1
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh
Fadia Anzira Yasmin
NPM 10070317037
Mengesahkan,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Koordinator PTA
Desember 2021
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................v
DAFTAR GAMBAR DAN ILUSTRASI................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
Bab I Pendahuluan.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................................6
1.3.1 Tujuan Penelitian...............................................................6
1.3.2 Manfaat Penelitian.............................................................6
1.4 Ruang Lingkup..............................................................................7
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Studi............................................7
1.4.2 Ruang Lingkup Materi........................................................7
1.5 Sistematika Pembahasan..............................................................8
Bab II Tinjauan Pustaka................................................................................11
2.1 Tinjauan Kebijakan......................................................................11
2.1.1 Undang – Undang tentang Penataan Ruang...................11
2.1.2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
Kawasan Perkotaan.........................................................11
2.1.3 RTRW Kota Bandung 2011-2031.....................................13
2.1.4 RPJMD Kota Bandung.....................................................14
2.1.5 Peraturan Daerah Kota Bandung tentang Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau.......................................................14
2.1.6 RDTR Kota Bandung.......................................................16
2.2 Tinjauan Teori..............................................................................16
2.2.1 Ruang Terbuka Hijau.......................................................16
2.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Ruang terbuka Hijau berdasarkan
Tingkat Kenyamanan.......................................................21
2.2.3 Penentuan Lokasi Potensial Penambahan Ruang Terbuka
Hijau................................................................................24
iii
2.2.4 Pengindraan Jauh dan Sistem Informasi Geografi...........24
2.3 Definisi Operasional....................................................................26
Bab III Metodologi Penelitian........................................................................33
3.1 Kerangka Pemikiran....................................................................33
3.2 Metodologi...................................................................................33
3.3 Metode Pendekatan Studi...........................................................33
3.3.1 Pendekatan Destriptif Kuantitatif......................................33
3.3.2 Pendekatan Spasial.........................................................34
3.4 Metode Analisis Data...................................................................34
3.4.1 Pengukuran Luas Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau....34
3.4.2 Analisis Temperature Humidity Index (THI)......................35
3.4.3 Analisis Hubungan antara Keberadaan Ruang Terbuka
Hijau dengan Tingkat Kenyamanan.................................35
3.4.4 Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan
Jumlah Penduduk............................................................36
3.4.5 Analisis Parameter Penentuan Lokasi Potensial..............37
3.4.6 Analisis Penentuan Lokasi Prioritas Penambahan Ruang
Terbuka Hijau..................................................................40
3.5 Metode Pengumpulan Data.........................................................41
3.5.1 Metode Pengumpulan Data Primer..................................41
3.5.2 Metode Pengumpulan Data Sekunder.............................41
3.5.3 Kebutuhan Data...............................................................42
3.6 Tahapan Pelaksanaan Penelitian...................................................44
Bab IV Rencana Kerja....................................................................................47
4.1 Rencana Kerja.............................................................................47
4.2 Rencana Outline Tugas Akhir......................................................48
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................50
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR DAN ILUSTRASI
vi
DAFTAR TABEL
vii
Bab I Pendahuluan
1
Allah SWT. Islam merupakan agama yang dimana ajarannya berisi sebuah
perintah, larangan, dan petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia maupun
akhirat. Namun, dapat kita ketahui bahwa manusia memiliki sifat yang buruk.
Ketamakan mereka membuat mereka melakukan hal – hal yang dapat merusak
dan mengganggu kelestarian lingkungan yang merupakan ciptaan dan
kekuasaan Allah SWT. sehingga menimbulkan terjadinya bencana kecil maupun
besar.
Pentingnya menjaga kelestarian dalam islam hukumnya wajib. Karena di
dalam Al-Quran sudah dijelaskan bahwa menjaga lingkungan sangat diperlukan
dengan menumbuhkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
Kelestarian lingkungan sangat perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Karena jika kelestarian lingkungan mengalami kerusakan, maka akan
memberikan dampak yang buruk yang kemudian berpengaruh pada kehidupan
makhluk hidup seperti halnya dampak dari terjadinya penurunan kualitas udara
yang diakibatkan adanya campuran gas polutan yang dapat memicu terjadinya
polusi udara. Polusi udara dapat mengganggu kesehatan manusia. Polusi udara
juga dapat memicu terjadinya pemanasan global yang menimbulkan rasa
ketidaknyamanan. Sehingga dengan begitu, Menjaga kelestarian lingkungan
didukung dengan penataan vegetasi dan ruang terbuka hijau untuk mengatasi
dan menghindari permasalahan itu terjadi.
Ketersediaan ruang terbuka hijau sangat berpengaruh terhadap kualitas
lingkungan perkotaan, yang dimana sebagai subsistem suatu kota peran ruang
terbuka hijau sangat penting bagi lingkungan dan keberlangsungan hidup
masyarakat yang ada didalam kota tersebut. RTH sangat penting fungsinya
terutama untuk daerah perkotaan, hal ini tidak terlepas dari peningkatan jumlah
penduduk di perkotaan yang relatif cepat. Sedangkan disisi lain kondisi sumber
daya manusia dengan kondisi sumber daya alam di perkotaan ini mendorong
pemerintah untuk menentukan ketersediaan RTH tersebut sejalan dengan
kebutuhan manusianya (Parlindungan et al., 2018). Secara garis besar Ruang
Terbuka Hijau (RTH) memiliki fungsi untuk mengatur peranan dari kondisi
lingkungan di suatu wilayah terutama pada wilayah perkotaan, karena di wilayah
perkotaan banyak berbagai macam kegiatan yang pada akhirnya kegiatan
tersebut menimbulkan masalah bagi lingkungan (Imansari, Khadiyanta, 2015).
Penurunan luas RTH salah satunya disebabkan oleh adanya urbanisasi, yakni
besarnya laju pertumbuhan penduduk khususnya pada wilayah perkotaan.
2
Urbanisasi menuntut pembangunan pada berbagai fisik kawasan perkotaan,
namun kota memiliki keterbatasan lahan dan ruang sehingga menyudutkan
keberadaan ruang terbuka hijau yang cenderung tidak tertata dan dipandang
memiliki nilai ekonomi rendah (Kurniati, 2018).
Di dalam Undang – undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan ruang,
wilayah kota diharuskan untuk menyediakan ruang terbuka hijau (RTH) yang
dimana terdiri atas ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat yang
dapat memberikan manfaat dalam aspek ekologi, sosial, budaya, ekonomi,
estetika, dan iklim mikro. Proporsi kebutuhan ruang terbuka hijau pada wilayah
perkotaan minimal 30% dari luas wilayah kota yang dimana dengan 20% untuk
proporsi ruang terbuka hijau publik dan 10% ruang terbuka hijau privat.
Berdasarkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008
tentang Pedoman Jika suatu kota telah menyediakan ruang terbuka hijau sesuai
dengan standar kebutuhannya, maka dapat meningkatkan nilai keestetikaan dan
juga meningkatnya keseimbangan ekosistem kota, seperti kualitas udara, system
hidrologi, dan ekosistem lainnya (Rozy, 2020). Ruang terbuka pada lanskap kota
dalam bentuk RTH secara langsung dapat memperngaruhi iklim mikro pada
kawasan sekitar. RTH yang mempengaruhi iklim mikro juga akan berpengaruh
terhadap kenyamanan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2019, Kepadatan
penduduk di Kota Bandung semakin meningkat mencapai 14.960 jiwa/km2
sehingga Kota Bandung sendiri mengalami kendala keterbatasan lahan. Selain
itu juga, selain meningkatnya kepadatan penduduk yang menimbulkan
keterbatasan lahan di Kota Bandung, jumlah kendaraan juga ikut bertambah
meningkat. Pada tahun 2018 tercatat bahwa jumlah kendaraan di Kota Bandung
mencapai sebesar 1.738.672 kendaraan bermotor. Pertambahan jumlah
penduduk ini juga disertai dengan meningkatnya kebutuhan ruang kota.
Meningkatnya kebutuhan ruang kota tersebut salah satunya untuk kebutuhan
tempat tinggal. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Bandung juga,
penggunaan lahan di Kota Bandung untuk jenis penggunaan permukiman
mengalami peningkatan sebesar 28 Ha pada tahun 2018 menjadi 9624,47 Ha
dari yang sebelumnya tercatat penggunaan lahan jenis permukiman pada tahun
2016 sebesar 9.596,47 Ha.
Di dalam RPJMD Kota Bandung tahun 2018 – 2023 dijelaskan bahwa
ruang terbuka hijau yang terealisasikan di Kota Bandung kurang lebih hanya
3
12,20% yang masih terbilang kurang memenuhi standar kebutuhan sehingga
usaha menambahan jumlah RTH dan instensifikasi RTH masih perlu
ditingkatkan. Pada hasil kajian Liveable City Index tahun 2018, terdapat 4
kecamatan yang memasuki kriteria sangat baik terkait keberadaan RTH, yaitu
Kecamatan Bandung Wetan, Kecamatan Arcamanik, Kecamatan Regol, dan
Kecamatan Coblong. Sedangkan kecamatan yang masih termasuk kedalam
kategori kurang baik sebanyak 16 kecamatan termasuk Kecamatan Sukajadi.
