Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK J
Nama :
 Beatrich.a.Nara
 Balandina.Souhaly
 Salomina.Lewaney
 Morids.c.Tupamahu
 Rafael.Leisina
Kelas :
XIC4
`KATA PENGANTAR`

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat

menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “ADAT SUKU DARI DAERAH

JAWA”.

            Makalah ini berisikan tentang informasi Masyarakat jawa dan

kebudayaan di dalamnya. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan

informasi kepada kita semua apa saja yang ada pada kebudayaan masyarakat

jawa sehingga kita bias mengetahui keunikan yang terkandung di dalam

kebudayaannya dan menjadikannya berbeda dengan kebudayaan –

kebudayaan lain yang tersebar di Indonesia.

            Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun

selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini. Akhir kata, kami

sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam

penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT

senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin

Kairatu,08-Oktober-2014

Kelompok I
`DAFTAR ISI`

KATA PENGANTAR……………………………………………1

DAFTAR ISI………………………………………………2

BAB I ( PENDAHULUAN )

1.1              Latar Belakang ……………………………………………………3

1.2              Maksud dan


Tujuan………………………………………………………

1.3              Rumusan Masalah……………………………………………………

BAB II ( PEMBAHASAN )

2.1              Pengertian masyarakat jawa……………………………………………

2.2              Bahasa………………………………………………………………

2.3              Kepercayaan ………………………………………………………

2.4              Profesi ……………………………………………………………

2.5              Stratifikasi social.…………………………………………………

2.6             Kesenian…………………………………………………………  

2.7              Stereotipe………………………………………………………………

2.8 Pakaian adat………………………………………………………

2.9 Tari-tarian……………………………………………………………..

2.10 Makanan pokok………………………………………………………

2.11 Rumah adat…………………………………………………………


2.12 Kebiasaan………………………………………………………

BAB III ( PENUTUP )

3.1              Kesimpulan………………………………………………………

PENUTUP…………………………………………………………………
BAB I
( PENDAHULUAN )

1.1       LATAR BELAKANG


           Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi

dipedulikan oleh sebuah bangsa, maka peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

untuk punah.

Disini, saya mencoba untuk peduli dengan budaya dari mana kami berasal yaitu jawa.

Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan, kami mencoba merangkum berbagai tulisan yang

berkaitan dengan budaya Jawa dari berbagai sumber.

1.2       MAKSUD DAN TUJUAN

            Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini selain untuk memenuhi salah

satu tugas mata pelajaran IPS, juga bertujuan untuk dijadikan bahan presentasi sehingga siswa

– siswa lainpun bisa merasakan ilmu yang terdapat dari makalah ini.

1.3       RUMUSAN MASALAH    

·                     Apa itu suku jawa ?

·                     Bahasa apa yang digunakan oleh masyarakat jawa  ?

·                     Apa kepercayaan yang di anut mereka ?

·                     Apa profesi – profesi yang mereka geluti ?

·                     Stratifikasi social seperti apa yang ada di dalam kebudayaannya ?

·                    Apa kesenian yang lahir dan berkembang di masyarakat tersebut ?

·                    Bagaimana stereotif masyarakat jawa ?


BAB II
( PEMBAHASAN )

2.1              PENGERTIAN
Suku Jawa (Jawa ngoko: wong Jowo, krama: tiyang Jawi) merupakan suku bangsa

terbesar di Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Setidaknya

41,7% penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa. Selain di ketiga propinsi tersebut, suku Jawa

banyak bermukim di Lampung, Banten, Jakarta, dan Sumatera Utara. Di Jawa Barat mereka

banyak ditemukan di Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Suku Jawa juga memiliki sub-suku,

seperti Osing dan Tengger.

2.2       BAHASA

Suku bangsa Jawa sebagian besar menggunakan bahasa Jawa dalam bertutur sehari-

hari. Dalam sebuah survei yang diadakan majalah Tempo pada awal dasawarsa 1990-an,

kurang lebih hanya 12% orang Jawa yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

mereka sehari-hari, sekitar 18% menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara campur, dan

selebihnya hanya menggunakan bahasa Jawa saja.

Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intonasi berdasarkan hubungan

antara pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh. Aspek kebahasaan

ini memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, dan membuat orang Jawa biasanya

sangat sadar akan status sosialnya di masyarakat.

