ISI
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan
antara beberapa centimeter sampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat
halus sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam
batuan sedimen. Dibanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan
kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya 5% dari seluruh batuan-batuan yang terdapat
3
dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping
kira-kira 80% (Pettijohn, 1975).
Sedimen tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi dapat juga dari yang
terakumulasi di tepi-tepi cekungan yang melengser kebawah akibat gaya gravitasi. Meskipun
secara teoritis dibawah permukaan air tidak terjadi erosi, namun masih ada energy air,
gelombang dan arus bawah permukaan yang mengikis terumbu-terumbu karang di laut dan
hasil kikisannya terendapkan di sekitarnya. Material sedimen dapat berupa :
Fragmen dan mineral-mineral dari batuan yang sudah ada. Misalnya kerikil di sungai,
pasir di pantai dan lumpur di laut atau di danau.
Material organik, seperti terumbu koral di laut, sisa-sisa cangkang organisme air dan
vegetasi di rawa-rawa.
Hasil penguapan dan proses kimia seperti garam di danau payau dan kalsium karbonat
di laut dangkal.
4
II.2.1. Pelapukan (Weathering)
Pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah pada
dan/atau dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik, kimia dan/atau biologi.
Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan sedimen dan tanah (soil).
Kiranya penting untuk diketahui bahwa proses pelapukan akan menghacurkan batuan atau
bahkan melarutkan sebagian dari mineral untuk kemudian menjadi tanah atau diangkut dan
diendapkan sebagai batuan sedimen klastik. Sebagian dari mineral mungkin larut secara
menyeluruh dan membentuk mineral baru. Inilah sebabnya dalam studi tanah atau batuan
klastika mempunyai komposisi yang dapat sangat berbeda dengan batuan asalnya. Komposisi
tanah tidak hanya tergantung pada batuan induk (batuan asal) nya, tetapi juga dipengaruhi
oleh alam, intensitas, dan lama (duration) pelapukan dan proses jenis pembentukan tanah itu
sendiri (Boggs, 1995).
5
II.2.1.2. Pelapukan Kimia
Pelapukan kimia membuat komposisi kimia dan mineralogi suatu batuan dapat
berubah. Mineral dalam batuan yang dirusak oleh air kemudian bereaksi dengan udara
(O2 atau CO2), menyebabkan sebagaian dari mineral itu menjadi larutan. Selain itu,
bagian unsur mineral yang lain dapat bergabung dengan unsur setempat membentuk
Kristal mineral baru.
Kecepatan pelapukan kimia tergantung dari iklim, komposisi mineral dan ukuran
butir dari batuan yang mengalami pelapukan. Pelapukan akan berjalan cepat pada
daerah yang lembab (humid) atau panas dari pada di daerah kering atau sangat dingin.
Hidrolisis adalah reaksi antara mineral silikat dan asam (larutan mengandung
ion H+) dimana memungkinkan pelarut mineral silikat dan membebaskan
kation logam dan silika. Mineral lempung seperti kaolin, ilit dan smektit besar
kemungkinan hasil dari proses pelapukan kimia jenis ini (Boggs, 1995).
Pelapukan jenis ini memegang peran terpenting dalam pelapukan kimia.
Hidrasi adalah proses penambahan air pada suatu mineral sehingga
membentuk mineral baru. Lawan dari hidrasi adalah dehidrasi, dimana mineral
kehilangan air sehingga berbentuk anhydrous. Proses terakhir ini sangat jarang
terjadi pada pelapukan, karena pada proses pelapukan selalu ada air. Contoh
yang umum dari proses ini adalah penambahan air pada mineral hematit
sehingga membentuk gutit.
Oksidasi berlangsung pada besi atau mangan yang pada umumnya terbentuk
pada mineral silikat seperti biotit dan piroksen. Elemen lain yang mudah
teroksidasi pada proses pelapukan adalah sulfur, contohnya pada pirit (Fe2S).
Reduksi terjadi dimana kebutuhan oksigen (umumnya oleh jasad hidup) lebih
banyak dari pada oksigen yang tersedia. Kondisi seperti ini membuat besi
menambah elektron dari Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih mudah larut sehingga
lebih mobil, sedangkan Fe3+ mungkin hilang pada sistem pelapukan dalam
pelarutan.
