Pemasaran pariwisata adalah suatu sistem dan koordinasi yang harus dilakukan sebagai
kebijaksanaan bagi perusahaan atau kelompok industri pariwisata, baik swasta maupun pemerintah,
dalam ruang lingkup lokal, regional, nasional, atau internasional guna mencapai kepuasan wisatawan
dengan memperoleh keuntungan yang wajar lewat skema simbiosis mutualisme.
Pengertian
Strategi pemasaran pariwisata berisi mengenai strategi yang bersifat jangka panjang. Dalam
berbagai literatur strategi pemasaran pariwisata biasanya terdiri dari segmenting, targeting,
positioning dan branding. Berikut adalah cara melakukan strategi pemasaran pariwisata agar selalu
dapat menghadapi dan beradaptasi dalam lingkungan yang dinamis dan selalu berubah, sehingga
destinasi pariwisata dapat selalu memiliki keunggulan bersaing yang berkelanjutan (competitive
sustainable advantage).
1. Tetapkan Visi dan Misi
Visi adalah pernyataan menganai mimpi organisasi untuk menjadi sesuatu yang diinginkan di masa
mendatang secara jangka panjang. Atau jawaban dari pertanyaan “what we want to become?”, ingin
menjadi apa destinasi di masa yang akan datang?. Misi adalah pernyataan dari alasan mengapa
organisasi pengelola destinasi pariwisata itu ada atau “reason for being“. Pernyataan misi memiliki
cakupan yang luas, meliputi ruang lingkup cakupan layanan atau produk, siapa pasar yang dilayani,
kemampuan atau kapabilitas serta budaya dan filosofi organisasi secara keseluruhan dari organisasi
pengelola destinasi pariwisata.
Misi bukanlah tujuan atau sasaran, tetapi merupakan deskripsi singkat dari apa yang dilakukan
organisasi pengelola destinasi pariwisata dan yang dilayaninya. Misi organisasi pengelola destinasi
pariwisata berasal dari destinasi pariwisata dan pernyataan visi organisasi pengelola destinasi
pariwisata serta konsisten dengan sasaran pemasaran destinasi pariwisata.
Pengamatan lingkungan adalah penelusuran atau pencarian informasi mengenai peristiwa, tren, dan
hubungannya dengan lingkungan eksternal organisasi. Hal ini merupakan pengetahuan yang akan
membantu pihak pengelola dalam merencanakan program di masa yang akan datang. Pengamatan
lingkungan adalah aktivitas dalam melakukan tinjauan terhadap sumber-sumber eksternal untuk
menemukan faktor-faktor yang memengaruhi destinasi pariwisata. Tujuan utamanya adalah
melakukan identifikasi dan konsultasi terhadap sumber-sumber di luar destinasi pariwisata.
Tren utama pengamatan lingkungan adalah tantangan, peluang, dan ancaman potensial dalam
lingkungan pemasaran strategis. Tantangan, peluang, dan ancaman tersebut bisa meliputi undang-
undang dan peraturan, kondisi politik dan ekonomi, pola sosial dan budaya, perubahan lingkungan
alam, situasi politik, dan kemajuan teknologi. Lalu muncul beberapa pertanyaan yang harus kita
ketahui seperti :
Apa yang menjadi tren utama dalam tiga sampai lima tahun terakhir?
Apa tren yang diharapkan dalam tiga sampai lima tahun yang akan datang?
Apakah tren tersebut akan memengaruhi destinasi pariwisata dan organisasi pengelola
destinasi pariwisata pada kurun waktu tiga sampai lima tahun yang akan datang?
Bagaimana tren tersebut akan memengaruhi destinasi pariwisata yang kompetitif dan
memengaruhi organisasi pengelola destinasi pariwisata?
Bagaimana seharusnya organisasi pengelola destinasi pariwisata mengubah pendekatan
pemasarannya sehingga dapat beradaptasi dengan tren tersebut?
Setelah lingkungan eksternal makro dicermati, selanjutnya destinasi pariwisata harus melakukan
analisis terhadap situasi atau keadaan di destinasi pariwisatanya, sehingga terlihat jelas posisi
destinasi pariwisata di dalam lingkungannya.
Analisis situasi dilakukan terhadap lingkungan internal destinasi pariwisata dan lingkungan eksternal
mikro destinasi pariwisata, analisis yang harus diketahui adalah :
Analisis produk/pengembangan produk wisata: Penilaian yang cermat tentang kekuatan dan
kelemahan dari destinasi pariwisata. Idealnya, penilaian tersebut berdasarkan masukan dari
berbagai sumber, baik dari dalam maupun dari luar daerah.
Analisis kompetitif: Evaluasi jumlah pesaing utama destinasi pariwisata dibagi dengan target
pasar.
