Anda di halaman 1dari 7

Kisah Sejarah dan kisah Islami 25 Nabi Yang Harus Diketahui

22. Nabi Zakaria 'alaihis salam dan Raja Fir'aun - Kisah Kehidupan hingga wafatnya Nabi Zakaria .as ,
Kisah-kisah Nabi,Lengkap. Kisah, cerita, dan Sejarah Nabi Zakaria .AS

Sejarah Islam - Kisah Nabi Zakaria .asKisah Teladan Nabi Zakaria as adalah ayah dari Nabi Yahya as
putera tunggalnya yang lahir setelah ia mencapai usia sembilan puluh tahun. Sejak beristeri Hanna, ibu
saudaranya Maryam, Zakaria mendambakan mendapat anak yang akan menjadi pewarisnya. Siang dan
malam tiada henti-hentinya ia memanjatkan doanya dan permohonan kepada Allah agar dikurniai
seorang putera yang akan dapat meneruskan tugasnya memimpin Bani Israil. Ia khuatir bahawa bila ia
mati tanpa meninggalkan seorang pengganti, kaumnya akan kehilangan pemimpin dan akan kembali
kepada cara-cara hidup mereka yang penuh dengan mungkar dan kemaksiatan dan bahkan mungkin
mereka akan mengubah syariat Musa dengan menambah atau mengurangi isi kitab Taurat sekehendak
hati mereka. Selain itu, ia sebagai manusia, ingin pula agar keturunannya tidak terputus dan terus
bersambung dari generasi sepanjang Allah mengizinkannya dan memperkenankan.

Nabi Zakaria tiap hari sebagai tugas rutin pergi ke mihrab besar melakukan sembahyang serta
menjenguk Maryam anak iparnya yang diserahkan kepada mihrab oleh ibunya sesuai dengan nadzarnya
sewaktu ia masih dalam kandungan. Dan memang Zakarialah yang ditugaskan oleh para pengurus
mihrab untuk mengawasi Maryam sejak ia diserahkan oleh ibunya. Tugas pengawasan atas diri Maryam
diterima oleh Zakaria melalui undian yang dilakukan oleh para pengurus mihrab di kala menerima bayi
Maryam yang diserahkan pengawasannya kepadanya itu adalah anak saudara isterinya sendiri yang
hingga saat itu belum dikurniai seorang anak pun oleh Tuhan.

Suatu peristiwa yang sangat menakjubkan dan menghairankan Zakaria telah terjadi pada suatu hari
ketika ia datang ke mihrab sebagaimana biasa. Ia melihat Maryam disalah satu sudut mihrab sedang
tenggelam dalam sembahyangnya sehingga tidak menghiraukan bapa saudaranya yang datang
menjenguknya. Di depan Maryam yang sedang asyik bersembahyang itu terlihat oleh Zakaria berbagai
jenis buah-buahan musim panas. Bertanya-tanya Nabi Zakaria dalam hatinya, dari mana datangnya
buah-buahan musim panas ini, padahal mereka masih berada dalam musim dingin. Ia tidak sabar
menanti anak saudaranya selesai sembahyang, ia lalu mendekatinya dan menegur bertanya kepadanya:
"Wahai Maryam, dari manakah engkau dapat ini semua?"

Maryam menjawab: "Ini adalah pemberian Allah yang aku dapat tanpa kucari dan aku minta. Diwaktu
pagi dikala matahari terbit aku mendapatkan rezekiku ini sudah berada didepan mataku, demikian pula
bila matahari terbenam di waktu senja. Mengapa bapa saudaranya merasa hairan dan takjub? Bukankah
Allah berkuasa memberikan rezekinya kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan?"
Maryam binti Imran

Maryam yang disebut-sebut dalam kisah Zakaria adalah anak tunggal dari Imran seorang daripada
pemuka-pemuka dam ulama Bani Isra'il. Ibunya saudara ipar dari Nabi Zakaria adalah seorang
perempuan yang mandul yang sejak bersuamikan Imran belum merasa berbahagia jika belum
memperoleh anak. Ia merasa hidup tanpa anak adalah sunyi dan membosankan. Ia sangat
mendambakan keturunan untuk menjadi pengikat yang kuat dalam kehidupan bersuami-isteri, penglipur
duka dan pembawa suka di dalam kehidupan keluarga. Ia sangat akan keturunan sehingga bila ia melihat
seorang ibu menggandung bayinya atau burung memberi makan kepada anaknya, ia merasa iri hati dan
terus menjadikan kenangan yang tak kunjung lepas dari ingatannya.

