Anda di halaman 1dari 24

BAB I

Wujud Padat

Berbeda dengan gas dan cairan, gaya tarik menarik diantara partikel-partikel (atom,
ion atau molekul) penyusun padatan sangat kuat dan partikel-partikel tersebut terikat relatif
kuat pada tempatnya. Hal ini menyebabkan padatan memelihara bentuk dan volumenya dan
tidak dapat dimampatkan, tanpa menggunakan tekanan yang sangat besar.

Berdasarkan pada susunan partikel yang dikandung didalamnya, padatan ada dua
macam yaitu padatan amorf dan padatan kristal. Padatan amorf memiliki susunan partikel
yang tidak teratur sedangkan padatan kristalin mempunyai susunan partikel teratur secara tiga
dimensi.

1.1 Padatan Kristalin

Kristal atau hablur adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion
penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.
Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada
kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam
padatannya "terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang sama, tapi, secara umum,
kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan
polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari merupakan
polikristal.

Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada
kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan ambien. Proses
terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi. Ditinjau dari jenis partikel
penyusunnya, padatan kristalin dapat di bagi menjadi 4 macam; yaitu kristalin ionik,
kristalin molekuler, kristalin kovalen dan kristalin logam. Partikel-partikel penyusun
padatan kristalin tersusun secara teratur dan membentuk polatiga dimensi yang berulang
(periodik), yang disebut juga sebagai kisi ruang kristal atau kisi kristal. Bagian terkecil
dari kisi kristal yang dapat menggambarkan kristal secara keseluruhan disebut sel satuan.

1
A. Kristalin Ionik

Senyawa ion dalam bentuk padat akan membentuk kristal dengan partikel
terkecil ion positif dan negatif. Partikel itu tersusun selang-seling dengan ikatan ion
yang kuat dan ikatan itu akan putus bila di tempa dengan tenaga yang besar.

Bentuk kristal ion dipengaruhi oleh perbandingan jari-jari ion. Biasanya ion
positif lebih kecil dari ion negatifnya, maka nilai r +/r-< 1. Dalam kristal, satu ion
positif akan dikelilingi oleh beberapa ion negatif, demikin pula sebaliknya, satu ion
negatif dikelilingi oleh beberapa ion positif. Jika satu ion positif dikelilingi oleh
empat ion negatif dengan perbandingan jari-jari yang berbeda, dapat tersusun dalam
empat bentuk.

Ditinjau dari energinya, susunan a dan b tidak stabil karena ion yang sama
saling bersentuhan, sedangkan c dan d stabil. Tetapi d lebih stabil daripada c, karena
letak ion negatif lebih berjauhan dibandingkan pada c.

2
Jumlah ion tetangga yang dimiliki sebuah ion disebut bilangan koordinasi
(BK). Bilangan ini bergantung pada perbandingan jari-jari dan strukturnya ditentukan
oleh nilai BK tersebut.

Aturan perbandingan jari-jari ion dengan bilangan koordinasi dan struktur kristal

r+/r- Bilangan Koordinasi (BK) Struktur


0,155-0,225 3 Segitiga
0,225-0,414 4 Tetrahedron
0,414-0,732 6 Oktahedron
0,732 8 Kubus

B. Kristalin Logam

Dalam kristal ini hanya ada satu jenis logam, maka semua atom dapat
bersentuhan. Karena jari-jari atomnya sama, maka struktur yang memungkinkan
adalah heksagonal dan kubus.

Bila diambil selapis atom dalam kristal logam, jika satu atom bersentuhan
dengan beberapa atom lain disebut struktur terjejal. Oleh sebab itu, struktur kristal
logam disebut heksagonal terjejal dan kubus terjejal. Di samping itu, ada struktur
kubus berpusat badan dengan susunan tidak terjejal.

Dalam heksagonal terjejal. satu atom bersentuhan dengan tiga atom pada
lapisan atas dan tiga atom pada lapisan bawah. Jadi bilangan koordinasinya dua belas,
enam dalam satu lapisan ditambah tiga atas dan tiga bawah.

