Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang


Kita hidup dipermukaan bumi yang tersusun atas batuan. Batuan berkembang dengan
berbagai cara, dari batuan cair panas yang muncul dari dalam Bumi, sisa fosil  hewan atau
tumbuhan yang membatu setelah jutaan tahun, serta akibat panas dan tekanan di dalam bumi.
Tidak ada batuan yang abadi. Seiring waktu batuan menjadi lapuk oleh air, angin dan kekuatan
erosi lain yang sangat besar.
Proses perombakan dan penghancuran batuan di permukaan secara berulang-ulang akan
membentuk wajah dari permukaan bumi. Proses ini tidak terjadi sendirinya tetapi melalui
berbagai proses yang panjang dengan melibatkan beberapa bentuk tenaga geologi, yaitu tenaga
endogen (berasal dari dalam Bumi) dan tenaga endogen (berasal dari luar Bumi).
Bentuk tenaga endogen meliputi proses tektonik, vulkanik dan gempa bumi, sedangkan
bentuk tenaga eksogen meliputi pelapukan, erosi dan pengendapan atau sedimentasi. Pada
makalah ini akan dibahas secara khusus tentang proses pelapukan dan erosi dalam membentuk
permukaan bumi serta dampak yang ditimbulkan dari proses tersebut.  
Pelapukan dan erosi merupakan proses eksogenik yang bekerja pada permukaan Bumi.
Bentuk tenaga yang bekerja antara lain perubahan dinamika suhu, massa air, angin, serta
aktivitas organisme termasuk manusia. Pelapukan adalah perusakan massa batuan pembentuk
litosfer menjadi bagian-bagian kecil. Batuan yang berada di permukaan bumi sangat rawan
terhadap pelapukan baik karena proses fisik maupun kimia. Setelah batuan melapuk dan jika ada
aliran tenaga yang kuat akan membawa material hasil pelapukan ini. Proses tersebut dinamakan
erosi. Erosi merupakan pengikisan permukaan kulit bumi karena aliran air, es atau angin.  

B.       Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai
berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan pelapukan dan erosi ?
2.      Bagaimana klasifikasi serta proses terjadinya peristiwa pelapukan dan erosi ?
3.      Factor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat pelapukan dan erosi ?
4.      Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari proses pelapukan dan erosi ?
5.      Bagaimana cara penanggulangan dari dampak buruk yang dihasilkan erosi ?

C.    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah
diatas yaitu :
1.    Mampu mendeskripsikan pengertian, klasifikasi dan proses dari pelapukan dan erosi
2.    Mampu menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi tingkat pelapukan dan erosi.
3.    Menjelaskan dampak yang ditimbulkan dari proses pelapukan dan erosi serta
memberikan solusi penanggulangan dampak buruk yang diakibatkan erosi.

D.      Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu agar kita lebih mengetahui bagaimana
proses pelapukan dan erosi berlangsung serta mengidentifikasi dampak positif dan negatif yang
ditimbulkannya, agar kemudian kita dapat lebih bijak dalam memperlakukan lingkungan alam,
untuk kelangsungan hidup  di masa depan.
BAB II
PEMBAHASAN

I. PELAPUKAN
A.    Pengertian Pelapukan
Sebagian besar batuan dan mineral terbentuk jauh di dalam kerak Bumi, tempat yang suhu
dan tekanannya sangat berbeda dengan permukaan. Namun diatas tanah, batuan sangat rawan
terhadap berbagai proses kimia dan fisika. Proses ini disebut pelapukan. Pelapukan merupakan
proses alamiah akibat bekerjanya bekerjanya gaya-gaya alam baik secara fisik maupun kimiawi
yang menyebakan terjadinya pemecah-belahan, penghancur-luluh-lantakkan dan transformasi
bebatuan dan mineral-mineral penyusunnya menjadi material lepas (regolit) di permukaan bumi.
Regolit ini mempunyai kedalaman dan ketebalan yang bervariasi, tergantung intensitas dan
ekstensitas proses pelapukan yang terjadi.

