Anda di halaman 1dari 71

TEKNIK EKSPLORASI (TTA 366)

Materi-04
Metode Geokimia

Dono Guntoro, S.T., M.T.


Konsep Dasar

Geokimia
▪ Secara umum dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari:
✓ Kelimpahan/kandungan unsur-unsur dan isotopnya dalam
berbagai komponen penyusun bumi
✓ Distribusi dan migrasi unsur-unsur dalam siklus geologi
✓ Prinsip-prinsip yang mengatur distribusi dan migrasi unsur ke
seluruh siklus geologi
Eksplorasi/prospeksi geokimia:
▪ lebih menekankan pada pengukuran kelimpahan, distribusi, dan
migrasi unsur-unsur bijih atau unsur-unsur yang berhubungan erat
dengan bijih, dengan tujuan melacak keterdapatan suatu endapan
bijih.
Eksplorasi geokimia dalam pengertian yang lebih sempit

▪ eksplorasi geokimia merupakan teknik prospeksi melalui


pengukuran sistematis satu atau lebih unsur jejak dalam batuan,
tanah, sedimen, vegetasi, air, atau gas, untuk mendapatkan anomali
geokimia, yaitu konsentrasi abnormal dari unsur tertentu yang
kontras terhadap lingkungannya (background geokimia)

dengan tujuan:
▪ menemukan konsentrasi logam (endapan bijih) yang dapat
ditambang.
Distribusi Unsur dalam Kerak Bumi
▪ hanya delapan unsur penyusun kerak bumi yang memiliki
kelimpahan lebih > 1 %, yaitu :
✓ oksigen dan silikon membentuk hampir 75 % dari kerak bumi,
✓ aluminium, besi, kalsium, natrium, kalium dan magnesium
berada pada urutan berikutnya, dimana aluminium sekitar 8 % ,
✓ magnesium 2 %.
▪ Unsur-unsur base metal yang umum: tembaga, seng, dan nikel
relatif jarang, masing-masing hanya sekitar 100 ppm, sedangkan
timbal 15 ppm.
▪ Timah putih hanya 3 ppm , tungsten 1 ppm dan emas sangat jarang,
yaitu sekitar 0,005 ppm.
Konsentrasi Unsur

▪ Bijih dari beberapa logam yang menunjukkan kandungan persen


yang tinggi merupakan suatu anomali dalam kerak bumi.
Contohnya:
✓ bijih sulfida yang mengandung timbal 15 % dan emas 50 g/ton
merupakan konsentrasi 10.000 kali lipat dari kelimpahan rata-
rata dalam kerak bumi.
▪ Di lain pihak, bijih logam yang umum seperti besi 60 % hanya
merupakan konsentrasi 12 kali lipat dari kelimpahan rata-rata kerak
bumi.
▪ Proses konsentrasi ini terjadi karena perbedaan sifat kimia dan
fisika berbagai unsur-unsur yang memungkinkan terbentuknya
asosiasi mineralogi.
Background Geokimia

▪ Tipe batuan memiliki karakteristik kandungan unsur rata-rata yang


khas. Contohnya:
✓ batuan ultrabasa umumnya mengandung Co, Cr dan Ni yang
relatif tinggi dan Ba, F, Ga, Pb, Ti dan Tl yang rendah
dibandingkan tipe batuan lain. Di lain pihak batuan basa
dicirikan oleh kandungan Ag, Cu, Ti dan V yang relatif tinggi.
▪ Kandungan unsur dalam jumlah normal pada material bumi yang
barren (tidak termineralisasi) disebut background geokimia.
▪ Tak ada unsur yang memiliki background yang seragam, bahkan
dalam jenis batuan yang sama. Contohnya background nikel:
✓ dalam granitoid kira-kira 8 ppm dan relatif seragam
✓ dalam batuan beku ultramafik sekitar 1200 ppm dengan variasi
yang besar.
Anomali Geokimia

▪ Tujuan prospeksi geokimia adalah untuk mendapatkan anomali


geokimia, yaitu:
✓ Nilai di atas background yang sangat diharapkan berhubungan
dengan endapan bijih.
✓ Endapan bijih mewakili akumulasi dari satu unsur atau lebih
yang memiliki kelimpahan jauh diatas kelimpahan yang kita
anggap normal.
Threshold

▪ Sejumlah besar sample bisa saja memiliki nilai di atas background,


maka ada nilai ambang batas yang digunakan untuk membedakan
anomali dari background. Nilai ambang ini dikenal dengan sebutan
threshold,
✓ yaitu nilai rata-rata plus dua standar deviasi dalam suatu
populasi normal. Semua nilai di atas nilai threshold
didefinisikan sebagai anomali.
▪ Teknik-teknik interpretasi baru melibatkan grafik frekuensi
kumulatif, analisis rata-rata, dan analisis regresi jamak banyak
menggantikan konsep klasik background dan threshold.
Asosiasi Unsur

▪ Goldschmidt (1922) mengelompokkan unsur-unsur menjadi:

