Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ADAT SAWERAN

INGEU WIDYATARI HERIANA 180110110055 SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN 2011

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................ i KATA PENGANTAR................................................................................................. ii BAB 1: PENDAHULUAN.......................................................................................1-2 A. LATAR BELAKANG....................................................................................1 B. LANDASAN TEORI.................................................................................... 2 C. MAKSUD DAN TUJUAN............................................................................ 2 BAB2: ISI................................................................................................................ 3-8 A. B. C. D. E. F. PENGERTIAN SAWERAN......................................................................... 3 TEMPAT PELAKSANAAN ADAT SAWERAN....................................... 3 WAKTU PELAKSANAAN ADAT SAWERAN........................................ 3 TOKOH YANG MENGIKUTI ADAT SAWERAN....................................4 MANFAAT DAN TUJUAN PELAKSANAAN ADAT SAWERAN......... 4 PROSESI PELAKSANAAN ADAT SAWERAN.....................................4-8

BAB 3: PENUTUP.................................................................................................9-11 A. KOMENTAR ATAU OPINI PENULIS.........................................................9 B. KESIMPULAN..............................................................................................10 C. LAMPIRAN...................................................................................................11 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................12

KATA PENGANTAR
Assalammu alaikum W. W Bismillaahirrahmaanirrahiim Puji syukur Saya penjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan KaruniaNya Saya bisa dengan ulat dan semangat menyusun dan membuat MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ADAT SAWERAN ini dengan dengat baik. Penyusunan MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ADAT SAWERAN ini dimaksudkan untuk membantu mahasiswa dan mahasiswi dalam proses perkuliahan, khususnya dalam meningkatkan penguasann kompetensi kurikulum sesuai dengan bidangnya dan meningkatkan semangat belajar mahasiswa dan mahasiswi yang sesungguhnya. Olehkarena itu, MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ADAT SAWERAN ini Saya susun dan Saya buat dengan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami mahasiswa dan mahasiswi secara nmandiri. MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ADAT SAWERAN disusun dan dibuat berdasarkan pengamatan dan materi mata kuliah dari proses perkuliahan yang dikembangkan sesuai dengan silabus perkuliahan sebagaimana tertuang dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Besar harapan Saya MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ADAT SAWERAN ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan peguasaan komoetensi mahasiswa dan mahasiswi sesuai dengan standar kompetensi kelulusan atau penilaian yang diharapkan.

Jatinangor, 20 Februari 2012 Penulis

ii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Saya sebagai penulis mengkaji makalah dengan judul Adat Saweran karena adat saweran merupakan salah satu tradisi yang menarik, megasyikan untuk dikaji, banyak yang sudah mengalami, dan selalu ditunggu-tunggu para peserta atau hadirin hajat. Selain itu, menurut penelitian yang Saya lakukan masyarakat Indonesia masih minim pengetahuan yang mendalam mengenai adat saweran. Hal tersebut terbukti setelah Saya melukan penelitian dengan mewawancara tiga teman kosan dengan bertanya kepada Mereka masing-masing tiga pertanyaan. Pertanyaan pertama, Apakah Anda mengetahui bagaimana sebenarnya asalusul adat saweran? Pertanyaan kedua, Apakah kalian tahu apa sebenarnya manfaat, maksud, dan tujuan dilaksanakan adat saweran sejak zaman dahulu? Pertanyaan ketiga, Apakah sebenarnya adat saweran bertentangan dengan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadist lalu dicontohkan oleh Rasul? Dari tiga teman kosan, tiga orang tersebut hanya bisa menjawab, tidak tahu untuk pertanyaan pertama dan kedua. Pertanyaan ketiga dijawab oleh Mereka, mungkin seru-seruan. Lalu, adat saweran masih diragukan dan diperhitungkan mengenai perbandingan antara manfaat dan resikonya oleh masyarakat. Ini sebuah tugas untuk Saya dalam mengganti jawaban Mereka menjadi sebuah jawaban yang lebih ilmiah.

B.