Analisis pasar pengunjung (yang ada dan yang potensial): Penelitian yang menghasilkan
profil rinci dari pengunjung sebuah destinasi pariwisata.
Analisis citra destinasi pariwisata/posisi pemasaran: Memberikan pemahaman tentang citra
destinasi pariwisata atau posisi di benak massa dan pengunjung potensial.
Analisis rencana pemasaran: Penilaian objektif rencana pemasaran dari organisasi pengelola
destinasi
Analisis warga masyarakat: Penelitian tentang sikap atau sentimen penduduk lokal
tentang pariwisata pada komunitas mereka.
Riset pasar adalah penelitian yang dilakukan pada pasar yang ada atau berpotensi, misalnya studi
profil pengunjung, analisis sentimen, citra destinasi dll..
Riset pemasaran adalah penelitian tentang kegiatan atau program pemasaran destinasi pariwisata,
misalnya pengukuran kinerja pemasaran. Destinasi pariwisata harus melakukan kedua jenis riset ini.
Organisasi pengelola destinasi pariwisata pun harus melakukan kedua penelitian sekunder dan primer
selama menganalisa situasi.
Riset pasar dan pemasaran pariwisata diperlukan untuk memahami lingkungan internal dan eksternal
pemasaran destinasi pariwisata agar dapat memperoleh informasi yang benar yang akan berguna
untuk membuat keputusan strategis yang tepat.
UEPs atau keunikan destinasi yang menjual atau komersil secara emosional adalah fitur yang
membuat sebuah destinasi pariwisata berbeda dibandingkan dengan para pesaing dari sisi perasaan
target pasar (afektif). UEPs harus memenuhi kriteria berikut:
Valuable & Emotional: Berharga untuk pengunjung (tidak hanya berbeda, tetapi harus
bernilai dimata pengunjung secara emosional/perasaan).
Rare: Langka di antara destinasi wisata pesaing saat ini memiliki potensi dan layak untuk di
jual.
Imperfectly imitable: Tidak mudah ditiru, diduplikasi atau di imitasi.
Non-substitutable: Tidak ada pengganti strategis yang setara untuk aset dan atau
keterampilan.
Commercial: diminati oleh target pasar atau memiliki nilai jual.
Keunikan destinasi pariwisata dapat diperoleh dari anugrah Allah SWT, dari kebudayaan yang ada di
destinasi pariwisata atau kreativitas pengelola destinasi pariwisata dalam menciptakan atraksi-atraksi
wisata buatan.
Contoh UEPs: Memberikan pengalaman tak terlupakan bermain bersama predator lautan
Segmentasi pasar merupakan proses yang penting dalam tahap awal merumuskan strategi pemasaran
pariwisata. Definisi segmentasi pasar pariwisata adalah proses mengelompokan pasar menjadi
kelompok-kelompok pasar sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh pengelola destinasi pariwisata.
Morrison dkk. (2017) membagi beberapa kriteria untuk melakukan segmentasi pasar pariwisata yaitu:
Setelah melakukan segmentasi pasar, tetapkan target pasar yang ingin dibidik dengan kriteri sebagai
berikut:
Segmen yang dibidik harus memiliki ukuran pasar (market size) yang lebih besar
dibandingkan dengan segmen yang lain;
Segmen yang dibidik harus memperlihatkan pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan
dengan segmen yang lain;
Segmen yang dibidik harus memiliki tingkat persaingan yang relatif kecil dibandingkan
dengan segmen yang lain;
Segmen yang dibidik harus memiliki kesesuaian dengan penawaran atau produk destinasi
pariwisata;
Segmen yang dibidik harus memiliki biaya yang lebih rendah dalam menjangkaunya
dibandingkan dengan segmen yang lain.
Positioning destinasi pariwisata terdiri dari langkah-langkah yang diambil oleh organisasi pengelola
destinasi pariwisata bekerja sama dengan para pemangku kepentingan pariwisata untuk
mengidentifikasi dan mengomunikasikan citra destinsasi pariwisata yang unik untuk target
pasarnya. Positioning destinasi pariwisata adalah cara untuk membuat destinasi pariwisata tersebut
unik di antara destinasi pariwisata pesaing dari benak target pasar.
Jadi positioning destinasi pariwisata sebenarnya arti lain dari pencitraan. Citra sendiri sulit untuk
berubah dalam jangka pendek, oleh karena itu pengelola destinasi pariwisata harus serius dalam
membangun positioning ini.
Sumber positioning adalah keunikan destinasi pariwisata yang bersumber dari UEPs yang telah
diidentifikasi pada tahap sebelumnya dengan beberapa pertimbangan lain yang harus dicermati yaitu
target segmen, nama brand, kategori produk (frame of reference), dan bukti-bukti keunikan (reason to
believe).