B.     Jenis-jenis Pelapukan


Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
a.Pelapukan Fisik
Pelapukan fisik (disintegrasi) merupakan proses  mekanik yang menyebabkan bebatuan
massif pecah-hancur terfragmentasi menjadi partikel-partikel kecil tanpa ada perubahan kimiawi
sama sekali. Proses ini sangat dominan pada kondisi suhu rendah seperti di kutub atau pada
kondisi suhu tinggi di padang pasir. Proses pelapukan fisik terutama dipicu oleh perubahan suhu
secara drsatis dan oleh hantaman air hujan, selain dapat dipicu oleh penetrasi akar dan aktivitas
makhluk hidup lainnya.
Bebatuan yang tersusun oleh berbagai mineral yang beraneka sifat fisik dan kimawi apabila
tiba-tiba terpapar oleh perubahan suhu drastis, akan terjadi kontraksi dan ekspansi antarfraksi
penyusunnya, sehingga timbul retakan-retakan yang kemudian memicu pecah hancurnya
bebatuan ini. Kecepatan proses ini tergantung pada kondisi fisik bebatuan. Bebatuan
berpermukaan kasar lebih cepat ketimbang yang halus, bebatuan berwarna gelap lebih banyak
menyerap panas sehingga lebih cepat ketimbang yang berwarna terang.
Proses pelapukan fisik yang dipicu air dapat terjadi lewat beberapa mekanisme :
1.    Pada bebatuan yang telah retak, air masuk ke celah-celahnya kemudian membeku,
pembekuan ini menyebabkan membesarnya rekahan-rekahan tersebut. Lewat tekanan proses
hodrothermal berupa siklus beku cairnya air yang silih berganti ini, bebatuan menjadi pecah
hancur. Mekanisme ini umumnya terjadi pada kawasan beriklim dingin.
2.    Hanataman butiran-butiran hujan dan aliran air/es menyebabkan terjadinya pengikisan dan
retaknya bebatuan, menghasilkan partikel-partikel halus yang terangkut ke tempat-tempat
rendah.
b.   Pelapukan Kimiawi
Pelapukan atau transformasi kimiawi umunya merupakan proses yang menyertai proses
pelapukan fisik dan menyebabkan terjadinya perubahan dalam komposisi kimiawi maupun
komposisi mineral (dekomposisi) penyusun permukaan fragmen-fragmen bebatuan. Melalui
proses ini bagian permukaan fragmen-fragmen dapat kehilangan sebagian mineral penyusunnya
atau mengalami perubahan komposisi kimiawinya, yang kemudian menyebabkan terbentuknya
mineral-mineral sekunder. Mekanisme yang terlibat dalam transformasi kimiawi ini meliputi :
Pelarutan (Solubilitasi)
Hidratasi
Hidrolisis
Oksidasi
Reduksi
Karbonatasi
Asidifikasi (Pengasaman)

