Anda di halaman 1dari 39

BAB II

ISI

II.1. Pengertian Batuan Sedimen

Pengertian umum mengenai batuan endapan/sedimen adalah batuan yang terbentuk


akibat lithifikasi bahan rombakan batuan asal atau hasil reaksi kimia maupun kegiatan
organisme. Sedangkan menurut Pettijohn batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari
akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas
kimia maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang
kemudian mengalami pembatuan (Pettijohn, 1975).

Menurut (Tucker, 1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen.


Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen
tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.

Volume batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya mengandung 5%


yang diketahui di litosfer dengan ketebalan 16 kilometer di luar tepian benua, dimana batuan
beku metabeku mengandung 95%. Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan-
batuan sedimen menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapan dari batuan beku
sebesar 25% saja. Batuan sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali sampai yang tebal
sekali. Ketebalan batuan sedimen antara 0 sampai 13 kilometer. Hanya 2,2 kilometer
ketebalan yang tersingkap dibagian benua. Bentuk yang besar lainnya tidak terlihat, setiap
singkapan memiliki ketebalan yang berbeda dan singkapan umum yang terlihat
ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan dipenuhi oleh sedimen dari pantai ke
pantai. Ketebalan dari lapisan itu selalu tidak pasti karena setiap saat selalu bertambah
ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki bervariasi dari yang lebih tipis dari 0,2 kilometer
sampai lebih dari 3 kilometer, sedangkan ketebalan rata-rata sekitar 1 kilometer (Endarto,
2005).

Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan
antara beberapa centimeter sampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat
halus sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam
batuan sedimen. Dibanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan
kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya 5% dari seluruh batuan-batuan yang terdapat

3
dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping
kira-kira 80% (Pettijohn, 1975).

Sedimen tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi dapat juga dari yang
terakumulasi di tepi-tepi cekungan yang melengser kebawah akibat gaya gravitasi. Meskipun
secara teoritis dibawah permukaan air tidak terjadi erosi, namun masih ada energy air,
gelombang dan arus bawah permukaan yang mengikis terumbu-terumbu karang di laut dan
hasil kikisannya terendapkan di sekitarnya. Material sedimen dapat berupa :
Fragmen dan mineral-mineral dari batuan yang sudah ada. Misalnya kerikil di sungai,
pasir di pantai dan lumpur di laut atau di danau.
Material organik, seperti terumbu koral di laut, sisa-sisa cangkang organisme air dan
vegetasi di rawa-rawa.
Hasil penguapan dan proses kimia seperti garam di danau payau dan kalsium karbonat
di laut dangkal.

II.2. Genesa Batuan Sedimen

Proses pembentukan batuan sedimen disebut juga sedimentasi. Sedimentasi diartikan


dalam banyak arti dan dari banyak ilmuwan. Salah satunya adalah Pettijohn. Ia
mendefinisikan sedimentasi sebagai proses pembentukan sedimen atau batuan sedimen yang
diakibatkan oleh pengendapan dari material pembentuk atau asalnya pada suatu tempat yang
disebut dengan lingkungan pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta, estuaria, laut
dangkal sampai laut dalam.

Gambar 1 Daur Batuan

4
II.2.1. Pelapukan (Weathering)

Pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah pada
dan/atau dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik, kimia dan/atau biologi.
Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan sedimen dan tanah (soil).
Kiranya penting untuk diketahui bahwa proses pelapukan akan menghacurkan batuan atau
bahkan melarutkan sebagian dari mineral untuk kemudian menjadi tanah atau diangkut dan
diendapkan sebagai batuan sedimen klastik. Sebagian dari mineral mungkin larut secara
menyeluruh dan membentuk mineral baru. Inilah sebabnya dalam studi tanah atau batuan
klastika mempunyai komposisi yang dapat sangat berbeda dengan batuan asalnya. Komposisi
tanah tidak hanya tergantung pada batuan induk (batuan asal) nya, tetapi juga dipengaruhi
oleh alam, intensitas, dan lama (duration) pelapukan dan proses jenis pembentukan tanah itu
sendiri (Boggs, 1995).

II.2.1.1. Pelapukan Fisik


Pelapukan fisik adalah proses dimana batuan pecah menjadi kepingan yang
lebih kecil, tetapi tanpa mengalami perubahan komposisi kimia dan mineral yang
berarti. Pelapukan fisik ini dapat menghasilkan fragment/kristal kecil sampai blok
kekar (joint block) yang berukuran besar.
Jenis pelapukan fisik:
Stress release: batuan yang muncul ke permukaan bumi melepaskan stress
menghasilkan kekar atau retakan yang sejajar permukaan topografi
Frost action and hydro-fracturing: pembekuan air dalam batuan. Proses ini
tergantung:
- Keberadaan pori dan retakan dalam batuan
- Keberadaan air/cairan dalam pori
- Temperatur yang turun naik dalam jangka waktu tertentu.
Salt weathering: pertumbuhan kristal pada batuan.
Insolation weathering: akibat pemanasan dan pendinginan permukaan karena
pengaruh matahari
Alternate wetting and drying: pengaruh penyerapan dan pengeringan dengan
cepat.

5
II.2.1.2. Pelapukan Kimia
Pelapukan kimia membuat komposisi kimia dan mineralogi suatu batuan dapat
berubah. Mineral dalam batuan yang dirusak oleh air kemudian bereaksi dengan udara
(O2 atau CO2), menyebabkan sebagaian dari mineral itu menjadi larutan. Selain itu,
bagian unsur mineral yang lain dapat bergabung dengan unsur setempat membentuk
Kristal mineral baru.
Kecepatan pelapukan kimia tergantung dari iklim, komposisi mineral dan ukuran
butir dari batuan yang mengalami pelapukan. Pelapukan akan berjalan cepat pada
daerah yang lembab (humid) atau panas dari pada di daerah kering atau sangat dingin.

Jenis pelapukan kimia:

Hidrolisis adalah reaksi antara mineral silikat dan asam (larutan mengandung
ion H+) dimana memungkinkan pelarut mineral silikat dan membebaskan
kation logam dan silika. Mineral lempung seperti kaolin, ilit dan smektit besar
kemungkinan hasil dari proses pelapukan kimia jenis ini (Boggs, 1995).
Pelapukan jenis ini memegang peran terpenting dalam pelapukan kimia.
Hidrasi adalah proses penambahan air pada suatu mineral sehingga
membentuk mineral baru. Lawan dari hidrasi adalah dehidrasi, dimana mineral
kehilangan air sehingga berbentuk anhydrous. Proses terakhir ini sangat jarang
terjadi pada pelapukan, karena pada proses pelapukan selalu ada air. Contoh
yang umum dari proses ini adalah penambahan air pada mineral hematit
sehingga membentuk gutit.
Oksidasi berlangsung pada besi atau mangan yang pada umumnya terbentuk
pada mineral silikat seperti biotit dan piroksen. Elemen lain yang mudah
teroksidasi pada proses pelapukan adalah sulfur, contohnya pada pirit (Fe2S).
Reduksi terjadi dimana kebutuhan oksigen (umumnya oleh jasad hidup) lebih
banyak dari pada oksigen yang tersedia. Kondisi seperti ini membuat besi
menambah elektron dari Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih mudah larut sehingga
lebih mobil, sedangkan Fe3+ mungkin hilang pada sistem pelapukan dalam
pelarutan.
Pelarutan mineral yang mudah larut seperti kalsit, dolomit dan gipsum oleh
air hujan selama pelapukan akan cenderung terbentuk komposisi yang baru.