Brand (jenama/merek) adalah jati diri atau identitas yang membuat destinasi pariwisata dapat
diidentifikasi secara berbeda dengan destinasi yang lain supaya target pelanggan mudah
mengingatnya. Brand destinasi pariwisata harus dibangun agar destinasi pariwisata memiliki
keunggulan dari sisi identitas atau biasa disebut dengan competitive identity.
Proses branding destinasi pariwisata bukan hanya sekedar membuat logo, selogan atau tagline. Tetapi
memerlukan usaha-usaha seperti tujuan sasaran merek, piramida merek, disain identitas merek, disain
arsitektur merek, loyalitas merek, komunikasi merek serta pengukuran kinerjanya.
7. Tetapkan Tujuan dan Sasaran Pemasaran Pariwisata
Selanjutnya destinasi pariwisata harus menetapkan tujuan (goals) dan sasaran (objectives) pemasaran
destinasi pariwisata. Tujuan strategi pemasaran pariwisata adalah hasil yang dinginkan dari fungsi
pemasaran pariwisata secara jangka panjang (tiga sampai lima tahun).
Sedangkan sasaran pemasaran pariwisata adalah hasil jangka pendek (biasanya dalam waktu satu
tahun) yang terukur atau SMART (specific, measurable, achievable, time specific). Sasaran
pemasaran pariwisata ini harus relevan dan didasarkan pada tujuan pemasaran atau, cara-cara untuk
mencapai tujuan.
Bauran pemasaran pariwisata (tourism marketing mix) adalah sekumpulan alat (tools) atau
taktik pemasaran pariwisata yang saling melengkapi untuk mendukung dan mengimplementasikan
proposisi nilai pelanggan (customer value proposition), sehingga strategi pemasaran
pariwisata tercapai secara efektif dan efisien yang akan berdampak terhadap peningkatan keunggulan
bersaing (competitive advantage) destinasi pariwisata. Dalam berbagai literatur, terdapat konsep
bauran pemasaran yang dapat digunakan oleh destinasi pariwisata. Salah satunya dapat menggunakan
bauran pemasaran pariwisata yang saya adopsi yaitu 4 CS (customer solution, communication,
convenience, dan customer cost.
Jadi, target pasar yang telah ditetapkan, positioning yang telah dirumuskan, dan branding yang akan
dibangun harus di implementasikan melalui bauran pemasaran pariwisata tersebut.
Semua strategi pemasaran pariwisata yang telah diformulasikan di atas, selanjutnya harus
dikoordinasikan dan dikolabor-aksikan dengan seluruh pemangku kepentingan destinasi pariwisata.
Karena strategi pemasaran pariwisata tidak bisa dilakukan sendiri oleh pengelola destinasi pariwisata,
tetapi harus dikeroyok oleh seluruh stakeholder pariwisata yang ada.
Oleh karena itu perlu dilakukan koordinasi dengan para pemangku kepentingan pada saat penyusunan
strategi dan sosialisasi setelah strategi ditetapkan serta dikolabor-aksikan pada tahap implementasi.
Strategi pemasaran pariwisata yang di implementasikan harus selalu di kontrol dan di evaluasi, agar
dapat diketahui tingkat keberhasilannya dan sebagai informasi untuk melakukan perbaikan
kedepannya. Inti dari kegiatan evaluasi adalah bagaimana organisasi pengelola destinasi pariwisata
membandingkan antara rencana atau target dengan implementasi, serta mengukur produktivitas
kegiatan.
Pada dasarnya, proses pengontrolan dan evaluasi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan
karena hasil pengontrolan merupakan basis informasi terhadap kegiatan evaluasi. Alat evalusi strategi
pemasaran pariwisata yaitu membandingkan implementasi atau realisasi pencapaian dengan sasaran
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan Alat yang dapat digunakan untuk mengontrol atau mengendalikan kinerja strategi
pemasaran pariwisata salah satunya adalah dengan menetapkan Key Performance Indicators (KPIs).
Visitors Spending Ratio (VSR): yaitu rasio perbandingan antara total anggaran pemasaran
dengan total pengeluaran pengunjung
VSR = Total Anggaran Pemasaran per periode/Total Pengeluaran Pengunjung per Periode
Disini saya akan uraikan mengenai posisi dan ruang lingkup strategi pemasaran destinasi wisata.
Posisi strategi pemasaran destinasi wisata menurut saya dari sisi tingkatan pengambilan keputusan
(level of desicion making) terdiri dari aktivitas-aktivitas yang bersifat strategis, taktis, dan teknis-
operasional. Aktivitas-aktivitas tersebut bersifat fungsional dalam aktivitas destinasi secara
keseluruhan. Namun dikarenakan sifat dari strategi pemasaran pariwisata itu bersinggungan dengan
strategi destinasi secara keseluruhan, fungsi pemasaran dalam destinasi menjadi sangat penting dan
strategis.
