Anda di halaman 1dari 8

Ketika mengalami pengangkatan dan penurunan, batuan mengalami

ekspansi, sebagian besar ke arah vertikal, menghasilkan rekahan horizontal


(sheeting) sejajar dengan permukaan tanah. Ini dikarenakan ketika batuan didekat
permukaan mengalami penurunan oleh berkurangnya lapisan batuan di atasnya,
maka, batuan dapat mengembang secara vertikal tetapi tidak secara horizontal.
Dengan cara ini, tegangan vertikal menjadi lebih kecil daripada tegangan
horizontal, dan kekar berkembang dalam tegangan normal hingga tegangan
terendah. Hal ini paling jelas terlihat pada granit yang homogen, sedangkan
ekspansi pada batuan metamorf dan batuan sedimen terjadi di sepanjang
permukaan perlapisan, di sepanjang zona tektonik yang lemah dengan adanya
penghancuran, atau bersama dengan rekahan yang terbentuk pada kedalaman yang
sangat dalam. Kekar yang terbuka akibat oleh pelepasan tegangan secara
bergiliran menyediakan jalur bagi air tanah untuk bersirkulasi, meningkatkan luas
permukaan batuan untuk mengalami pelapukan kimiawi.
Di daerah yang mengalami siklus pembekuan-pencairan, pelapukan es
menjadi sangat penting. Ketika air membeku di celah-celah batu, ini akan
mengalami pengembangan sebesar 9% dan dapat menghasilkan tegangan yang
sangat tinggi, yang selanjutnya memperlebar retakan didekat permukaan.
Permukaan batuan yang terpapar juga mengalami fluktuasi suhu harian yang
menyebabkan perluasan lebih besar dari lapisan luar relatif terhadap sisa batuan.
Daerah gurun khususnya mengalami rentang suhu harian yang sangat luas,
meskipun betapa pentingnya proses ini untuk pelapukan mekanis dipertanyakan.
Akar tanaman dan lumut juga dapat berkontribusi pada pelapukan mekanis saat
tumbuh menjadi patahan, menyerap air, dan mengalami ekspansi.
3.6.1
3.6.2 Pelapukan Biologis
Batuan adalah sumber nutrisi bagi tanaman, dan tanaman mampu
melarutkan dan memecah mineral pembentuk batuan utama. Lumut yang terdiri
dari alga dan jamur yang hidup bersimbiosis menghasilkan senyawa organik yang
dapat melarutkan mineral silikat secara perlahan. Bahkan pada tahap awal
pelapukan, kita dapat melihat hifa jamur (hyphae algae) menembus retakan
mikroskopis.
Akar tanaman menghasilkan CO2 yang membantu menurunkan pH dan
melarutkan mineral seperti feldspar dan mika, sehingga membebaskan nutrisi
tanaman yang penting, yaitu kalium. Tumbuhan juga menghasilkan asam humat
(humid acid), yang juga sangat mempengaruhi kelarutan mineral silikat, dan juga
mempengaruhi stabilitas mineral lempung. Produksi asam humat mungkin
merupakan faktor utama yang mempengaruhi laju pelapukan. Di daerah
bervegetasi tinggi, seperti hutan hujan di daerah tropis, tingkat pelapukan sangat
tinggi karena begitu banyak asam humat yang dihasilkan.
Bakteri dan jamur, yang ditemukan dihampir semua jenis tanah, aktif
dalam penguraian mineral. Hewan juga berkontribusi terhadap pelapukan, dan
organisme laut tertentu seperti kerang dapat mengebor ke dalam batuan padat
(lihat Bab 8). Mikrobiologi telah menjadi bidang utama penelitian dalam upaya
untuk memahami bagaimana mineral dilarutkan dan diendapkan.