Tahun demi tahun berlalu, usia makin hari makin lanjut, namun keinginan tetap tinggal keinginan dan
idam-idaman tetap tidak menjelma menjadi kenyataan. Berbagai cara dicubanya dan berbagai nasihat
dan petunjuk orang diterapkannya, namun belum juga membawa hasil. Dan setelah segala daya upaya
yang bersumber dari kepandaian dan kekuasaan manusia tidak membawa buah yang diharapkan,
sedarlah isteri Imran bahawa hanya Allah tempat satu-satunya yang berkuasa memenuhi keinginannya
dan sanggup mengurniainya dengan seorang anak yang didambakan walaupun rambutnya sudah
beruban dan usianya sudah lanjut. Maka ia bertekad membulatkan harapannya hanya kepada Allah
bersujud siang dan malam dengan penuh khusyuk dan kerendahan hati bernadzar dan berjanji kepada
Allah bila permohonannya dikalbulkan, akan menyerahkan dan menghibahkan anaknya ke Baitul Maqdis
untuk menjadi pelayan, penjaga dan memelihara rumah suci itu dan sesekali tidak akan mengambil
manfaat dari anaknya untuk kepentingan dirinya atau kepentingan keluarganya.

Harapan isteri Imran yang dibulatkan kepada Allah tidak tersia-sia. Allah telah menerima
permohonannya dan mempersembahkan doanya sesuai dengan apa yang telah disuratkan dalam takdir-
Nya bahwa dari suami isteri Imran akan diturunkan seorang nabi besar. Maka tanda-tanda permulaan
kehamilan yang dirasakan oleh setiap perempuan yang mengandung tampak pada isteri Imran yang
lama kelamaan merasa gerakan janin di dalam perutnya yang makin membesar. Alangkah bahagia si
isteri yang sedang hamil itu, bahawa idam-idamannya itu akan menjadi kenyataan dan kesunyian rumah
tangganya akan terpecahlah bila bayi yang dikandungkan itu lahir. Ia bersama suami mulai merancang
apa yang akan diberikan kepada bayi yang akan datang itu. Jika mereka sedang duduk berduaan tidak
ada yang diperbincangkan selain soal bayi yang akan dilahirkan. Suasana suram sedih yang selalu
meliputi rumah tangga Imran berbalik menjadi riang gembira, wajah sepasang suami isteri Imaran
menjadi berseri-seri tanda suka cita dan bahagia dan rasa putus asa yang mencekam hati mereka berdua
berbalik menjadi rasa penuh harapan akan hari kemudian yang baik dan cemerlang.

Akan tetapi sangat benarlah kata mutiara yang berbunyi: "Manusia merancang, Tuhan menentukan.
Imran yang sangat dicintai dan sayangi oleh isterinya dan diharapkan akan menerima putera
pertamanya serta mendampinginya dikala ia melahirkan , tiba-tiba direnggut nyawanya oleh Izra'il dan
meninggallah isterinya seorang diri dalam keadaan hamil tua, pada saat mana biasanya rasa cinta kasih
sayang antara suami isteri menjadi makin mesra.

Rasa sedih yang ditinggalkan oleh suami yang disayangi bercampur dengan rasa sakit dan letih yang
didahului kelahiran si bayi, menimpa isteri Imran di saat-saat dekatnya masa melahirkan. Maka setelah
segala persiapan untuk menyambut kedatangan bayi telah dilakukan dengan sempurna lahirlah ia dari
kandungan ibunya yang malang menghirup udara bebas. Agak kecewalah si ibu janda Imran setelah
mengetahui bahawa bayi yang lahir itu adalah seorang puteri sedangkan ia menanti seorang putera yang
telah dijanjikan dan bernadzar untuk dihibahkan kepada Baitulmaqdis. Dengan nada kecewa dan suara
sedih berucaplah ia seraya menghadapkan wajahnya ke atas: "Wahai Tuhanku, aku telah melahirkan
seorang puteri, sedangkan aku bernadzar akan menyerahkan seorang putera yang lebih layak menjadi
pelayan dan pengurus Baitulmaqdis. Allah akan mendidik puterinya itu dengan pendidikan yang baik dan
akan menjadikan Zakaria, iparnya dan bapa saudara Maryam sebagai pengawas dan pemeliharanya.