Kecamatan Sukajadi dalam RDTR Kota Bandung (2015-2035) termasuk kedalam
SWK Bojonegara, serta diarahkan menjadi salah satu wilayah yang memiliki
fungsi sebagai zona perlindungan terhadap kawasan bawahnya. Namun, RTH
eksisting yang ada pada Kecamatan Sukajadi hanya tersedia sebesar 2,7 % dari
luas wilayah yang dimana luas wilayah Kecamatan Sukajadi sebesar 430,9 Ha,
sehingga di khawatirkan fungsinya sebagai kawasan zona perlindungan tidak
terpenuhi. Hal tersebut juga dapat mengartikan bahwa RTH yang tersedia di
Kecamatan Sukajadi masih belum dapat memenuhi standar kebutuhan yang
telah diatur dalam undang-undang. Terjadinya perubahan temperatur yang tinggi
akan mempengaruhi kenyamanan masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut
(Rozy, 2020).
Dengan keberadaannya RTH dapat meningkatkan kenyamanan yang
dimana dapat mempengaruhi pada kegiatan dan aktivitas masyarakat
didalamnya. Keadaan dan suasana di Kecamatan Sukajadi bisa dikatakan
kurang adanya media pengatur iklim, sehingga dikala suhu sedang tinggi akan
dirasa sangat panas dan gersang. Berdasarkan data Badan Pusan Statistik
Temperatur rata-rata di Kecamatan Sukajadi pada tahun 2018 yaitu 23,6° C
dengan temperature tertinggi pada bulan Oktober yaitu 33,4° C, Kelembapan
rata-rata sebesar 95% dan curah hujan 124,8 mm. Kondisi ini akan memberikan
dampak yang buruk yang kemudian berpengaruh pada kehidupan makhluk hidup
seperti halnya dampak dari terjadinya tingkat kelembaban dan perubahan suhu
udara lingkungan yang semakin meningkat akan mempengaruhi kenyamanan
manusia yang tinggal di wilayah tersebut. Mengetahui hal tersebut, maka
permintaan akan kebutuhan lahan untuk membangun ruang terbuka hijau
semakin meningkat (Azahra et al., 2021).
Untuk dapat memenuhi permohonan kebutuhan lahan, bergantung pada
ketersediaan lahan di kawasan tersebut. Akan tetapi, Kecamatan Sukajadi
termasuk kedalam kategori area padat bangunan. Akibatnya Kecamatan
4
Sukajadi mengalami krisis lahan dalam mendukung pemenuhan kebutuhan
ruang terbuka hijau. Kecamatan Sukajadi merupakan salah satu kecamatan yang
ada di Kota Bandung yang memiliki kepadatan penduduk sebesar 25,23 km2
dengan luas 4,3 km2. Hal ini menyebabkan Kecamatan Sukajadi menjadi salah
satu kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi menurut
BPS tahun 2018. Dalam hal penambahan jumlah ruang terbuka hijau ini
berkaitan juga dengan kebutuhan lahan. Peran dari keberadaan ruang terbuka
hijau akan mempengaruhi pada kualitas lingkungan seperti perubahan pada
suhu udara dan kelembaban udara. Namun seiring berjalannya waktu, lahan
yang seharusnya diperuntukkan untuk ruang terbuka hijau mengalami perubahan
fungsi lahan untuk kepentingan lain. Peningkatan penduduk yang terjadi di
Kecamatan Sukajadi ini, mengakibatkan sebagian besar lahan merupakan lahan
terbangun, sehingga penyediaan RTH di kecamatan ini menjadi terbatas.
Terbatasnya ketersediaan lahan disatu sisi serta tuntutan kebutuhan
pembangunan kawasan kota, disisi lain telah menyebabkan perubahan atau
pergeseran terhadap penggunaan lahan yang ada, dan menunjukan indikasi
terjadinya dampak negatif terhadap lingkungan (Hatulesila et al., 2017).
Sehingga berdasarkan kondisi ruang terbuka hijau eksisting yang bisa
dikatakan kurang dari standar yang telah ditentukan, maka perlu adanya kajian
lebih lanjut dengan mengidentifikasi kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan
tingkat kenyamanan di Kecamatan Sukajadi dalam mendukung keseimbangan
dan kelestarian lingkungan secara optimal maupun berkelanjutan. Berdasarkan
permasalahan diatas, maka ditetapkan bahwa penulis akan melakukan penelitian
dengan tema yang diambil yaitu “Identifikasi Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau
berdasarkan Temperature Humidity Index di Kecamatan Sukajadi, Kota
Bandung.”
5
3. Mengalami krisis lahan dalam mendukung pemenuhan kebutuhan ruang
terbuka hijau. Sehingga permintaan akan kebutuhan lahan untuk
membangun ruang terbuka hijau semakin meningkat.
6
2. Memberikan gambaran atau suatu pertimbangan berdasarkan hasil
analisis kebutuhan ruang terbuka hijau dan lahan potensial penyediaan
ruang terbuka hijau.
3. Menjadi bahan masukan dalam perencanaan tata ruang khususnya dalam
hal penentuan lahan yang dapat dibangun sebagai Ruang Terbuka Hijau
(RTH).
7
1. Mengidentifikasi ketersediaan eksisting ruang terbuka hijau di
Kecamatan Sukajadi.
Identifikasi ketersediaan ruang terbuka hijau yang didapatkan dari
hasil perhitungan luas dan sebaran ruang terbuka hijau di Kecamatan
Sukajadi, dan juga menggunakan peta penggunaan lahan RDTR Kota
Bandung.
2. Mengidentifikasi Indeks Tingkat Kenyamanan di Kecamatan Sukajadi
Identifikasi tingkat kenyamanan dengan menggunakan data suhu
udara dan kelembapan udara di Kecamatan Sukajadi dengan metode
Temperature Humidity Index (THI).
3. Menganalisis pengaruh ruang terbuka hijau terhadap tingkat
kenyamanan di Kecamatan Sukajadi
Identifikasi pengaruh keberadaan ruang terbuka hijau eksisting
yang dikaitkan dengan tingkat kenyamanan menggunakan metode
Temperature Humidity Index (THI) sebagai dasar pertimbangan dalam
mengidentifikasi kebutuhan ruang terbuka hijau dengan menggunakan
analisis regresi.
4. Mengidentifikasi kebutuhan ruang terbuka hijau di Kecamatan
Sukajadi
Menentukan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk dilakukan
dengan mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan
standar luas RTH perkapita. Dan selanjutnya dilihat dari selisih luas
kebutuhan RTH dengan luas RTH eksisting. Sehingga, di dapat hasil
perhitungan luas kebutuhan RTH publik di Kecamatan Sukajadi.
5. Mengidentifikasi lahan prioritas potensial untuk RTH di Kecamatan
Sukajadi
Identifikasi lahan prioritas RTH di Kecamatan Sukajadi diperoleh
dari analisis GIS, dengan mengoverlay antara penggunaan lahan,
kerapatan vegetasi, suhu dan kelembaban udara, kepadatan bangunan.
Hal ini di perlukan untuk mengetahui seberapa besar lahan yang masih
bisa berpotensi untuk di tinggkatkan menjadi RTH.
8
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang, tujuan dan manfaat
penelitian, ruang lingkup yang meliputi ruang lingkup wilayah, ruang lingkup
materi dan ruang lingkup waktu juga sistematika penulisan.
BAB II STUDI LITERATUR
Bab ini membahas mengenai landasan teori dan tinjauan literasi
yag digunakan dan dibahas dalam Kajian Identifikasi Kebutuhan Ruang Terbuka
Hijau Berdasarkan Temperature Humidity Index di Kecamatan Sukajadi, Kota
Bandung. Pada bab ini juga membahas mengenai teknik pengumpulan data,
proses perencanaan tata ruang dan teknik menayangkan data.
BAB III METODOLOGI
Bab ini membahas mengenai metode pendekatan yang digunakan
dalam proses kegiatan Identifikasi Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan
Temperature Humidity Index di Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung serta
kerangka pemikiran. Selain itu, pada bab ini juga membahas mengenai data
yang dibutuhkan, metode pengumpulan data dan metode pengumpulan data.
BAB IV RENCANA KERJA
Bab ini membahas mengenai rencana berupa timeline dalam
pengerjaan Tugas Akhir dan outline yang akan dibahas dalam laporan Tugas
Akhir.