3.6.3 Pelapukan Kimiawi


Tidak ada batasan yang tegas/jelas antara pelapukan biologis dan kimiawi, karena
kita dapat menemukan aktivitas biologis di hampir semua tanah dan batuan di
dekat permukaan. Lingkungan kimia dalam air di permukaan bumi sangat
dipengaruhi oleh aktivitas biologis lokal, dan dalam banyak kasus proses
biologislah yang menyebabkan pelapukan berlanjut setelah air hujan dinetralisir
melalui reaksi dengan mineral. Oleh karena itu kita akan menggunakan istilah
"pelapukan" disini untuk proses kimia dan biologi.

3.6.4 Profil Pelapukan (Profil Tanah)


Baik pelapukan kimia maupun biologis sebagian besar dikendalikan oleh iklim.
Faktor krusialnya adalah rasio antara curah hujan dan penguapan disuatu daerah.
Di daerah dimana curah hujan jauh melebihi penguapan, profil podsol
berkembang dimana ada perpindahan bersih ion-ion menuju ke bawah melalui
profil tanah saat mineral terlarut. Dengan kata lain, pelapukan terjadi karena fakta
bahwa air hujan sedikit asam (karena kandungan CO2 dan H2SO4) dan
mengandung oksigen. Air hujan pada awalnya tidak jenuh terhadap semua
mineral. Beberapa mineral hanya sedikit larut, yang lain lebih larut dalam air
pengoksidasi (oxidising water) yang sedikit asam ini. Ion yang terlarut kemudian
diangkut ke permukaan air, tetapi iron ferrous yang dilepaskan dari mineral yang
mengandung besi akan dioksidasi dan diendapkan sebagai iron-bearing
(Fe(OH)3). Vegetasi dibagian atas profil tanah menghasilkan CO2 dari akar dan
senyawa organik, terutama asam humat, yang akan meningkatkan kelarutan
mineral silikat. Demikian pula, aluminium yang berasal dari larutan feldspar dan
mika, misalnya, mengendap sebagai Al(OH)3 tetapi kurang terlihat karena
aluminium hidroksida berwarna putih. Bagian paling atas dari profil tanah,
dimana pelarutan karena air hujan jenuh dan asam organik mendominasi, disebut
Horizon-A. Beberapa garam terlarut dan khususnya besi hidroksida diendapkan di
Horizon-B seperti dibawah ini (Gbr. 3.9). Ini dapat berkembang menjadi lapisan
batuan padat (hard-pan) yang tersementasi dengan besi, aluminium oksida, dan
hidroksida.
Gambar 3.9 Representasi sederhana dari profil tanah sebagai fungsi dari curah
hujan (presipitasi) dan penguapan

Saat dimana curah hujan kira-kira seimbang dengan penguapan, terdapat lebih
sedikit leaching (ekstraksi padat-cair) dalam profil tanah. Pada kedalaman tertentu
(sekitar 0,5-1 m) karbonat akan diendapkan dan membentuk lapisan indurasi
(kalkret) yang dapat terkikis dan berasal dari konglomerat.
Kandungan organik lebih besar di Horizon-B yang berwarna coklat karena
oksidasi bahan organik yang lebih sedikit, maka ini disebut sebagai profil tanah
coklat. Jika evaporasi lebih besar dari presipitasi maka akan terjadi perpindahan
netto air pori ke atas, menyebabkan garam yang terlarut dari air tanah akan
terendapkan secara tinggi di profil tanah.

