NIKEL LATERIT
MAKASSAR 2016
A. GENESA NIKEL LATERIT
1. Proses terbentuknya endapan
Endapan nikel yang ada di daerah penelitian adalah jenis nikel laterit, yang
merupakan hasil pelapukan dari batuan ultrabasa. Menurut Vinogradov, batuan
ultrabasa pada awalnya mempunyai kandungan nikel rata-rata sebesar 0.2%. Tabel
3.1 adalah unsur-unsur yang terkandung dalam batuan beku (Boldt, 1967).
Air tanah yang mengandung CO2 dari udara meresap ke bawah sampai ke
permukaan air tanah sambil melindi mineral primer yang tidak stabil seperti
olivin, serpentin, dan piroksen. Air tanah meresap secara perlahan dari atas ke
bawah sampai ke batas antara zone limonit dan zone saprolit, kemudian mengalir
secara lateral dan selanjutnya lebih banyak didominasi oleh transportasi larutan
secara horizontal. Proses ini menghasilkan Ca dan Mg yang larut disusul dengan
Si yang cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat
halus sehingga memungkinkan terbentuknya mineral baru melalui pengendapan
kembali unsur-unsur tersebut. Semua hasil pelarutan ini terbawa turun ke bagian
bawah mengisi celah-celah dan pori-pori batuan. Ca dan Mg yang terlarut sebagai
bikarbonat akan terbawa ke bawah sampai batas pelapukan dan diendapkan
sebagai Dolomit dan Magnesit yang mengisi celah-celah atau rekahan-rekahan
pada batuan induk. Di lapangan, urat-urat ini dikenal sebagai batas petunjuk
antara zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan akar
pelapukan (root of weathering).
a. Iklim
b. Topografi
e. Waktu
Profil endapan nikel laterit yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan
ultrabasa secara umum terdiri dari 4 (empat) lapisan, yaitu lapisan tanah penutup
atau top soil, lapisan limonit, lapisan saprolit, dan bedrock.
b. Lapisan Limonit
c. Lapisan Saprolit
b. Pemetaan Regional
Setelah kita mengetahui berdasarkan data di atas maka kita melokalisir
daerah yang dianggap potensial dengan pemetaan skala 1 : 10.000. Cara
melokalisir yang paling mudah adalah dengan menelusuri punggungan-
punggungan bukit, dimana kita juga dapat mengambil conto laterit regional
pada spasi 400m x 400m dengan menggunakan Hand Auger ataupun
pembuatan test-pit. Untuk mengetahui lokasi dimana Hand auger /conto tanah
diambil kita menggunakan GPS.
Jika indikasi endapan bijih nikel dari analisa laboratorium sesuai
dengan harapan, maka spasi 400m x 400m bisa di infill dengan spasi 200mx
200m dengan cara pembuatan grid line (surveyor), dimana merupakan cara
geometri danjejak orthogonal lapangan, biasanya jarak terukur spasi 50/100 m.
Infill drillini haruslah sudah menggunakan alat bor, agar data yang diambil
akurat.
Pada saat pembuatan gridlines, starting pointnya haruslah dari titik yang
significan, seperti halnya helipad atau dari titik drill yang akan direncanakan.
Titik-titik drill haruslah ditandai dengan pita dan almunium tag. Geolog
melakukan pemetaan dan surveyor mengerjakan pengukuran dan gridding line.
Selama grid cutting, characteristic laterite di petakan dalam skala 1 : 5000.
Hasil Pemetaan Detail ini sebagai Base Map dan merecord kenampakan data
dilapangan seperti halnya :
a. Pola Aliran
Arah, ukuran, kualitas air dan kejernihan ( untuk planning selanjutnya
dalam penentuan fly camp dan program drilling ) danseberapa jauh sungai
tersebut memotong batuan dasar plus jenis Bedrock-nya. Peralatan yang
dipakai adalah GPS dan kompas.
b. Batuan Laterit
Bagaimana genesanya dengan melihat kandungan material batuan.
Dipermukaan material batuan selalu hadir baik dalambentuk float,boulder dan
mungkin sebagai outcrop. Tipe float atau material yang hadir dicompare
dengan laterit material dihitung dalam bentuk persen haruslah
dicatat,informasi ini penting untuk kalkulasi resource sementara.
c. Morphologi, Ridge/Spur
Kenampakan endapan laterite sering tersingkap pada lereng-lereng bukit
yang tererosi tajam. Hal ini biasanya berasosiasi dengan pola sungai.