9
Gambar 1. 1 Peta Administrasi Kecamatan Sukajadi
10
Bab II Tinjauan Pustaka
Fungsi dari Ruang terbuka Hijau sendiri diantara lain terdapat fungsi
utama yaitu ekologis dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi sosial dan
11
budaya, fungsi ekonomi dan fungsi estetika. Beberapa fungsi utama yaitu fungsi
ekologis RTH adalah sebagai pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara
dan air secara alami dapat berlangsung lanca; produsen oksigen; dan sebagai
penyerap polutan media udara, air dan tanah. Penyediaan RTH di kawasan
perkotaan tebagi menjadi:
1. Penyediaan berdasarkan luas wilayah
Proporsi penyediaan RTH pada wilayah perkotaan minimal sebsar
30% yang terdiri dari perkotaan 20% untuk RTH publik dan 10% untuk
RTH privat. Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin
keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan
keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat
meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat,
serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota.
2. Peyediaan berdasarkan jumlah penduduk
Luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan dengan
mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas
RTH per kapita sesuai peraturan yang berlaku.
3. Penyediaan berdasarkan kebutuhan fungsi tertentu.
12
yang dilaksanakan oleh masyarakat termasuk pengembang disesuaikan dengan
ketentuan perijinan pembangunan.
2.1.3 RTRW Kota Bandung 2011-2031
Dalam Peraturan Daerah Kota Bandung No. 18 Tahun 2011 tentang
RTRW Kota Bandung Tahun 2011 – 2013 ini dijelaskan bahwa konsep pola
ruang Kota Bandung dimasa mendatang akan diarahkan menuju compact city.
Salah satu konsep perancangan kota yang dapat diterapkan yaitu green city.
Dalam mendukung konsep Green City, Diharapkan hingga tahun 2031
peruntukannya lahannya dapat dicapai 30% berupa ruang terbuka hijau yang
terdiri atas 20% RTH Publik dan 10% RTH Privat.
Upaya dalam pemenuhan kebutuhan RTH dengan membangun taman
rukun tetangga, taman rukun warga, taman kelurahan, taman kecamatan, taman
kota, hutan kota, jalur hijau, permakaman, penghijauan sempadan sungai, dan
penghijauan sempadan rel kereta api yang tersebar merata di tiap-tiap unit
lingkungan permukiman. RTH kota ini berfungsi sebagai:
1. Pemasok oksigen, resapan air dan iklim mikro (fungsi ekologis);
2. Penyedia ruang publik dan tempat berkumpulnya warga kota (fungsi
sosial Budaya);
3. Penambah keindahan kawasan sehingga meningkatkan daya tarik
investasi dan Nilai lahan (fungsi estetika dan ekonomi); dan
4. Penyedia ruang evakuasi bencana (fungsi keselamatan).
Ruang terbuka hijau yang terdapat pada tiap wilayah tersebut tersebar di
30 kecamatan dengan proporsi luas yang berbeda berdasarkan kategorinya.
Perbedaan tersebut disebabkan rencana pengembangan kota di masingmasing
kecamatan disesuaikan dengan karakteristik lokasi dari setiap kecamatan.
Adapun rencana pola pengembangan kawasan lindung setempat yang berfungsi
pula sebagai ruang terbuka hijau ini adalah:
1. Menambah jalur hijau jalan di sepanjang jaringan jalan yang ada dan
direncanakan termasuk jalur hijau Pasupati sehingga diperkirakan seluas
2% dari total wilayah Kota Bandung;
2. Intensifikasi dan ekstensifikasi RTH di sepanjang sempadan sungai,
jaringan jalan, saluran udara tegangan tinggi, sempadan jalan, dan jalan
bebas hambatan dan;
3. Intensifikasi dan ekstensifikasi RTH di kawasan taman kota, pemakaman
umum, serta di sekitar danau buatan dan mata air; dan
13
4. Penyediaan taman – taman lingkungan yang berada di pusat – pusat
lingkungan perumahan (dengan standar luasanya)
14
masyarakat dalam mengelola RTH. Selain itu terdapat pula tujuan dari
pengelolaan RTH yaitu:
1. Menjaga keberadaan dan keberlangsungan RTH yang telah ditetapkan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
2. Menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan;
3. Mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan
buatan di perkotaan;
4. Meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih,
aman dan nyaman; dan
5. Meningkatkan optimalisasi pemanfaatan RTH.
15
ruang di Daerah. Pembangunan RTH merupakan upaya peningkatan kuantitas
dan/atau kualitas RTH dalam rangka mewujudkan pemenuhan luasan RTH dan
dikembangkan dengan mengisi berbagai macam vegetasi yang sesuai ekosistem
dan tanaman khas daerah serta sarana fasilitas, utilitas dan elemen estetika.
2.1.6 RDTR Kota Bandung
Pada Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 10 Tahun 2015 tentang
RDTR Kota Bandung dimuat dalam rencana pola ruang dimana RTH termasuk
dalam zona lindung alami yang terbagi sub zona RTH Publik dan sub zona RTH
Privat. Sub zona RTH Publik terbagi emnjadi beberapa sub zona yaitu RTH
pemakaman, RTH hutan kota, RTH pelestarian alam, RTH Perlindungan plasma
nutfah. Terdapat perwujudan rencana zona RTH pada rencana pola ruang per
masing – masing SWK yang dijabarkan yang terdiri atas:
1. Perwujudan RTH Publik
Penataan dan Revitalisasi RTH Publik;
Pembangunan taman turus jalan;
Pembangunan biopori dan sumur resapan;
Pemeliharaan dan penghijauan RTH Publik; dan
Penyediaan lahan pengganti untuk RTH yang berubah fungsi
2. Perwujudan RTH Pemakaman
Penataan dan Revitalisasi RTH Pemakaman;
Pemeliharaan dan penghijauan RTH Taman Pemakaman;
Penetapan sistem retribusi biaya permakaman;
Pembangunan fasilitas pelayanan pemakaman.
3. Perwujudan RTH Taman Unit Lingkungan
Identifikasi dan pendataan RTH Taman Unit Lingkungan;
Pemeliharaan dan penghijauan RTH Taman Pemakaman;
Pembangunan biopori dan sumur resapan
4. Perwujudan RTH Taman Tematik
Pembelian lahan baru untuk taman tematik;
Pembangunan taman tematik dalam lingkungan RT, taman RW
Taman Lingkungan, taman Kecamatan dan taman kota.
16
2.2 Tinjauan Teori
2.2.1 Ruang Terbuka Hijau
Berdasarkan pada pasal 1 butir 31 UUPR, ruang terbuka hijau adalah
suatu area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih
bersifat terbuka tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah
maupun yang sengaja ditanam (Hasni, 2009 dalam Maulidia, 2018). Adanya
interaksi yang setara dan seimbang antara manusia dengan alam merupakan
suatu ciri dari kawasan perkotaan yang berkelanjutan. Ruang terbuka hijau
merupakan suatu hubungan timbal balik antara manusia dengan sistem alam
yang dimana berfungsi sebagai ‘paru-paru’ kota (Refialy et al., 2019). Beberapa
penelitian membuktikan pentingnya keberadaan ruang terbuka hijau bagi suatu
perkotaan (Wu, 2008 dalam Refialy et al., 2019).
Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan salah satu faktor penting dalam
pembangunan suatu kota dalam menjaga kelestarian dan menciptakan
keseimbangan lingkungan kota yang berkelanjutan (Domu, 2021). RTH berfungsi
sebagai paru-paru kota dan kawasan lindung yang dimana sebagai tempat
tumbuhnya tanaman yang hidup baik secara alami maupun buatan (Syaifudin,
2018).
Klasifikasi ruang terbuka hijau tidak berdasar pada bentuk dan struktur
kawasan, namun pada status kawasan. Terdapat beberapa kawasan hijau kota
yaitu taman kota, hutan kota, pekarangan, dan kegiatan olahraga (Hatulesila et
al., 2017).
A. Tujuan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau
Didalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008
tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
Kawasan Perkotaan, terdapat ada tujuan dalam penyelenggaraan penyediaan
ruang terbuka hijau, yakni:
17
Fungsi dari ruang terbuka hijau sebagaimana dijelaskan pada Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 bahwa ruang terbuka hijau
memiliki fungsi sebagai berikut:
Fungsi estetika.
C. Manfaat Ruang Terbuka Hijau
Di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008,
manfaat ruang terbuka hijau berdasarkan fungsinya adalah sebagai berikut:
18
Gambar 2. 1
Tipologi Ruang Terbuka Hijau
Sumber: Permen PU No. 5 tahun 2008
19
No Jenis RTH Publik RTH Privat
Pulau jalan dan media jalan V V
RTH Jalur Hijau
3 Jalur Pejalan Kaki V V
Jalan
Ruang dibawah jalan layang V
RTH sempadan rel kereta api V
Jalur hijau jaringan listrik
V
tegangan tinggi
RTH Fungsi RTH sempadan sungai V
4
Tertentu RTH sempadan pantai V
RTH pengamanan sumber
V
air baku/mata air
Pemakaman V
Sumber: Permen PU No. 5 tahun 2008
20
Di dalam Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau,
Fungsi RTH pada kategori ini adalah untuk perlindungan atau
pemanganan, sarana dan prasarana misalnya melindungi kelestarian
sumber daya alam, pengaman pejalan kaki atau membatasi
perkembangan penggunaan lahan agar fungsi utamanya tidak terganggu.