2.3       KEPERCAYAAN
Masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang belum bisa

meninggalkan tradisi dan budaya Jawanya. Di antara tradisi dan budaya ini terkadang

bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Tradisi dan budaya Jawa ini sangat dijunjung tinggi

oleh masyarakat Jawa, terutama yang abangan. Di antara tradisi dan budaya ini adalah

keyakinan akan adanya roh-roh leluhur yang memiliki kekuatan ghaib, keyakinan adanya

dewa dewi yang berkedudukan seperti tuhan, tradisi ziarah ke makam orang-orang tertentu,

melakukan upacara-upacara ritual yang bertujuan untuk persembahan kepada tuhan atau

meminta berkah serta terkabulnya permintaan tertentu. Setelah dikaji inti dari tradisi dan

budaya tersebut, terutama dilihat dari tujuan dan tatacara melakukan ritus-nya, jelaslah

bahwa semua itu tidak sesuai dengan ajaran Islam. Tuhan yang mereka tuju dalam keyakinan

mereka jelas bukan Allah, tetapi dalam bentuk dewa dewi seperti Dewi Sri, Ratu Pantai Selatan,

roh-roh leluhur, atau yang lainnya. Begitu juga bentuk-bentuk ritual yang mereka lakukan

jelas bertentangan dengan ajaran ibadah dalam Islam yang sudah ditetapkan dengan tegas

dalam al-Quran dan hadis Nabi Saw. Karena itulah, tradisi dan budaya Jawa seperti itu

sebenarnya tidak sesuai dengan ajaran Islam dan perlu diluruskan atau sekalian ditinggalkan.

            Selain itu, masyarkat jawa juga mempunyai tradisi upacara adat dalam setiap kegiatan

– kegian besar, seperti :

·         Kematian ( Mendhak )

·         Upacara nyewu dina (memohon pengampunan kepada Tuhan )

·         Upacara Brobosan (penghormatan dari sanak keluarga kepada orang tua dan leluhur mereka

yang telah meninggal dunia )


 Upacara-upacara sebelum pernikahan (Siraman, Upacara Ngerik, Upacara Midodareni,

Upacara diluar kamar pelaminan, Srah-srahan atau Peningsetan, Nyantri, Upacara

Panggih atau  Temu, Balangan suruh Penganten, dll )

·         Upacara untuk kelahiran bayi, seperti :


- Wahyu Tumurun

Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada

Tuhan Yang Maha Esa dan selalu mendapat.

- Sido Asih

Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang selalu di cintai dan dikasihi oleh

sesama serta mempunyai sifat belas kasih

- Sidomukti.

Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang mukti wibawa, yaitu berbahagia dan

disegani karena kewibawaannya.

- Truntum.

Maknanya agar keluhuran budi orangtuanya menurun (tumaruntum) pada sang bayi.

- Sidoluhur.

Maknanya agar anak menjadi orang yang sopan dan berbudi pekerti luhur.

- Parangkusumo.

Maknanya agar anak memiliki kecerdasan bagai tajamnya parang dan memiliki ketangkasan

bagai parang yang sedang dimainkan pesilat tangguh.

- Semen romo.

Maknanya agar anak memiliki rasa cinta kasih kepada sesama layaknya cinta kasih Rama dan

Sinta pada rakyatnya.


- Udan riris.

Maknanya agar anak dapat membuat situasi yang menyegarkan, enak dipandang, dan

menyenangkan siapa saja yang bergaul dengannya.

- Cakar ayam.

Maknanya agar anak pandai mencari rezeki bagai ayam yang mencari makan dengan

cakarnya karena rasa tanggung jawab atas kehidupan anak-anaknya, sehingga kebutuhan

hidupnya tercukupi, syukur bisa kaya dan berlebihan.

- Grompol.

Maknanya semoga keluarga tetap bersatu, tidak bercerai-berai akibat ketidakharmonisan

keuarga (nggrompol : berkumpul).

- Lasem.

Bermotif garis vertikal, bermakna semoga anak senantiasa bertakwa pada Tuhan YME.

- Dringin.

Bermotif garis horisontal, bermakna semoga anak dapat bergaul, bermasyarakat, dan berguna

antar sesama.

2.4       PROFESI

Mayoritas orang Jawa berprofesi sebagai petani, namun di perkotaan mereka

mendominasi pegawai negeri sipil, BUMN, anggota DPR/DPRD, pejabat eksekutif, pejabat

legislatif, pejabat kementerian dan militer. Orang Jawa adalah etnis paling banyak di dunia

artis dan model. Orang Jawa juga banyak yang bekerja di luar negeri, sebagai buruh kasar dan

pembantu rumah tangga. Orang Jawa mendominasi tenaga kerja Indonesia di luar negeri
terutama di negara Malaysia, Singapura, Filipina, Jepang, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Uni

Emirat Arab, Taiwan, AS dan Eropa.