Pelarutan mineral yang mudah larut seperti kalsit, dolomit dan gipsum oleh
air hujan selama pelapukan akan cenderung terbentuk komposisi yang baru.
6
Pergantian ion adalah proses dalam pelapukan dimana ion dalam larutan
seperti pergantian Na oleh Ca. Umumnya terjadi pada mineral lempung.
Akibat grafitasi: akibat adanya grafitasi bumi maka pecahan batuan yang ada
bisa langsung jatuh ke permukaan tanah atau menggelinding melalui tebing
sampai akhirnya terkumpul di permukaan tanah.
Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada dapat
mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain. Salah satu
contoh yang dapat diamati dengan jelas adalah peranan sungai dalam mengangkut
pecahan-pecahan batuan yang kecil ini.
7
Gambar 3 Pola gerakan sedimen di dalam air
Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan batuan
yang kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah gurun.
Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang ada di
Alaska sekarang juga mampu memindahkan pecahan-pecahan batuan yang ada.
Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang disebut cekungan.
Di tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan karena daerah tersebut
relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena bentuknya yang cekung ditambah
akibat gaya grafitasi dari sedimen tersebut maka susah sekali sedimen tersebut akan bergerak
melewati cekungan tersebut. Dengan semakin banyaknya sedimen yang diendapkan, maka
cekungan akan mengalami penurunan dan membuat cekungan tersebut semakin dalam
sehingga semakin banyak sedimen yang terendapkan.
8
Penurunan cekungan sendiri banyak disebabkan oleh penambahan berat dari sedimen
yang ada dan kadang dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar cekungan seperti
adanya patahan.
Bed load: ini terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir, kerikil,
kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang bergerak dapat berfungsi
memindahkan pertikel-partikel yang besar di dasar. Pergerakan dari butiran pasir
dimulai pada saat kekuatan gaya aliran melebihi kekuatan inertia butiran pasir
tersebut pada saat diam. Gerakan-gerakan sedimen tersebut bisa menggelundung,
menggeser, atau bahkan bisa mendorong sedimen yang satu dengan lainnya.
Saltation yang dalam bahasa latin artinya meloncat, umumnya terjadi pada sedimen
berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan mengangkut
sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang ada mampu
mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar.
Grafity flow : terjadi pada sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada
mampu menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya
grafitasi yang ada mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar.
II.2.3. Deposisi/Pengendapan
Pecahan-pecahan batuan yang terbawa akibat erosi tidak dapat terbawa selamanya.
Seperti halnya sungai akan bertemu laut, angin akan berkurang tiupannya, dan juga glasier
akan meleleh. Akibat semua ini, maka pecahan batuan yang terbawa akan terendapkan.
Proses ini yang sering disebut proses pengendapan, sedangkan tempat terendapkannya
material tadi disebut lingkungan pengendapan.
9
Lingkungan pengendapan adalah suatu daerah di permukaan bumi dimana terdapat
sesuatu bahan yang terendapkan atau terdapat suatu deposit. Lingkungan pengendapan
dapat dibedakan dengan daerah sekitarnya berdasarkan karakteristik biologi, kimia, dan
fisiknya. Terdapat beberapa tipe lingkungan pengendapan yang ada di bumi sekarang.
Lingkungan pengendapan dibagi menjadi tiga, yaitu :
10
Lingkungan Fluvial (Fluvial Environments): mencakup braided
river, sungai bermeander, dan jeram. Saluran-saluran sungai, ambang sungai,
tanggul, dan dataran-dataran banjir adalah bagian dari lingkungan fluvial.
Endapan di saluran-saluran sungai terdiri dari kwarsa, gravel dengan
kebundaran baik, dan pasir. Ambang sungai terbentuk dari gravel atau pasir,
tanggul-tanggul terbuat dari pasir berbutir halus ataupun lanau. Sementara,
dataran-dataran banjir ditutupi oleh lempung dan lanau. Untuk sungai sendiri
dibagi menjadi 4 jenis tipe :
o Sungai Lurus (Straight)
Sungai lurus umumnya berada pada daerah bertopografi terjal mempunyai
energi aliran kuat atau deras. Energi yang kuat ini berdampak pada intensitas
erosi vertikal yang tinggi, jauh lebih besar dibandingkan erosi mendatarnya.