RTH pada kategori ini meliputi jalur hijau sempadan rel kereta api, halur
hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH kawasan perlindungan
setempat berupa RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai, dan
RTH pengamanan sumber air baku/mata air.
2.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Ruang terbuka Hijau berdasarkan Tingkat
Kenyamanan.
pada pembahasan mengenai pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau
berdasarkan tingkat kenyaman ini, meliputi tingkat kenyamanan manusia,
hubungan keberadaan ruang terbuka hijau dengan kenyamanan manusia,
kebutuhan luasan ruang terbuka hijau dalam meningkatkan kenyamanan
masyarakat.
A. Tingkat Kenyamanan
Kenyamanan merupakan sesuatu yang menunjukkan adanya
keharmonisan pada saat memanfaatkan suatu objek yang terdapat adanya
cahaya, bentuk, dan terbentuknya suatu suasana dan lain sebagainya. Menurut
ASHRAE (American Society of Heating Refrigating Air Conditioning Engineer)
kenyamanan termal merupakan suatu suasana yang mempengaruhi suatu
kepuasan manusia oleh keadaan suhu udara, kelembaban, dan kecepatan angin
sebagai suatu anggapan terhadap lingkungan di sekitarnya (Hamidy et al., 2021).
Kenyamanan manusia berkaitan dengan kondisi panas atau suhu udara yang
ditimbulkan dari lingkungan atau ruang yang sedang ditempati. Rendah atau
tinggi nya suhu udara akan memberikan pengaruh pada kenyamanan manusia
(Hidayat, 2010; Aprihatmoko, 2013).
Tingginya suhu udara akan memberikan suatu sensasi panas yang
meningkat sehingga kondisi panas yang diterima oleh manusia menjadi lebih
besar dan hal tersebut juga mempengaruhi pada kenyamanan manusia. Selain
dari suhu udara, kenyamanan manusia dipengaruhi dengan ada atau tidaknya
angin di suatu wilayah. Angin akan membawa sensasi panas yang diterima oleh
manusia dan bangunan di sekitar sehingga memberikan kesan sejuk sehingga
suhu udara di suatu wilayah akan menjadi lebih rendah (Aprihatmoko, 2013).
21
Berdasarkan Standar Kenyamanan Termal pada SNI T-14-1993-037,
menjelaskan bahwa standar kenyamanan termal orang Indonesia yaitu terdapat
pada 3 zona kenyamanan, yakni 1) Sejuk Nyaman, 20,5 – 22,8 °C; 2) Nyaman
Optimal, 22,8 – 25,8 °C; 3) Hampir Nyaman, 25,8 – 27,1 °C. Dan Kelembaban
relatif udara diantara 50% - 80% (Rahim et al., 2015).
Menurut Carpenter Walker and Lamphear (1975), zona kenyamanan
untuk bisa diterimanya oleh manusia yaitu ketika suhu udara berada pada suhu
21,1 – 26,7 °C, dengan kecepatan angin diantara 0,1 – 0,5 m/det-1, dan
kelembaban relatif sekitar 20-70% (Sumarsono, 2014; Hamidy et al., 2021).
B. Hubungan Keberadaan Ruang Terbuka Hijau dengan Kenyamanan
Manusia
Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa studi menyatakan bahwa
keberadaan ruang terbuka hijau memberikan suatu suasana melalui perubahan
suhu udara lingkungan sehingga berkaitan dengan kenyamanan manusia.
Menurut Shahidan et al. (2010) menjelaskan bahwa pepohonan memberikan
suatu naungan yang menghasilkan suatu kenyamanan bagi manusia yang
sedang beraktivitas dibawahnya (Aprihatmoko, 2013). Adanya ruang terbuka
hijau (RTH) dapat menjadi suatu pendingin yang disebut dengan cooling effect
untuk lingkungan sekitarnya. Efek dari penurunan suhu udara akan terasa
sebagaimana luasan RTH yang tersedia di wilayah tersebut (Oliveira et al. 2012;
Aprihatmoko, 2013)
Terdapat adanya kanopi pada pepohonan di kawasan RTH sebagai
penutup untuk membantu mengurangi masuknya radiasi matahari yang disebut
dengan naungan. Naungan ini membuat radiasi matahari sebagai pemanas suhu
udara menurun lebih rendah (Aprihatmoko, 2013). Menurut Santi et al. (2019)
bahwa hal ini menjadi factor penting terhadap iklim mikro karena dapat
membantu merendahkan suhu dan meningkatkan kelembaban udara suatu
lingkungan dari adanya keberadaan RTH (Azahra & Kartikawati, 2021).
Cohen et al. (2012) dalam Aprihatmoko (2013) menjelaskan pengaruh
adanya ruang terbuka hijau diperkotaan dapat membantu merendahkan suhu
udara lingkungan sekitar 4 °C. Semakin rapatnya vegetasi pada banyaknya RTH
maka akan menunjukkan suatu arah kenyamanan hunian maupun manusia
dibandingkan dengan RTH yang memiliki kerapatan yang rendah (Dewanto &
Suhardi, 2018). Sehingga keberadaan RTH memberikan dampak positif bagi
lingkungan termasuk bagi kenyamanan manusia didalamnya.
22
C. Kebutuhan Luasan Ruang Terbuka Hijau dalam Meningkatkan
Kenyamanan Masyarakat.
Seperti pada penjelasan sebelumnya, jika ruang terbuka hijau dapat
memberikan pengaruh positif terhadap kenyamanan manusia yang sedang
dibawah naungan RTH, dan juga menurunkan suhu dan meningkatkan
kelembaban udara sebagai peneduh sesuai dengan fungsi RTH yang tercantum
pada Peraturan Menteri No. 05/PRT/M/2008, maka diperlukannya menghitung
luas RTH yang dibutuhkan agar tercapainya ruang terbuka hijau dalam
meningkatkan kenyamanan masyarakat di suatu wilayah. Berdasarkan pada
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008, untuk menentukan luas
RTH berdasarkan jumlah penduduk dilakukan dengan mengalikan antara jumlah
penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH perkapita.
Tabel 2. 2 Penyediaan RTH berdasarkan Jumlah Penduduk.
Luas Luas
Unit
No Tipe RTH minimal/ minimal/ Lokasi
Lingkungan
unit (m2) kapita (m2)
Di tengah
1. 250 jiwa Taman RT 250 1,0
lingkungan RT
Di pusat
2. 2500 jiwa Taman RW 1.250 0,5
kegiatan RW
Dikelompokan
Taman dengan
3. 30.000 jiwa 9.000 0,3
Kelurahan sekolah/ pusat
Kelurahan
Dikelompokan
Taman dengan
24.000 0,2
4. 120.000 jiwa Kecamatan sekolah/ pusat
Kecamatan
Pemakaman Disesuaikan 1,2 Tersebar
Di pusat
Taman Kota 144.000 0,3
wilayah/ kota
Di dalam/
Hutan Kota Disesuaikan 4,0 kawasan
5. 480.000 jiwa
pinggiran
Untuk fungsi- Disesuaikan
fungsi Disesuaikan 12,5 dengan
tertentu kebutuhan
Sumber: Permen PU No. 05/PRT/M/2008
23
juga mengalami peningkatan dan menunjukkan suatu ketidak nyamanan bagi
masyarakat.
2.2.3 Penentuan Lokasi Potensial Penambahan Ruang Terbuka Hijau
Pada saat menentukan lokasi potensial untuk melakukan penambahan
Ruang Terbuka Hijau diperlukannya suatu media alat bantu untuk mempermudah
dalam mengidentifikasi lokasi atau kawasan yang akan dijadikan sebagai fokus
penelitian, yaitu dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis dan
Pengindraan Jarak Jauh mengenai RTH di kawasan penelitian.
2.2.4 Pengindraan Jauh dan Sistem Informasi Geografi
Pengindraan jauh merupakan suatu cara atau ilmu dalam memperoleh
informasi terhadap suatu permukaan bumi seperti berupa citra yang dihasilkan
dari pancaran permukaan bumi (Campell 1996; Hartono, 2010). Pengindraan
jauh adalah suatu pengukuran dari suatu fenomena dengan menggunakan alat
yang dapat berhubungan secara tidak langsung dari jarak jauh. Menurut
Lillesand dan Kiefer (1994) bahwa pengindraan jarak jauh merupakan suatu seni
dalam mengolah suatu informasi suatu daerah atau fenomena yang dihasilkan
dari alat yang berada diluar angkasa seperti satelit yang menampilkan informasi
spasial yang dipancarkan oleh permukaan bumi (Sumartika, 2019).
Everett dan Simonett menjelaskan bahwa pengindraan jarak jauh
merupakan ilmu yang dapat menganalisis informasi mengenai permukaan bumi
yang bekaitan dengan geografi, geologi, geodesi dan perkotaan. Ilmu ini juga
sangat digunakan untuk mengolah informasi mengenai suatu pembangunan di
wilayah atau kota (Sumartika, 2019). Pada pembahasan ini, terdapat parameter
dalam pengolahan informasi mengenai lokasi pengembangan RTH yang terdiri
dari sebagai berikut:
1. Penggunaan Lahan
Bintarto (1977) menjelaskan bahwa lahan merupakan suatu tempat yang
dimana didalamnya terdapat penduduk-penduduk yang hidup bersama-
sama. Tidak hanya itu juga lahan merupakan suatu tempat yang dapat
dimanfaatkan dan dijaga oleh mereka sebagai penduduk dalam
menanggung penghidupannya. Penggunaan lahan merupakan suatu
lahan hasil dari campur tangan manusia maupun penduduk berdasarkan
urbanisasi suatu kelompok maupun penduduk tetap (Febryana, 2018).
2. Kepadatan Bangunan
Kepadatan bangunan menunjukkan suatu ketidak teraturan bangunan
24
yang dimana gerak angin akan melambat dan terjadinya penyerapan
panas yang tinggi terhadap suhu udara. Dengan begitu, jika penyerapan
panas dari sinar matari lebih banyak diserap oleh bangunan, maupun
material jalan maka suhu udara akan meningkat dan kelembaban udara
juga akan menurun. (Syaifudin, 2018)
3. Kerapatan Vegetasi
Kerapatan Vegetasi merupakan faktor terpenting yang dimana dapat
menunjukkan kenyamanan lingkungan di suatu wilayah. Adanya vegetasi
yaitu untuk membantu menyaring sinar matahari yang menghasilkan
energi pemanas terhadap suhu udara sehingga dengan adanya vegetasi
dapat membantu merendahkan suhu udara dan memberikan efek
peneduh sehingga terasa lebih sejuk. (Aprihatmoko, 2013)
4. Suhu Udara dan Kelembaban Relatif Udara
Terdapat beberapa faktor dalam menentukan suhu udara dan
kelembaban relatif udara yaitu faktor secara mikro dan makro, lokal
maupun global. Perubahan yang akan terlihat dan terjadi di permukaan
bumi dapat saling keterkaitan pada sebagian bumi lainnya yang akan
mengalami perubahan yang sama akan suhu udara dan kelembaban
relatif nya (Utami et al., 2010)
Data yang dihasilkan dari pengolahan pengindraan jauh, akan digunakan
sebagai suatu sistem informasi spasial secara geografis yaitu Geographic
Information System (GIS). Sistem Informasi Geografi merupakan suatu sistem
informasi mengenai suatu ruang yang disatupadukan antara spasial dengan
atribut (data teks) secara geografis yang nantinya menghasilkan suatu arahan
sebagai dalam memecahkan suatu masalah geografi (Rauf et al., 2017). Sistem
Informasi Grafis (SIG) mengolah, menganalisis, dan memetakan data spasial dan
data atribut menjadi media informasi mengenai permukaan bumi (Febryana,
2018).
Pada Sistem Informasi Grafis, data yang diperlukan yaitu berupa data
spasial yang mendasar pada posisi suatu objek di permukaan bumi. Data spasial
ini digunakan untuk mengidentifikasi komponen-komponen yang ada di
permukaan bumi (Domu, 2021)
25
2.3 Definisi Operasional
Pada subab ini, menjelaskan mengenai definisi dari variable yang
digunakan pada penelitian ini. Yaitu mengenai ruang terbuka hijau dan tingkat
kenyamanan.
1. Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan salah satu faktor penting dalam
pembangunan suatu kota dalam menjaga kelestarian dan menciptakan
keseimbangan lingkungan kota yang berkelanjutan (Domu, 2021). RTH
berfungsi sebagai paru-paru kota dan kawasan lindung yang dimana
sebagai tempat tumbuhnya tanaman yang hidup baik secara alami
maupun buatan (Syaifudin, 2018).
2. Tingkat Kenyamanan
Kenyamanan merupakan sesuatu yang menunjukkan adanya
keharmonisan pada saat memanfaatkan suatu objek yang terdapat
adanya cahaya, bentuk, dan terbentuknya suatu suasana dan lain
sebagainya. (Hamidy et al., 2021). Kenyamanan manusia berkaitan
dengan kondisi panas atau suhu udara yang ditimbulkan dari lingkungan
atau ruang yang sedang ditempati. Rendah atau tinggi nya suhu udara
akan memberikan pengaruh pada kenyamanan manusia (Hidayat, 2010;
Aprihatmoko, 2013).
26
Tabel 2. 3
State of The Art
No Judul dan Tahun Tujuan Metode Analisis Kesimpulan
1 Analisis Hubungan Mengetahui suhu udara Metode Temperature Semakin besar suatu kawasan RTH
antara Ruang Terbuka di beberapa wilayah Humidity Index maka pengaruh cooling effect yang
Hijau (RTH) dan yang mewakili RTH dan Analisis Regresi terjadi akan semakin besar pula.
Indeks Kenyamanan. non RTH di Kota Kawasan dengan RTH yang lebih
(Aprihatmoko, 2013) Yogyakarta. banyak akan memiliki suhu udara yang
Menganalisis RTH lebih rendah. RTH memiliki pengaruh
dalam pengaruhnya positif terhadap kenyamanan manusia.
terhadap suhu udara Sehingga berdasarkan hasil analisis
Menganalisis pengaruh dikatakan bahwa Kota Yogyakarta
RTH terhadap termasuk ke dalam kategori sebagian
kenyamanan di Kota tidak nyaman. Oleh karena itu, pdangat
Yogyakarta penting mengontrol iklim mikro dengan
penambahan keberadaan RTH.
Pada penelitian tersebut hanya focus pada hubungan ketersediaannya RTH terhadap indeks kenyamanan, namun pada penelitian yang
dilakukan saat ini dilanjutkan dengan melakukan analisis spasial.
2 Strategi Peningkatan Menyusun strategi yang Analisis Kebutuhan RTH Ketersediaan RTH public di Kecamatan
Luas Ruang Terbuka tepat dalam berdasarkan Permen PU Sukajadi yang memiliki kekurangan
Hijau dilihat dari mengoptimalisasi No. 5 Tahun 2008. sebesar 33,06 Ha dan RTH private 0,5
Jumlah Penduduk potensi RTH Metode overlay Ha. Strategi yang digunakan yaitu
Kecamatan Sukajadi Memenuhi kebutuhan menggunakan ArcGIS pemerintah perlu mengadakannya
Kota Bandung. RTH di Kecamatan Analisis SWOT dalam sosialisasi kepada masyarakat
(Rozy, 2020) Sukajadi. perumusan strategi mengenai manfaat dari peran adanya
peningkatan luasan RTH RTH, mengoptimalkan RTH privat
seperti mengandalkan pada rooftop
garden, vertical garden.
Pada penelitian sebelumnya, menggunakan metode SWOT dalam menentukan strategi peningkatan luas RTH di lokasi studi. Namun
pada penelitian yang dilakukan saat ini terdapat perbedaan penggunaan metode dan variable yang digunakan. Seperti menggunakan
metode THI dalam mengidentifikasi kebutuhan RTH di lokasi studi.
3 Penentuan Area Menentukan area Interpretasi Citra Diketahui bahwa RTH publik
Prioritas penyediaan prioritas untuk Quickbird, eksisting hanya mencapai 6.55%
27
No Judul dan Tahun Tujuan Metode Analisis Kesimpulan
Ruang Terbuka Hijau penyediaan RTH publik Analisis keruangan namun berdasarkan hasil dari 3
Publik di Kecamatan di Kecamatan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan,
Semarang Timur. Semarang Timur. survey. pemenuhan area prioritas RTH
(Syaifudin, 2018) Skoring Variabel public sudah mencapai 14,87% dari
total luas wilayah atau 85,54 Ha
telah memenuhi standar kebutuhan
RTH 20% dari luas wilayah.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Syaifudin (2018) penentuan lokasi pengembangan RTH menggunakan parameter penggunaan
lahan, kerapatan vegetasi, dan kepadatan bangunan. Namun pada penelitian saat ini ditambahkan dengan parameter yang digunakan
pada metode THI yaitu suhu dan kelembaban udara.