6
Pergantian ion adalah proses dalam pelapukan dimana ion dalam larutan
seperti pergantian Na oleh Ca. Umumnya terjadi pada mineral lempung.

II.2.2. Erosi Dan Transportasi

Gambar 2 Alur transportasi batuan sedimen

Setelah batuan mengalami pelapukan, batuan-batuan tersebut akan pecah menjadi


bagian yang lebih kecil lagi sehingga mudah untuk berpindah tempat. Berpindahnya tempat
dari partikel-partikel kecil ini disebut erosi. Proses erosi ini dapat terjadi melalui beberapa
cara:

Akibat grafitasi: akibat adanya grafitasi bumi maka pecahan batuan yang ada
bisa langsung jatuh ke permukaan tanah atau menggelinding melalui tebing
sampai akhirnya terkumpul di permukaan tanah.
Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada dapat
mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain. Salah satu
contoh yang dapat diamati dengan jelas adalah peranan sungai dalam mengangkut
pecahan-pecahan batuan yang kecil ini.

7
Gambar 3 Pola gerakan sedimen di dalam air

Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan batuan
yang kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah gurun.
Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang ada di
Alaska sekarang juga mampu memindahkan pecahan-pecahan batuan yang ada.

Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim, topografi, vegetasi


dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang mengontrol pengangkutan
sediment (transportasi) adalah air, angin, dan juga gaya grafitasi. Sedimen dapat terangkut
baik oleh air, angin, dan bahkan salju. Mekanisme pengangkutan sedimen oleh air dan angin
sangatlah berbeda. Pertama, karena berat jenis angin relatif lebih kecil dari air maka angin
sangat susah mengangkut sedimen yang ukurannya sangat besar. Besar maksimum dari
ukuran sedimen yang mampu terangkut oleh angin umumnya sebesar ukuran pasir. Kedua,
karena sistem yang ada pada angin bukanlah sistem yang terbatasi (confined) seperti
layaknya channel atau sungai maka sedimen cenderung tersebar di daerah yang sangat luas
bahkan sampai menuju atmosfer.

Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang disebut cekungan.
Di tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan karena daerah tersebut
relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena bentuknya yang cekung ditambah
akibat gaya grafitasi dari sedimen tersebut maka susah sekali sedimen tersebut akan bergerak
melewati cekungan tersebut. Dengan semakin banyaknya sedimen yang diendapkan, maka
cekungan akan mengalami penurunan dan membuat cekungan tersebut semakin dalam
sehingga semakin banyak sedimen yang terendapkan.

8
Penurunan cekungan sendiri banyak disebabkan oleh penambahan berat dari sedimen
yang ada dan kadang dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar cekungan seperti
adanya patahan.

Sedimen dapat diangkut dengan empat cara:


Suspension: ini umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat kecil ukurannya
(seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh aliran air atau angin yang ada.

Bed load: ini terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir, kerikil,
kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang bergerak dapat berfungsi
memindahkan pertikel-partikel yang besar di dasar. Pergerakan dari butiran pasir
dimulai pada saat kekuatan gaya aliran melebihi kekuatan inertia butiran pasir
tersebut pada saat diam. Gerakan-gerakan sedimen tersebut bisa menggelundung,
menggeser, atau bahkan bisa mendorong sedimen yang satu dengan lainnya.

Saltation yang dalam bahasa latin artinya meloncat, umumnya terjadi pada sedimen
berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan mengangkut
sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang ada mampu
mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar.

Grafity flow : terjadi pada sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada
mampu menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya
grafitasi yang ada mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar.

II.2.3. Deposisi/Pengendapan

Pecahan-pecahan batuan yang terbawa akibat erosi tidak dapat terbawa selamanya.
Seperti halnya sungai akan bertemu laut, angin akan berkurang tiupannya, dan juga glasier
akan meleleh. Akibat semua ini, maka pecahan batuan yang terbawa akan terendapkan.
Proses ini yang sering disebut proses pengendapan, sedangkan tempat terendapkannya
material tadi disebut lingkungan pengendapan.

9
Lingkungan pengendapan adalah suatu daerah di permukaan bumi dimana terdapat
sesuatu bahan yang terendapkan atau terdapat suatu deposit. Lingkungan pengendapan
dapat dibedakan dengan daerah sekitarnya berdasarkan karakteristik biologi, kimia, dan
fisiknya. Terdapat beberapa tipe lingkungan pengendapan yang ada di bumi sekarang.
Lingkungan pengendapan dibagi menjadi tiga, yaitu :

II.2.3.1. Lingkungan Pengendapan Darat


Kumpulan dari berbagai lingkungan pengendapan yang ada di darat.

Gambar 4 Lingkungan pengendapan sedimen di darat.

Kipas Aluvial (Alluvial fans): endapan menyerupai kipas yang terbentuk di


kaki gunung. Alluvial fans umum berada di daerah kering sampai semi-kering
dimana curah hujan jarang tetapi deras, dan laju erosi besar. Endapan alluvial
fan khas akan kwarsa, pasir dan gravel bersorting buruk.