3.6.5 Faktor-Faktor Apa yang Mengontrol Laju Pelapukan dan Hasilnya?


Dikarenakan pelapukan adalah proses produksi sedimen yang paling
penting, kami tertarik untuk memahami bagaimana tingkat pelapukan berkaitan
dengan jenis batuan, curah hujan, suhu, vegetasi, relief, dll. Kami juga mencoba
untuk membangun korelasi antara hasil pelapukan, khususnya mineral lempung,
dan faktor-faktornya Dengan mempelajari sedimen dari periode geologi yang
lebih tua, kita dapat mempelajari sesuatu tentang kondisi pelapukan pada saat itu.
Produk/hasil pelapukan juga akan menjadi penanda batuan mengalami pelapukan.
Stabilitas suatu mineral selama pelapukan sebagian besar merupakan fungsi dari
kekuatan ikatan yang menahan kation dalam kisi kristal. Kalium (K +) dalam mika
terikat oleh ikatan lemah (potensi ion rendah) yang bertanggung jawab atas
pembelahan (clevage). Pada biotit, Mg++ dan Fe++ dalam lapisan oktahedral juga
akan berikatan lemah. Selama pelapukan kation seperti K+, Na+, Ca++, Mg++ dan
Fe++ dapat diserang oleh proton (H+) yang akan menggantikannya dan
mengirimnya ke dalam larutan. Rantai silikat seperti hornblende dan piroksen
juga akan relatif tidak stabil dan cepat mengalami pelapukan. Dalam feldspar, ion
alkali dilarutkan sehingga seluruh mineral luruh/hancur. Stabilitas terendah ada
pada plagioklas kaya kalsium, sedangkan albite murni (natrium feldspar), ortoklas
dan mikroklin (kalium feldspar) lebih stabil. Pemecahan mineral silikat ini akan
membebaskan kation alkali. Silikon dan aluminium memiliki kelarutan yang
sangat rendah dan membentuk mineral silikat baru, mineral lempung, meskipun
beberapa asam silikat (H4SiO4) menjadi larutan
1. 2K(Na)Al2 AlSi3O10(OH)2 (muskovit) + 2H+ + 3H2O = 3Al2Si2O5(OH)4
(kaolinit) + 2K+(Na+)
2. 2K(Mg, Fe)3AlSi3O10(OH)2 (biotit) + 12H+ + 2e + O2 = Al2Si2O5(OH)4
(kaolinit) + 4SiO2 (dalam larutan) + Fe2O3 + 4Mg++ + 6H2O + 2K+
3. 2K(Na) AlSi3O8 (feldspar) + 2H+ + 9H2O = Al2Si2O5(OH)4 (kaolinit) +
4H4SiO4 + K+(Na+)
Seperti yang dapat dilihat bahwa kalium telah digantikan oleh ion
hidrogen dalam mineral silikat baru. Hal yang sama berlaku untuk natrium dalam
albite. Persamaan menunjukkan bahwa reaksi didorong ke kanan oleh rasio K +/H+
dan Na+/H+ yang rendah.
Derajat pelapukan tergantung pada seberapa kurang jenuh air terhadap
mineral penyusun batuan, dan pada volume air yang mengalir melalui batuan. Jika
reaksi dihasilkan dalam larutan, K+, Na+ dan silika (H4SiO4), tidak dihilangkan
oleh aliran air, maka reaksi akan berhenti. Inilah sebabnya mengapa pelapukan
selalu ditemukan di sepanjang retakan dimana air dapat menembus (Gbr. 3.10).
Kekar vertikal dan horizontal yang sering berkembang sebagai respons terhadap
pelepasan tekanan ketika batuan yang sebelumnya terkubur secara dalam,
tersingkap di permukaan tanah yang menyediakan adanya jalur awal. Saat proses
pelapukan menyebar keluar dari kekar, blok batuan yang tidak mengalami
pelapukan secara bertahap diisolasi. Batuan ini memiliki sudut membulat dan
mungkin menjadi bulat seluruhnya (pelapukan spheroidal) (Gbr. 3.11a,b,c). Di
daerah gurun, dimana curah hujannya sedikit, pelapukan berlangsung jauh lebih
lambat. Illite dan montmorillonit dapat terbentuk di bawah rasio K+/H+ dan Na+/H+
yang lebih tinggi daripada kaolinit, dan mereka sering terbentuk dimana perkolasi
air lebih sedikit dan peluruhan kalium atau natrium lebih lambat.
Sering juga terdapat kandungan silika yang tinggi dalam air di daerah
gurun karena biasanya alga silika (diatom) mekar dan silika terkonsentrasi oleh
penguapan air. Ini membantu meningkatkan stabilitas smektit.
Granit yang mengalami pelapukan dalam waktu yang sangat lama sering
kali mengembangkan topografi khusus. Fraktur dan zona patahan paling cepat
mengalami pelapukan dan membentuk lembah tempat air tanah terkumpul, yang
selanjutnya mempercepat pelapukan. Area granit yang lebih masif akan terlihat
menonjol di medan, dan karena curah hujan turun dengan cepat ke dalam lekukan
diantara bagian-bagian yang tinggi, perbedaan topografi akan menjadi semakin
jelas. Granit yang dikelilingi oleh batuan sedimen akan (?), karena kandungan
feldsparnya yang tinggi, biasanya akan lebih cepat mengalami pelapukan daripada
sedimen yang mengandung lebih banyak kuarsa dan mineral stabil lainnya.
Apalagi jika sedimennya terdiri dari kuarsit dan serpih, granit akan membentuk
depresi di medan. Produk pelapukan dari granit biasanya berupa butiran kuarsa
yang membentuk butiran pasir dengan ukuran yang sama dengan kristal kuarsa
pada granit, dan tanah liat yang terdiri dari kaolinit, dan mungkin juga beberapa
ilit dan smektit yang terbentuk dari feldspar dan mika. Kami memiliki distribusi
ukuran butir bimodal dengan pasir dan tanah liat, tetapi memiliki sangat sedikit
lanau.
Batuan dasar (misalnya gabro) akan mengalami pelapukan jauh lebih cepat
daripada granit karena plagioklas dasar (cafeldspar), piroksen dan hornblende
sangat tidak stabil dan larut lebih cepat daripada mineral kaya silika (asam).
Selama pelapukan progresif natrium, kalium, magnesisum dan kalsium akan
dihilangkan oleh air tanah tetapi beberapa kalium dapat diadsorpsi pada mineral
lempung. Residu pelapukan akan diperkaya dengan unsur-unsur dengan kelarutan
rendah seperti Ti, Al, Si dan Mn (Gbr. 3.12). Dalam lingkungan pelapukan
oksidasi yang normal, semua besi akan mengendap kembali sebagai besi oksida
(Fe(OH)3) sedangkan magnesium akan cenderung tetap dalam larutan. Di daerah
dengan curah hujan tinggi konsentrasi ion seperti K+, Na+ dan silika akan terdilusi
dan kaolinit akan mengendap.
Gambar 3.10 Pelapukan granit di sepanjang rekahan ekstensional
Gambar 3.11 (a, b) Granit yang lapuk (Kampala Utara, Uganda) menunjukkan
tahapan pelapukan yang berbeda. (c) Pelapukan konsentris – spheroidal di batuan
intrusi dasar, Pelapukan jauh lebih cepat tanpa adanya kuarsa.