Demikianlah maka tatkala Maryam diserahkan oleh ibunya kepada pengurus Baitulmaqdis, para rahib
berebutan masing-masing ingin ditunjuk sebagai wali yang bertanggungjawab atas pengawasan dan
pemeliharaan Maryam. Dan kerana tidak ada yang mahu mengalah, maka terpaksalah diundi diantara
mereka yang akhirnya undian jatuh kepada Zakaria sebagaimana dijanjikan oleh Allah kepada ibunya.

Tindakan pertama yang diambil oleh Zakaria sebagai petugas yang diwajibkan menjaga keselamatan
Maryam ialah menjauhkannya dari keramaian sekeliling dan dari jangkauan para pengunjung yang tiada
henti-hentinya berdatangan ingin melihat dan menjenguknya. Ia ditempatkan oleh Zakaria di sebuah
kamar diatas loteng Baitulmaqdis yang tinggi yang tidak dapat dicapai melainkan dengan menggunakan
sebuah tangga.Zakarian merasa bangga dan bahagia beruntung memenangkan undian memperolehi
tugas mengawasi dan memelihara Maryam secara sah adalah anak saudaranya sendiri. Ia mencurahkan
cinta dan kasih sayangnya sepenuhnya kepada Maryam untuk menggantikan anak kandungnya yang
tidak kunjung datang. Tiap ada kesempatan ia datang menjenguknya, melihat keadaannya, mengurus
keperluannya dan menyediakan segala sesuatu yang membawa ketenangan dan kegembiraan baginya.
Tidak satu hari pun Zakaria pernah meninggalkan tugasnya menjenguk Maryam.

Rasa cinta dan kasih sayang Zakaria terhadap Maryam sebagai anak saudra isterinya yang ditinggalkan
ayahnya meningkat menjadi rasa hormat dan takzim tatkala terjadi suatu peristiwa yang menandakan
bahawa Maryam bukanlah gadis biasa sebagaimana gadis-gadis yang lain, tetapi ia adalah wanita pilihan
Allah untuk suatu kedudukan dan peranan besar di kemudian hari.
Pada suatu hari tatkala Zakaria datang sebagaimana biasa, mengunjungi Maryam, ia mendapatinya lagi
berada di mihrabnya tenggelam dalam ibadah berzikir dan bersujud kepada Allah. Ia terperanjat ketika
pandangan matanya menangkap hidangan makanan berupa buah-buahan musim panas terletak di
depan Maryam yang lagi bersujud. Ia lalu bertanya dalam hatinya, dari manakah gerangan buah-buahan
itu datang, padahal mereka masih lagi berada pada musim dingin dan setahu Zakaria tidak seorang pun
selain dari dirinya yang datang mengunjungi Maryam. Maka ditegurlah Maryam tatkala setelah selesai ia
bersujud dan mengangkat kepala: "Wahai Maryam, dari manakah engkau memperolehi rezeki ini,
padahal tidak seorang pun mengunjungimu dan tidak pula engkau pernah meninggalkan mihrabmu?
Selain itu buah-buahan ini adalah buah-buahan musim panas yang tidak dapat dibeli di pasar dalam
musim dingin ini."

Maryam menjawab: "Inilah peberian Allah kepadaku tanpa aku berusaha atau minta. Dan mengapa
engkau merasa hairan dan takjub? Bukankah Allah Yang Maha Berkuasa memberikan rezekinya kepada
sesiapa yang Dia kehendaki dalam bilangan yang tidak ternilai besarnya?" Demikianlah Allah telah
memberikan tanda pertamanya sebagai mukjizat bagi Maryam, gadis suci, yang dipersiapkan oleh-Nya
untuk melahirkan seorang nabi besar yang bernama Isa Almasih a.s. Kisah lahirnya Maryam dan
pemeliharaan Zakaria kepadanya dapat dibaca dalam Al-Quran surah Ali Imran ayat 35 hingga 37 dan 42
hingga 44.