✓ Siderophile (berasosiasi dengan logam besi, terkonsentrasi


dalam inti bumi);
✓ Chalcophile (afinitas terhadap sulfur);
✓ Lithophile (afinitas terhadap oksigen terkonsentrasi dalam
sulfida);
✓ Atmophile (afinitas sebagai unsur);
✓ Lithophile, afinitas untuk silikat, terkonsentrasi dalam kerak
bumi;
✓ Biophile, terbentuk sebagai material biologi.
Daur Geologi

▪ Bumi merupakan sistem yang dinamik di mana material bergerak


dari satu tempat ke tempat lain, bentuk dan komposisinya berubah
akibat adanya berbagai proses, termasuk kristalisasi, erosi, disolusi,
presipitasi, penguapan dan peluruhan radioaktif.
▪ Daur geologi digambarkan dalam bentuk diagram yang
memperlihatkan perubahan fisika-kimia yang kompleks dan
berbagai jalan yang diikuti material bumi dan unsur penyusunnya
sebagai respons terhadap proses-proses perubahan tadi.
▪ Anything can happen in the Rock Cycle
✓ Igneous rocks can be subjected to heat, pressure, and the action
of fluids to form metamorphic rocks.
✓ Igneous rocks can be re-melted, forming a new generation of
igneous rocks.
✓ Sedimentary rocks can be weathered and eroded to form a
new generation of sedimentary rocks.
✓ Sedimentary rocks may eventually be heated enough to melt,
forming a new generation of igneous rocks (although
technically they'd be metamorphic by the time they melted).
✓ Metamorphic rocks can be weathered and eroded to form
sedimentary rocks.
✓ Metamorphic rocks can be subjected to heat, pressure, and the
action of fluids to form a new generation of metamorphic
rocks.
Lingkungan Geokimia

▪ Lingkungan geokimia dalam (deep seated) atau disebut juga


lingkungan geokimia primer:
✓ lingkungan di bawah zona pelapukan
✓ didominasi oleh proses magmatik dan metamorfik
✓ dicirikan oleh temperatur dan tekanan tinggi,
✓ sirkulasi fluida yang terbatas dan oksigen bebas yang rendah
▪ lingkungan geokimia permukaan (surficial) atau disebut juga
lingkungan geokimia sekunder:
✓ lingkungan tempat terjadinya proses pelapukan, erosi, dan
sedimentasi,
✓ dicirikan oleh temperatur rendah, tekanan rendah, sirkulasi
fluida bebas, dan melimpahnya O2, H2O dan CO2.
Dispersi Geokimia

▪ Dispersi geokimia adalah proses menyeluruh tentang transport dan


atau fraksinasi unsur-unsur pada lingkungan primer maupun
sekunder atau secara dapat disingkat sbb :
proses dimana atom dan partikel pindah dari suatu
lokasi ke lokasi lain atau ke lingkungan geokimia baru
1. Dispersi primer
adalah distribusi unsur yang dihasilkan dari proses
pembentukan bijih pada lingkungan geokimia primer,
contohnya:
✓ Distribusi primer pada endapan hidrotermal berhubungan
erat dengan alterasi.
2. Dispersi sekunder
adalah remobilisasi unsur-unsur dari endapan bijih primer pada
lingkungan geokimia sekunder.
▪ Dispersi dapat terjadi secara :
1. Mekanis (contohnya injeksi magma, pergerakan pasir di sungai),
2. Kimiawi (contohnya disolusi, difusi dan
pengendapan/presipitasi dalam larutan) dan
3. Biologi (penyerapan oleh akar dan mikro-organisme).
Dispersi Mekanis
▪ Dispersi mekanis tergantung pada lepasnya mineral dari sumbernya
melalui erosi dan pelapukan.
▪ Material padat hasil pelapukan seperti mineral berat dan tanah
dapat bermigrasi ke tempat lain melalui suatu media aktif/media
transport seperti rayapan tanah oleh gravitasi, erosi oleh air, angin
dan gletser, dan pemindahan tanah oleh organisme.
▪ Semakin resisten suatu mineral, maka hanya bisa terdispersi secara
mekanis oleh aliran air, angin atau gletser. Resistensi suatu mineral
terhadap pelarutan berkaitan erat dengan kekerasan mineral.
Mineral yang keras memiliki ikatan kimia yang kuat, sedangkan
pelarutan membutuhkan penguraian ikatan kimia. Oleh karena itu
mineral yang keras cenderung sukar larut
Dispersi Kimia
▪ Selama pelapukan, suatu mineral mungkin seluruhnya atau
sebagian larut dan terdispersi bersama larutan ke arah vertikal
maupun lateral. Sisanya mungkin membentuk mineral baru, atau
terperangkap oleh adsorpsi atau oleh kristalisasi sewaktu
pembentukan mineral baru.
▪ Dispersi kimia pada lingkungan sekunder (pelapukan) tergantung
pada kelarutan logam. Air berperan penting dalam dspersi kimia,
demikian pula tumbuhan dan organisme memegang peranan yang
cukup penting.
Dispersi Biologi
▪ Tumbuhan menyerap logam terlarut jika akarnya mencapai batuan
dasar yang direfleksikan oleh konsentrasi unsur jejak dalam daun,
ranting, dahan dan batang
▪ Kandungan unsur jejak dalam vegetasi dipengaruhi juga oleh faktor-
faktor lain yang tidak berkaitan dengan mineralisasi batuan dasar,
seperti : tipe organik, spesies tumbuhan, musim, curah hujan,
situasi geomorfologi seperti: drainage, apakah tumbuhan berada di
bukit atau lembah.
Lingkungan
Tahapan Lingkungan geokimia dalam Lingkungan geokimia permukaan

