingkan alternatif lainnya yaitu penetapan
26
jalan satu arah, penetapan variasi bukaan u-turn, larangan berjualan di atas pinggir jalan, dan
penetapan tarif tinggi untuk on-street parking
27
6 Jumlah Penyebrang Pembangunan Jembatan Biaya besar dan lahan tidak Tidak
Jalan Penyebrangan Orang memungkinkan
Pembuatan Pelican Tidak efektif karena akan Tidak
Crossing menambah tundaan
Pembuatan Terowongan Biaya besar, waktu lama, dan Tidak
Penyebrangan Bawah kondisi lahan tidak
Tanah memungkinkan
7 Tata Guna Lahan Perubahan Tata Guna Biaya besar, merusak usaha Tidak
Lahan di Sekitar Ruas masyarakat, waktu lama
Jalan
28
Penetapan Variasi
Penetapan Larangan Penetapan Tarif
Jarak Bukaan
No. Alternatif Jalan Satu Berjualan Di Parkir Progressif
Fasilitas Putar
Arah Pinggir Jalan yang Tinggi
Balik
1 Alternatif 1 √ √
2 Alternatif 2 √ √
3 Alternatif 3 √ √
4 Alternatif 4 √ √
5 Alternatif 5 √ √
6 Alternatif 6 √ √ √
7 Alternatif 7 √ √ √
1. Derajat kejenuhan
2. Kapasitas jalan (smp/jam)
3. Kecepatan kendaraan (km/jam)
4. Tundaan kendaraan (detik)
5. Biaya konsumsi BBM (Rp/km)
6. Tarif parkir (Rp/jam)
7. Waktu tunggu menyeberang (detik)
8. Kecepatan berjalan kaki (m/menit)
9. Pendapatan pedagang (Rp/hari )
29
10. Tingkat polusi udara (gr/km/detik)
30
Asumsi : Semakin besar kecepatan kendaraan, maka akan semakin besar waktu tunggu
untuk menyeberang
8. Kecepatan berjalan kaki (m/menit)
Asumsi : Apabila terdapat larangan berjualan di atas trotoar, maka kecepatan berjalan kaki
di trotoar akan semakin tinggi.
9. Pendapatan pedagang (Rp/hari)
Asumsi : Apabila terdapat larangan berjualan di atas trotoar, maka pendapatan yang
diperoleh pedagang kemungkinan akan semakin kecil.
10. Tingkat polusi udara (gr/km/detik)
Asumsi : Semakin besar nilai derajat kejenuhan jalan, maka akan semakin tinggi tingkat
polusi udara yang dihasilkan kendaraan.
31
Hasil dari prediksi dampak tiap alternatif dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3. 10 Prediksi Dampak Alternatif
Penyebrang Pedagang
Pengguna Jalan Pengunjung Pedestrian Masyarakat
Jalan Kaki Lima
No. Alternatif Waktu Kecepatan Pendapatan Tingkat
Derajat Kapasitas Konsumsi Tarif
Kecepatan Tundaan Tunggu Berjalan Pedagang Polusi
Kejenuhan Jalan BBM Parkir
Menyebrang Kaki Rata-Rata Udara
1 Do -nothing 0.90 5982 19 129 303 2000 24 60 600000 60
2 Alternatif 1 0.60 6254 45 0 128 5000 56 60 600000 40
3 Alternatif 2 0.60 6254 45 0 128 2000 56 73 400000 40
4 Alternatif 3 0.86 6254 25 70 230 2000 31 73 400000 57
5 Alternatif 4 0.86 6254 25 70 230 5000 31 60 600000 57
6 Alternatif 5 0.86 6254 25 70 230 5000 31 73 400000 57
7 Alternatif 6 0.60 6254 45 0 128 5000 31 73 400000 57
8 Alternatif 7 0.86 6254 25 70 230 5000 31 73 400000 57
32
3.6 Evaluasi Alternatif Kebijakan
Dari keseluruhan alternatif kebijakan yang ada, diperlukan untuk memilih alternatif
kebijakan yang paling tepat dan baik untuk diimplementasikan meskipun telah dilakukan
prediksi dampaknya. Maka dari itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap semua alternatif
kebijakan dengan maksud untuk membantu dalam mengambil keputusan alternatif kebijakan
yang akan dipilih untuk diimplementasikan.
33
Tabel 3. 11 Penentuan Nilai Terbaik dan Terburuk
Pendapatan Tingkat
Derajat Kapasitas Konsumsi Tarif Waktu Tunggu Kecepatan
Alternatif Kecepatan Tundaan Pedagang Rata- Polusi
Kejenuhan Jalan BBM Parkir Menyebrang Berjalan Kaki
Rata Udara
Terburuk 0.9 5982 19 129 303 5000 56 60 400000 60
Terbaik 0.6 6254 45 0 128 2000 24 73 600000 40
34
3.6.2 Pembobotan
Selanjutnya, dilakukan pembobotan terhadap masing-masing PI. Maksud dari
pembobotan ini yaitu untuk memberikan nilai tingkat kepentingan PI sehingga dapat terlihat
PI mana yang diprioritaskan.