Kondisi seperti itu membuat sungai jenis ini mempunyai pengendapan
sedimen yang lemah, sehingga alirannya lurus tidak berbelok-belok (low
sinuosity) (Gambar VII.1). Karena kemampuan sedimentasi yang kecil inilah
maka sungai tipe ini jarang yang meninggalakan endapan tebal. Sungai tipe ini
biasanya dijumpai pada daerah pegunungan, yang mempunyai topografi tajam.
Sungai lurus ini sangat jarang dijumpai dan biasanya dijumpai pada jarak yang
sangat pendek.
o Sungai Kekelok (Meandering)
Sungai kekelok adalah sungai yang alirannya berkelok-kelok atau berbelok-
belok (Gambar VII.1 dan VII.2). Leopold dan Wolman (1957) dalam Reineck
dan Singh (1980) menyebut sungai meandering jika sinuosity-nya lebih dari
1.5. Pada sungai tipe ini erosi secara umum lemah sehingga pengendapan
sedimen kuat. Erosi horisontalnya lebih besar dibandingkan erosi vertikal,
perbedaan ini semakin besar pada waktu banjir. Hal ini menyebabkan aliran
sungai sering berpindah tempat secara mendatar. Ini terjadi karena adanya
pengikisan tepi sungai oleh aliran air utama yang pada daerah kelokan sungai
pinggir luar dan pengendapan pada kelokan tepi dalam. Kalau proses ini
berlangsung lama akan mengakibatkan aliran sungai semakin bengkok. Pada
kondisi tertentu bengkokan ini terputus, sehingga terjadinya danau bekas
aliran sungai yang berbentuk tapal kuda atau oxbow lake.
11
o Sungai Teranyam (Braided)
Sungai teranyam umumnya terdapat pada daerah datar dengan energi arus
alirannya lemah dan batuan di sekitarnya lunak. Sungai tipe ini bercirikan
debit air dan pengendapan sedimen tinggi. Daerah yang rata menyebabkan
aliran dengan mudah belok karena adanya benda yang merintangi aliran
sungai utama
Tipe sungai teranyam dapat dibedakan dari sungai kekelok dengan sedikitnya
jumlah lengkungan sungai, dan banyaknya pulau-pulau kecil di tengah sungai
yang disebut gosong. Sungai teranyam akan terbentuk dalam kondisi dimana
sungai mempunyai fluktuasi dischard besar dan cepat, kecepatan pasokan
sedimen yang tinggi yang umumnya berbutir kasar, tebing mudah tererosi dan
tidak kohesif (Cant, 1982). Biasanya tipe sungai teranyam ini diapit oleh bukit
di kiri dan kanannya. Endapannya selain berasal dari material sungai juga
berasal dari hasil erosi pada bukit-bukit yang mengapitnya yang kemudian
terbawa masuk ke dalam sungai.
Runtunan endapan sungai teranyam ini biasanya dengan pemilahan dan
kelulusan yang baik, sehingga bagus sekali untuk batuan waduk (reservoir).
Umumnya tipe sungai teranyam didominasi oleh pulau-pulau kecil (gosong)
berbagai ukuran yang dibentuk oleh pasir dan krikil. Pola aliran sungai
teranyam terkonsentrasi pada zona aliran utama. Jika sedang banjir sungai ini
banyak material yang terbawa terhambat pada tengah sungai baik berupa
batang pepohonan ataupun ranting-ranting pepohonan.
o Sungai Anastomasing
Sungai anastomasing terjadi karena adanya dua aliran sungai yang bercabang-
cabang, dimana cabang yang satu dengan cabang yang lain bertemu kembali
pada titik dan kemudian bersatu kembali pada titik yang lain membentuk satu
aliran. Energi alir sungai tipe ini rendah. Ada perbedaan yang jelas antara
sungai teranyam dan sungai anastomosing. Pada sungai teranyam (braided),
aliran sungai menyebar dan kemudian bersatu kembali menyatu masih dalam
lembah sungai tersebut yang lebar. Sedangkan untuk sungai anastomasing
adalah beberapa sungai yang terbagi menjadi beberapa cabang sungai kecil
dan bertemu kembali pada induk sungai pada jarak tertentu pada daerah
onggokan sungai sering diendapkan material halus dan biasanya ditutupi oleh
vegetasi
12
Gambar 6 Bentuk pola sungai
13
Contoh danau ini adalah Danau Schonau di Jerman dan Danau Great Ploner di
Kanada Selatan.