Difusi logam-logam ke dalam Presipitasi jejak logam-logam pada


batuan samping (wallrock) lantai samudera dekat endapan
Primer
sekitar endapan hidrotermal saat volkanogenik
pengendapan bijih

Difusi logam-logam dari endapan Pelapukan endapan bijih sulfida


Sekunder bijih yang sedang mengalami
metamorfisme
Mobilitas Unsur

▪ Mobilitas unsur adalah kemudahan unsur bergerak dalam


lingkungan geokimia tertentu.
▪ Unsur yang dapat terpindahkan jauh dari asalnya, ini disebut
mudah bergerak atau mobilitasnya besar, contohnya:
✓ unsur gas mulia seperti radon. Rn dipakai sebagai petunjuk
dalam prospeksi endapan Uranium.
▪ Mobilias unsur akan berbeda dalam lingkungan yang berbeda,
contohnya: F bersifat sangat mobil dalam proses pembekuan
magma (pembentukan batuan beku), cebakan pneumatolitik dan
hidrotermal, namun akan sangat tidak mobil (stabil sekali) dalam
proses metamorfose dan pembentukan tanah. Bila F masuk ke air
akan menjadi sangat mobil kembali.
Deferensial Mobilitas

▪ Unsur yang berbeda yang ditemukan dalam suatu endapan bisa


memiliki mobilitas yang sangat berbeda, sehingga mungkin tidak
memberikan anomali yang sama secara spasial.

▪ Misalnya: Pb dan Zn sangat sering terdapat bersama-sama


(berasosiasi) di dalam endapan bijih (di dalam lingkungan siliko-
alumina), sedangkan dalam lingkungan pelapukan Zn yang jauh
lebih mobil daripada Pb akan mudah mengalami pelindian,
sehingga Pb yang tertinggal akan memberikan anomali pada zona
mineralisasinya.
▪ Mobilitas unsur merupakan hasil dari tiga fungsi yang saling
berhubungan:

1. Stabilitas mineral pada kondisi dan durasi pelapukan

2. Kelarutan unsur, tergantung pada karakteristik air sekitarnya

3. Secondary trapping (adsorpsi oleh koloid, lempung, oksida besi


dan mangan, material organik)
Unsur Penunjuk

▪ Unsur-unsur yang berasal dari suatu endapan bijih memiliki


mobilitas yang berbeda-beda, yang dikontrol oleh perbedaan
stabilitas mineralnya dan lingkungan tempat mereka bermigrasi.
Oleh karena itu dalam prospeksi geokimia biasa dipilih unsur
penunjuk atau unsur indikator, yaitu suatu unsur yang jumlahnya
atau pola penyebarannya dapat dipakai sebagai petunjuk adanya
mineralisasi.

▪ Unsur yang dipilih sebagai indikator bisa berupa:


✓ Unsur target , yaitu unsur yang merupakan salah satu unsur
yang diharapkan dapat dieksploitasi (unsur yang diinginkan)
✓ Unsur pathfinder, unsur yang kurang ekonomis namun
kelimpahan dan pola dispersinya lebih potensial daripada unsur
target
Proses Pelapukan dan produknya
▪ Pelapukan dapat didefinisikan sebagai perubahan batuan dari masif
menjadi klastik sebagai respons terhadap kondisi lokal di
permukaan (Rose, Hawkes & Webb, 1979). Pelapukan merupakan
penyebab utama dispersi sekunder, yang melibatkan proses:

1. Disagregasi fisik dan mekanik tanpa modifikasi kimia pada


mineral, diawali dengan proses geologi berupa pengangkatan
(uplift) dan erosi

2. Dekomposisi kimia yang meliputi perubahan fase mineralogi


akibat efek kimia air tanah, termasuk penguraian dan
represipitasi unsur dari batuan primer dan endapan lainnya
(transformasi mineral primer membentuk mineral sekunder).
Pelapukan Fisik (Mekanik)

▪ Disagregasi fisik menyebabkan batuan yang semula masif dan


memiliki volume besar berubah menjadi hancur. Proses pelapukan
fisik atau mekanik dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain:

1. Rekahan-rekahan (Sheeting Joints)


Rekahan dapat terbentuk akibat hilangnya beban dari batuan di
atasnya. Erosi pada batuan di permukan menyebabkan batuan
kehilangan beban di atasnya dan seolah-olah mendapat beban
dari batuan di bawahnya, sehingga terbentuk rekahan-rekahan
yang sejajar permukaan.

2. Pertumbuhan Kristal
Presipitasi garam-garam pada celah atau rongga batuan yang
dilewati air tanah menimbulkan tekanan dan dapat
menyebabkan desintegasi pada batuan
3. Tekanan Es (Frost Wedging)
Di daerah dingin, air yang membeku pada pori-pori batuan
akan menekan dinding sekitarnya, karena volume es lebih
besar 9% dari volume air.

4. Pengaruh Suhu
perbedaan suhu yang ekstrim antara siang dan malam akan
menyebabkan batuan mengkerut pada malam hari dan
memuai pada siang hari sehngga ikatan antar butir melemah

5. Pengaruh Tumbuhan
Akar tumbuhan yang membesar dan menerobos batuan
dapat menghancurkan batuan di sekitarnya.
Pelapukan Kimia

▪ Dekomposisi kimia batuan sebagai respons terhadap lingkungan


permukaan disebut pelapukan kimia. Proses-proses yang terlibat
dalam dekomposisi kimia antara lain:

1. Hidrolisa
2. Hidrasi
3. Oksidasi dan reduksi:
4. Pelarutan:
5. Chelation
Hidrolisa
▪ reaksi kimia antara mineral (ion asam lemah dan basa lemah)
dengan air yang melibatkan aksi ion H+ dan OH- yang dapat
menghasilkan mineral baru atau material terlarut , contohnya:

A. Hidrolisa karbonat:
CO32- + 2 H2O → HCO3- + OH-

B. Hidrolisa dari garam seperti Fe2(SO4)3 dapat ditulis :

Fe3+ + H2O → FeOH2+ + H+


SO42- dpt diabaikan karena anion dari asam kuat
C. Hidrolisa silikat yang mengandung Fe dan Al menghasilan
lempung atau hidroksida besi:

2 NaAlSi3O8 + 2H++ H2O → Al2Si2O5(OH)4 + 4 SiO2 + 2Na+


Albit Kaolinit
Catatan: reaksi ini juga melibatkan hidrasi, hidrolisa dan
pelarutan Na+.

▪ Kation yang dibebaskan dapat terserap oleh permukaan partikel


koloid atau dilepaskan ke dalam larutan. Hidrolisa dapat tejadi
dalam air murni, namun reaksi di alam akan lebih intensif lagi
dengan kehadiran asam karbonik dan asam humik
Hidrasi
▪ Hidrasi adalah penambahan air ke dalam struktur
molekul, contohnya:
transformasi anhidrit (CaSO4) menjadi gipsum (CaSO4.
2H2O)
Oksidasi dan Reduksi
▪ Oksidasi artinya bertambahnya valensi positif atau berkurangnya
valensi negatif, sedangkan reduksi kebalikannya.

▪ Unsur–unsur seperti Fe, Mn dan S yang terbentuk sebagai Fe2+,


Mn2+, dan S2- pada lingkungan dalam (bawah permukaan) dan pada
beberapa batuan sedimen dapat teroksidasi menjadi Fe3+, Mn4+ dan
S6 pada lingkungan permukaan. .Unsur lain yang dapat teroksidasi
adalah: C, N, V, Cr, Cu, As, Se, Mo, Pd, Sn, Sb, W, Pt, Hg dan U.

▪ Reaksi oksidasi terjadi di lingkungan pelapukan yang banyak udara.


Oksigen dari atmosfer berkombinasi dengan ion logam
menghasilkan oksida (atau hidroksida). Reaksi oksidasi cenderung
lambat, kehadiran air menjadi katalisator reaksi yang melibatkan
gas oksigen.
▪ Contohnya : oksidasi Fe2+ pada pirit (FeS2) menghasilkan
mineral baru (oksida/hidroksida Fe3+) dan komponen terlarut
SO42-.

▪ Contohnya ketika emas larut akibat adanya aksi MnO2 dalam


larutan asam HCl:

3 MnO2 + 2 Au + 12 H+ + 8 Cl- → 3Mn2+ + 2 AuCl4- + 6 H2O

✓ Mn tereduksi (+4 menjadi +2)


✓ Au teroksidasi (0 menjadi +3)
Pelarutan
▪ Kebanyakan mineral memiliki kelarutan yang rendah dalam air , namun air
hujan mengandung asam karbonik, sehingga mineral lebih mudah larut,
contohnya kalsit atau gamping sukar larut dalam air murni, tapi mudah
larut dalam air yang mengandung CO2 menyebabkan terbentuknya gua-gua
kapur (pelarutan dan karbonasi), contohnya:

CaCO3 + CO2 + H2O → Ca+ + 2 HCO3-


Kalsit asam karbonik

▪ Air yang kaya akan mineral juga dapat melarutkan mineral silikat,
melepaskan silika dan kation-kation yang umum seperti K, Mg, Na dan Ca,
khususnya pada hidrolisa dari silikat primer seperti olivin berikut ini :

MgSiO4 + 2H2O + 4 CO2 → 2 MgC(CHO3)2 + SiO2


Olivin air Mg-bikarbonat silika terlarut

▪ Pelarutan mineral dikenal juga dengan istilah leaching atau dissolution


Chelation
▪ Kondisi asam yang ekstrim yang dihasilkan di sekitar akar tanaman
bersifat korosif menyebabkan dekomposisi batuan.