4 Tingkat Kebutuhan Mengetahui ketersediaan Penelitian ini dilakukan dengan persebaran RTH di Kecamatan Polewali
Ruang Terbuka Hijau RTH tahun 2018 serta menggunakan pendekatan Mandar pada tahun 2008 hingga 2018
(Fitri et al., 2020) menghitung kebutuhan kuantitatif deskriptif dan tidak merata di semua kelurahan. Hanya
RTH tahun 2018 di dilakukan menggunakan saja pengurangan lahan pada kurun 10
Kecamatan Polewali bantuan aplikasi SIG. analisis tahun sebesar 107,29 Ha. Hasil analisis
Mandar. yang dilakukan pada penelitian kebutuhan RTH di kecamatan Polewali
ini yaitu analisis kebutuhan Mandar sebesar 19% dari luas wilayah
RTH berdasarkan luas dan berdasarkan jumlah penduduk
wilayah, jumlah penduduk, sebesar 123,8 Ha. Berdasarkan Hasil
Proyeksi kebutuhan RTH proyeksi tahun 2028, kebutuhan RTH
tahun 2028, dan Rasio meningkat sebesar 15 Ha dari 123,8 Ha
perbandingan kebutuhan RTH menjadi 138,82 Ha.
dengan ketersediaan RTH.
Pada penelitian terdahulu, dilakukannya mengidentifikasi kebutuhan RTH berdasarkan luas wilayah dan jumlah penduduk, rasio
kebutuhan eksisting dan mendatang, hingga proyeksi kebutuhan. Pada penelitian saat ini hanya menggunakan metode kebutuhan RTH
berdasarkan jumlah penduduk yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis spasial pada penentuan lokasi prioritas
pengembangan RTH.
5 Tingkat Kenyamanan Mengkaji tingkat Untuk mendapatkan data Dari hasil penelitian menggunakan
Termal Ruang kenyamanan termal suhu udara dan metode Temperature Humidity Index di
Terbuka Hijau dengan RTH Universitas kelembapan udara, dalam Kampus Universitas Tanjungpura, pada
Pendekatan Tanjungpura. penelitian ini waktu pagi, siang, sore termasuk pada
Temperature Humidity menggunakan alat nilai indeks kenyamanan sebagian tidak
28
No Judul dan Tahun Tujuan Metode Analisis Kesimpulan
Index (THI). termohigrometer. nyaman dan tidak nyaman. Hal ini
(Azahra & Kartikawati, Metode THI. ditandai dengan kurangnya RTH yang
2021) tersedia di Universitas Tanjungpura
dengan kondisi vegetasi yang kurang
rapat sehingga diperlukannya
pengembangan RTH untuk
meningkatkan kerapatan vegetasi terkait
kenyamanan termal.
Pada penelitian yang dilakukan saat ini dengan penelitian terdahulu yaitu terdapat perbedaan metode analisis yang dimana pada
penelitian saat ini terdapat adanya tambahan metode analisis lainnya seperti analisis statistik hingga spasial berupa mengidentifikasi
potensi keberadaan RTH hingga penentuan lokasi pengembangan RTH.
6 Pemanfaatan Citra Inventarisasi RTH Menggunakan citrasatelit Hasil inventarisasi RTH, menunjukkan
Pengindraan Jauh untuk mengetahui sebagai sumber data untuk bahwa luas RTH di Kota Yogyakarta
Untuk Mengkaji Ketersediaan RTH suhu udara dan kelembaban sebesar 18,74% dari total luas wilayah
Hubungan eksisting di Kota udara sebagai dasar dari dengan distribusi pola menyebar.
Ketersediaan Ruang Yogyakarta interpretasi visual dan Berdasarkan index kenyamanan, Kota
Terbuka Hijau dengan Mengukur tingkat transformasi NDVI dalam Yogyakarta memasuki kategori sebagian
Tingkat Kenyamanan kenyamanan untuk menginventarisasi RTH dan tidak nyaman dengan rata-rata nilai
di Kota Yogyakarta. hunian di Kota ekstrasi. indeks kenyamanan sebesar 28,24.
(Dewanto & Suhardi, Yogyakarta Metode Temparture
2018) Mengetahui hubungan Humidity Index (THI)
antara RTH dengan
tingkat kenyamanan.
Perbedaan parameter yang digunakan pada analisis penentuan lokasi prioritas pengembangan RTH. Pada penelitian sebelumnya,
inventarisasi RTH dengan menggunakan metode NDVI, sedangkan pada penelitian yang dilakukan saat ini identifikasi RTH
menggunakan data tabulasi yang didapatkan dari DPKP3.
7 Analisis Ketersediaan Mengidentifikasi Analisis kebutuhan RTH Luas RTH public di Kota Yogyakarta
Ruang Terbuka Hijau ketersediaan dan berdasarkan luas wilayah sebesar 0,026 km2 dengan jenis RTH
(RTH) Publik kebutuhan ruang terbuka berdasarkan pada Permen yaitu Taman Kota. Nmaun berdasarkan
Menggunakan Metode hijau (RTH) publik Pu No. 05/PRT/M/2008. hasil perhitungan kebutuhan RTH
Sistem Informasi berdasarkan luas wilayah. Pemetaan menggunakkan berdasarkan luas wilayah masih belum
29
No Judul dan Tahun Tujuan Metode Analisis Kesimpulan
Geografis (SIG) di Mengevaluasi RTH publik ArcGIS dari hasil memenuhi standar kebutuhan 20% RTH
Kota Yogyakarta. di Kota Yogyakarta perhitungan penyediaan publik.
(Domu, 2021) disesuaikan dengan RTH.
Permen PU No.
05/PRT/M/2008.
Pada penelitian yang dilakukan saat ini, yaitu terdapat perbedaan metode analisis data dan tahapan analisis.
8 Analisis Kesesuaian Mengidentifikasi dan Analisis identifikasi Berdasarkan hasil analisis kesesuaian
Lokasi Pengembangan memetakan aspek- parameter dan kriteria yaitu lokasi pengembangan RTH di
Ruang Terbuka Hijau aspek yang kemiringan lereng, kecamatan Palu Timur dan Palu Barat,
Publik di Kecamatan berpengaruh terhadap penggunaan lahan, terdapat 4 kelas kesesuaian, yakni tidak
Palu Timur dan Palu penentuan kesesuaian kepadatan penduduk, sesuai, cukup sesuai, sesuai, dan
Barat. lokasi pengembangan aksesibilitas dan sarana sangat sesuai. Sehingga prioritas lokasi
(Achsan, 2015) RTH publik di pendukung. pengembangan RTH publik di
Kecamatan Palu Timur Analisis system informasi Kecamatan Palu Timur dan Palu Barat
dan Palu Barat. geografis dari masing- adalah pada area dengan tingkat
Menganalisis dan masing parameter yang kesesuaian sangat sesuai dengan luas
menentukan telah ditentukan. area 885.576,32 m2 untuk Kecamatan
kesesuaian lokasi Analisis kesesuaian lokasi Palu Timur, dan luas sebesar
pengembangan RTH pengembangan RTH 661.986,41 m2 untuk Kecamatan Palu
publik di Kecamatan dengan melakukan skoring Barat.
Palu Timur dan Palu masing-masing subkriteria.
Barat menggunakan
analisis sistem
infromasi geografis.
Pada penelitian terdahulu, analisis yang dilakukan memiliki variabel atau parameter yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan saat
ini.
9 Penentuan Lokasi RTH Mengkaji manfaat dan Analisis Tingkat Hasil interpretasi dari citra quickbird
Daerah Permukiman di ketelitian citra kenyamanan dari hasil untuk penggunaan lahan sebesar
Sebagian Kota Bekasi Quickbird dalam interpretasi citra Quickbird 91,9%, kerapatan vegetasi sebesar
Menggunakan Aplikasi menyadap nilai Penentuan lokasi prioritas 86,84%, dan kepadatan bangunan
PJ dan SIG. parameter penentu kebutuhan dari hasil sebesar 90,9%. Kebutuhan RTH
tingkat kenyamanan berdasarkan tingkat kenyamanan
30
No Judul dan Tahun Tujuan Metode Analisis Kesimpulan
(Utami et al., 2010) daerah permukiman pengkelasan indeks menurut geometri bangunan
Mengintegrasi data kenyamanan. menunjukan bahwa lokasi prioritas I
interpretasi citra dan Analisis parameter didominasi dengan kepadatan bangunan
kerja lapangan dengan penentuan lokasi prioritas, yang tinggi dan kerapatan vegetasi yang
Sistem Informasi yaitu kerapatan vegetasi, rendah. Lokasi prioritas II yaitu
Geografis untuk kepadatan bangunan. penggunaan lahan kawasan
penentuan kebutuhan Menentukan lokasi perdagangan dan jasa, lalu prioritas III
RTH permukiman. prioritas dengan yaitu dengan didominasinya lahan
menggunakan matriks. kosong bervegetasi.
Perbedaan yang didapatkan dari penelitian sebelumnya yaitu teknik pengumpulan data yang seluruhnya menggunakan citra quickbird
sebagai data utama dalam penelitian. Karena pada penelitian ini lebih difokuskan pada pengolahan data secara spasial dengan
menggunakan aplikasi PJ dan SIG. pada penelitian yang dilakukan saat ini, hanya data kerapatan vegetasi dan kepadatan bangunan
yang menggunakan data dari citra quickbird.