Danau permanen model ketiga adalah danau dengan endapan sapropelite
(lempung kaya akan organik) pada bagian dalam yang dikelilingi oleh
karbonat di daerah dangkal. Endapan pantai berupa ganggang dan molluska.
Danau permanen model ke empat dicirikan oleh adanya marsh pada daerah
dangkal yang kearah dalam menjadi sapropelite. Contoh dari danau ini adalah
Danau Gytta di Utara Kanada.
o Danau Ephemeral
Danau ephemeral adalah danau yang terbentuk dalam jangka waktu yang
pendek di daerah gurun dengan iklim yang panas. Hujan hanya terjadi sesekali
dalam setahun. Danau playa antar-gunung pada bagian dekat pegunungan
berupa fan alluvial piedmont yang kearah luar berubah menjadi pasir dan
lempung. Ciri dari danau playa ini adalah lempung berwarna merah-coklat
yang setempat disisipi oleh lanau dan gamping. Contoh danau ini adalah
Danau Qa Saleb dan Qa Disi di Jordania. Karena adanya pengaruh evaporasi,
danau ephemeral ini dapat membentuk endapan evaporite pada lingkungan
sabkha. Contoh dari danau ini adalah Danau Soda di Amerika Utara dan di
Gurun Sahara dan Arab.
14
II.2.3.2. Lingkungan Pengendapan Transisi
Lingkungan pengendapan transisi adalah semua lingkungan pengendapan yang berada
atau dekat pada daerah peralihan darat dengan laut.
Delta: endapan berbentuk kipas, terbentuk ketika sungai mengaliri badan air yang
diam seperti laut atau danau. Pasir adalah endapan yang paling umum ditemui.
15
Pantai dan barrier islands: didominasi oleh pasir dengan fauna marine. Barrier
islands terpisah dari pulau utama oleh lagoon. Umumnya berasosiasi dengan
endapan tidal flat.
16
II.2.3.3. Lingkungan Pengendapan Laut
Lingkungan pengendapan laut adalah semua lingkungan pengendapan yang berada di
laut atau samudera.
Continental shelf: terletak pada tepi kontinen, relative datar (slope < 0.1o),
dangkal (kedalaman kurang dari 200 m), lebarnya mampu mencapai beberapa
ratus meter. Continental shelf ditutupi oleh pasir, lumpur, dan lanau.
Continental slope dan continental rise: terletak pada dasar laut dari continental
shelf. Continental slope adalah bagian paling curam pada tepi
kontinen. Continental slope melewati dasar laut menujucontinental rise, yang
punya kemiringan yang lebih landai. Continental rise adalah pusat pengendapan
sedimen yang tebal akibat dari arus turbidity.
17
Abyssal plain: merupakan lantai dasar samudera. Pada dasarnya datar dan dilapisi
oleh very fine-grained sediment, tersusun terutama oleh lempung dan sel-sel
organisme mikroskopis seperti foraminifera, radiolarians, dan diatom.
Selama proses pengendapan, pecahan batuan akan diendapkan secara berlapis dimana
pecahan yang berat akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diikuti pecahan yang
lebih ringan dan seterusnya. Proses pengendapan ini akan membentuk perlapisan pada batuan
yang sering kita lihat di batuan sedimen saat ini.
II.2.4. Lithifikasi
Litifikasi adalah proses perubahan material sediment menjadi batuan sediment yang
kompak. Misalnya, pasir mengalami litifikasi menjadi batupasir. Seluruh proses yang
menyebabkan perubahan pada sedimen selama terpendam dan terlitifikasi disebut sebagai
diagenesis. Diagenesis terjadi pada temperatur dan tekanan yang lebih tinggi daripada kondisi
selama proses pelapukan, namun lebih rendah daripada proses metamorfisme.
Proses diagenesis dapat dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan proses yang
mengontrolnya, yaitu proses biologi, fisik, dan kimia
18
Organisme yang menyebabkan proses ini dapat merupakan organisme yang ssangat
kecil (mikrobia) dimana aktifitas jasad renik sangat berhubungan dengan proses
dekomposisi material organic. Proses dekomposisi material organic akan
mempengaruhi pH da Eh air pori sehingga mempercepat terjadinya reaksi kimia
dengan mineral penyusun sedimen. Aktifitas mikrobia antara lain fermentasi,
respirasi, pengurangan nitrat, besi, sulfat dan pembentukan gas methan. Selain itu
aktifitas organism lainnya terjadi ketika endapan sedimen berlangsung seperti
buworing, boring,. Kebanyakan bioturbasi terjadi pada sedikit di bawah permukaan
pengendapan, setelah pengendapan material sedimendengan kedalaan beberapa puluh
sentimeter. Proses ini akan membentuk kenampakan yang khas pada batuan sedimen
yang disebut struktur sedimen.
Proses Diagenesis Fisika
Kompaksi merupakan proses penyusunan kembali butiran sedimen sehingga
menghasilkan hubungan antara butiran yang lebih rapat. Hasil dari proses kompaksi
adalah ; Penurunan porositas dan permeablitas sedimen, pengualaran fluidadan pori
antara butiran, penipisan perlapisan. Secara teori proses kompaksi pada sedimen
silisiklastik dengan butir yang mebundar akan menurunkan porositas dari sekitar 48%
menjadi sekitar 26%. Tetapi karena butiran sedimen pasir dan lumpur dialam tidak
beraturan sehingga perubahan porositas akibat kompaksi sulit diperkirakan. Proses
kompaksi pada pasir sangat bergantung pada porositas dan orientasi awal, ukuran
butir, keseragaman butiran, dan komposisi partikel sedimen.
Proses Diagenesis Kimia
Proses diagenesis kimia merupaka reaksi yang komplek antara batuan dan cairan yang
terdapat di dalam lubang antara butiran (pori-pori). Ada beberapa macam proses
diagenesis kimia, yaitu sementasi, autogenic, rekristalisasi, inverse, replacement, dan
dissolution.
19
Semen juga mengakibatkan material sedimen, dan proses sementasi
merupakan proses kimia yang menyebabkan terjadinya proses pembatuan.
Proses sementasi terutama pada tingkat awal hingga pertengahan proses
diagenesis. Atau dapat juga terjadi pada akhir atau bahkan setelah terjadinya
pengangkatan batuan sedimen. Proses sementasi yang terjadi di awal dapat
mengurangi proses pemadatan mekanik sedimen, kecuali semen yang
terbentuk mengalami pelarutan.
o Autogenik pada pengertian yang luas merupakan semua proses, termasuk
proses sementasi dan replacement, yang mengakibatkan terbentuknya mineral
baru didalam sedimen atau batuan sedimen. Tetapi pada proses diagenetik,
autogenic merupakan proses pembentukan mineral baru selain sementasi dan
replacement. Mineral baru initerbentuk akibat proses kristalisasi larutan atau
alterasi dari mineral atau fragmen batuan.
o Penggantian (replacement) merupakan proses pelarutan mineral atau
sebagian mineral pada waktu terjadinya proses diagenesis, dan terjadinya
proses kristalisasi mineral baru yang berbeda komposisinya pada tempat
mineral yang mengalami pelarutan. Tekstur dan struktur awal pada umunya
tidak mengalami perubahan (terawetkan). Contoh yang baik adalah proses
pembentukan fosil kayu (petrified wood). Proses penggantian mineral pada
proses diagenesis merupakan proses yang sangat umum terjadi pada batuan
sedimen silisiklastik maupun sedimen karbonat. Proses ini dikontrol oleh
pH,Eh, temperature, tekanan, dan kehadiran ion lainnya dalam larutan
o Inversi merupakan proses penggantian mineral oleh bentuknya yang lain
biasanya terjadi pada mineral yang polimorf (mineral dengan komosisi kimia
sama tetapi bentuknya berbeda. Contohnya adalah perubahan mineral
aragonite (CaCO3 ortorombik) menjadi kalsit (CaCO3 romhedaral). Contoh
lain adalah perubahan dari opal A (SiO2 amorf) menjadi opal CT yang
mengandung kristobalit (SiO2ortorombik). Proses ini biasanya bersamaan
dengan proses rekristalisasi.
o Rekristalisasi merupakan poses yang sering dikacaukan denga pengertian
proses penggantian (replacement) dan inverse. Tetapi pada pengerian yang
lebih sempit, rekritalisasi merupaka proses perubahan ukuran dan bentuk
Kristal mineral tanpa perubahan yang berarti pada komposisi kimianya.