c.       Pelapukan Biologis


Pelapukan organis adalah proses penghancuran massa batuan dengan bantuan organisme
makhluk hidup dan tumbuhan. Pada umumnya pelapukan organis dipengaruhi oleh :
1.      Membusuknya sisa tumbuhan dapat membentuk asam gambut yang berakibat rusaknya
bebatuan.
2.      Pengrusakan-pengrusakan oleh binatang-binatang kecil di dalam tanah.
3.      Pengrusakan batuan oleh aktiviras manusia dengan segala peralatannya baik alat tradisonal
maupun mekanik.
C.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelapukan
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat pelapukan batuan. Salah satu faktor terpenting
adalah iklim. Iklim, pada dasarnya adalah gabungan dari dua faktor yaitu suhu dan kelembaban.
Kelembapan dan suhu yang tinggi sangat disukai oleh pelapukan yang melibatkan reaksi kimia.
Jadi pelapukan kimiawi umumnya terjadi pada cuaca panas dan lembab. Pada daerah beriklim
dingin, yang terjadi umumnya adalah pelapukan fisik.
   Ukuran batuan dan apapun yang berada di permukaan tanah juga mempengaruhi
kecepatan pelapukan batuan. Pada umumnya, batuan dengan ukuran kecil lebih cepat
dilapukkan. Kecepatan proses pelapukan bebatuan dapat diindikasikan oleh jenis dan komposisi
mineral/senyawa kimiawi penyusunnya. Batuan sedimen umumnya tidak melapuk secepat
batuan beku maupun batuan peralihan dan batu pasir lebih resisten ketimbang batu kapur. Hal ini
karena bentuknya yang lebih mampat. Bebatuan yang berkomposisi mineral lebih kompleks akan
melapuk lebih mudah ketimbang yang lebih sederhana, karena dengan makin kompleksnya
komposisi akan makin variatif pori-pori antarmolekul yang terbentuk dan makin tidak rata
permukaannya, sehingga makin mudah mengalami proses pelapukan.
         Batuan basa lebih cepat lapuk  ketimbang batuan asam, karena terkait dengan lebih
sedikitnya senyawa silikat penyusunnya yang relatif lebih lambat melapuk dan dengan lebih
banyaknya senyawa lain yang mudah lapuk. Tanah yang terbentuk dari batuan asam akan
bersifat fisik lebih baik, misalnya tanah berbahan induk granit, sedangkan yang berasal dari
batuan basa akan bersifat kimiawi lebih baik, misalnya tanah berbahan induk basalt yang lebih
kaya P dan Ca.

D.    Produk dari Pelapukan


Tanah mengandung air dan mineral yang dibutuhkan tanaman untuk membuat makanan.
Tanah adalah batuan yang telah mengalami pelapukan. Tanah merupakan campuran dari batuan
hasil pelapukan dan humus. Humus adalah material yang diproduksi dari sisa-sisa hewan dan
tumbuhan yang mati dan membusuk.. Humus merupakan nutrisi utama yang dibutuhklan
tanaman untuk tumbuh. Humus yang bercampur dengan tanah liat dan pasir akan menambah
tingkat nutrisi dari tanah.
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
1.        Pelapukan merupakan proses alamiah akibat bekerjanya bekerjanya gaya-gaya alam baik
secara fisik maupun kimiawi yang menyebakan terjadinya pemecah-belahan, penghancur-
luluh-lantakkan dan transformasi bebatuan dan mineral-mineral penyusunnya menjadi
material lepas (regolit) di permukaan bumi.
2.        Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
a.    Pelapukan fisik
b.    Pelapukan kimiawi
c.    Pelapukan biologi
3.        Erosi didefenisikan sebagai suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian
tanah dari suatu tempat yag terangkut dari suatu tempat ketempat lain, baik disebabkan oleh
pergerakan air , angin dan/atau es.
4.        Adapun tahapan erosi meliputi :
b.    Benturan butir-butir hujan dengan tanah.
c.     Percikan tanah oleh butir hujan ke semua arah.
d.    Penghancuran bongkah tanah oleh butiran hujan.
e.     Pemadatan tanah.
f.     Penggenangan air di permukaan.
g.    Pelimpasan air karena adanya penggenangan dan kemiringan lahan.
h.    Pengangkutan partikel terpecik dan/atau massa tanah yang terdispersi oleh air limpasan.

  
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Erosi. http://karangsambung.lipi.go.id/?p=152. Diakses pada 18 Maret 2010.


Anonim. 2010. Erosi dari Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Erosi. diakses pada 18 Maret
2010.
Budiman, Arie, dkk. 2007. Membaca Gerak Alam dan Semesta, Mengenal Jejak Sang Pencipta.
Jakarta : LIPI Press.

Danielson, W. Erick. 1986. Earth Science. London: macmillan Publisher.

Hynes, Margaret. 2006. Batuan dan Fosil (diterjemahkan oleh Bob Sabran). Jakarta : Erlangga.

Utoyo, Bambang. 2007. Geografi Membuka cakrawala Dunia. Bandung: PT. Setia Purna Inves.

Anda mungkin juga menyukai