Dalam hal ini, bobot tertinggi diberikan pada PI paling prioritas yaitu derajat kejenuhan
dengan bobot sebesar 0,9. Besar bobot masing-masing PI dapat dilihat pada Tabel 3.12. Untuk
hasil pembobotan nilai dampak dapat dilihat pada Tabel 3.13. Semua hasil pembobotan nilai
PI dari masing-masing alternatif kemudian dijumlahkan (total), sehingga diketahui besar nilai
dampak dari setiap alternatif kebijakan.
35
Tabel 3. 13 Hasil Penyetaraan Nilai dan Pembobotan Tiap Alternatif
36
3.6.3 Ranking dari Alternatif Kebijakan
Dalam pemilihan alternatif, pengambil keputusan harus memilih alternatif
kebijakan yang memberikan dampak paling baik diantara alternatif lainnya. Dalam
hal ini, nilai dampak terbaik ditunjukkan dengan total nilai dampak yang paling
besar. Untuk mengetahui alternatif mana yang memiliki total nilai terbesar, maka
dilakukan ranking dari total nilai dampak semua alternatif.
Berdasarkan hasil pembobotan pada Tabel 3.13, diperoleh hasil
perankingan alternatif dengan nilai-nilainya yang dapat dilihat pada Tabel 3.14.
Tabel tersebut menunjukkan bahwa alternatif yang memperoleh total nilai dampak
terbesar atau terbaik (Ranking 1) diraih oleh Alternatif 2.
1 Alternatif 2 55.80
2 Alternatif 6 51.13
3 Alternatif 1 50.40
4 Alternatif 3 34.83
5 Alternatif 5 31.23
6 Alternatif 7 31.23
7 Alternatif 4 29.43
8 Do -Nothing 17.10
Alternatif Terpilih
Alternatif Penetapan Jalan Satu Arah
2 Larangan Berjualan di Pinggir Jalan
37
3.8 Analisis Akhir
Berdasarkan hasil dari perumusan alternatif kebijakan ini, alternatif yang
terpilih memiliki nilai derajat kejenuhan sebesar 0,6. Nilai tersebut telah sesuai
dengan goals yang ditentukan di awal pengerjaan yaitu pada tahun 2020 derajat
kejenuhan memiliki nilai kurang dari sama dengan 0,75. Sehingga alernatif ini
dirasa telah berhasil untuk menutup gap derajat kejenuhan sebelum adanya
perumusan kebijakan (do-nothing)
38
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil perumusan alternatif kebijakan untuk penyelesaian masalah kemacetan di ruas
Jalan Affandi Yogyakarta, dapat disimpulkan bahwa:
1. Model tahapan perumusan alternatif kebijakan yang digunakan pada kasus ini
adalah model ke-1, yang diawali dengan penentuan objektif/goal terlebih
dahulu.
2. Target pencapaian goal adalah “Ruas Jalan Affandi memiliki nilai derajat
kejenuhan atau degree of saturation (DS) yaitu ≤ 0,75 pada tahun 2020”.
3. Hal paling berpengaruh yang menjadi penyebab permasalahan kemacetan ini
adalah hambatan samping.
4. Hasil perumusan alternatif kebijakan menunjukkan bahwa alternatif 2
merupakan alternatif yang memberikan dampak paling baik
5. Alternatif kebijakan yang direkomendasikan untuk diimplementasikan yaitu
penetapan jalan menjadi satu arah dan larangan berjualan di pinggir jalan
6. Alternatif yang terpilih mampu menutup gap yang terjadi dan mencapai target
goal. Nilai derajat kejenuhan mencapai 0,6. Dengan demikian, dengan
diterapkannya alternatif terpilih dapat mengatasi gap permasalahan yang
terjadi.
4.2 Saran
Adapun saran untuk perumusan alternatif kebijakan dalam kasus ini yaitu
perlu dicoba proses perumusan alternatif kebijakan menggunakan model tahapan
perumusan pertama karena terlebih dahulu melakukan identifikasi masalah, juga
membandingkan kondisi di lapangan dengan kondisi standar, bukan langsung
menargetkan goal tanpa analisa terlebih dahulu. Sehingga dalam melakukan
analisis kasus ini menggunakan model pertama kemungkinan lebih detail dan
akurat.
39
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Marga (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Bina
Karya. Jakarta.
Fauzi, Rizqi. 2018. Dampak gang pada putaran balik terhadap kinerja ruas jalan perkotaan
di jalan affandi, yogyakarta (the impact of alley on u-turn towards urban road performance
at affandi street, yogyakarta))
40