20
Oleh sebab itu akibat rekristalisasi, tekstur dan struktur awal mineral
mengalami perubahan total. Proses rekristaliasi dapat terjadi pada semua
batuan sedimen, tetapi proses ini sangat umum pada bauan sedimen nonklastik
terutama batuan karbonat
o Proses pelarutan merupakan proses diagenesis yang penting yang
menyebabkan meningkatnya porositas dan penipisan lapisan batuan sedimen
terutama pada batuan yang mudah larut seperti batuan karbonat dan evaporit.
Proses ini dikontrol oleh pH, Eh, temperature, tekanan parsial CO2, komposisi
kimia dan ion strength. Proses pelarutan juga dikontrol oleh porositas dan
permiabilitas awal, mineralogy dan ukuran butir sedimen.. Material yang
paling mudah larut dalam batupasir adalah semen kalsit, sehingga efek utama
dari proses pelarutan adalah penghilangan semen. Proses ini diesbut
disementasi. Mineral metastabil pada batupasir seperti feldspar, fragmen
batuan dan mineral berat, dapat juga mengalami pelarutan.
21
3. Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae dan foraminifera.
Atau oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih
dahulu dan di endpkan disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoras
sampai neritik, sedangkan proses kedua di endapkan pada lingkungan laut neritik sampai
bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali macamnya tergantung pada material
penyusunnya.
4. Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi untuk
lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah
diatom. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.
5. Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang cukup
pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup,
sehingga sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsure-unsur tertentu. Dan faktor yang
penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari larutan
tersebut. Batuan-batuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.
6. Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari tumbuh-tumbuhan. Dimana
sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di
atasnya sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya
batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau
timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.
22
Gambar 13 Penggolongan batuan sedimen menurut Koesoemadinata (1980)
23
II.3.2. Penggolongan Menurut Dunham (1962)
Klasifikasi Dunham (1962) didasarkan pada tekstur deposisi dari batugamping, karena
menurut Dunham dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan aspek yang tetap.
Kriteria dasar dari tekstur deposisi yang diambil Dunham (1962) berbeda dengan Folk
(1959).
Kriteria Dunham lebih condong pada fabrik batuan, misal mud supported atau grain
supported bila ibandingkan dengan komposisi batuan. Variasi kelas-kelas dalam klasifikasi
didasarkan pada perbandingan kandungan lumpur. Dari perbandingan lumpur tersebut
dijumpai 5 klasifikasi Dunham (1962). Nama nama tersebut dapat dikombinasikan dengan
jenis butiran dan mineraloginya. Batugamping dengan kandungan beberapa butir (<10%) di
dalam matriks lumpur karbonat disebut mudstone dan bila mudstone tersebut mengandung
butiran yang tidak saling bersinggungan disebut wackestone. Lain halnya apabila antar
butirannya saling bersinggungan disebut packstone / grainstone.
Packstone mempunyai tekstur grain supported dan punya matriks mud. Dunham
punya istilah Boundstone untuk batugamping dengan fabrik yang mengindikasikan asal-usul
komponenkomponennya yang direkatkan bersama selama proses deposisi.
Sparit pada klasifikasi Folk (1959) terbentuk bersamaan dengan proses deposisi
sebagai pengisi pori-pori. Sparit (semen) menurut Dunham (1962) hadir setelah butiran
ternedapkan. Bila kehadiran sparit memiliki selang waktu, maka butiran akan ikut tersolusi
sehingga dapat mengisi grain. Peristiwa ini disebut post early diagenesis. Dasar yang dipakai
oleh Dunham untuk menentukan tingkat energi adalah fabrik batuan.
24
Bila batuan bertekstur mud supporteddiinterpretasikan terbentuk pada energi rendah karena
Dunham beranggapan lumpur karbonat hanya terbentuk pada lingkungan berarus tenang.
25
Batuan yang ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari
ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga
diendapkan dilingkungan sungai dan batuan batupasir bisa terjadi dilingkungan laut,
sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus
kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan
batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di
endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam.
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis maupun secara
kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan.
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, prosess-
proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan
sesudah litifikasi. Contohnya; Breksi, Konglomerat, Standsstone (batu pasir), dan
lain-lain.
26
Batuan Sedimen Non-Klastik
Batuan sedimen Non-Klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil
penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu). Proses
pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik,
dan kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara kimia, endapan terbentuk
sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO + CO2 CaCO3. Secara organik adalah
pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh
pembentukan rumah binatang laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil),
atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut.
Contohnya : Limestone (Batu gamping), Coal (Batu bara), dan lain-lain.
Tekstur batuan sedimen adalah : suatu kenampakkan yang berhubungan dengan ukuran
butir , bentuk butir serta susunan butir tersebut ( Pettijohn, 1975 ). Butiran tersusun dan terikat
oleh semen dan masih ada rongga diantara butirnya. Pembentukan tekstur ini dikontrol oleh
media dan cara transportasinya (Jackson, 1970; Reineck and Singh, 1975). Tekstur batuan
sedimen klastik dibagi menjadi :
Ukuran butir , pemilahan (sortasi), kebundaran dan kemas (fabric)
Ukuran Butir
Fosil , mineral dan fosil dalam batuan sedimen dianggap sebagai butiran.
27
Pemilahan ( Sortasi )
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen
Artinya bila semakin seragam ukuran dan besar butirnya maka pemilahannya se
makin baik .
Kebundaran ( Roundness )
Kebundaran adalah nilai membulat atau nilai meruncingnya butiran , dimana sifat
ini hanya bisa diamati pada batuan sedimen klastik berukuran sedang sampai bongkah .
28
Kemas ( Fabric )
Kemas yaitu hubungan antar butiran didalam batu tersebut. Didalam batuan
sedimen klastik dikenal 2 macam kemas , yaitu :
- Kemas terbuka ( apabila butiran tidak saling bersentuhan / mengambang didalam matrik.
29
o Groove Cast merupakan bentukan parit memanjang pada lapisan batupasir
karena pengisian gerusan memanjang memotong pada batulempung.
30
o Tool Markings merupakan tanda yang dihasilkan oleh pemotongan atau bekas
tindakan dari air atau pun udara yang mengalir di atas dasar sungai atau badan
sungai.
o Cross Bedding merupakan perlapisan silang ini mirip dengan perlapisan hanya
saja antara lapisan satu dengan yang lain membentuk sudut yang jelas. Hal ini
dipengaruhi karena perpindahan dune atau gelembur akibat pertambahan
material.
31
o Graded Bedding merupakan perlapisan gradasi ini memiliki cira adanya
perubahan ukuran butir secara gradasi.
o Struktur Laminasi Struktur ini hampir sama dengan perlapisan namun yang
membedakannya adalah jarak perlapisan yang kurang dari 1 cm. Biasanya
struktur ini diakibatkan oleh proses diagenesis sediment yang cepat dengan
media pengendapan yang tenang.
Gambar 22 Laminasi
o Slump terbentuk karena ada luncuran pada lapisan batuan namun berupa
bidang lengkung.
32
Gambar 23 Slump
o Load Cast struktur ini terbentuk karena adanya pembebanan material suatu
lapisan terhadap lapisan lainnya sehingga membentuk lengkungan ke bawah.
33
II.5.2. Struktur Batuan Sedimen Non-Klastik
Reksi kimia, aktifitas gunung berapi dam organisme adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi terbentuknya batuan sedimen berstruktur nonklastik. Macam-macam struktur
nonklastik:
34
Perlapisan Silang Siur
Perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang lapisan yang berada di atas atau
dibawahnya dan dipisahkan oleh bidang erosi, terbentuk akibat intensitas arus yang
berubah-ubah.