▪ Menurut Lovering, 1959, mobilitas yang tinggi pada silika di daerah


tropis disebabkan karena vegetasi. Respirasi tanaman adalah faktor
utama siklus biokimia oksigen dan karbon dioksia , yang merupakan
dua reagen penting dalam pelapukan kimia. Asam organik dan
agen-agen pembentuk ion kompleks yang dihasilkan dari
dekomposisi material tanaman pada horizon tanah atas memiliki
kontribusi pada reaksi yang terjadi pada zona yang lebih dalam dan
pada kelarutan material dalam air .
Products of weathering process
▪ During the weathering process, four components are released:
✓ minerals in solution (cations and anions), the basis of plant
nutrition.
✓ oxides of iron and alumina (sesquioxides Al2O3, Fe2O3).
✓ various forms of silica (silicon-oxide compounds).
✓ stable wastes as very fine silt (mostly fine quartz) and coarser
quartz (sand). These have no nutritious value for plants.
Tanah

▪ Secara sederhana tanah dapat didefinisikan sebagai campuran dari


hancuran organik beserta organik penghancur (humus) dan produk
pelapukaan batuan yang berada di bawahnya. Empat komponen
utama penyusun tanah, yaitu:
▪ Komponen utama penyusun tanah:

1. Mineral residual atau fragmen batuan. Mineral residual yaitu


mineral yang sulit terdekomposisi (resisten) seperti: kuarsa dan
beberapa mineral asesori seperti zirkon, Ti-oksida, turmalin.
Mineral bijih yang juga termasuk kategori resisten antara lain:
Au, Pt, kasiterit, kolumbit-tantalit dan khromit.

Catatan: Ada mineral yang tahan terhadap pelapukan kimia sehingga


sering dijumpai dalam regolith, namun tidak tahan secara fisik (lunak
atau rapuh) sehingga apabila kena abrasi akan hancur menjadi tepung
2. Mineral sekunder yang terbentuk selama pelapukan (oksida besi
dan oksida alumina, mineral lempung dll). Reaksi-reaksi yang
terjadi selama pelapukan seperti leaching dan hidrolisa
membentuk mineral sekunder yang khas, dengan ukuran butir
halus dengan orde 2 m . Sesuai dengan prosesnya mineral-
mineral sekunder dikenal dengan istilah : hidrolisat, redusat,
presipitat dll.
3. Material terlarut , baik dalam larutan ataupun yang mengalami
presipitasi temporer dari airtanah jenuh
4. Material organik (humus: hancuran organik dan organik
penghancur )
Sifat Tanah

▪ tergantung pada material asal dan modifikasi kimia dan


fisika yang berlangsung selama pembentukannya
(pedogenesisi) melalui berbagai episode pelapukan
sebagai respons terhadap berbagai faktor yang memiliki
hubungan interdepedensi, antara lain iklim,
geomorfologi dan aktivitas organik
Pembentukan Tanah
Profil Tanah

▪ Proses pembentukan tanah berlangsung melalui berbagai tahap,


mulai dari tahap muda sampai dewasa, menuju tahap
kesetimbangan.

▪ Pergerakan material dalam bentuk larutan air dan suspensi,


terutama kearah bawah (juga sedikit ke samping dan ke atas) dan
reaksi kimia yang kompleks dapat menyebabkan berkembangnya
profil tanah, yaitu lapisan-lapisan atau horizon-horizon yang
terbentuk secara alami, tersusun dari atas ke bawah, yang dapat
dibedakan berdasarkan warna, tekstur, dan strukturnya.

▪ Tanah yang berkembang baik umumnya memperlihatkan tiga


horizon utama, yaitu A, B, dan C. Horizon A dan B adalah
komponen tanah yang sebenarnya, sedangkan C adalah material
induk yang lapuk.
Horizon A
▪ dibedakan menjadi horizon A0 di permukaan, merupakan lapisan
kaya organik berasal dari akumulasi sisa vegetasi yang membentuk
humus. Horizon ini biasanya berwarna gelap. Mikro-organisme
seperti alga, fungi, bakteri, cacing, insekta dan lain-lain memegang
peranan penting dalam dekomposisi material organik.