3
Dalam kristal kubus terjejal, satu atom bersentuahn dengan empat atom pada
lapisan atas dan empat atom pada lapisan bawah. Akibatnya, bilangan koordinasi
menjadi dua belas, yaitu empat pada lapisannya, ditambah empat dari lapisan atas dan
empat dari lapisan di bawahnya.

Dalam kubus berpusat badan, ada atom-atom logan yang tidak terjejal, tetapi
tersusun sedemikian rupa sehingga atom dalam satu lapisan tidak bersentuhan.
Persentuhan hanya dengan lapisan atas dan bawahnya. Jumlah persentuhan itu
delapan, yaitu empat di atas dan bawah.

4
Bentuk-bentuk kristal unsur logam golongan utama dan transisi

C. Kristal Kovalen

Kristal yang terbentuk dari atom yang berikatan kovalen disebut kristal
kovalen, contohnya karbon ( intan dan grafit ). Satu atom karbon berikatan dengan
empat atom karbon lain. Dalam intan, keempat ikatan berbentuk tetrahedron sehingga
molekul berkembang ke segala arah menjadi molekul raksasa. Akibatnya, intan sangat
keras. Zat lain yang serupa intan adalah silikon (Si) dan silikon karbida (SiC).

Atom karbon dalam grafit juga terikat dengan empat atom akrbon yang lain,
tetapi tidak berbentuk tetrahedron. Ada tiga ikatan dalam satu bidang dan elektron
valensi yang keempat membentuk ikaltan kovalen sesaat dengan karbon lapisan atas
dan bawah secara bergantian. Ikatan atom dalam satu bidang sangat kuat, tetapi antar
bidang lemah, amka lapisan grafit dapat digeser. Contohnya pensil bila digoreskan
pada kertas akan berbekas karena ada lapisan yang tertinggal.

5
D. Kristal Molekul

Kristal dapat terbentuk dari partikel melalui gaya van der Waals, yang disebut
kristal molekul. Dalam kristal ini, sebagai partikel terkecilnya adalah molekul kovalen
sederhana atau atom. Karena gaya van der Waals tidak mempunyai arah tertentu maka
kristal ini umumnya berstruktur heksagonal terjejal. Contohnya padatan H2, O2, dan
N2, sedangkan Xe , Ne, He berstruktur kubus terjejal.

6
1.2 Cara Pembentukan Kristal

Zat padat dapat terbentuk melalui tiga cara, yaitu dari reaksi pengendapan,
penjenuhan dan peralihan wujud.

1. Ada reaksi kimia dalam larutan menghasilkan senyawa yang tidak larut (zat padat),
contohnya AgCl dari reaksi antara larutan AgNO3 dan NaCl.

AgNO3 (aq) + NaCl (aq) AgCl (s) + NaNO3 (aq)

2. Larutan yang dijenuhkan akan membentuk kristal padat, contohnya pembuatan garam
dari air laut di Madura. Proses ini disebut juga rekristalisasi.

3. Suatu cairan dapat diubah jadi padat dengan menurunkan suhu sampai titik bekunya.
Proses ini disebut membekukan, seperti membuat es dari air. Suatu gas tertentu dapat
diubah jadi padat melalui proses yang disebut deposisi, seperti membuat hablur
naftalena dari uapnya.

Pembentukan kristal melalui rekristalisasi atau pembekuan biasanya dimulai


dari sati titik, dan kemudian berkembang ke segala arah atau ke arah tertentu.

7
1.3 Faktor Pengemasan dan Massa Jenis Padatan Kristalin

A. Faktor Pengemasan Kristalin

Bila suatu benda berbentuk bulat disusun membentuk pola tertentu sehingga
satu sama lain saling bersentuhan (terkemasrapat) selalu saja ada rongga / lubang di
antara bola-bola tersebut.. Untuk mengetahui efesiensi susunan kemasan rapat dari
setiap unit sel, dihitung dari APF (atomic packing factor) atau factor kemasan rapat
unit sel tersebut.

Total volume atom dalam unit sel


APF
Volume unit sel

APF x 100 % menunjukkanfaktorefesiensikemasanrapat

Beberapa APF untuk macam-macam jenis kubus

Bentuk Bilangan Koordinasi APF


Kubus Sedernana /
6 o,52 atau 52%
Primitif ( SC )
Kubus Berpusat Badan
8 0,68 atau 68%
( BCC )
Kubus Berpusat Muka (
12 0,74 atau 74%
FCC )

Di dalam faktor pengemasan kristalin terdapat struktur kemasan rapat


kristalin diantaranya adalah sebagai berikut :

Struktur logam dipandang terbentuk oleh tatanan atom-atom yang terkemas


(packing) bersama-sama dalam suatu kristal.

Pada kemasan rapat tatanan atom-atom terkemas meminimalisir terdapatnya


rongga-rongga, sehingga energi paling rendahstabil.

Konsep kemasan rapat mengasumsikan bahwa atom-atom berupa bola yang keras
dan memiliki ukuran sama untuk atom yang sama.

8
B. Massa Jenis Padatan Kristalin

Massa jenis kristalin berupa massa jenis hasil observasi (D obs) yang
diperoleh dari hasil bagi massa dan volume kristal yang diperoleh dari pengukuran
dengan massa jenis teoritik yang diperoleh dari data kristalografi dan dianggap tidak
memiliki cacat kristal, dirumuskan :

FW X Z X 1,66
Dobs = V

dengan FW = massa jenis teoritis

Z = jumlah spesies dalam sel satuan

V = volume sel satuan

NOTE = 1,66 diperoleh dari 1 / {6,022.1023 x (10-8)3}

1.4 Indeks dan Bidang Kisi Kristal

A. Kisi Kristal

Suatu kristal padat mempunyai kisi ruang, yaitu susunan titik-titik khayalan
dalam tiga dimensi yang berulang secara teratur. Tiap titik melambangkan letak satu
partikel. Partikel itu sambung-menyambung dalam jumlah tak hingga, sehingga tidak
mungkin menampilkan semuanya. Oleh sebab itu, struktur kristal cukup digambarkan
dengan unit terkecilnya yang disebut sel satuan.

9
Untuk menggambarkan letak titik sel satuan dapat dibuat sumbu x, y, dan z
yang disebut kristalografi. Sumbu itu tidak selalu saling tegak lurus, tetapi dapat
membentuk sudut lebih kecil atau lebih besar dari 90.

Sudut antara sumbu x dan y adalah , antara sumbu x dan z adalah dan
antara sumbu y dan z adalah . Jarak kedua titik yang berdekatan dalam arah sumbu x
disebut a, dlam sumbu y disebut b dan dalam sumbu z disebut c. Denagn demikian,
suatu kristal dapat dinyatakan dari panjang sisi (a, b, c) dan besar sudut (, , ).
Berdasarkan kedua hal tersebut di kenal tujuh sistem kristal.

Tujuh Sistem Kristal

Sistem Kristal Sudut Panjang sisi


Kubus = = = 90 a=b=c

10
Ortorombik = = = 90 abc
Tetragonal = = = 90 a=bc
Monoklin = = = 90 abc
Rombohedral = = = 90 a=b=c
Triklin 90 abc
Heksagonal = = 90, = 120 a=bc

Dalam sistem kristal dapat dibuat titik simetris yang bisa membentuk kristal
baru. Contohnya dalam kubus dapat dibuat titik simetris dipusat kubus dan di setiap
muka kubus. Maka ada tiga jenis kubus, yaitu sederhana, berpusat badan dan berpusat
muka. Sistem ortorombik merupakan sistem balok, maka titik simetrisnya ada di
pusat, di kedua ujung, dan dikeenam muka, sehingga ada ortorombik sederhana,
berpusat badan, dan berpusat muka. Sistem tetragonal dan monoklin mempunyai satu
titik simetris, yaitu masing-masing di pusat dan di ujung, sehingga ada tetragonal
sederhana dan berpusat badan, serta monoklin sederhana dan monoklin berpusat
ujung. Sistem rombohedral, triklin, dan heksagonal tidak mepunyai simetris.
Akibatnya jumlah semua kisi menjadi 14 buah yang disebut kisi Bravis.

11
B. Indeks Bidang Kisi

Dalam kisi kristal terdapat banyak titik sebidang. Di samping itu, dapat
pula dibuat banyak bidang lain yang sejajar dan berpotongan dengan bidang
pertama tadi. Bidang-bidang yang dapat dibuat dalam kisi kristal disebut bidang
kisi.

Untuk membedakan satu bidang dari yang lain, maka setiap bidang harus
diberi nama tertentu. Bidang-bidang yang sejajar dianggap satu macam dan diberi
satu nama. Nama itu didasarkan perpotongannya dengan sumbu x, y dan z dalam
satuan a, b, dan c. Ada dua cara dalam menyatakan bidang kisi, yaitu cara Weiss
dan cara Miller.

12
Cara Weiss

Weiss menyatakan bidang kisi dengan tiga indeks, yang masing-masing


sebesar perpotongan bidang itu dengan sumbu x, y dan z dalam satuan a, b, dan c.
Indeks Weiss secara umum dinyatakan sebagai

la, mb, nc

l, m, dan n adalah bilangan bulat. Jika sejajar dengan slah satu sumbu
maka l, m, dan n di tulis tak hingga (~), artinya berpotongan pada jarak tak hingga.

Ada bidang kisi yang hanya memotong salah satu sumbu dan sejajar
dengan dua sumbu yang lain. Bidang ini dinyatakan dengan

a) a, ~, ~ b) ~, b, ~ c) ~. ~, c

Bila bidang kisi memotong dua sumbu dan sejajar dengan yang ketiga,
seperti pada gambar dibawah ini, dinyatakan masing-masing sebagai

a) a, b, ~ b) a, ~, c c) ~, b, c

13
Jika ketiga sumbu dipotong oleh bidang masing-masing sebesar a, b, dan
c, seperti pada gambar dibawah ini akan mempunyai indeks Weiss

a, b, c

Cara Miller

Dalam indeks Weiss sering terdapat nilai tak hingga (~) yang tidak
diketahui dengan pasti. Untuk mengatasinya dipakai indeks Miller, yaitu ekbalikan
dari indkes Weiss. Contohnya :

a menjadi a/a = 1

2a menjadi 2/a2 =

ha menjadi a/ha = 1/h

~ menjadi 1/~ = 0

Nilai indeks Miller dituliskan dalam tanda kurung tanpa tanda koma : (h k l )

14
h, k, l adalah bialngan bulat sederhana yang didapat denagn mengalikan
pecahan dengan bilangan yang sama. Dengan demikian, kita dapat megubah indeks
Weiss menjadi indeks Miller, seperti contoh berikut :

Indeks Weiss Indeks Miller


a, b, c (a/a b/b c/c) dikali 1 ( 1 1 1 )
a, ~, 2c (a/a 1/~ a/2c) dikali 2 ( 2 0 1)
2a, 3b, ~ (a/2a b/3b a/~) dikali 3 ( 3 2 0 )

1.5 Penentuan Struktur Kristal

Struktur kristal tidak dapat ditentukan secara teori, tetapi harus dari data
percobaan yang ditafsirkan dengan teori. Percobaannya berdasarkan interaksi antara
partikel kristal dengan cahaya berpanjang gelombang () tertentu. Jarak antara partikel
sangat kecil sehingga sinar yang dapat dipakai adalah sinar X ( sekitar 0,1nm).

A. Difraksi Sinar X

Pada tahun 1912, ahli fisika Jerman bernama Max van Laue melewatkan
seberkas sinar X kepada kristal NaCl yang sanagt tipis. Ternyata, sinar itu tembus dan
setelah ditangkap dengan layar di belakangnya menghasilkan titik-titik terang yang
teratur dalam daerah gelap yang disebut terdifraksi. Hal itu timbul karena sebagian
sinar X diserap oleh kristal, sehingga ada elektron yang tereksitasi. Akan tetapi
elektron itu turun kembali ke keadaan semula sambil melepaskan cahaya dengan
panjang gelombang yang sama. Dengan demikian, atom yang terkena sinar X akan
memancarkan sinar ke berbagai arah.

15
Sinar X yang berasal dari dua atom kristal yang berdekatan akan berinteraksi
( interferensi) satu sama lain. Jika kedua sinar itu mempunyai fase yang sama akan
saling memperkuat (interferensi konstruktif) dan pada titik pertemuannya akan terlihat
titik terang. Sebaliknya, bila kedua gelombang berlawanan fasa akan saling
meniadakan (interferensi destruktif), sehingga terlihat daerah gelap.

Pengukuran Jarak antara Bidang Kisi

Dalam menentukan bentuk kristal diperlukan informasi tentang jarak antara


bidang kisi dalam kristal tersebut. Nilai itu didapat dari hasil eksperimen. Dua ahli
orang bangsa Inggris, William Bragg dan anaknya Lawrance, menganggap difraksi
sinar X sebagai gejala pemantulan sinar. Jika seberkas sinar X (dengan tertentu)
jatuh pada permukaan kristal dengan sudut tertentu () akan memantul dengan sudut
yang sama.

16
Partikel kristal dalam bidang kisi yang sejajar dapat dianggap sebagai lapisan
pertama, kedua, ketiga dan keempat. Jika seberkas sinar jatuh pada permukaan kristal,
maka tiap lapisan partikel akan memantulkan sinar itu. Pantulan dari lapisan-lapisan
yang berbeda akan menghasilkan interferensi sesamanya. Interferensi konstruktif
menghasilkan titik terang dan yang dekstruktif menghasilkan daerah gelap.

Titik terang akan di dapat bila posisi kristal diputar sehingga sudut datang dan
sudut pantul sinar X berubah. Pemutaran secara perlahan-lahan akan menghasilkan
titik terang secara berulang. Artinya, mula-mula timbul titik terang kemudian hilang
dan timbul lagi, demikian seterusnya. Pada saat terjadi titik terang berlaku Hukum
Bragg :

2d sin = n

d adalah jarak antar bidang (lapisan) dan n adalah bilangan bulat yang
menunjukkan timbulnya titik terang ke 1, 2, 3, dst. Dengan memakai sinar X yang -
nya diketahui dapat di hitung jarak antara bidang sejajar dalam kristal itu :

n

d 2 sin

Perhitungan Jarak antara Bidang Kisi

Panjang sisi antara atom (partikel) dalam kristal secara teori dapat pula
dihitung dari bentuk kristal yang diketahui. Dalam kristal kubus sederhana, kubus
berpusat muka dan kubus berpusat badan akan dipelajari di bab ini. Karena kubus
bersisi sama (a) dan bersudut 90 maka secara teori, jarak antara bidang kisi (d)
adalah :

n

dhkl h + k 2+l2
2

17
Menafsirkan Data

Dengan menggunakan persamaan di atas tersebut, dapat dicari perbandingan


nilai dhkl dalam ketiga jenis kubus di atas. Contoh soal :

a

a. d100 1 +02 +02
2 =a

a a

b. d111 1 +12+ 12
2 = 3

a a

c. d220 2 +22 +02
2 = 2 2

1 1
Kubus sederhana d100 : d111: d220 = 1 : 2 : 3

1 1 1
Kubus berpusat muka d100 : d111: d220 = 2 : 2 2 : 3

1 1 1
Kubus berpusat badan d100 : d111: d220 = 2 : 2 : 2 3

18
Perbandingan nilai dhkl hasil pengukuran, ahrus di cocokkan denga hasil
perhitungan (teoritis) untuk mengetahui struktur yang sesuai. Contohnya, jika

1 1
perbandingan dhkl hasil pengukuran 1 : 2 : 3 , dapat di yakini bahwa kristal

berstruktur kubus sederhana. Cara ini digunakan hanya untuk kristal berbentuk kubus.

19
BAB II

Perubahan Wujud dan Diagram Fasa

Suatu zat atau materi dapat berubah-ubah wujudnya, yakni dapat berupa padat,
cair. ataupun gas, tergantung pada kondisi tekanan dan temperatur ruangan dimana zat
tersebut berada. Hubungan antara wujudpadat, cair dan gas dengan tekanan dapat
diikhtisarkan dalam bentuk diagram fasa yang spesifik, yang dapat ditentukan berdasarkan
eksperimen dengan merubah kondisi tekanan dan temperatur. Contoh diagram fasa untuk
H2O dan CO2 adalah sebagai berikut :

20
Dengan melalui diagram fasa dari satu zat, maka kondisi tekanan dan
temperatur ruang dapat di tentukan bial diinginkan merubah zat tersebut dari wujud tertentu
ke wujud yang lain. Misalnya, dalam kehidupan sehari-hari di daerah dekat pantai (kondisi
tekanan udara 1 atm) air akan mendidih pada 100C (berubah dari cair menjadi gas) dan
meleleh pada suhu ~0C ( berubah dari padat menjadi gas). Namun pada dataran yang sangat
tinggi dimana tekanan udara jauh kurang dari 1 atm akan mendidih pada suhu jauh dibawah
100C.

Bahkan dengan mengatur suhu ruang yang sangat rendah di laboratorium,


misalnya pada tekanan 4,0 x 10-2 torr H2O dapat diubah dari wujud padat (es) langsung
menjadi gas (uap) tanpa mencair.

Demikian juga CO2, es kering atau CO2 padat pada kondisi dan tekanan 1 atm
akan berubah langsung menjadi gas pada suhu -18C. Apalagi pada panggung-panggung
pertunjukan yang mempunyai suhu biasa (suhu kamar) maka perubahan dari wujud padat
CO2 menjadi gas akan sangat hebat, sehingga nampak seperti asap tebal.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kristal atau hablur adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya
terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.
Ditinjau dari jenis partikel penyusunnya, padatan kristalin dapat di bagi menjadi 4
macam; yaitu kristalin ionik, kristalin molekuler, kristalin kovalen dan kristalin
logam.
Zat padat dapat terbentuk melalui tiga cara, yaitu dari reaksi pengendapan,
penjenuhan dan peralihan wujud.
Bila suatu benda berbentuk bulat disusun membentuk pola tertentu, sehingga satu
sama lain saling bersentuhan (terkemas rapat) selalu saja ada rongga/lubang di antara
bola-bola tersebut. Untuk mengetahui efesiensi susunan kemasan rapat dari setiap unit
sel, dihitungdari APF (atomic packing factor) atau factor kemasan rapat unit sel
tersebut.
Massa jenis kristalin berupa massa jenis hasil observasi (D obs) yang diperoleh dari
hasil bagi massa dan volume kristal yang diperoleh dari pengukuran dengan massa
jenis teoritik yang diperoleh dari data kristalografi dan dianggap tidak memiliki cacat
kristal.
Bidang-bidang yang dapat dibuat dalam kisi kristal disebut bidang kisi.

22
Ada dua cara dalam menyatakan bidang kisi, yaitu cara Weiss dan cara Miller.
Struktur kristal tidak dapat ditentukan secara teori, tetapi harus dari data percobaan
yang ditafsirkan dengan teori. Percobaannya berdasarkan interaksi antara partikel
kristal dengan cahaya berpanjang gelombang () tertentu. Jarak antara partikel sangat
kecil sehingga sinar yang dapat dipakai adalah sinar X ( sekitar 0,1nm).
Hubungan antara wujud padat, cair dan gas dengan tekanan dapat diikhtisarkan dalam
bentuk diagram fasa yang spesifik, yang dapat ditentukan berdasarkan eksperimen
dengan merubah kondisi tekanan dan temperatur.

3.2 Saran

Terima kasih atas bimbingan dari semua pihak dalam menyelesaikan makalah
yang berjudul PADATAN KRISTALIN, PERUBAHAN WUJUD ZAT dan DIAGRAM
FASA, terutama pada Ibu Ir. Nurul Widji Triana, MT selaku dosen pengampu mata
kuliah Kimia Dasar. Tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan, apabila ada saran
penulisan dalam makalah ini mohon di sampaikan pada penulis. Dan semoga makalah ini
bisa membantu mahasiswa dalam mempelajari padatan kristalin, cara pembentukan
kristal, faktor pengemasan dan massa jenis padatan kristalin, indeks dan bidang kisi
kristal, penentuan struktur kristal serta perubahan wujud zat dan diagram fasa.

23
DAFTAR PUSTAKA

Syukri S. 1999. KIMIA DASAR 2. Bandung: Penerbit ITB

24

Anda mungkin juga menyukai