10 Penentuan Lokasi Menentukan lokasi Analisis diawali dengan Kurun waktu 2001 hingga 2014,
Pengembangan Ruang pengembangan RTH pengolahan citra landsat terjadinya penurunan suhu permukaan
Terbuka Hijau berdasarkan sebaran suhu tahun 2001, 2006, 2010, sebesar 2°C di Kotamadya Jakarta
berdasarkan Sebaran permukaan di Kotamadya 2014 menggunakan Barat. Namun mengalami peningkatan
Suhu Permukaan di Jakarta Barat dalam upaya ArcGIS 10.2. pada luas lahan terbangun sebesar 23%
Kotamadya Jakarta mengurangi suhu Penentuan lokasi dan penurunan luas RTH sebesar 18%
Barat. permukaan dan pengembangan RTH dari luas lahan. Luas lahan RTH pohon
(Sinuksmoyo, 2016) menciptakan lingkungan berdasarkan klasifikasi yang dikembangkan yaitu seluas 20 Ha,
yang nyaman. tutupan lahan dan dan non pohon 54 Ha.
sebaran suhu permukaan.
Pemetaan lokasi
pengembangan RTH
pada tahun 2014.
Dapat dilihat bahwa pada penelitian terdahulu, melakukan analisis pengolahan citra landsat yang dimana bersifat time series. Dan juga
variabel yang digunakan pada saat penentuan lokasi prioritas, berbeda dengan penelitian yang dilakukan saat ini. (penelitian terdahulu
hanya mengklasifikasi berdasarkan tutupan lahan dan suhu permukaan)
Sumber: Hasil Analisis, 2021
31
Sehingga pada ringkasan mengenai tujuan dan metode yang digunakan
pada penelitian ini dapat dilihat pada table 2.4 dibawah ini.
Tabel 2. 4 Penelitian Terkini
TUJUAN METODE
JUDUL HASIL AKHIR
PENELITIAN ANALISIS
mengidentifikasi Analisis tingkat
pengaruh kenyamanan
keberadaan menggunakan
ruang terbuka Metode
hijau dengan Temperature
tingkat Humidity Index
kenyamanan di (THI)
Kecamatan
Analisis Regresi
Sukajadi;
Identifikasi linier
mengidentifikasi
Kebutuhan
luas kebutuhan Analisis
Penyediaan Ruang Kebutuhan RTH
ruang terbuka
Terbuka Hijau (Rth) berdasarkan
hijau untuk Peta Lokasi
Berdasarkan Jumlah
meningkatkan Prioritas
Temperature Penduduk
kenyamanan Pengembangan
Humidity Index Di (Permen Pu No.
masyarakat di RTH.
Kecamatan 05/PRT/M/2008)
Kecamatan
Sukajadi, Kota Analisis
Sukajadi; serta
Bandung.
parameter
mengidentifikasi penentuan lokasi
sebaran lokasi prioritas
potensial dalam penambahan
mendukung RTH
penambahan Penentuan
ruang terbuka Lokasi Prioritas
hijau. dengan metode
skoring dan
overlay.
Sumber: Hasil Analisis, 2021
32
Bab III Metodologi Penelitian
33
menggunakan informasi dan data angka metode pendekatan kuantitatif juga
berfokuskan pada variabel yang digunakan dalam penelitian, sehingga sebelum
melakukan penelitian maka ditentukan terlebih dahulu variabel penelitian.
Pendekatan ini digunakan untuk menjelaskan hubungan antara
keberadaan ruang terbuka hijau dengan indeks tingkat kenyamanan manusia,
menghitung proyeksi jumlah penduduk dan kebutuhan ruang terbuka hijau
berdasarkan jumlah penduduk tahun 2021-2031. Dari semua perhitungan akan
dijadikan sebagai dasar penelitian dalam menentukan luas area yang di
butuhkan untuk penambahan ruang terbuka hijau di lokasi penelitian dalam
bentuk interpretasi hasil analisis dan peta-peta.
3.3.2 Pendekatan Spasial
Pendekatan Spasial digunakan dalam menentukan lokasi prioritas untuk
penambahan ruang terbuka hijau yaitu dengan menggunakan sistem informasi
geografis dan pengindraan jauh.
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari beberapa
metode yang berkaitan dengan tingkat kenyamanan manusia, pemenuhan
kebutuhan ruang terbuka hijau, dan untuk penentuan lokasi prioritas untuk
penambahan ruang terbuka hijau menggunakan metode seperti digitasi, skoring,
dan overlay.
3.4.1 Pengukuran Luas Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau
Untuk mengetahui luasan ketersediaan RTH eksisting di wilayah studi,
data yang digunakan berupa data tabulasi yang nantinya diolah menjadi suatu
informasi spasial dengan menggunakan software ArcGIS. Dilakukannya
pengukuran luas RTH eksisting yaitu untuk mengetahui seberapa luas RTH di
Kecamatan Sukajadi sebagai dasar dalam mempertimbangkan kebutuhan RTH
dalam meningkatkan kenyamanan masyarakat.
34
3.4.2 Analisis Temperature Humidity Index (THI)
Pada analisis indeks tingkat kenyamanan, diperlukannya data suhu dan
kelembaban udara yang didapatkan pada saat survey lapangan. Suhu udara dan
kelembaban udara sangat mempengaruhi kenyamanan manusia dengan kondisi
panas suatu wilayah (Ningrum et al., 2020). Data suhu dan kelembaban udara ini
akan digunakan sebagai variabel pada perhitungan yang menggunakan metode
Temperature Humidity Index (THI) dengan persamaan Nieuwolt (1975). Rumus
yang digunakan yaitu:
RH x Ta
THI = 0,8Ta + 500
Keterangan:
THI : Temperature Humidity Index
Ta : Kelembapan Udara Relatif (%)
RH : Suhu Udara (°C)
Setelah didapatkannya nilai indeks kenyamanan, terdapat rentang nilai yang
dikaitkan dengan penilaian responden manusia, sebagai berikut: (Ningrum et al.,
2020)
Tabel 3. 1 Klasifikasi Tingkat Kenyamanan
35
1. Menentukan tujuan dari Analisis Regresi Linier. Tujuan: apakah laju
pertumbuhan penduduk mempengaruhi perubahan penggunaan lahan.
2. Mengidentifikasi variabel predictor dan variabel response.
Variabel X (variabel bebas/predictor) = laju pertumbuhan penduduk
Variabel Y (variabel tak bebas/response) = perubahan penggunaan
lahan
3. Melakukan pengumpulan data dalam bentuk tabel.
Menghitung X2, XY dan total dari masing-masingnya.
Menghitung a dan b menggunakan rumus yang telah ditentukan.
Pn = Po(1+r)^n
Keterangan:
Pn : Jumlah penduduk tahun ke-n
Po : Jumlah penduduk tahun dasar
R : Laju pertumbuhan penduduk
N : Jumlah interval
Kemudian setelah didapatkannya hasil proyeksi jumlah penduduk,
dilakukan perhitungan untuk kebutuhan ruang terbuka hijau di lokasi penelitian
pada tahun 2031. Berdasarkan pada ketentuan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 5 Tahun 2008, dalam menentukan luas kebutuhan ruang terbuka
36
hijau berdasarkan jumlah penduduk menggunakan rumus sebagai berikut: (Fitri
et al., 2020)
RTH pi = Pi x k
Keterangan:
k : nilai ketentuan luas ruang terbuka hijau per penduduk
Pi : jumlah penduduk pada wilayah “i”
3.4.5 Analisis Parameter Penentuan Lokasi Potensial
Sebelum menentukannya lokasi prioritas pengembangan RTH, dilakukannya
analisis dari masing-masing parameter yang digunakan, yaitu penggunaan lahan,
kepadatan bangunan, suhu udara dan kelembaban relatif, dan kerapatan
vegetasi.
A. Penggunaan lahan
Dalam penentuan lokasi prioritas pengembangan RTH, dilihat dari jumlah
luas lahan terbangun dan non terbangun. Kecamatan Sukajadi didominasikan
dengan banyaknya lahan terbangun, maka parameter penggunaan lahan ini di
lihat dari luas lahan kosong dan RTH yang memiliki fungsi tertentu (sempadan air
baku/mata air, dan sempadan rel kereta api) (Syaifudin, 2018).
B. Kepadatan Bangunan
Kepadatan bangunan dihasilkan dari interpretasi Citra Quickbird.
Bangunan mempengaruhi pergerakan sirkulasi udara, jika kepadatan bangunan
37
memasuki padat hingga sangat padat, maka sirkulasi udara akan menumpuk dan
menyerap energi panas yang akan membuat suhu udara meningkat, dan
kelembaban udara menurun. Di dalam penelitian Untuk mengetahui ukuran
kepadatan penduduk, dapat menggunakan rumus (Syaifudin, 2018):
Luas Atap Bangunan x 100 %
Kepadatan Bangunan = Luas Blok Bangunan
Jarang 21-40
Sedang 41-60
Padat 61-80
38
Parameter suhu udara dan kelembaban relatif digunakan pada saat
penentuan lokasi prioritas pengembangan RTH sebab merupakan suatu
parameter yang juga berkaitan dengan tingkat kenyamanan. Sehingga suhu
udara dan kelembaban didapatkan dari data hasil lapangan dan citra landsat.