▪ horizon A1 terdapat di bawah horizon A0, merupakan horizon


tanah berwarna terang yang merupakan lokasi leaching dan eluviasi
maksimum, berkembang karena karena air hujan yang merembes
ke bawah memindahkan komponen yang larut (unsur-unsur mobil
seperti K, Mg, Na ) yang dikenal dengan istilah leaching
(pelindian), dan memindahkan material halus seperti koloid
lempung dan sesquioxides (oksida besi dan alumina) menjadi
suspensi yang dikenal dengan istilah eluviasi.
Horizon B
▪ Horizon B merupakan tempat diendapkankannya lempung dan
sesquioxide (oksida besi dan alumina), menghasilkan warnanya
khas: coklat, coklat kemerah-merahan atau coklat kekuning-
kuningan. Komponen terlarut yang merembes dari atas dapat
diendapkan di horizon ini atau terbawa oleh aliran airtanah masuk
ke dalam drainage permukaan.

▪ Pada jenis tanah tertentu terkadang dijumpai bleached zone yang


berwarna abu-abu terang atau keputih-putihan terdapat diantara
horizon A dan horizon B yang disebut horizon E

Catatan:
✓ Proses leaching pada horizon A dan akumulasi pada
horizon B dalam studi tanah dikenal dengan istilah
podzolisasi.
Horizon C
▪ adalah zone batuan dasar yang lapuk, lunak dan remuk, namun in
situ dan masih memperlihatkan tekstur dan struktur batuan
asalnya. Batuan lapuk ini dikenal juga dengan istilah saprolit.
▪ Batuan segar yang tidak lapuk sering disebut sebagai horizon R
▪ Catatan :
✓ Profil tanah dapat berkembang pada :
➢ batuan dasar in situ
➢ material tertransport seperti halnya aluvial, hasil erosi
glasial, dan juga
➢ pada sisa-sisa profil tanah terdahulu
Tekstur dan Struktur Tanah

▪ Tekstur tanah digambarkan berdasarkan ukuran partikelnya sebagai


berikut:
Pasir: Sangat kasar 1.0 – 2.0 mm
Kasar 0.5 – 1.0 mm
Sedang 0.25 – 0,5 mm
Halus 0.1 – 0.25 mm
Sangat halus 0.05 – 0.1mm
Silt (lanau) 0.002 – 0.05 mm
Clay (lempung) < 0.002 mm
▪ Tekstur tanah dapat digambarkan sebagai: silty sand (lempung
lanauan ), sandy loam , clay , silt, dll.
▪ Struktur Tanah in situ dapat memiliki struktur tertentu yang
digambarkan dengan keterangan sebagai berikut: laminasi,
prismatik, kolumnar, blocky
Tekstur Tanah
Tipe Tanah

▪ Secara global, regional dan lokal, terdapat variasi iklim, material


induk (batuan) maupun vegetasi, tak mengherankan jika dijumpai
tipe tanah yang bervariasi.

▪ Masing-masing memiliki keunikan, baik dalam perkembangan


profil, mineralogi, dan kimia maupun hubungannya terhadap
material sumber di bawahnya.

▪ Hal ini harus ikut dipertimbangkan, jika tanah atau produk


turunannya (seperti stream sediment) digunakan sebagai media
sample eksplorasi
Lateritization
▪ The deep red to bright orange-red soils of
the tropics are a product of laterization.
▪ Laterization occurs in the hot, rainy
tropics where chemical weathering
proceeds at a rapid rate.
▪ Soils subject to laterization tend toward
the acidic and lack much organic matter
as decomposition and leaching is
extreme.
▪ Exposure of the soil to the hot tropic sun
by deforestation bakes the soil dry,
reducing infiltration, increasing runoff,
This ultisol displays the typical
and reducing fertility. features of a soil having undergone
laterization Image source: USDA
NRCS
Calcification
▪ Calcification occurs in warm, semi-
arid environments, usually under
grassland vegetation.
▪ Soil tends to be rich in organic
matter and high in soluble bases.
▪ The B horizon of the soil is enriched
in calcium carbonate precipitated
from water moving downward
through the soil or upward
movement of capillary water from
below
Mollisol soil enriched with calcium
carbonate (Image source: Agriculture
Agri-Food Canada)
Pelapukan Endapan Bijih Sulfida
▪ Pada kondisi dekat permukaan semua mineral sulfida tidak stabil
akibat adanya fluida pelapukan seperti air, oksigen, karbondioksida
dan asam organik terlarut.