Rekah kerut , rekahan pada permukaan bidang perlapisan sebagai akibat proses
penguapan
Cetak suling , cetakan sebagai akibat pengerusan media terhadap batuan dasar
Cetak beban , cetakan akibat pembebanan pada sedimen yang masih plastis.
Bekas jejak organisme , bekas rayapan, rangka, apun tempat berhenti binatang
5 60 Lapisan tipis
0,2 1 Laminasi
35
Fragmen
Yaitu butiran yang berukuran lebih besar, dapat berupa mineral, pecahan batuan,
cangkang fosil dan zat organik.
Semen
Yaitu material yang sangat halus ( hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop )
diendapkan setelah fragmen dan matrik, sebagai pengisi rongga serta pengikat antar
butir sedimen, dapat berbentuk amorf maupun kristalin. Semen umumnya terdiri dari :
o Semen karbonat ( kalsit, dolomit )
o Semen silika ( calsedon, kuarsit )
o Semen oksida ( limonit, hematit)
Pada sedimen berbutir halus ( lanau atau lempung ) tidak terdapat semen, karena tidak
adanya rongga atau ruang antar butir.
36
II.7.2. Komposisi Batuan Sedimen Non-Klastik
Komposisi mineral pada batuan sedimen nonklastik biasanya sederhana terdiri dari
satu atau dua mineral contoh :
Batugamping kalsit, dolomite
Chert kalsedon
Gypsum " gypsum
Anhidrit " anhidrit
Karbonat Nonklastik : Pemeriannya sama dengan pemerian pada batuan sedimen non
klastik lainnya hanya saja dalam jenis batuan memakai karbonat non klastik.
Batugamping non klastik : Terbentuk dari proses kimia maupun aktifitas organisme
dan umum monomineral. Dapat dibedakan menjadi :
o Hasil biokimia :bioherm, biostorm
o Hasil larutan kimia :travertine, tufa
o Hasil replacement :batugamping fosfat, batugamping dolomite,
batugamping silikat, dll.
Pada batuan sedimen klastik pemeriannya meliputi tekstur, struktur dan komposisi
mineral. Untuk struktur dari batuan karbnat sendiri sama seperti batuan sedimen kalstik
37
BATUAN KARBONAT
> 2 mm Kalsirudit
Batugamping Batugamping Batugamping
10,06 mm Kalkarenit
Bioklastik terumbu Kristalin
< 0,06 mm Kalsilutit
Komposisi Mineral : Terdapat pemerian fragmen, matrik dan semen hanya terdapat
perbedaan istilah (Folk, 1954), meliputi :
Allochem : sama seperti fragmen pada batuan sedimen klastik. Macam-macam
Allochem :
o Kerangka organisme (skeletal), berupa cangkang binatang atau kerangka hasil
pertumbuhan.
o Interclass, merupakan butiran-butiran dari hasil abrasi yang telah ada.
o Pisolit, merupakan butiran-butiran oolit berukuran lebih dari 2mm.
o Pellet, fragmen menyerupai oolit tetapi tidak menunjukan struktur konsentris.
Mikrit : Merupakan agregat halus berukuran 1-4 mikro, berupa Kristal-kristal
karbonat terbentuk secara biokimia atau kimia langsung dari presipitisasi dari air laut
dan mengisi rongga antar butir.
Sparit : Merupakan semen yang mengisi ruang antar butir dan rekahan, berukuran
halus (0,02-0,1 mm), dapat terbentuk langsung dari sedimentasi secara insitu atau
rekristalisasi dari mikrit.
38
HASIL DISKRIPSI BATUAN SEDIMEN
Struktur : Pelapisan
- Pemilahan : Sedang
- Kemas : Terbuka
- Kuarsa : 40 %
- Hornblenda : 5%
- Feldspar : 21 %
- Plagioklas : 10%
- Kwarsa : 20 %
- Semen : Silika 4%
39
HASIL DISKRIPSI BATUAN SEDIMEN
Struktur : Masif
Tekstur : Amorf
40
HASIL DISKRIPSI BATUAN SEDIMEN
Warna : Putih
Tekstur :
Sparit : Karbonat 5%
Nama Batuan : Grainstone (Dunham, 1962)
41