D. Kerapatan Vegetasi
Kerapatan vegetasi dihasilkan dari interpretasi Citara Quickbird. adanya
vegetasi dapat membantu merendahkan suhu udara dan memberikan efek
peneduh sehingga terasa lebih sejuk (Aprihatmoko, 2013). Penentuan kerapatan
vegetasi dihasilkan dari perbandingan antara luas tutupan kanopi vegetasi
dengan luas blok vegetasi, dengan rumus:
39
Hasil dari perhitungan tersebut, kepadatan bangunan diklasifikasikan menjadi
pada Tabel 3.3. dan hasil dari pengklasifikasiannya dapat dilihat pada Gambar
3.3. dibawah ini.
Jarang 10-24
Sedang 25-39
Padat 40-54
40
Gambar 3. 8
Ilustrasi Analisis Spasial dengan Teknik Overlay
Sumber : https://slideplayer.info/amp/15358894/
41
Survey Instansional, mengunjungi instansi-instansi terkait untuk
mendapatkan data-data sekunder yang akan digunakan yang dimana
data tersebut tidak dapat ditemukan pada internet atau studi literatur.
Studi Literatur, untuk menelaah teori – teori terkait penelitian yang akan
dilakukan melalui sumber berupa jurnal, buku-buku.
Dokumentasi, untuk menyampaikan informasi terhadap kondisi lapangan
dalam foto – foto berdasarkan data – data yang dibutuhkan.
Internet, untuk mencari informasi atau data yang dibutuhkan untuk
penelitian yang dapat di unduh dari situs resmi instansi terkait.
42
Tabel 3. 4 Kebutuhan Data
NO SASARAN DATA BENTUK DATA TAHUN SUMBER DATA
1. Diketahuinya pengaruh Data luasan RTH di Tabulasi Tahun terakhir DPKP3
keberadaan RTH dengan Kecamatan Sukajadi
tingkat kenyamanan di Data suhu dan kelembaban Tabulasi Tahun terakhir BPS
Kecamatan Sukajadi udara di Kecamatan Sukajadi
2. Diketahuinya luasan Data Jumlah penduduk di Tabulasi Tahun terakhir BPS
kebutuhan RTH di Kecamatan Sukajadi
Kecamatan Sukajadi Data luasan RTH di Tabulasi Tahun terakhir DPKP3
Kecamatan Sukajadi
3. Diketahuinya luasan dan Penggunaan lahan Tabulasi, SHP Tahun terakhir BPS, ATR
lokasi prioritas Suhu udara dan Kelembaban Tabulasi, SHP Tahun terakhir BPS, BMKG
pengembangan RTH dalam Relatif
meningkatkan kenyamanan Kepadatan Bangunan Citra Quickbird Tahun terakhir SAS Planet
masyarakat. Kerapatan Vegetasi Citra Quickbird Tahun terakhir SAS Planet
Sumber: Hasil Analisis, 2021.
43
3.6 Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Tahapan pelaksanaan penelitian ini menerangkan proses penelitian dari
awal analisis hingga akhir menghasilkan output yang di inginkan. Analisis dimulai
dari menganalisis tingkat kenyamanan dengan menggunakan parameter suhu
udara dan kelembaban relative di wilayah studi yang nantinya menghasilkan
suatu nilai indeks yang dapat menentukan jika wilayah studi termasuk pada
kategori nyaman atau tidak nyaman. Jika menghasilkan tidak nyaman, maka
akan dimulainya memasuki analisis kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan
jumlah penduduk yang dimana sebagai pelaku yang memanfaatkan atau
beraktivitas dibawah RTH dan mendapat efek peneduh yang menimbulkan suatu
kenyamanan bagi manusia atau penduduknya. Lalu dari hasil analisis kebutuhan
RTH, dapat dilihat seberapa besar kebutuhan RTH dengan luas ketersediaan
RTH eksisting. Untuk dapat lebih memahami tahapan dari penelitian yang
dilakukan, dapat dilihat pada Gambar 3.8 Tahapan Pelaksanaan Penelitian.
44
Gambar 3. 9 Kerangka Berpikir
Sumber: Hasil Analisis, 202
45
Gambar 3. 10 Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Sumber: Hasil Analisis, 2021
46
Bab IV Rencana Kerja
47
Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan BAB II
4
Tinjauan Pustaka
Penyusunan BAB III
5
Metodologi
Penyusunan BAB IV
6
Gambaran Umum
7 Survei Primer
Penyusunan BAB V
8
Analisis
Penyusunan BAB VI
9 Kesimpulan dan
Rekomendasi
Pengumpulan
10
Naskah Tugas Akhir
Sumber: Penulis, 2021
4.2 Rencana Outline Tugas Akhir
Pada penyusunan tugas akhir diperlukan pedoman dalam penulisannya. Rencana
pedoman tersebut diperlukan untuk menunjang kebutuhan dalam penulisan laporan
penelitian tugas akhir ini. Lebih jelasnya rencana outline tugas akhir sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Ruang Lingkup
1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah
1.5.2 Ruang Lingkup Materi
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1 Metodologi Kajian
1.6.2 Metodologi Analisis
1.7 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ruang Terbuka Hijau (RTH)
2.1.1 Tujuan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau
2.1.2 Fungsi Ruang Terbuka Hijau
2.1.3 Tipologi Ruang Terbuka Hijau
2.2 Pemenuhan Kebutuhan Ruang terbuka Hijau berdasarkan Tingkat Kenyamanan.
2.2.1 Tingkat Kenyamanan
2.2.2 Hubungan keberadaan Ruang Terbuka Hijau dengan Tingkat Kenyamanan
2.2.3 Kebutuhan Luasan Ruang Terbuka Hijau dalam Meningkatkan
Kenyamanan Masyarakat.
2.3 Penelitian Terdahulu (State of The Art)
2.4 Definisi Operasional
BAB III METODOLOGI
48
3.1 Kerangka Berpikir
3.2 Metode Pendekatan
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.4 Metode Analisis
3.5 Kerangka Kerja
BAB IV GAMBARAN UMUM
4.1 Kecamatan Sukajadi
4.2 Kependudukan
4.3 Kondisi Fisik
BAB V ANALISIS
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
5.2 Rekomendasi
5.3 Studi Lanjutan
49
DAFTAR PUSTAKA
Fitri, A., Invanni, I., & Amal. (2020). Tingkat Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau. LA
GEOGRAFIA, 18(2), 90–98.
50
Hatulesila, J. W., Mardiatmoko, G., & Wattimury, J. (2017). Analisis Spasial
Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk Penanganan Perubahan Iklim di Kota
Ambon. Universitas Pattimura.
Ningrum, A. S., Rosyidy, K., Rahmat, N., Sukmawati, D., Ariani, I. W., &
Damayanti, A. (2020). PENGARUH KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA
HIJAU TERHADAP TINGKAT KENYAMANAN TERMAL DI WILAYAH
PERKOTAAN (Studi Kasus di Kelurahan Sokanegara, Kota Purwokerto).
Jurnal Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika, 7(3).
Nomor, V., & Kurniati, R. (2018). Identifikasi Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau
Jalur Jalan dan Pulau Jalan Identification the Need of Green Open Space
for Road and Road Divider in. 4(3), 215–225.
Rahim, R., Mulyadi, R., Jamala, N., & Kusno, A. (2015). Temperatur dan
Kelembaban Relatif Udara Outdoor. Temu Ilmiah IPLBI, 1, 45–50.
Rauf, S., Runtulalo, D., & Ode, C. R. (2017). Analisis Tata Guna Lahan Berbasis
GIS Menggunakan Citra Landsat 8 di Kabupaten Enrekang. Fakultas
Teknik, Universitas Hasanuddin.
Refialy, N., Oszaer, R., & Latupapua, Y. (2019). Menganalisis Peran Ruang
Terbuka Hijau terhadap Kondisi Lingkungan Kota Ambon. Program Studi
Manajemen Hutan, Program Pascasarjana, Universitas Pattimura, 73–85.
https://doi.org/10.30598/jhppk.2019.3.1.73
51
HIJAU DILIHAT DARI JUMLAH PENDUDUK KECAMATAN SUKAJADI
KOTA BANDUNG. Fakultas Teknik, Universitas Pasundan.
Utami, S. A., Suharyadi, & Hidayati, I. N. (2010). Penentuan Lokasi RTH Daerah
Permukiman di Sebagian Kota Bekasi Menggunakan Aplikasi PJ dan SIG.
122–129.
52
53