Gambar 5 Alluvial fan

10
Lingkungan Fluvial (Fluvial Environments): mencakup braided
river, sungai bermeander, dan jeram. Saluran-saluran sungai, ambang sungai,
tanggul, dan dataran-dataran banjir adalah bagian dari lingkungan fluvial.
Endapan di saluran-saluran sungai terdiri dari kwarsa, gravel dengan
kebundaran baik, dan pasir. Ambang sungai terbentuk dari gravel atau pasir,
tanggul-tanggul terbuat dari pasir berbutir halus ataupun lanau. Sementara,
dataran-dataran banjir ditutupi oleh lempung dan lanau. Untuk sungai sendiri
dibagi menjadi 4 jenis tipe :
o Sungai Lurus (Straight)
Sungai lurus umumnya berada pada daerah bertopografi terjal mempunyai
energi aliran kuat atau deras. Energi yang kuat ini berdampak pada intensitas
erosi vertikal yang tinggi, jauh lebih besar dibandingkan erosi mendatarnya.
Kondisi seperti itu membuat sungai jenis ini mempunyai pengendapan
sedimen yang lemah, sehingga alirannya lurus tidak berbelok-belok (low
sinuosity) (Gambar VII.1). Karena kemampuan sedimentasi yang kecil inilah
maka sungai tipe ini jarang yang meninggalakan endapan tebal. Sungai tipe ini
biasanya dijumpai pada daerah pegunungan, yang mempunyai topografi tajam.
Sungai lurus ini sangat jarang dijumpai dan biasanya dijumpai pada jarak yang
sangat pendek.
o Sungai Kekelok (Meandering)
Sungai kekelok adalah sungai yang alirannya berkelok-kelok atau berbelok-
belok (Gambar VII.1 dan VII.2). Leopold dan Wolman (1957) dalam Reineck
dan Singh (1980) menyebut sungai meandering jika sinuosity-nya lebih dari
1.5. Pada sungai tipe ini erosi secara umum lemah sehingga pengendapan
sedimen kuat. Erosi horisontalnya lebih besar dibandingkan erosi vertikal,
perbedaan ini semakin besar pada waktu banjir. Hal ini menyebabkan aliran
sungai sering berpindah tempat secara mendatar. Ini terjadi karena adanya
pengikisan tepi sungai oleh aliran air utama yang pada daerah kelokan sungai
pinggir luar dan pengendapan pada kelokan tepi dalam. Kalau proses ini
berlangsung lama akan mengakibatkan aliran sungai semakin bengkok. Pada
kondisi tertentu bengkokan ini terputus, sehingga terjadinya danau bekas
aliran sungai yang berbentuk tapal kuda atau oxbow lake.

11
o Sungai Teranyam (Braided)
Sungai teranyam umumnya terdapat pada daerah datar dengan energi arus
alirannya lemah dan batuan di sekitarnya lunak. Sungai tipe ini bercirikan
debit air dan pengendapan sedimen tinggi. Daerah yang rata menyebabkan
aliran dengan mudah belok karena adanya benda yang merintangi aliran
sungai utama
Tipe sungai teranyam dapat dibedakan dari sungai kekelok dengan sedikitnya
jumlah lengkungan sungai, dan banyaknya pulau-pulau kecil di tengah sungai
yang disebut gosong. Sungai teranyam akan terbentuk dalam kondisi dimana
sungai mempunyai fluktuasi dischard besar dan cepat, kecepatan pasokan
sedimen yang tinggi yang umumnya berbutir kasar, tebing mudah tererosi dan
tidak kohesif (Cant, 1982). Biasanya tipe sungai teranyam ini diapit oleh bukit
di kiri dan kanannya. Endapannya selain berasal dari material sungai juga
berasal dari hasil erosi pada bukit-bukit yang mengapitnya yang kemudian
terbawa masuk ke dalam sungai.
Runtunan endapan sungai teranyam ini biasanya dengan pemilahan dan
kelulusan yang baik, sehingga bagus sekali untuk batuan waduk (reservoir).
Umumnya tipe sungai teranyam didominasi oleh pulau-pulau kecil (gosong)
berbagai ukuran yang dibentuk oleh pasir dan krikil. Pola aliran sungai
teranyam terkonsentrasi pada zona aliran utama. Jika sedang banjir sungai ini
banyak material yang terbawa terhambat pada tengah sungai baik berupa
batang pepohonan ataupun ranting-ranting pepohonan.
o Sungai Anastomasing
Sungai anastomasing terjadi karena adanya dua aliran sungai yang bercabang-
cabang, dimana cabang yang satu dengan cabang yang lain bertemu kembali
pada titik dan kemudian bersatu kembali pada titik yang lain membentuk satu
aliran. Energi alir sungai tipe ini rendah. Ada perbedaan yang jelas antara
sungai teranyam dan sungai anastomosing. Pada sungai teranyam (braided),
aliran sungai menyebar dan kemudian bersatu kembali menyatu masih dalam
lembah sungai tersebut yang lebar. Sedangkan untuk sungai anastomasing
adalah beberapa sungai yang terbagi menjadi beberapa cabang sungai kecil
dan bertemu kembali pada induk sungai pada jarak tertentu pada daerah
onggokan sungai sering diendapkan material halus dan biasanya ditutupi oleh
vegetasi
12
Gambar 6 Bentuk pola sungai

Lacustrine environments (danau): mempunyai karakteristik yang bermacam-


macam; besar atau kecil, dangkal atau dalam; diisi oleh sedimen evaporit,
karbonatan, atau terrigeneous. Sedimen berbutir halus dan bahan organic yang
mengendap pada beberapa danau menghasilkan serpih berlapis yang
mengandung minyak. Lingkungan pengendapan danau dibagi menjadi 2 yaitu:
o Danau permanen
Danau permanen model pertama adalah danau yang terisi oleh endapan
klastika yang terletak di daerah pegunungan. Danau ini mempunyai hubungan
dengan lingkungan delta sungai yang berkembang ke arah danau dengan
mengendapkan pasir dan sedimen suspensi berukuran halus. Ciri dari endapan
danau ini dan juga endapan model lainnya adalah berupa varve yaitu laminasi
lempung yang reguler. Pada endapan danau periglasial, varves berbentuk
perselingan antara lempung dan lanau. Lanau diendapkan pada saat
mencairnya es, sedangkan lempung diendapkan pada musim dingin dimana
tidak ada air sungai yang mengallir ke danau.
Danau permanen model kedua adalah danau yang terletak di dataran rendah
dengan iklim yang hangat. Material yang dibawa oleh sungai dalam jumlah
yang sedikit. Endapan karbonat terbentuk pada daerah yang jauh dari mulut
sungai disekitar pantai. Cangkang-cangkang molluska dijumpai pada endapan
pantai, yang dapat membentuk kalkarenit jika energi gelombang cukup besar.
Kearah dalam dijumpai adanya ganggang merah berkomposisi gampingan.