Saat dimana sirkulasi air pori lebih lambat, kita mungkin akan mendapatkan
konsentrasi Mg++, Ca++, dan silika yang lebih tinggi di dalam air, sehingga smektit
(montmorillonit) atau klorit mengendap. Smektit membutuhkan air pori dengan
konsentrasi silika yang relatif tinggi (Gbr. 3.13) dan karena itu sering ditemukan
pada sedimen yang berasal dari batuan vulkanik yang mengandung kaca atau
mineral silikat terlarut. Sumber silika biogenik (diatom, radiolaria) juga akan
meningkatkan konsentrasi silika dalam air pori karena silika amorf jauh lebih larut
daripada kuarsa. Di lingkungan gurun, penguapan air setelah hujan akan
mengkonsentrasikan silika di air pori dan membuat smektit stabil. Gambar 3.12
menunjukkan analisis batuan pada berbagai tahap transformasi akibat pelapukan.
Pelapukan berlangsung sangat cepat di amfibolit: Na+, Mg++ dan Ca++ cepat ter-
leached, sementara A13+, Fe3+ dan Ti4+ menjadi diperkaya. Namun demikian,
sebagian besar K+ teradsorpsi pada mineral lempung dan oleh karena itu akan
lebih banyak Na+ daripada K+ yang dipasok ke lautan dan juga sungai.

Anda mungkin juga menyukai