2.5       STRATIFIKASI SOSIAL

Masyarakat Jawa juga terkenal akan pembagian golongan-golongan sosialnya. Pakar

antropologi Amerika yang ternama, Clifford Geertz, pada tahun 1960-an membagi masyarakat

Jawa menjadi tiga kelompok: kaum santri, abangan dan priyayi. Menurutnya kaum santri

adalah penganut agama Islam yang taat, kaum abangan adalah penganut Islam secara nominal

atau penganut Kejawen, sedangkan kaum Priyayi adalah kaum bangsawan. Tetapi dewasa ini

pendapat Geertz banyak ditentang karena ia mencampur golongan sosial dengan golongan

kepercayaan. Kategorisasi sosial ini juga sulit diterapkan dalam menggolongkan orang-orang

luar, misalkan orang Indonesia lainnya dan suku bangsa non-pribumi seperti orang keturunan

Arab, Tionghoa, dan India.

2.6       SENI

Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi oleh agama

Hindu-Buddha, yaitu pementasan wayang. Repertoar cerita wayang atau lakon sebagian besar

berdasarkan wiracarita Ramayana dan Mahabharata. Selain pengaruh India, pengaruh Islam

dan Dunia Barat ada pula. Seni batik dan keris merupakan dua bentuk ekspresi masyarakat

Jawa. Musik gamelan, yang juga dijumpai di Bali memegang peranan penting dalam

kehidupan budaya dan tradisi Jawa.


Contoh kesenian yang berkembang di mastarakat jawa adalah :

·         Topeng (topeng madura, topeng malang, topeng dongkrek, )

·         Angklung

·         Bali-balian

·         Wayang ( kuli, klitik, purwo, godog, golek, dll )

·         Trian (tari topeng kuncaran, tari merak, tari serimpi, tari blambangan cakil, tari

remong, reog ponorogo dan jaipong )

2.7       STEREOTIPE ORANG JAWA

Orang Jawa memiliki stereotipe sebagai sukubangsa yang sopan dan halus. Tetapi mereka juga

terkenal sebagai sukubangsa yang tertutup dan tidak mau terus terang. Sifat ini konon

berdasarkan watak orang Jawa yang ingin menjaga harmoni atau keserasian dan menghindari

konflik, karena itulah mereka cenderung untuk diam dan tidak membantah apabila terjadi

perbedaan pendapat.

2.8 PAKAIAN ADAT

Negara kita Indonesia, memiliki banyak adat istiadat yang harus kita pelajari, karena kita harus

bangga bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar karena memiliki banyak suku adat

dan budaya warisan nenek moyang yang selama ini masih kita pelihara kelestariannya
ACEH

Pakaian tradisional aceh biasa


disebut Ulee Balang. Pakaian
tersebut biasanya digunakan oleh
para raja dan keluarganya.

Ulee Balang

JAWA TIMUR

Pakaian khas Madura biasa disebut


pesa’an. Pakaian ini terkesan sederhana
karena hanya berupa kaos bergaris
merah putih dan celana longgar. Untuk
wanita biasa menggunakan kebaya.

Pakaian Pesa’an
JAWA BARAT

Jawa Barat memiliki pakaian adat yang


berbeda untuk laki-laki dan perempuan.
Kain kebaya pada dasarnya digunakan
perempuan di semua lapisan, baik
rakyat biasan maupun bangsawan.
Perbedaannya mungkin hanya pada
bahan kebaya yang digunakan serta
corak hiasnya.

Pakaian Adat Jawa Barat – Kebaya

JAWA TENGAH

Pakaian adat Jawa Tengah identik


dengan penggunaan kain kebaya
dengan motif batik, dimana batik
yang digunakan merupakan batik
tulis yang masih tergolong asli.

Kain Kebaya
2.9 TARI-TARIAN

2.10 MAKANAN POKOK

2.11 RUMAH ADAT

2.12 KEBIASAAN

BAB III
( PENUTUP )

3.1              Kesimpulan

Suku jawa yang berada di daerah pulau Jawa merupakan suku yang memiliki berbagai

kebudayaan, mulai dari adat istiadat sehari-hari, kesenian, acara ritual, dan lain-lain.

Semua itu membuktikan bahwa suku jawa merupakan suku yang kaya akan budaya

daerah. Dan dari kekayaan budaya yang di miliki suku jawa itulah yang menbuatnya berberda

dengan kebudayaan – kebudayaan lain yang ada di Indonesia.


PENUTUP

            Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan

dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena

terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya

dengan judul makalah ini.

            Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan

saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan

makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.

            Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang

budiman pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai