Jurnal Siap.pdf
Fent ry Tahalele
PETUNJUK PRAKTIS EKSPLORASI Ni/Co LATERITE
I.PENDAHULUAN
“Laterite” (Latin; brick rock), pertama kali istilah ini digunakan pada tahun 1807 oleh
Major Francis Hamilton Buchanan untuk tanah yang berwarna merah ( pelapukan dari
basalt) yang memotong batuan di India bagian selatan. Materialnya relative lunak,
menggumpal lunak dikarenakan pengaruh musim.
Sekarang istilah ini dipakai untuk menggambarkan range profil pelapukan : termasuk ore
Alumina (bauxite) dan juga sebagai indikasi adanya sumber Ni, Co, Cr dan logam-logam
mulia lainnya.
I.1 Geologi
Inti bumi diperkirakan terdiri atas besi dengan kandungan nikel sekitar 7%.Zone diantara
kerak bumi dan inti bumi, yaitu yang disebut mantel(mantle) diperkirakan tebalnya 2.898
km dan mengandung 0,1%-0,9% nikel. Deposit Ni pada umumnya dapat diklasifikasikan
menjadi tiga macam, yaitu Nickel copper sulfide,Nickel Silicate dan Nickel Laterites-
Serpentines.
I.3 Penyebaran
• Dominan di area – area tropik dan sub tropic tetapi tidaklah secara signifikan
• Terjadi dari batas Equator sampai 53º N Latitude, (Ireland bagian utara) dan 41º S
(Tasmania), Little ice-free Land selatan Tasmania dan continent glasiasi
hemisphere bagian utara yang berumur Pleistocene.
Batuan Ultrabasa rata-rata mengandung Nikel sebesar 0,2%. Unsur Ni tersebut terdapat
pada kisi-kisi kristal Olivin dan Piroksen.
Adapun proses awal yang dialami oleh batuan induk ini adalah “Proses Serpentenisasi”
dimana akibat dari pengaruh larutan Hydrothermal yang terjadi pada masa akhir
pembekuan magma telah mengubah batuan beku ultrabasa tersebut ( Peridotit) menjadi
batuan-batuan yang Serpentinit atau “ Peridotit Serpentinized” – batuan peridotit
terserpentinkan sebagian.
Hal ini memperlihatkan beberapa reaksi kimia pada proses serpentinasi sebagai berikut :
1. Larutan yang mengandung CO2 mengubah miniral Olivin menjadi Serpentin dan
Magnesit: 2Mg2Si4 + CO2 + 2H2O H4Mg3Si2O9 + MgCO3
2. Proses Hidrasi yang megubah Olivin dan Piroksen menjadi mineral Serpentin :
Mg2SiO4 + MgSiO3 + 2H2O H4Mg3Si2O9
Unsur Ni tidak terdapat pada proses ini karena hanya sebagai “impurities” yang tidak
mengalami reaksi. Unsur Ni tersebut hanya mengalami pemisahan dan pengumpulan
akibat proses Hydrothermal. Proses ini berlangsung dalam waktu relative lama
Sedang proses selanjutnya adalah proses Laterisasi, ini condong kepada pelapukan yang
bercirikan adanya akumulasi dari Oksida besi dan Alumina, sedangkan silica dan
komponen lain mengalami “Leaching”. Proses kimia dan fisika dari udara,air dan
pergantian panas dingin yang bekerja continue, menyebabkan dekomposisi dan
desintegrasi pada batuan menjadi tanah Laterite. Stabilitas mineral pembentuk batuan
terhadap pelapukan merupakan merupakan kebalikan dari seri reaksi BOWEN, mineral
Olivin dan Piroksen sebagai mineral utama pembentuk batuan Peridotit sangat tidak
stabil terhadap proses pelapukan.
Pada pelaukan kimia khususnya, air merupakan pelarut supergen yang baik, disebabkan
karena strukutr molekul “Dipol”. Air tanah kaya akan CO2 berasal dari udara dan
pembusukan tumbuh-tumbuhan yang menguraikan mineral-mineral yang tidak stabil
(Piroksen,Olivin) pada batuan Ultrabasa, menghasilkan Fe,Mg,Nikel yang larut, silica
cenderung membentuk suspensi kollloid dan lain-lain. Di dalam larutan Fe teroksidasi
dan mengendap sebagai Ferri-Hydroksida, akhirnya membentuk mineral-mineral seperti
Geotuit,Limonit dan Hematit di dekat permukaaan. Nikel tidak semuanya larut tetapi ada
juga yang tertinggal sebagai Residu..
Larutan yang mengandung Mg,Ni dan Si meresap ke bawah selama larutannya bersifat
asam, sehingga pada suatu kondisi dimana suasananya cukup netral akibat adanya reaksi
air tanah dengan batuan, maka ada kecenderungan untuk membentuk endapan
Hydrasilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai Silikat atau Hydrosilikat dengan
komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada celah-celah atau pada
rekahan-rekahan sebagaimana dikenal dengan urat-urat Garnerit dan Crysopras.
Sedangkan larutan residunya akan membentuk senyawa menjadi Saprolit yang berwarna
coklat kuning kemerahan. Berdasarkan kekerasan relatifnya,maka saprolite tersebut pada
umumnya dibedakan atas “Soft brown Ore” untuk yang lunak dan “Hard brown ore”
untuk yang keras – Term ini biasanya bervariasi tergantung perusahaan yang
menggunakannya. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai
karbonat-karbonat akan terbawa ke bawah sampai batas pelapukan dan diendapkan
sebagai Dolomit,Magnesit dan Kalsit yang biasanya mengisi celah-celah atau rekahan-
rekahan pada batuan asal. Dilapangan unsure ini dikenal dengan batas petunjuk antara
zone pelapukan dan zone batuan segar yang sering disebut dengan akar pelapukan
(weathering root)
SKEMA GAMBAR PEMBENTUKAN LATERIT
ZONE PELINDIAN
1. Batuan Asal
Dalam hal ini yang bertindak sebagai batuan asal adalah batuan Ultrabasa, karena :
2. Iklim
Adanya pergantian musim kemarau dan penghujan dimana terjadi kenaikan dan
penurunan permukaan air tanah juga menyebabkan terjadinya proses pemisahan dan
akumulasi unsure-unsur. Perbedaan temperature yang cukup besar akan membantu
terjadinya pelapukan mekanis,dimana akan timbul rekahan-rekahan dalam batuan
yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia terutama dekomposisi batuan.
4. Struktur
5. Topografi.
Keadaan topografi setempat sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta Reagan-
reagan lain. Akumulasi endapan Nikel umumnya berada pada daerah-daerah yang
landai sampai kemiringan sedang,hal ini akan menerangkan bahwa ketebalan
pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam,secara teoritisjumlah
air yang meluncur “run off” lebih banyak dari pada air yang meresap, ini dapat
menyebabkan pelapukan kurang intensif.
Pada tempat-tempat di mana terdapat keseimbangan, Nikel akan mengendap melalui
proses pelapukan kimia.
6. Waktu.
Waktu yang cukup lama akan menghasilkan pelapukan yang cukup intensif karena
akumulasi unsur Nikel cukup itnggi.
7. Penyebaran Endapannya.
Endapan Nikel laterit sangat tidak teratur baik bentuk penyebaran horizontal atau vertical
maupun sifat-sifat fisis dan komposisi kimianya. Tetapi dapat disimpulkan bahwa
endapan Nikel tetap mempunyai profil yang umum seperti lazimnya endapan laterit Nikel
++++++++
Peridotit dengan zona Serpentinit + + + + + + + + + + + + + + + + + ++ + +
Yang impermeable + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + +
++++++++++++++++++++++++++++++++ + +++++ ++++++++
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Daerah pengendapan hsl perpindahan yang me Pengayaan yang dangkal Pengayaan yg dalam
Ngandung Nikel (kurang rekahan ) (banyak rekahan)
I.6 KAREKTERISTIK UMUM ZONA LATERITE NIKEL
Diskripsi umum
• Pada bagian atas gembur dan mengandung humus/lapisan organic
• Sering dijumpai fragmen-fragmen lepas seperti : pysolite Fe, konkresi Fe,fragmen
silica dan fragmen batuan asal
• Tidak terlihat indikasi adanya mineral
• Gradasi ke arah zona Limonit ditunjukkan dengan hilangnya material di atas,
perubahan warna lebih cerah,coklat kekuningan – coklat merah.Munculnya
mineralisassi tertentu (lemah) seperti MnOx,FeOx dan AlOx
Diskripsi umum
• Terlihat adanya mineralisasi yang kuat
• Cenderung homogen
• Tingkat elasitas lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain
• Sering dijumpai fragmen batuan asal seperti silica
• Kehadiran laterit dengan campuran tersebut diatas dapat merupakan perselingan
dengan laterit yang cenderung homogen.
• Mineral utama (mayor mineral) pada zone ini, Geotit (FeOH) dan mineral
lempung (clay) seperti Kaolin.
• Minor mineral zona ini, adalh mineral-mineral oksida seperti MnOx,AlOx,
Magnetit dan Cromite.
• Silika (Quartz) lebih sering dijumpai daripada minor mineral di atas.
• Gradasi kearah zona Saprolite dapat dilihat dari perubahan warna menjadi coklat
kekuningan,coklat kehijauan atau hijau.
Diskripsi umum
• Cenderung hiterogen
• Sering dijumpai fragmen batuan asal,Silika.
• Perselingan antara Laterit dengna batuan asal (biasanya berukuran boulder) sering
dijumpai di zona ini
• Semakin ke arah bawah terlihat adanya gradasi ukuran butir menjadi lebih kasar
• Ke arah bawah kondisi fracturing semakin intensif yang biasanya terisi oleh
mineral-mineral Silika seperti Garnierit dan Crysopras.
• Mineral tambahan (minor mineral) pada zona ini adalah lempung (clay) dan
mineral oksida seperti Geotit,MnOx,Magnetit,Cromite dan Chrysotile Asbestos.
• Magnesit (MgCO3) kadang dijumpai dalam jumlah sedikit (accessory minerals).
• Gradasi kea rah zona Bedrock diindikasikan dengan kemunculan fragmen-
fragmen batuan asal berukuran couble-boulder dengan pelapukan yang semakin
berkurang kea rah Bedrock.
Zona Bedrock,(WBN-BRK)
Diskripsi umum
• Komposisi terdiri atas Dunit,Peridotit atau batuan Ultrabasa lainnya
• Pada bagian atas sering dijumpai zona fracturing yang terisi oleh mineral Silikat
seperti Garnierit,Serpentin, Crysopras atau mineral silikat lainnya.
• Kondisi Bedrock yang fresh dan massif dijumpai pada bagian bawah dengan zona
fracturing tersebut di atas.
• Mineral utama Olivin dan Piroksen.
• Minor mineral, Hornblende dan Biotite
• Accessory minerals, Cromite dan mineral Sulfida.
RED >50
LIMONITE <0.8 <0.1 <0.5
0. 0.1 40 0.5
YELLO t to to
LIMONITE to
1 50 5
0.2
1.5 25 5
TRANSITION to to to
4 0.02 40 15
SAPROLITE/ 1.8 to 10 15
0.1 to
GARNIERITE/ to to
SERPENTINE 3 25 35
1. Peridotit 2. Dunite
Warna : Hitam kehijauan Warna : Hijau kehitaman
Tekstur : Granular faneric Tekstur : Granular faneric
Struktur : Masif Struktur : Masif
Kom. Mineral : - Olivin Min.Utama Kom.Mineral : - Olivin Min.utama
- Piroksen - Cromit
- Cromite Min.tambahan - Magnetit Min.tambh.
Tahapan :
Dalam melakukan penyelidikan yang umum para ahli geologi lakukan adalah
mengkombinasikan data Helicopter Aerial Reconnaissance dengan data interpretasi
satellite image namun bisa juga melakukan penelitian di atas meja yaitu dengan
mempelajari berbagai sumber data yang berkaitan dengan daerah penelitian ( buku
literatur, Peta Topografi ,Peta Geologi Regional ,Peta Tata Guna Lahan dan sebagainya )
serta mempelajari berdasarkan indikasi data geologi yang memungkinkan pembentukan
formasi bijih, contoh : tanah merah merupakan indikasi yang baik untuk
mengetahui adanya batuan Ultrabasa,walaupun tidak selamanya benar.
2.Pemetaan Regional
Setelah kita mengetahui berdasarkan data di atas maka kita melokalisir daerah yang
dianggap potensial dengan pemetaan skala 1 : 10.000.
Jika indikasi endapan bijih nikel dari analisa laboratorium sesuai dengan harapan, maka
spasi 400m x 400m bisa di infill dengan spasi 200m x 200m dengan cara pembuatan grid
line (surveyor), dimana merupakan cara geometri dan jejak orthogonal lapangan,
biasanya jarak terukur spasi 50/100 m. Infill drill ini haruslah sudah menggunakan alat
bor, agar data yang diambil akurat.
Dibawah ini akan diperlihatkan bekas Test pit. ( PT. Nickel Pasific, Waegeo) dan test pit
dari PT.BMS.
Langkah selanjutnya adalah penentuan titik Bench Mark dengan GPS Geodetick, yang
mana nantinya sebagai acuan dalam pembuatan peta topografi local dan gridding line
untuk infill drill spasi 100 m x 100m, 50m x 50m dan 25m x 25 m.
Pada saat pembuatan gridlines, starting pointnya haruslah dari titik yang significan,
seperti halnya helipad atau dari titik drill yang akan direncanakan. Titik-titik drill
haruslah ditandai dengan pita dan almunium tag. Geolog melakukan pemetaan dan
surveyor mengerjakan pengukuran dan gridding line.
Selama grid cutting, characteristic laterite di petakan dalam skala 1 : 5000. Hasil
Pemetaan Detail ini sebagai Base Map dan merecord kenampakan data dilapangan seperti
halnya :
Pola aliran : - Arah, ukuran, kualitas air dan kejernihan ( untuk planning selanjutnya
dalam penentuan fly camp dan program drilling ) dan seberapa jauh sungai tersebut
memotong batuan dasar plus jenis Bedrock-nya. Peralatan yang dipakai adalah GPS dan
kompas.
Foto,7. : Morfologi datar – sedang yang sangat ideal untuk endapan bijih Ni,Waegeo,PT.GDM,2006
II.3 Eksplorasi Detail Tahap II
Dari hasil pemetaan grid lines spasi 200m x 200m dan analisa bor, jika indikasi calculate
deposit bagus maka hal ini dilanjutkan dengan infill-infill bor spasi 100m x 100m.
Spacing infill drill ini dengan menggunakan Winkie rigs (WBN) atau Jackro 200
(PT.Kemaknuran Pertiwi Tambang).
Sebelum cadangan kasar dihitung secara accurate, deposit laterite dipetakan secara detail
dan disurvey secara professional dan informasi ini terekam dalam skala 1 : 1000
Area-area spesifik yang termasuk di daerah deposit haruslah dipilih untuk penambahan
infill drilling. Area tersebut diasumsikan sebagai target permulaan mining (Mining Block
Test). Infill drilling selanjutnya dipropose untuk metallurgy,density, analisis
geostatistikal dan atau measured resource drilling. Ditahapan inipun gridding ,pemetaan
dan survey terus berlanjut guna mengupdate peta sebelumnya
III. Studi Infrastuktur dan tahapan lainnya akan diterangkan di lain episode.
IV. LAPANGAN
- Lokasi (koordinat,kampung,sungai)
- Ragam batuan (batuan utama,jenis batuan sekitarnya)
- Mineral (pembentuk batuan utama,pengiring,mineral lainnya, mineral
ubahan).
- Struktur (sesar,deformasi, selaras,erosi)
- Kondisi batuan (segar,lapuk,ketinggian,keadaan sekarang)
- Xenolit (bentuk,ukuran,warna,jenis,penyebaran,kelimpahan)
- Urat (jenis,mineral,memotong,penyebaran,kelimpahan,ukuran,mengubah
batuan sekitarnya,peran urat)
- Dike,kalau ada
(jenis,ukuran,bentuk,penyebaran,kelimpahan,warna,mineral,memotong,me
ngubah batuan sekitarnya,peran dike)
- Perhatikan vegetasi atau daerah tidak subur yang biasanya tempat
penyebaran batuan ofiolit atau laterite.
- Perhatikan tanah lapukan/laterit.
Kegiatan yang pertama kali dilakukan adalah orientasi lapangan (dengan heli) guna
menentukan daerah-daerah mana yang nantinya dianggap prioritas utama aktifitas
eksplorasi. Perlengkapan yang digunakan :
• Peta Geologi Regional
• Peta Topografi
• GPS
• Kompas Sunto + Clino
• Palu geologi
• Buku lapangan yang tahan air
• Meter line (min 50 m)
• Pensil mekanik,2B
• Scracther + magnetik
• Pita
• Spidol permanen
Langkah selanjutnya mengikuti tahapan-tahapan eksplorasi seperti yang telah dijelaskan
diatas.
I. PERALATAN :
Peralatan yang perlu disiapkan sebelum melakukan diskripsi / pemerian inti bor antara
lain :
a. Buku lapangan tahan air
b. Pinsil,bolpoint dan spidol
c. Aluminium tag
d. Plastik label conto
e. Kantong conto
f. Loupe
g. Magnet pen/Scratcher pen
h. Plastik core box
i. Kertas karton manila
4. Warna/colour (kolom5)
Berdasarkan kenampakan fisik, misal : Abu-abu,Hijau,Kuning.
8. Keterangan/Comments
Berdasarkan keterangan yang didapat dari laterite/batuan pada setiap 1 m
kemajuan bor.
PROJECT :
1. Inti bor di sampling setiap interval 1m kemajuan bor,kecuali pada batas lithologi.
2. Core box harus dilapisi dengan plastic yang bersih atau dibersihkan setiap
pergantian core / inti bor.
3. Conto/inti bor dimasukkan ke dalam kantong conto beserta almunium tag dan
label conto (karton manila) yang telah disiapkan sebelumnya.
4. Conto ditimbang dan dicatat beratnya pada almunium tag dan label conto.
5. Plastik conto dirangkap dua.
6. Apabila ada satu conto atau lebih yang akan diambil Hand Specimen-nya maka
harus dicatat berat asal dan berat HS-nya. Berat yang dicantumkan pada label
adalah berat sisa setelah diambil HS-nya,terutama untuk saprolite.
7. Conto dimasukkan kedalam karung dan pada bagian luar ditulis nomor
conto,kedalaman serta jumlah contonya.
Sampling dilakukan dilapangan dan dibawa oleh crew laborat untuk diperiksa. Alat yang
digunakan antara lain sebuah mobile jaw crusher,pulverizer dan oven pengering/drying
oven atau dijemur dibawah terik matahari.
Duplikat sample sebagai cross cek hasil laborat haruslah disimpan secara rahasia.Sample
ini harus direcord secara rapi dan teratur. Data duplikat sample tidak boleh tersebar ke
laboratorium.
V. ASSYING
Di sini hanya akan diterangkan secara sekilas urut-urutannya,antara lain :
1. Metoda
Setiap sample dianalisa oleh Independent Konsultan Laboratorium di Jakarta untuk
unsur-unsur Ni,Co,Fe,Mg,Si dan Al, dengan intruksi standard sample yang telah
ditetapkan oleh perusahan pengguna jasa.
Metode analisa yang dipakai adalah :
• Ni,Co,Fe,Mg dan Al akan diperiksa dengan 2 cairan asam (hydrochloric dan nitric
acid), dan hasilnya dibaca melalui Atomic Absorption Spectroscopy (AAS).
• Analisis Si untuk program drilling feasibility dan diperiksa melalui suatu proses
gravimetric
VI. GEOTEK
VII. DATA
Untuk menjaga kerahasian sample dan integritas data base dari interfensi dan kebocoran
data adalah sangat penting. Maka yang harus dilakukan adalah :
• Mengawasi secara langsung keamanan sample/core dilapangan.
• Core sisa dan sample yang direjek disimpan digudang yang terkunci.
• Menjaga keamanan transportasi sample dan core.
• Keamanan laaboratorium.
• Semua data diberi akses rahasia.
• Keamanan computer.
• Final report harus dijaga kerahasiaannya
• Semua file musti di backedup di dalam CD dan disimpan secara rahasia
dilapangan.
• Jika menggunakan fasilitas “network” dapat dibackedup secara teratur di
designated network drive (G).
Semua staff eksplorasi harus familiar dengan prinsip-prinsip dasar dan funsi sistimatik
cadangan dan estimasi reserve.
Digitising interpetasi zona-zona litologi harus dikerjakan oleh geologist dan juga
diperiksa oleh senior geologist.
Validasi digital kopi data base haruslah diserahkan ke konsumen (biasanya QNI atau
perusahaan pembeli lainnya) untuk kalkulasi cadangan melalui blok model . Biasanya
mereka juga mengaudit seluruh prosedur eksplorasi yang telah kita lakukan.
IX. PEMBUATAN LAPORAN
Standart laporan ini biasanya memuat hal-hal sebagai berikut : (QNI dan WBN)
1. Pendahuluan
Diskripsi Projek
Eksplorasi sebelumnya
2. Status
Sejarah
Kedudukan/Status daearah
5. Prosedur Estimasi
Data Base
Survey Topografi
Geologi
Profile Vertikal Secara Kimia
Penyebaran Batuan
Variograpi
6. Modelling
Topograpi Permukaaan
Geologi Model
Blok Model
Metode Estimasi Grade
8. Statemen Cadangan
10. Referensi.
DAFTAR GAMBAR :