13
Contoh danau ini adalah Danau Schonau di Jerman dan Danau Great Ploner di
Kanada Selatan.
Danau permanen model ketiga adalah danau dengan endapan sapropelite
(lempung kaya akan organik) pada bagian dalam yang dikelilingi oleh
karbonat di daerah dangkal. Endapan pantai berupa ganggang dan molluska.
Danau permanen model ke empat dicirikan oleh adanya marsh pada daerah
dangkal yang kearah dalam menjadi sapropelite. Contoh dari danau ini adalah
Danau Gytta di Utara Kanada.

o Danau Ephemeral
Danau ephemeral adalah danau yang terbentuk dalam jangka waktu yang
pendek di daerah gurun dengan iklim yang panas. Hujan hanya terjadi sesekali
dalam setahun. Danau playa antar-gunung pada bagian dekat pegunungan
berupa fan alluvial piedmont yang kearah luar berubah menjadi pasir dan
lempung. Ciri dari danau playa ini adalah lempung berwarna merah-coklat
yang setempat disisipi oleh lanau dan gamping. Contoh danau ini adalah
Danau Qa Saleb dan Qa Disi di Jordania. Karena adanya pengaruh evaporasi,
danau ephemeral ini dapat membentuk endapan evaporite pada lingkungan
sabkha. Contoh dari danau ini adalah Danau Soda di Amerika Utara dan di
Gurun Sahara dan Arab.

Gurun (Aeolian or aolian environments): biasanya berupa daerah luas


dengan bukit-bukit dari endapan pasir. Endapan pasir mempunyai sorting yang
baik, kebundaran yang baik, cross-bedded tanpa adanya asosiasi dengan gravel
atau lempung.

Rawa (Paludal environments): air yang diam dengan tumbuhan hidup


didalamnya. Terdapat endapan batu bara.

14
II.2.3.2. Lingkungan Pengendapan Transisi
Lingkungan pengendapan transisi adalah semua lingkungan pengendapan yang berada
atau dekat pada daerah peralihan darat dengan laut.

Gambar 7. Lingkungan Pengendapan Transisi

Delta: endapan berbentuk kipas, terbentuk ketika sungai mengaliri badan air yang
diam seperti laut atau danau. Pasir adalah endapan yang paling umum ditemui.

Gambar 8 Lingkungan pengendapan delta

15
Pantai dan barrier islands: didominasi oleh pasir dengan fauna marine. Barrier
islands terpisah dari pulau utama oleh lagoon. Umumnya berasosiasi dengan
endapan tidal flat.

Gambar 9 Lingkungan pengendapan pantai

Lagoons: badan dari air yang menuju darat dari barrier


islands. Lagoons dilindungi dari gelombang laut yang merusak oleh barrier
islands dan mengandung sediment berbutir lebih halus dibandingkan dengan yang
ada di pantai (biasanya lanau dan lumpur). Lagoons juga hadir di balik reef atau
berada di pusat atoll.
Tidal flats: membatasi lagoons, secara periodik mengalami pasang surut (biasanya
2 kali sehari), mempunyai relief yang rendah, dipotong oleh saluran yang
bermeander. Terdiri dari lapisan-lapisan lempung, lanau, pasir halus. Stromatolit
dapat hadir jika kondisi memungkinkan.

Gambar 10 Lingkungan pengendapan pasang surut

16
II.2.3.3. Lingkungan Pengendapan Laut
Lingkungan pengendapan laut adalah semua lingkungan pengendapan yang berada di
laut atau samudera.

Reefs: tahan terhadap gelombang, strukturnya terbentuk dari kerangka berbahan


calcareous dari organisme seperti koral dan beberapa jenis alga. Kebanyakan reef
zaman resen berada pada laut yang hangat, dangkal, jernih, laut tropis, dengan
koordinat antara garis lintang 30oN dan 30oS. Cahaya matahari diperlukan untuk
pertumbuhan reef.

Gambar 11 Lingkungan pengendapan terumbu karang

Continental shelf: terletak pada tepi kontinen, relative datar (slope < 0.1o),
dangkal (kedalaman kurang dari 200 m), lebarnya mampu mencapai beberapa
ratus meter. Continental shelf ditutupi oleh pasir, lumpur, dan lanau.
Continental slope dan continental rise: terletak pada dasar laut dari continental
shelf. Continental slope adalah bagian paling curam pada tepi
kontinen. Continental slope melewati dasar laut menujucontinental rise, yang
punya kemiringan yang lebih landai. Continental rise adalah pusat pengendapan
sedimen yang tebal akibat dari arus turbidity.

17
Abyssal plain: merupakan lantai dasar samudera. Pada dasarnya datar dan dilapisi
oleh very fine-grained sediment, tersusun terutama oleh lempung dan sel-sel
organisme mikroskopis seperti foraminifera, radiolarians, dan diatom.

Gambar 12 Lingkungan pengendapan laut

Selama proses pengendapan, pecahan batuan akan diendapkan secara berlapis dimana
pecahan yang berat akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diikuti pecahan yang
lebih ringan dan seterusnya. Proses pengendapan ini akan membentuk perlapisan pada batuan
yang sering kita lihat di batuan sedimen saat ini.

II.2.4. Lithifikasi

Litifikasi adalah proses perubahan material sediment menjadi batuan sediment yang
kompak. Misalnya, pasir mengalami litifikasi menjadi batupasir. Seluruh proses yang
menyebabkan perubahan pada sedimen selama terpendam dan terlitifikasi disebut sebagai
diagenesis. Diagenesis terjadi pada temperatur dan tekanan yang lebih tinggi daripada kondisi
selama proses pelapukan, namun lebih rendah daripada proses metamorfisme.
Proses diagenesis dapat dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan proses yang
mengontrolnya, yaitu proses biologi, fisik, dan kimia

Aktifitas Organisme (Biologi)


Aktifitas organisme terjadi pada awal proses diagenesis segera setelah material
sedimen mengalami pengendapan. Aktifitas organisme akan mempercepat atau
memacu terjadi proses diagenesis lainnya.

18
Organisme yang menyebabkan proses ini dapat merupakan organisme yang ssangat
kecil (mikrobia) dimana aktifitas jasad renik sangat berhubungan dengan proses
dekomposisi material organic. Proses dekomposisi material organic akan
mempengaruhi pH da Eh air pori sehingga mempercepat terjadinya reaksi kimia
dengan mineral penyusun sedimen. Aktifitas mikrobia antara lain fermentasi,
respirasi, pengurangan nitrat, besi, sulfat dan pembentukan gas methan. Selain itu
aktifitas organism lainnya terjadi ketika endapan sedimen berlangsung seperti
buworing, boring,. Kebanyakan bioturbasi terjadi pada sedikit di bawah permukaan
pengendapan, setelah pengendapan material sedimendengan kedalaan beberapa puluh
sentimeter. Proses ini akan membentuk kenampakan yang khas pada batuan sedimen
yang disebut struktur sedimen.
Proses Diagenesis Fisika
Kompaksi merupakan proses penyusunan kembali butiran sedimen sehingga
menghasilkan hubungan antara butiran yang lebih rapat. Hasil dari proses kompaksi
adalah ; Penurunan porositas dan permeablitas sedimen, pengualaran fluidadan pori
antara butiran, penipisan perlapisan. Secara teori proses kompaksi pada sedimen
silisiklastik dengan butir yang mebundar akan menurunkan porositas dari sekitar 48%
menjadi sekitar 26%. Tetapi karena butiran sedimen pasir dan lumpur dialam tidak
beraturan sehingga perubahan porositas akibat kompaksi sulit diperkirakan. Proses
kompaksi pada pasir sangat bergantung pada porositas dan orientasi awal, ukuran
butir, keseragaman butiran, dan komposisi partikel sedimen.
Proses Diagenesis Kimia
Proses diagenesis kimia merupaka reaksi yang komplek antara batuan dan cairan yang
terdapat di dalam lubang antara butiran (pori-pori). Ada beberapa macam proses
diagenesis kimia, yaitu sementasi, autogenic, rekristalisasi, inverse, replacement, dan
dissolution.

o Sementasi merupakan proses pembentukan mineral baru dalam pori batuan


oleh proses presipitasi. Proses ini dapat juga terjadi karena adanya
penambahan unsure kimia pada butiran mineral penyusun sedimen sehingga
menyebabkan mineral tersebut semakin bertumbuh. Semen dapat mengisi
semua lubang pori batuan, sehingga dapat menurunkan porositas batuan
menjadi nol.

19
Semen juga mengakibatkan material sedimen, dan proses sementasi
merupakan proses kimia yang menyebabkan terjadinya proses pembatuan.
Proses sementasi terutama pada tingkat awal hingga pertengahan proses
diagenesis. Atau dapat juga terjadi pada akhir atau bahkan setelah terjadinya
pengangkatan batuan sedimen. Proses sementasi yang terjadi di awal dapat
mengurangi proses pemadatan mekanik sedimen, kecuali semen yang
terbentuk mengalami pelarutan.
o Autogenik pada pengertian yang luas merupakan semua proses, termasuk
proses sementasi dan replacement, yang mengakibatkan terbentuknya mineral
baru didalam sedimen atau batuan sedimen. Tetapi pada proses diagenetik,
autogenic merupakan proses pembentukan mineral baru selain sementasi dan
replacement. Mineral baru initerbentuk akibat proses kristalisasi larutan atau
alterasi dari mineral atau fragmen batuan.
o Penggantian (replacement) merupakan proses pelarutan mineral atau
sebagian mineral pada waktu terjadinya proses diagenesis, dan terjadinya
proses kristalisasi mineral baru yang berbeda komposisinya pada tempat
mineral yang mengalami pelarutan. Tekstur dan struktur awal pada umunya
tidak mengalami perubahan (terawetkan). Contoh yang baik adalah proses
pembentukan fosil kayu (petrified wood). Proses penggantian mineral pada
proses diagenesis merupakan proses yang sangat umum terjadi pada batuan
sedimen silisiklastik maupun sedimen karbonat. Proses ini dikontrol oleh
pH,Eh, temperature, tekanan, dan kehadiran ion lainnya dalam larutan
o Inversi merupakan proses penggantian mineral oleh bentuknya yang lain
biasanya terjadi pada mineral yang polimorf (mineral dengan komosisi kimia
sama tetapi bentuknya berbeda. Contohnya adalah perubahan mineral
aragonite (CaCO3 ortorombik) menjadi kalsit (CaCO3 romhedaral). Contoh
lain adalah perubahan dari opal A (SiO2 amorf) menjadi opal CT yang
mengandung kristobalit (SiO2ortorombik). Proses ini biasanya bersamaan
dengan proses rekristalisasi.
o Rekristalisasi merupakan poses yang sering dikacaukan denga pengertian
proses penggantian (replacement) dan inverse. Tetapi pada pengerian yang
lebih sempit, rekritalisasi merupaka proses perubahan ukuran dan bentuk
Kristal mineral tanpa perubahan yang berarti pada komposisi kimianya.

20
Oleh sebab itu akibat rekristalisasi, tekstur dan struktur awal mineral
mengalami perubahan total. Proses rekristaliasi dapat terjadi pada semua
batuan sedimen, tetapi proses ini sangat umum pada bauan sedimen nonklastik
terutama batuan karbonat
o Proses pelarutan merupakan proses diagenesis yang penting yang
menyebabkan meningkatnya porositas dan penipisan lapisan batuan sedimen
terutama pada batuan yang mudah larut seperti batuan karbonat dan evaporit.
Proses ini dikontrol oleh pH, Eh, temperature, tekanan parsial CO2, komposisi
kimia dan ion strength. Proses pelarutan juga dikontrol oleh porositas dan
permiabilitas awal, mineralogy dan ukuran butir sedimen.. Material yang
paling mudah larut dalam batupasir adalah semen kalsit, sehingga efek utama
dari proses pelarutan adalah penghilangan semen. Proses ini diesbut
disementasi. Mineral metastabil pada batupasir seperti feldspar, fragmen
batuan dan mineral berat, dapat juga mengalami pelarutan.

II.3. Penggolongan Batuan Sedimen


II.3.1. Penggolongan Batuan Sedimen Menurut Koesoemadinata (1981)

Menurut R.P. Koesoemadinata, 1981 batuan sedimen dibedakan menjadi enam


golongan yaitu :

1. Golongan Detritus Kasar


Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan ini antara
lain adalah breksi, konglomerat dan batupasir. Lingkungan tempat pengendapan batuan ini di
lingkungan sungai dan danau atau laut.

2. Golongan Detritus Halus


Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai
laut dalam. Yang termasuk ked ala golongan ini adalah batu lanau, serpih, batu lempung dan
napal.

21
3. Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae dan foraminifera.
Atau oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih
dahulu dan di endpkan disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoras
sampai neritik, sedangkan proses kedua di endapkan pada lingkungan laut neritik sampai
bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali macamnya tergantung pada material
penyusunnya.

4. Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi untuk
lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah
diatom. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.

5. Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang cukup
pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup,
sehingga sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsure-unsur tertentu. Dan faktor yang
penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari larutan
tersebut. Batuan-batuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.

6. Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari tumbuh-tumbuhan. Dimana
sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di
atasnya sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya
batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau
timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.

22
Gambar 13 Penggolongan batuan sedimen menurut Koesoemadinata (1980)

23
II.3.2. Penggolongan Menurut Dunham (1962)

Klasifikasi Dunham (1962) didasarkan pada tekstur deposisi dari batugamping, karena
menurut Dunham dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan aspek yang tetap.
Kriteria dasar dari tekstur deposisi yang diambil Dunham (1962) berbeda dengan Folk
(1959).

Kriteria Dunham lebih condong pada fabrik batuan, misal mud supported atau grain
supported bila ibandingkan dengan komposisi batuan. Variasi kelas-kelas dalam klasifikasi
didasarkan pada perbandingan kandungan lumpur. Dari perbandingan lumpur tersebut
dijumpai 5 klasifikasi Dunham (1962). Nama nama tersebut dapat dikombinasikan dengan
jenis butiran dan mineraloginya. Batugamping dengan kandungan beberapa butir (<10%) di
dalam matriks lumpur karbonat disebut mudstone dan bila mudstone tersebut mengandung
butiran yang tidak saling bersinggungan disebut wackestone. Lain halnya apabila antar
butirannya saling bersinggungan disebut packstone / grainstone.

Packstone mempunyai tekstur grain supported dan punya matriks mud. Dunham
punya istilah Boundstone untuk batugamping dengan fabrik yang mengindikasikan asal-usul
komponenkomponennya yang direkatkan bersama selama proses deposisi.

Klasifikasi Dunham (1962) punya kemudahan dan kesulitan. Kemudahannya tidak


perlu menentukan jenis butiran dengan detail karena tidak menentukan dasar nama batuan.
Kesulitannya adalah di dalam sayatan petrografi, fabrik yang jadi dasar klasifikasi kadang
tidak selalu terlihat jelas karena di dalam sayatan hanya memberi kenampakan 2 dimensi,
oleh karena itu harus dibayangkan bagaimana bentuk 3 dimensi batuannya agar tidak salah
tafsir. Pada klasifikasi Dunham (1962) istilah-istilah yang muncul adalah grain dan mud.
Nama-nama yang dipakai oleh Dunham berdasarkan atas hubungan antara butir seperti
mudstone, packstone, grainstone, wackestone dan sebagainya. Istilah sparit digunakan dalam
Folk (1959) dan Dunham (1962) memiliki arti yang sama yaitu sebagai semen dan sama-
sama berasal dari presipitasi kimia tetapi arti waktu pembentukannya berbeda.

Sparit pada klasifikasi Folk (1959) terbentuk bersamaan dengan proses deposisi
sebagai pengisi pori-pori. Sparit (semen) menurut Dunham (1962) hadir setelah butiran
ternedapkan. Bila kehadiran sparit memiliki selang waktu, maka butiran akan ikut tersolusi
sehingga dapat mengisi grain. Peristiwa ini disebut post early diagenesis. Dasar yang dipakai
oleh Dunham untuk menentukan tingkat energi adalah fabrik batuan.

24
Bila batuan bertekstur mud supporteddiinterpretasikan terbentuk pada energi rendah karena
Dunham beranggapan lumpur karbonat hanya terbentuk pada lingkungan berarus tenang.

Sebaliknya grain supported hanya terbentuk pada lingkungan dengan energi


gelombang kuat sehingga hanya komponen butiran yang dapat mengendap.

Tabel 1 Klasifikasi Batuan Karbonat Menurut Dunham (1962)

II.3.3. Penggolongan Menurut Pettijohn (1975)

Batuan Sedimen Klastik


Batuan sedimen klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan
kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku,
metamorf dan sedimen itu sendiri. Batuan sedimen diendapkan dengan proses
mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran
besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan
baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan laut.

25
Batuan yang ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari
ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga
diendapkan dilingkungan sungai dan batuan batupasir bisa terjadi dilingkungan laut,
sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus
kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan
batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di
endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam.

Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis maupun secara
kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan.
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, prosess-
proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan
sesudah litifikasi. Contohnya; Breksi, Konglomerat, Standsstone (batu pasir), dan
lain-lain.

Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, proses


proses-proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen,
selama dan sesudah litifikasi. Hal ini merupakan proses yang mengubah suatu
sedimen menjadi batuan keras.

Tabel 2 Klasifikasi / Penamaan Batupasir (Pettijohn, 1973)

26
Batuan Sedimen Non-Klastik
Batuan sedimen Non-Klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil
penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu). Proses
pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik,
dan kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara kimia, endapan terbentuk
sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO + CO2 CaCO3. Secara organik adalah
pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh
pembentukan rumah binatang laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil),
atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut.
Contohnya : Limestone (Batu gamping), Coal (Batu bara), dan lain-lain.

II.4. Tekstur Batuan Sedimen Klastik dan Non-Klastik


II.4.1. Tekstur Batuan Sedimen Klastik
Cara menentukan tekstur batuan sedimen klastik adalah sebagai berikut :

Tekstur batuan sedimen adalah : suatu kenampakkan yang berhubungan dengan ukuran
butir , bentuk butir serta susunan butir tersebut ( Pettijohn, 1975 ). Butiran tersusun dan terikat
oleh semen dan masih ada rongga diantara butirnya. Pembentukan tekstur ini dikontrol oleh
media dan cara transportasinya (Jackson, 1970; Reineck and Singh, 1975). Tekstur batuan
sedimen klastik dibagi menjadi :
Ukuran butir , pemilahan (sortasi), kebundaran dan kemas (fabric)
Ukuran Butir
Fosil , mineral dan fosil dalam batuan sedimen dianggap sebagai butiran.

Tabel 3 Pemerian ukuran butir berdasarkan skala Wentworth (1922)

27
Pemilahan ( Sortasi )
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen
Artinya bila semakin seragam ukuran dan besar butirnya maka pemilahannya se
makin baik .

Gambar 14 Pemilahan pada batuan sedimen

a) Pemilahan baik ( well sorted )


b) Pemilahan sedang ( moderate sorted )
c) Pemilahan buruk ( poorly sorted )

Kebundaran ( Roundness )
Kebundaran adalah nilai membulat atau nilai meruncingnya butiran , dimana sifat
ini hanya bisa diamati pada batuan sedimen klastik berukuran sedang sampai bongkah .

Gambar 15 Derajat kebundaran (roundness)

28
Kemas ( Fabric )
Kemas yaitu hubungan antar butiran didalam batu tersebut. Didalam batuan
sedimen klastik dikenal 2 macam kemas , yaitu :
- Kemas terbuka ( apabila butiran tidak saling bersentuhan / mengambang didalam matrik.

- Kemas tertutup ( apabila butiran saling bersentuhan satu sama lainnya ).

II.4.2. Tekstur Batuan Sedimen Non-Klastik


Tekstur dalam batuan sedimen non klastik dibedakan menjadi dua macam :
Kristalin : Tekstur ini terdiri dari kristal-kristal yang interlocking, yaitu kristal-kristal
yang saling mengunci satu dengan yang lain.
Amorf : Tekstur ini terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal atau
amorf (nonklastik), umumnya berukuran lempung atau koloid, contoh : rijang masif.

II.5. Struktur Batuan Sedimen Klastik dan Non-Klastik


II.5.1. Struktur Batuan Sedimen Klastik
Struktur sedimen merupakan pengertian yang sangat luas, meliputi kelainan dari
perlapisan normal termasuk kelainan kofigurasi perlapisan dan/atau juga modifikasi dari
perlapisan yang disebabkan proses baik selama pengendapan berlangsung maupun setelah
pengendapan berhenti. Studi Struktur paling baik dilakukan di lapangan (Pettijhon, 1975 ).
Menurut Selley, 1970, struktur sedimen yang terbentuk dapat dibagi menjadi tiga macam
yaitu :

Struktur Sedimen Pre-Depositional


Struktur sebelum endapan boleh ditemui di atas lapisan, sebelum lapisan atau endapan
yang muda atau baru di endapkan. Ia adalah struktur hasil hakisan seperti terusan (channel),
scour marks, flutes, grooves, tool marking dan sebagainya. Struktur ini sangat penting kerena
ia juga boleh memberikan arah aliran arus. Struktur ini berkaitan dengan struktur yang
dibawahnya, dan ditemui diatas permukaan antar lapisan. Contoh: Grooves, Flutes, Scour
Mark, Tool Markings.

29
o Groove Cast merupakan bentukan parit memanjang pada lapisan batupasir
karena pengisian gerusan memanjang memotong pada batulempung.

Gambar 16 Groove Cast

o Flute Cast merupakan bentukan sole mark yang menyerupai cekungan


memanjang yang melebar ujungnya membentuk jilatan api.

Gambar 17 Flute Cast

o Scours Mark merupakan cetakan gerusan yang memotong bidang perlapisan


dan laminasi dengan ukuran kecil.

Gambar 18 Scours Mark

30
o Tool Markings merupakan tanda yang dihasilkan oleh pemotongan atau bekas
tindakan dari air atau pun udara yang mengalir di atas dasar sungai atau badan
sungai.

Gambar 19 Tool Markings

Struktur Sedimen Syn-Depositional


Ini merupakan struktur yang terdapat didalam lapisan dan terbentuk sesama sedimen
yang terendap. Struktur yang terbentuk semasa proses endapan sedang berlaku termasuk
lapisan mendatar (flat bedding), lapisan silang, laminasi, dan laminasi silang yang mikro
(micro-crosslamination), iaitu kesan riak. Contoh : Cross Bedding, Graded Bedding,
Lamination.

o Cross Bedding merupakan perlapisan silang ini mirip dengan perlapisan hanya
saja antara lapisan satu dengan yang lain membentuk sudut yang jelas. Hal ini
dipengaruhi karena perpindahan dune atau gelembur akibat pertambahan
material.

Gambar 20 Cross Bedding

31
o Graded Bedding merupakan perlapisan gradasi ini memiliki cira adanya
perubahan ukuran butir secara gradasi.

Gambar 21 Graded Bedding

o Struktur Laminasi Struktur ini hampir sama dengan perlapisan namun yang
membedakannya adalah jarak perlapisan yang kurang dari 1 cm. Biasanya
struktur ini diakibatkan oleh proses diagenesis sediment yang cepat dengan
media pengendapan yang tenang.

Gambar 22 Laminasi

Struktur Sedimen Post-Depositional


Terbentuk setelah terjadi pengendapan sedimen, yang umumnya berhubungan dengan
proses deformasi Contoh: Slump, Load Cast, Flame Structure

o Slump terbentuk karena ada luncuran pada lapisan batuan namun berupa
bidang lengkung.

32
Gambar 23 Slump

o Load Cast struktur ini terbentuk karena adanya pembebanan material suatu
lapisan terhadap lapisan lainnya sehingga membentuk lengkungan ke bawah.

Gambar 24 Load Cast

o Flame Struktur merupakan bentukan seperti api yang di akibatkan lapisan di


atasnya lebih berat dan lapisan yang di bawahnya tertarik ke atas.

Gambar 25 Flame Struktur

33
II.5.2. Struktur Batuan Sedimen Non-Klastik
Reksi kimia, aktifitas gunung berapi dam organisme adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi terbentuknya batuan sedimen berstruktur nonklastik. Macam-macam struktur
nonklastik:

Fossiliferous, struktur yang menunjukan adanya fosil.


Oolitik, struktur dimana fragmen klastik diselubungi oleh mineral non klastik, bersifat
konsentris dengan diameter kurang dari 2 mm.
Pisolitik, sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya lebih dari 2 mm.
Konkresi, sama dengan oolitik namun tidak konsentris.
Cone in cone, struktur pada batu gamping kristalin berupa pertumbuhan kerucut per
kerucut.
Bioherm, tersusun oleh organisme murni insitu.
Biostorm, seperti bioherm namun bersifat klastik.
Septaria, sejenis konkresi tapi memiliki komposisi lempungan. Cirri khasnya adalah
memiliki rekahan-rekahan tak teratur akibat penyusutan bahan lempungan tersebut
karena proses dehidrasi yang kemudian celah-celahnya terisi oleh mineral karbonat.
Goode, banyak dijumpai pada batugamping, berupa rongga-rongga yang terisi oleh
Kristal-kristal yang tumbuh kearah pusat rongga tersebut. Kristal dapat berupa kalsit
maupun kuarsa.
Styolit, kenampakan bergerigi pada batugamping sebagai hasil pelarutan.

II.6. Macam-Macam Perlapisan :


Masif
Bila tidak menunjukkan struktur dalam (Pettijohn & Potter, 1964) atau ketebalan lebih
dari 120 cm. (Mc. Kee & Weir, 1953)
Perlapisan Sejajar
Bila menunjukkan bidang perlapisan yang sejajar.
Laminasi
Perlapisan sejajar yang memiliki ketebalannya kurang dari 1 cm. Terbentuk dari
suspensi tanpa energi mekanis.
Perlapisan Pilihan
Bila perlapisan disusun oleh butiran yang berubah dari halus ke kasar pada arah
vertical,

34
Perlapisan Silang Siur
Perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang lapisan yang berada di atas atau
dibawahnya dan dipisahkan oleh bidang erosi, terbentuk akibat intensitas arus yang
berubah-ubah.

II.6.1. Perlapisan Pada Bidang


Macam macam yang penting antara lain :
Gelembur gelombang, terbentuk sebagai akibat pergerakan air atau angin

Rekah kerut , rekahan pada permukaan bidang perlapisan sebagai akibat proses
penguapan

Cetak suling , cetakan sebagai akibat pengerusan media terhadap batuan dasar

Cetak beban , cetakan akibat pembebanan pada sedimen yang masih plastis.