LANDASAN TEORI Menurut Agama, manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Yang paling sempurna. Menurut Ilmu Pengetahuan Sosial, manusia adalah makhluk yang tidak dapat hidup sendiri atau disebut makhluk sosial. Dari pengertian-pengertian tersebut boleh kita simpulkan bahwa manusia selalu bekerja sama melengkapi satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan hidup yang lama kelamaan menjadi suatu kebiasaan kemudian menjadi suatu tradisi atau adat. Ini adalah sebuah Folklor karena pengertian Folklor adalah suatu kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat tertentu yang memiliki ciri-ciri pengenalan fisik, sosial, budaya sehinga dapat dibedakan dari kelompok lainnya serta memiliki kesadaran kepribadian sebagai kesatuan masyarakat yang lamakelamaan kebiasaan tersebut menjadi kebudayaan, terus-menerus secara turuntemurun diwariskan secara lisan malalui contoh gerakan isyarat, alat pembantu pengingat (mnemonic device). Manusia memiliki akal, pikiran, dan nafsu untuk berbuat dan menciptakan sesuatu. Contohnya, keinginan mereka untuk berbagi kesenangan dan rezeki kepada sesama umat ciptaanNya melalui kegiatan yang kemudian populer dengan nama saweran. C. MAKSUD DAN TUJUAN

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ADAT SAWERAN ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam dan mencapai kurikulum mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Selain itu, Saya sebagai penyusun ingin membahas ertanyaan umum apa sebenarnya adat saweran itu agar berguna untuk masyarakat dari populasi paling sedikit, yaitu wilayah kampus.

BAB 2 ISI
A. PENGERTIAN SAWERAN Saweran disini adalah mendudukkan kedua mempelai berdampingan, didampingi oleh kedua orang tua masing-masing. Kedua mempelai dipayungi, lalu sembari diiringi oleh nyanyian sunda yang berisi petuah, mereka akan melemparkan kepada hadirin berbagai barang sebagai symbolatau biasanya dilakukan oleh juru sawer. Dua pengantin diberi lantunan wejangan oleh juru sawer yang maknanya menyangkut bagaimana hidup yang baik dan kewajiban masing-masing dalam rumah tangga. Setelah diberi lantunan wejangan, kemudian di sawer dengan uang dan beras kuning, oleh kedua orang tuanya. Saweran melambangkan mempelai beserta keluarga berbagi rezeki dan kebahagiaan. Kata sawer berasal dari kata panyaweran, yang dalam bahasa Sunda berarti tempat jatuhnya air dari atap rumah atau ujung genting bagian bawah. Saweran juga bisa dilaksanakan pada hajat sunatan. B. TEMPAT PELAKSANAAN SAWERAN Mungkin kata sawer ini diambil dari tempat berlangsungnya upacara adat tersebut yaitu panyaweran. Berlangsung di panyaweran (di teras atau halaman). Halaman yang digunakan biasanya halaman yang lapang dan terbuka untuk memudahkan hadiah saweran melayang diudara dan tersebar ke arah peserta. Tempat sepertiitu memberi ruang gerak untuk peserta yang akan berebut hadiah. Bahaya jika ada yang celaka, misalnya terinjak-injak. Adat saweran yang paling sering Saya alami diadakan di depan rumah atau teras yang mempunyai hajat karena ukurannya lebih luas untuk ruang erak peserta dan tidak jauh dari tempat pengantin berada, biasanya disebut pelaminan. C. WAKTU PELAKSANAAN ADAT SAWERAN tahapan adat yang hingga saat ini masih sering digunakan, mulai dari Sungkeman, Saweran, Meuleum harupat, Nincak endog, Ngaleupas japati. Seluruh tahapan di atas dilaksanakan setelah proses akad nikah, dimana kedua mempelai telah resmi menjadi suami istri. Setelah upacara sungkeman, prosesi dilanjutkan dengan acara saweran. Jangalah salah menduga! Adat saweran di sini bukanlah seperti saweran saat penyanyi (biasanya dangdut) disawer uang oleh para penonton.

D.

TOKOH YANG MENGIKUTI ADAT SAWER Adat saweran dalam cara pernikahan biasanya dihadiri oleh kedua mempelai, orang tua atau wali kedua mempelai, keluarga besar kedua mempelai, tamu undangan (hadirin) yang terdiri dari tetangga, kerabat seolah dan kantor, dam masyarakat kecil yang tidak diundang pun kadang-kadang ikut memeriahkan. Acara dalam sunatan tidak jauh berbeda, hanya saja bukan kedua mempelai, melainkan anak laki-laki yang telah disunat. E. MANFAAT, MAKSUD, DAN TUJUAN PELAKSANAAN ADAT SAWERAN Biasanya yang mempunyai hajat mengadakan adat saweran pada hajatnya untuk melengkapi tahapan-tahapan prosesi pernikahan atau sunatan agar acaranya menjadi berkah. Apabila adat ini ditinggalkan yang mempunya hajat akan merasa bersalah, merasa acaranya tidak berkah karena adat saweran merupakan kebiasaan turun-temurun dari keluarga sejak zaman dahulu. Para empunya hajat juga ingin berbagi rezeki dengan cara yang mengasyikan dan berbeda. F. PROSESI ADAT SAWERAN Kedua mempelai berdampingan biasanya duduk sambil menunduk mengenakan tudung atau kain, didampingi oleh kedua orang tua masing-masing. Kedua mempelai dipayungi, lalu sembari diiringi oleh nyanyian sunda yang berisi petuah, juru sawer akan melemparkan kepada hadirin berbagai barang sebagai simbol. Dua pengantin diberi lantunan wejangan yang isinya menyangkut bagaimana hidup yang baik dan kewajiban masing-masing dalam rumah tangga. Setelah diberi lantunan wejangan, kemudian di sawer dengan uang dan beras kuning, oleh kedua orang tuanya atau juru sawer

Kedua orang tua atau juru sawer menyawer mempelai dengan diiringi kidung. Untuk menyawer, menggunakan bokor yang diisi uang logam, beras, irisan kunyit tipis, permen. Kedua Mempelai duduk berdampingan dengan dinaungi payung, seiring kidung selesai di lantunkan, isi bokor di tabur, hadirin yang menyaksikan berebut memunguti uang receh dan permen. Bahan-bahan yang diperlukan dan digunakan dalam upacara sawer ini tidaklah lepas dari simbol dan maksud yang hendak disampaikan kepada pengantin baru ini, seperti, 1. Beras, yang mengandung simbol kemakmuran. Maksudnya mudah-mudahan setelah berumah tangga pengantin bisa hidup makmur. 2. Uang recehan, mengandung simbol kemakmuran maksudnya apabila kita mendapatkan kemakmuran kita harus ikhlas berbagi dengan fakir dan yatim. 3. Kembang gula, artinya mudah-mudah dalam melaksanakan rumah tangga mendapatkan manisnya hidup berumah tangga. 4. Kunyit, sebagai simbol kejayaan, mudah-mudahan dalam hidup berumah tangga bisa meraih kejayaan. 5. Bunga Rampai, tidak saja terlihat cantik dan serasi, tetapi juga selalu menebarkan wangi. Sebuah kehidupan rumah tangga yang menarik dilihat orang lain serasi dan selalu menebarkan wangi karena tak pernah berselisih secara berlebihan.

Kemudian semua bahan dan kelengkapan itu dilemparkan, artinya kita harus bersifat dermawan. Syair-syair yang dinyanyikan pada upacara adat saweran adalah sebagai berikut, KIDUNG SAWER Pangapunten kasadaya Kanu sami araya Rehna bade nyawer heula Ngedalkeun eusi werdaya Dangukeun ieu piwulang Tawis nu mikamelang Teu pisan dek kumalancang Megatan ngahalang-halang Bisina tacan kaharti Tengetkeun masing rastiti Ucap lampah ati-ati Kudu silih beuli ati Lampah ulah pasalia Singalap hayang waluya Upama pakiya-kiya Ahirna matak pasea Sebenarnya acara maknawi sawer ini sama sekali tidak mengangkat hal-hal berbau mistik. Hanya saja karena bahasa dan seluruh peralatan dalam salah satu prosesi pernikahan ini mengandung simbol-simbol, seringkali dipahami sebagai sesuatu yang membesar-besarkan unsur mistiknya. tahapan adat yang hingga saat ini masih sering digunakan, mulai dari Sungkeman, Saweran, Meuleum harupat, Nincak endog, Ngaleupas japati.

Tradisi sawer dalam prosesi pernikahan Sunda ini tidak lebih dari khotbah nikah yang isinya berupa pesan-pesan moral. Seorang juru sawer misalnya akan menyanyikan lagu, baik itu Dangdanggula, Kinanti, maupun Anggana Sekar. Contohnya, Laki rabi masing tigin Runtut raut jeung panutan Titip cepil sareng panon Sepuh raos dadanguan Tur raos titingalan Putra mantu runtut rukun Eulis ujang saaleutan Artinya kurang lebih seperti, Rumah tangga harus lurus Harmonis dengan pasangan Jaga telinga dan mata Orang tua tentram pendengaran Serta nyaman pandangan Anak dan mantu selalu rukun Eulis ujang selalu bersama-sama Acara saweran biasanya berlangsung meriah karena orang-orang berebut mengambil uang dan permen. Karena Saya pernah menjadi pagar ayu yang melindungi pengantin dari tamu, kening Saya sering terkena timpuk uang logam. Uang logam itu kecil, tetapi apabila dilemparkan ke kening lumayan sakit juga. Saya jadi berpikir, walaupun pengantin dipayungi supaya aman, tetapi tidak menutup kemungkinan kening Saya akan terkena timpuk uang recehan lagi. Namun, biasanya yang mempunya hajat memiliki ide untuk mengganti uang recehan dengan uang kertas saja yang digulung dan dihias pita warna-warni. Uang logam yang tersedia lebih sedikit disediakan daripada uang kertas. Ada yang nominalnya Rp. 50.000 juga beberapa buah sebagai pengganti doorprize. Biasanyaada yang menyelipkan kertas bertuliskan hadiah doorprize. Mengasyikan bukan?

Berikutnya, karena saya anak perempuan sekaligus anak bungsu, maka dalam saweran tersebut harus ada yang disebut kanjut kundang, yaitu saweran yang terdiri dari beras, kunyit, uang, kacang-kacangan, yang dibungkus menjadi satu dalam ukuran mini. Saya juga tidak tahu pasti filosofisnya apa. Tapi kalau menurut keluarga saya, karena anak terakhir, jadi perayaan itu merupakan pesta terakhir yang akan diselenggarakan di dalam keluarga sehingga keluarga meluapkan rasa bahagianya dan kasih sayangnya dengan memberikan segala sesuatu yang selama ini dikumpulkan untuk menyelenggarakan acara sebaik mungkin. Itu dilambangkan dengan pundi-pundi mini berisi berbagai macam bahan yang memiliki makna filosofis. Kenapa beras dan uang disatukan? Karena uang adalah perlambang harta, sementara beras adalah perlambang rezeki, jadi apabila disatukan ada kutipan Sunda rea ketan rea keton, beunghar ku dunya barana.

BAB 3 PENUTUP A. KOMENTAR DAN OPINI PENULIS Menurut pendapat Saya, adat saweran dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu dengan tujuan seru-seruan, melatih daya tangkap, menjaga kebersamaan, tolong menolong, silaturahmi, media pesan moral, dan media pelestarian budaya asli Indonesia. Lagu-lagu yang dinyanyikan juru sawer juga mengandung petuah atau nasihat yang sangat baik dan sesuai dengan ajaran Islam apabila kita mengerti apa sebenarnya makna lagu-lagu atau pupuh tersebut. Contohnya untuk saling setia, menjaga hubungan suami istri agar rukun, mengabdi kepada orang tua, amanah, jujur, dan lain-lain. Karena dalam ajaran Islam Allah membolehkan perceraian di antara suami istri, tetapi sangat dibenci Allah SWT.. Allah SWT juga membenci pertengkaran, perselisihan, dan permusuhan. Simbol-simbol hadiah dalam bokor juga memiliki makna bahwa alam pun memiliki manfaat luar biasa yang harus bisa dipraktikan juga oleh manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Adat Saweran sangat baik dilaksanakan karena tokoh yang mempunyai hajat berbagi rezeki atau disebut sedekah kepada sesama umat manusia ciptaan Allah SWT.. Namun, cara memberikan dengan dilempar menyebar tidak baik menurut ajaran agama Islam atau mungkin agama lain pun demikian. Adat saweran yang sering dilaksanakan menyebabkan banyak hadiah tang tidak tertangkap atau teraih oleh peserta sehingga tercecer dan terbuang begitu saja. Hadiah ysng tercecer tersebut merupakan tindakan yang mubazir. Itu sangat dibenci Allah SWT. Dan pastinya masih banyak orang yang membutuhkan. Dari adat saweran, hadiah yang didapat dengan cara berebut atau sostem siapa cepat dia dapat juga kemungkinan bisa menimbulkan kecelakaan, contohnya korban luka.

B.

KESIMPULAN Tradisi adat saweran yang asli dari Indonesia, yaitu adat asli suku Sunda. Adat saweran memang harus kita lestarikan karena salah satu khas budaya bangsa yang unik. Hal tersebut pastinya dapat memikat perhatian dan ketertarikan bangsa lain, tetapi cara pelaksanaan harus dijaga ketertibannya agar menjadi berkah untuk kita semua. Tidak seperti suatu kerusuhan bahkan hingga terjadi permusuhan antar umat manusia ciptaan Allah SWT.. Prosesi adat saweran melantunkan lagu-lagu dalam bahasa sunda yang artinya mengandung nasihat-nasihat yang baik untuk umat manusia dalam menjalani kehidupan yang kemudian akan dipertanggungjawabkan dan akan mendapat balasan di akhirat kelak.

10

C.

LAMPIRAN

11

DAFTAR PUSTAKA http://callmesleepingbeauty.blogspot.com/2012/01/prosesi-saweran.html http://amelzone.wordpress.com/2009/12/18/jawa-barat-prosesi-saweran-dalam-adatperkawinan-sunda/ http://www.anneahira.com/prosesi-pernikahan.htm

12

Anda mungkin juga menyukai