Strategi pemasaran destinasi wisata bersinggungan dengan strategi destinasi wisata dikarenakan sifat
dari keluaran (output) dari masing-masing strategi tersebut keduanya beririsan. Keluaran dari strategi
pemasaran adalah menjadi superior di market place, sedangkan keluaran dari strategi destinasi
diantaranya adalah menjadi unggul dalam persaingan (competitive
advantage). Superior dan Competitive Advantage adalah dua kata yang beririsan, karena keduanya
arahnya ialah menjadi pemenang dalam persaingan.
Aktivitas pemasaran destinasi wisata diawali dengan memilih target pasar, dan aktivitas tersebut
disebut sebagai proses segmenting & targeting. Sedangkan aktivitas mendapatkan, menjaga, dan
menumbuh-kembangkan target pelanggan disebut sebagai proses selling. Dan yang terakhir,
menciptakan, menyampaikan dan mengkomunikasikan penawaran destinasi disebut sebagai
proses positioning destinasi pariwisata. Jadi dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pemasaran
destinasi wisata yaitu terdiri dari proses-proses yang disebut dengan branding, segmenting &
targeting, selling dan positioning.
Proses-proses strategis dan taktis tersebut, harus dikelola dengan baik agar sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Aktivitas pengelolaan biasanya disebut dengan manajemen, sementara pengelolaan
dengan menggunakan prinsip manajemen intinya adalah untuk mengoptimalkan sumberdaya yang
terbatas agar dapat meraih tujuan secara efektif, atau dengan kata lain inti dari manajemen adalah
untuk mencapai tingkat efisiensi dan efektifitas yang optimal.
Fungsi dari manajemen yang menurut saya paling tepat adalah dengan dengan Siklus Deming
yaitu Plan-Do-Check-Act (P-D-C-A). Siklus tersebut memberikan pengertian bahwa keberhasilan
dalam mengelola sesuatu itu harus direncanakan, diimplementasikan, dikontrol dan dievaluasi, tak
terkecuali dalam mengelola pemasaran destinasi wisata. Kembali lagi, bahwa pemasaran tidak hanya
sekedar bagaimana menjual produk melainkan harus mampu memberikan kepuasan bagi konsumen
dalam jangka panjang. Tujuan pemasaran adalah mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan
memenuhi kebutuhan itu dengan baik, sehingga semua produk menjual dirinya sendiri. Proses
pemasaran sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
managerial. Pemasaran pariwisata menekankan lebih jauh lagi tentang siapa sebetulnya segmen pasar
dan bagaimana perilakunya, penekanannya bagaimana mengkomunikasikan kepada pasar bahwa
produk yang ditawarkan (destinasi) adalah unggul dan berbeda dengan produk lain. Media promosi
konvensional tidak selamanya dapat digunakan untuk produk pariwisata, terlebih produk wisata minat
khusus. Pemasaran pariwisata terdiri dari 7 P, yaitu product, positioning, price, promotion, place,
packaging, partnership. Pemasaran pariwisata adalah suatu sistem dan koordinasi yang harus
dilakukan sebagai kebijaksanaan bagi perusahaan atau kelompok industri pariwisata, baik swasta
maupun pemerintah, dalam ruang lingkup lokal, regional, nasional, atau internasional guna mencapai
kepuasan wisatawan dengan memperoleh keuntungan yang wajar.
Dalam pemasaran, kepuasan pelanggan merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan. Hal ini
disebabkan karena pariwisata merupakan proses sirkuler yang saling mempengaruhi dan
berkelanjutan. Hal tersebut dapat menjadi sinyal positif dalam peningkatan mutu suatu pariwisata.
Dalam pemasaran, kepuasan pelanggan yakni respons konsumen yang sudah terpenuhi keinginannya
tentang penggunaan barang atu jasa yang mereka pakai. Dalam pengukuran kepuasan pelanggan,
beberapa cara di antaranya adalah:
1. Complaint and suggestion system (sistem keluhan dan saran), informasi dari keluhan dan
saran ini akan dijadikan data dalam melakukan antisipasi dan pengembangan.
2. Costumer satisfication surveys (survey kepuasan pelanggan), tingkat keluhan konsumen
dijadikan data dalam mengukur tentang kepuasan,
3. Ghost shopping (pembeli bayangan), dengan mengirimkan orang untuk melakukan pembelian
di perusahaan orang lain maupun di perusahaan sendiri untuk melihat jelas keunggulan dan
kelemahan pelayanannya,
4. Lost customer analysis (analisis pelanggan yang beralih), yaitu kontak yang dilakukan kepada
pelanggan yang telah beralih pada perusahaan lain untuk dilakukan perbaikan kinerja dalam
meningkatkan kepuasan.