Bekas jejak organisme , bekas rayapan, rangka, apun tempat berhenti binatang

Ketebalan (cm) Penamaan lapisan sedimen

> 120 Lapisan sangat tebal

60 120 Lapisan tebal

5 60 Lapisan tipis

15 Lapisan sangat tipis

0,2 1 Laminasi

< 0,2 Laminasi tipis

Tabel 4 Penamaan lapisan sedimen berdasarkan ketebalannya

II.7. Komposisi Batuan Sedimen Klastik dan Non-Klastik


II.7.1. Komposisi Batuan Sedimen Klastik
Komposisi pada batuan sedimen klastik bisa dikelompokkan berdasarkan kandungan
mineral dan fungsinya dalam batuan sedimen di bagi menjadi 3 jenis, yaitu :

35
Fragmen
Yaitu butiran yang berukuran lebih besar, dapat berupa mineral, pecahan batuan,
cangkang fosil dan zat organik.

Matriks (Massa dasar)


Yaitu butiran yang lebih kecil dari fragmen, terendapkan bersama sama dengan
fragmen, terdapat di sela sela fragmen sebagai massa dasar. Seperti fragmen, matrik
dapat berupa mineral, pecahan batuan maupun fosil. Matrik sangat halus sehingga
aspek geometri tak begitu penting, terdapat di antara butiran sebagai massa dasar.

Semen
Yaitu material yang sangat halus ( hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop )
diendapkan setelah fragmen dan matrik, sebagai pengisi rongga serta pengikat antar
butir sedimen, dapat berbentuk amorf maupun kristalin. Semen umumnya terdiri dari :
o Semen karbonat ( kalsit, dolomit )
o Semen silika ( calsedon, kuarsit )
o Semen oksida ( limonit, hematit)

Pada sedimen berbutir halus ( lanau atau lempung ) tidak terdapat semen, karena tidak
adanya rongga atau ruang antar butir.

Gambar 26 Susunan dari matrik, fragmen, pori dan semen

36
II.7.2. Komposisi Batuan Sedimen Non-Klastik
Komposisi mineral pada batuan sedimen nonklastik biasanya sederhana terdiri dari
satu atau dua mineral contoh :
Batugamping kalsit, dolomite
Chert kalsedon
Gypsum " gypsum
Anhidrit " anhidrit

II.9. Pemerian Batuan Sedimen Karbonat


Batuan karbonat adalah batuan sedimen dengan komposisi yang dominan (lebih dari
50%) terdiri dari mineral-mineral atau garam-garam karbonat, yang dalam praktek secara
umum meliputi batugamping dan dolomite. {ada umumnya batuan sedimen karbonatan
diklasifikasikan sebagai berikut :
Karbonat Klastik : Batugamping klastik adalah batugamping yang terbentuk dari
pengendapan kembali detritus batugamping asal. Contoh : Kalsirudit, Kalkarenit,
Kalsilutit.

Nama Butir Ukuran butir Nama Batuan

Rudite >1 Kalsirudit


Arenit 0,062 - 1 Kalkarenit
Lutite < 0,062 Kalsilutit

Karbonat Nonklastik : Pemeriannya sama dengan pemerian pada batuan sedimen non
klastik lainnya hanya saja dalam jenis batuan memakai karbonat non klastik.
Batugamping non klastik : Terbentuk dari proses kimia maupun aktifitas organisme
dan umum monomineral. Dapat dibedakan menjadi :
o Hasil biokimia :bioherm, biostorm
o Hasil larutan kimia :travertine, tufa
o Hasil replacement :batugamping fosfat, batugamping dolomite,
batugamping silikat, dll.

Pada batuan sedimen klastik pemeriannya meliputi tekstur, struktur dan komposisi
mineral. Untuk struktur dari batuan karbnat sendiri sama seperti batuan sedimen kalstik

37
BATUAN KARBONAT

Klastik Non Klastik

Dominasi rombakan Dominasi Pertumbuhan


Kristalin
Karbonat rombakan fosil terumbu

> 2 mm Kalsirudit
Batugamping Batugamping Batugamping
10,06 mm Kalkarenit
Bioklastik terumbu Kristalin
< 0,06 mm Kalsilutit

Tabel 5 Ukuran butir Batuan Sedimen Non-Klastik

Komposisi Mineral : Terdapat pemerian fragmen, matrik dan semen hanya terdapat
perbedaan istilah (Folk, 1954), meliputi :
Allochem : sama seperti fragmen pada batuan sedimen klastik. Macam-macam
Allochem :
o Kerangka organisme (skeletal), berupa cangkang binatang atau kerangka hasil
pertumbuhan.
o Interclass, merupakan butiran-butiran dari hasil abrasi yang telah ada.
o Pisolit, merupakan butiran-butiran oolit berukuran lebih dari 2mm.
o Pellet, fragmen menyerupai oolit tetapi tidak menunjukan struktur konsentris.
Mikrit : Merupakan agregat halus berukuran 1-4 mikro, berupa Kristal-kristal
karbonat terbentuk secara biokimia atau kimia langsung dari presipitisasi dari air laut
dan mengisi rongga antar butir.
Sparit : Merupakan semen yang mengisi ruang antar butir dan rekahan, berukuran
halus (0,02-0,1 mm), dapat terbentuk langsung dari sedimentasi secara insitu atau
rekristalisasi dari mikrit.

38
HASIL DISKRIPSI BATUAN SEDIMEN

Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik

Warna Batu : Putih Keabu-abuan

Struktur : Pelapisan

Tekstur : - Ukuran butir : 1/8mm 1/2mm ( pasir halus pasir kasar )

- Yang berukuran : Pasir halus 40% , pasir kasar 60%

- Pemilahan : Sedang

- Bentuk butir : Membulat tanggung

- Kemas : Terbuka

Komposisi : - Fragmen terdiri dari

- Kuarsa : 40 %

- Hornblenda : 5%

- Feldspar : 21 %

- Pada matrik terdiri dari mineral :

- Plagioklas : 10%

- Kwarsa : 20 %

- Semen : Silika 4%

NAMA BATUAN : Quartz Arenit (Pettijohn, 1974)

Batupasir Kuarsa (Wentworth, 1922)

39
HASIL DISKRIPSI BATUAN SEDIMEN

Jenis Batuan : Batuan Sedimen Non-Klastik

Warna Batu : Coklat kemerahan

Struktur : Masif

Tekstur : Amorf

Komposisi Mineral : Chalcedon 100%

Lain lain : Batu ini sangat keras dan kompak

Nama batuan beku ini : Batu Rijang / Chert

40
HASIL DISKRIPSI BATUAN SEDIMEN

Jenis : Batuan Sedimen Klastik Karbonat

Warna : Putih

Tekstur :

- Ukuran Butir : Arenit

- Bentuk Butir : Membulat


- Pemilahan : Baik
- Kemas : Tertutup
Komposisi :

Allochem : Kristal kalsit 75%

Mikrit : Kalsit 20%

Sparit : Karbonat 5%
Nama Batuan : Grainstone (Dunham, 1962)

41

Anda mungkin juga menyukai