Sumber : http://satupedang.blogspot.com/2015/02/sejarah-islam-kisah-nabi-zakaria-
as.html#ixzz5hC2MtxVT
A. PENDAHULUAN

Zakariya (Arab: ‫زكريا‬, Ibrani ‫ זְכ ְַרי ָה‬Zakharia, Perjanjian Baru: Zechariah/ Zacharias) (sekitar 100 – 20 M)
adalah salah seorang nabi yang disebut di dalam Al Kitab dan Qur’an. Ia diangkat menjadi nabi pada
tahun 2 SM dan ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Palestina. Namanya disebutkan sebanyak 8
kali di dalam Al-Quran. Ia memiliki 1 orang anak dan wafat di Syam. Zakaria bin Dan bin Muslim dari
keturunan Rahbaam bin Sulaiman. Zakaria bersaudara kandung dengan Imran, ia menikah dengan
seorang wanita bernama Elisabeth. Dalam situs web lain dikatakan bahwa nama istrinya adalah al-
Yashbi’ masih keturunan dengan Harun Nabi Zakariya adalah keturunan Nabi Sulaiman. Ia diutus pada
kaum Bani Israil. Sudah sejak lama Nabi Zakariya mendambakan seorang anak. Namun keinginannya
belum juga terpenuhi walau ia sudah tua.

B. KISAH NABI ZAKARIYYA

Suatu hari datanglah janda Imron menyerahkan bayi perempuannya (Maryam) pada Nabi Zakariya untuk
diasuh dan dibesarkan sesuai dengan nazarnya. Nabi Zakariya dan para imam Baitul Maqdis terkejut
akan hal itu, sebab janda Imron sudah tua dan rasanya tidak mungkin memperoleh anak. Namun setelah
mendapat penjelasan dari janda Imron bahwa kehamilannya ialah kehendak Allah SWT, merekapun
mengerti.

Setelah itu timbul persoalan, siapakah yang berhak mengurus Maryam. Untuk pemecahannya, mereka
mengundi dengan melemparkan pena ke air. Barangsiapa yang penanya mengapung, dialah yang berhak
mengurus Maryam. Ternyata pena Nabi Zakariya-lah yang mengapung sehingga beliau berhak menjadi
ayah asuh Maryam. Semua kebutuhan Maryam ditanggung Nabi Zakariya. Namun kemudian rasa sayang
Nabi Zakariya pada Maryam berubah menjadi rasa takjub. Suatu hari saat menengok Maryam, beliau
melihat ada buah-buahan di dekat Maryam, Ada juga buah-buahan yang bukan musimnya. Maryam
menjelaskan bahwa semua itu berasal dari Allah.

Nabi Zakariya takjub dan tergetar. Ia ingin mendapat kemuliaan dari Allah SWT. Maka ia bermunajat
kepada-Nya, memohon dikaruniai anak. Allah SWT berfirman melalui malaikat Jibril bahwa Nabi Zakariya
akan akan dikaruniai anak bernama Yahya, dengan tanda tak bisa bicara selama 3 hari 3 malam.

Yahya

Setelah itu istrinya mengandung dan melahirkan anak lelaki dan diberi nama Yahya. Seperti ayahnya,
Yahya juga seorang nabi. Pada suatu ketika Nabi Yahya terbunuh karena perintah Raja Herodus. Kaum
Bani Israil berharap pada Nabi Zakariya, hal itu menyebabkan Raja Herodus marah dan memerintahkan
untuk membunuh Nabi Zakariya. Nabi Zakariya sendiri langsung pergi dari kejaran prajurit Herodus.

Zakaria Mendambakan Anak

Nabi Zakaria a.s., yaitu ayah Nabi Yahya sadar banyak anggota keluarganya dari Bani Israil merupakan
orang yang tidak beradab dan gemar bermaksiat karena kedangkalan iman mereka. Ia khawatir bila tiba
ajal dan tidak mempunyai keturunan yang dapat memimpin kaumnya, sehingga mereka akan semakin
merajalela dan sangat mungkin mengadakan perubahan-perubahan di dalam kitab suci Taurat dan
menyalahgunakan hukum agama.

Kecemasan itu mengusik pikiran Zakaria, dan ia sedih karena belum juga mempunyai keturunan walau
telah berusia 90 tahun. Ia agak terhibur ketika mengasuh Maryam yang dianggap sebagai anak
kandungnya sendiri. Akan tetapi rasa sedihnya dan keinginanya untuk memperoleh keturunan timbul
kembali ketika ia menyaksikan mukjizat hidangan makanan di mihrab Maryam. Ia berfikir di dalam
hatinya bhawa tidak ada yang mustahil bagi Allah. Allah yang telah memberi rezeki kepada Maryam
dalam keadaan seorang diri dan tidak berdaya. Allah pasti berkuasa memberinya keturunan bila dengan
kehendak-Nya walaupun usianya sudah lanjut dan rambutnya sudah penuh uban.

Zakaria Berdoa Kepada Allah

Pada suatu malam yang telah larut, Zakaria duduk di mihrabnya mengheningkan cipta kepada Allah dan
bermunajat serta berdoa dengan khusyuk dan yakin. Dengan suara yang lemah lembut dia berdoa: “Ya
Tuhanku, berikanlah aku seorang putera yang akan mewarisiku dan mewarisi sebahagian dari keluarga
Ya’qub, yang akan meneruskan pimpinan dan tuntunanku kepada Bani Isra’il. Aku cemas sepeninggalku
nanti anggota-anggota keluargaku akan rusak kembali aqidah dan imannya bila aku tinggalkan tanpa
seorang pemimpin yang akan menggantikanku. Ya Tuhanku, tulangku telah menjadi lemah dan kepalaku
telah dipenuhi uban, sedang isteriku adalah seorang perempuan mandul. Namun kekuasaanmu tidak
terbatas, dan aku berdoa Engkau berkenan mengkaruniakan seorang anak yang shaleh dan Engkau
ridhoi padaku.

Allah Mengabulkan doa Zakaria

Kemudian Allah menjawab doa Zakaria dan berfirman : “Wahai Zakaria, kami sampaikan kabar gembira
padamu, kamu akan mendapatkan seorang anak laki-laki bernama Yahya yang shaleh dan membenarkan
kitab-kitab Allah, menjadi pemimpin yang dianut, menahan diri dari nafsu dan godaan syaitan, dan kelak
akan menjadi seorang Nabi.” Kemudian Zakaria berkata: “Ya Allah, bagaimana aku dapat memperoleh
keturunan sedang istriku seorang yang mandul dan akupun sudah lanjut usia.” Allah berfirman: “Hal
demikian itu adalah mudah bagi-Ku. Tidakkah telah Ku-ciptakan kamu, sedangkan waktu itu kamu tidak
ada sama sekali.”

C. NABI ZAKARIA DALAM ALQURAN

Kisah Nabi Zakaria dalam Al-Qur’an ada di dalam Surah Maryam : 1 -15

1. Kaaf Haa Yaa ‘Ain Shaad

2. (Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhanmu kepada hamba-Nya, Zakaria,

3. yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.


4. Ia berkata:”Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban,
dan aku belum pernah kecewa dalam berdo’a kepada Engkau, ya Tuhanku.

5. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah
seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera,

6. yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya’kub; dan jadikanlah ia, ya
Tuhanku seorang yang diridhai”.

7. Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang
anak yang namanya Yahya yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang
serupa dengan dia.

8. Zakaria berkata : “Ya Tuhanku, bagaimana akan ada seorang anak bagiku, padahal isteriku
adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat
tua”.

9. Allah berfirman :“Demikianlah”. Tuhan berfirman : “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan
sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada
sama sekali”.

10. Zakaria berkata : “Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda”. Tuhan berfirman “Tanda bagimu ialah
bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu
sehat”.

11. Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah
kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.

12. Hai Yahya, ambillah Al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya
hikmah selagi ia masih kanak-kanak,

13. dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dari dosa). Dan ia adalah
seorang yang bertakwa,

14. dan seorang yang berbakti kepada dua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi
durhaka.

15. Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia
dibangkitkan hidup kembali

Anda mungkin juga menyukai