▪ Oleh karena itu semua sulfida melakukan reekuilibrasi menuju


spesies yang lebih stabil, seperti oksida, silikat, karbonat dan
sulfida sekunder sebagai fungsi dari kondisi Eh dan pH lokal.
Zonasi Vertikal
▪ Adanya perubahan Eh-pH ke arah vertikal pada level dekat
permukaan menyebabkan terbentuknya zonasi dari level teratas ke
bawah (ke arah konsentrasi mineral primer).
▪ Ada tiga zona utama yang bergradasi satu sama lain , yaitu:
✓ zona perkolasi air (gossan dan subzona oksidasi),
✓ zona saturasi (subzona pengkayaan supergen dan subzona
transisi)
✓ zona stagnasi (zona primer).
▪ Zoning vertikal yang ideal seperti ini hanya terjadi, pada kondisi
steady .
Zonasi Air Perkolasi
▪ Pada zona paling atas air yang kaya akan oksigen, karbon dioksida
dan asam organik (humik dan fluvik) merembes perlahan ke arah
bawah melalui pori, retakan dan rongga. Sesuai dengan
termodinamika dan Eh-pH lingkungannya terjadi perubahan
mineralogi yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
✓ Transformasi insitu tanpa transfer ion, misalnya:
➢ pirit menjadi goethite
✓ Transformasi insitu dengan transfer ion secara parsial,
contohnya
➢ oksidasi kalkopirit menjadi pirit dengan leaching Cu
✓ Pelarutan dan migrasi kation dan presipitasi, seperti :
➢ presipitasi Cu karbonat oleh fasies pembawa karbonat yang
menetralkan larutan asam tembaga sulfat.
Sub Zona Gossan
▪ Gossan atau dikenal juga dengan iron hat atau iron capping
(tudung besi) adalah badan bijih sulfida (Fe, Ni, Pb, Zn, Cu dsb)
yang mengalami pelapukan kimia.
▪ Produk pelapukan yang kaya akan limonit ini sering membentuk
outcrop yang resisten, mewakili substansi sisa (fasa residual) dari
bijih sulfida yang mengalami pelindian unsur yang paling mobil
pada kondisi yang sangat asam (terutama akibat dekomposisi pirit)
sehingga relatif kaya akan unsur tidak mobil.
▪ Gossan memiliki peranan penting dalam ekplorasi karena
merupakan indikasi kemungkinan adanya endapan bijih di
bawahnya.
▪ If the underlying sulfide deposit contains gold, the gossan will also
contain gold. In fact, gold is often enriched in gossan
Komposisi Mineralogi dari Gossan
▪ Komposisi mineralogi dari gossan sangat bervariasi, sebagai fungsi dari tipe
evolusi supergen, derajat evolusi dan komposisi endapan pimer asal.
▪ Gossan adalah formasi yang kaya akan besi yang disebut limonit, yaitu
agregat sangat halus dari berbagai spesies mineral seperti:
✓ goethite, lepidokrokit, hidroksida besi amorf, hematit, dan sulfat
terutama jarosit, KFe3(SO4)2(OH)6;
▪ Material yang paling banyak dijumpai dalam gossan adalah ”limonitic
jasper”, campuran antara limonitik dan silika
▪ Gossan sering juga mengandung campuran antara limonit, mineral
lempung, mineral mangan, sulfat dan karbonat
▪ Gossan kadang-kadang mengandung mineral jarang yang khas, tergantung
pada mineral primernya, seperti ;
✓ scorodite (FeAsO4,2H2O) dari arsenopirit,
✓ gaspeite (Ni, MG, Fe)CO3, regresit Ni6Fe2(OH)16CO3,4H2O,
✓ morenosit NiSO4,7H2O dari endapan nikel.
Karakteristik Outcrop Gossan (Texture Boxwork)
▪ Gossan sering berongga-rongga yang dikenal dengan istilah tekstur
boxwork atau open cellular yang terbentuk karena menghilangnya
mineral primer akibat leaching yang diikuti dengan pengisian
rongga oleh mineral sekunder di daerah yang mengalami pelapukan
intensif.
▪ Bentuk rongga kubik atau segitiga akan tergantung kepada simetri
kristalografi dari spesies mineral primernya, karena
alterasi/pelapukan umumnya dimulai pada permukaan
diskontinuitas seperti seperti batas butir , kembar, belahan, dan
bidang parting.
▪ Tekstur boxwork disebut juga sebagai tekstur replika, yaitu
pseudomorf dari tekstur mineral sulfida yang terawetkan sehingga
disebut juga tekstur replika.
Figure. An example of hand-drawn
replicas of textures of selected
minerals. Textures apply to a variety
of scales. After Andrews (1980).
Differensial Mobilitas Unsur pada Gossan
▪ Menurut Wilhelm dan Kosakevits (1979), unsur yang paling mobil seperti
mangan, Zn, Cd dan dalam proporsi yang lebih kecil Cu, Ni , Ca dan P
terlindi dari gossan pada pH sangat rendah (non reactive bearing rock).
▪ Unsur yang paling stabil seperti Sn, Mo, Sb, Ti dan Bi akan terkonsentrasi
lemah dan itulah sebabnya menjadi jejak bagi endapan yang berada di
bawahnya.
▪ Unsur yang semi mobil sepeti Pb, Ag, Ba dan Sr dapat terkonsentrasi atau
terlindi, mungkin terikat sebagai sulfat, arsenat, fosfat, and vanadat atau
terikat karena terserap , misalnya Ag pada oxi-hidroksida besi dan mangan
amorf atau kristalin halus (Dyck, 1968; Anderson, Jenne dan Chaor, 1973).
▪ Kandungan unsur global pada gossan dapat memberikan informasi kasar
namun langsung dan berharga tentang kemungkinan adanya endapan bijih
di bawahnya. Kandungan unsur yang sangat tinggi adalah adalah indikator
yang signifikan dari endapan di bawahnya. Bahkan Zn yang diklasifikasikan
sebagai unsur mobil dapat dijumpai dalam gossan di atas endapan Zn
dalam lingkungan yang reaktif
Subzona Oksidasi
▪ Subzone zona oksidasi terletak presis di atas muka airtanah,
dipengaruhi oleh recharge air secara periodik yang memindahkan
larutan kapiler dan meningkatkan kecepatan oksidasi dan leaching.
▪ Subzone ini dicirikan oleh himpunan mineral oksida dengan sedikit
kandungan sulfida. Diduga dihasilkan dari evolusi yang tidak
komplet dari sulfida primer (oksidasi komplet, leaching tidak
komplet) atau oksidasi insitu dari zona pengkayaan kalkosit akibat
turunnya muka air tanah.
Pengkayaan Mineral pada subzona oksidasi
▪ Tembaga: karbonat (azurit malakhit), oksida (Kuprit), halida, silikat
dan native Cu
▪ Perak: cerargyrite dan native Ag
▪ Timbal: anglesit dan cerussite
▪ Seng: Smithsonite dan calamine
Zona saturasi (perkolasi terbatas)
▪ dicirikan oleh posisinya di bawah muka airtanah atau presisnya di
bawah level rata-rata tahunan. Sirkulasi air terbatas.Lebih lambat
dari zona di atasnya. Kandungan oksigen sangat rendah, pH
meningkat .

▪ zona ini dibedakan menjadi dua subzona:


1. Bagian paling atas dari disebut subzone pengkayaan supergen,
karena proses pengkayaan berkembang cepat,
2. dan zona di bawahnya disebut subzona transisi karena berubah
terus ke arah bawah menuju zona primer yang tidak terubah.
Konsep tentang replacement sulfida
▪ Konsep dan observasi umum tentang replacement sulfida
digeneralisisr dalam aturan Shurman:
✓ garam dari suatu logam mampu menggantikan sulfida logam
berikut dengan urutan Hg-Ag-Cu-Bi-Cd-Pb-Zn-Ni-Co-Fe-Mn

▪ atau dengan suksesi berbeda jika diklasifikasikan berdasarkan


penurunan afinitas chalcophil (Goldschmidt, 1954).
✓ Ag+ - Cu+ - Hg+ - Cu++ - Pb++ - Cd++ - Mo - Bi+++ - Ni++ - Co++ -
Zn++ - W - Fe++ - Mn++.
Contohnya :
▪ suatu logam Ag yang larut dapat diendapkan oleh sulfida Cu, Pb
atau Zn untuk membentuk sulfida Ag sekunder atau
▪ logam Cu yang larut dapat diendapkan oleh sfalerit atau pirit
untuk membentuk sulfida Cu sekunder.
▪ Proses ini berkembang baik pada Cu dan Ag dan Ni, namun kurang
penting untuk Pb karena garamnya memiliki kelarutan rendah.
▪ Tembaga, sulfida sekunder yang umum adalah: kalkosit , kovelit
dan kadang-kadang spesies transisi dengan meningkatnya ratio
logam/sulfur seperti anilit (Cu1.75S).
▪ Mineralogi rinci dari spesies berbagai jenis kalkosit sangat kompleks
jika dikarakterisasi secara optis dan komposisi kimia (Ramdohr,
1969), namun kalkosit T rendah (< 103 C). umumnya berbeda dari
kalkosit T tinggi dan mudah dibedakan dengan mikroskop.
Mineralogi sub zona pengkayaan supergene
▪ Tembaga: kalkosit, kovelit
▪ Nikel : violarit dengan pirit dan nikel primer
▪ Perak: Acanthite
▪ Seng: wurtzite dan sfalerit warna terang
▪ Pb: galena sekunder
▪ Cadmium: greenockite
Nilai Ekonomis Pengkayaan Supergen
▪ Pada zona supergen endapan tembaga porfiri dapat mengalami
pengkayaan 3,5 x dari zona hipogennya

Zona stagnasi
▪ Zone hidrogeologi yang lebih bawah disebut zona stagnasi ,
dicirikan oleh air yang immobile oleh karenanya reaksi kimia akibat
agen permukaan langka.
Covellite

Covellite (blue, L) replaced


chalcopyrite -. Here, only a small
yellow chalcopyrite core
remains. This sample is from
Esgairhir mine, and is ca. 1 mm
across.
Analisis Unsur pada Gossan
▪ Menurut Anderson (1982), kadar endapan porfiri asal dapat
diprediksi dari kandungan Cu pada gossan dan kandungan hematit
pada limonit (rasio goethite vs goethit plus jarosit plus hematit).

▪ Zona supergen enrichment kalkosit juga dapat diprediksi dengan


menggunakan kandungan Cu dalam gossan dan kandungan hematit
dalam limonit (hematit/hematit plus goethite plus jarosit).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai