D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
DISUSUN OLEH :
HESTI DAMARA
WAHYUNI
REZKI ADITYA
AMRUL FIRDAUS
NURISFA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga PENULIS diberi kekuatan untuk menyelesaikan makalah ini walaupun dalam
bentuk yang sederhana.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak hambatan dan
kesulitan. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan
oleh PENULIS. Pada kesempatan ini PENULIS menyampaikan terima kasih kepada,
1. Masywir, S.Pd selaku guru Bahasa Daerah yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing
PENULIS sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
2. Orang tua PENULIS yang memberi dukungan moril maupun materi dalam menyelesaikan
makalah ini.
3. Semua rekan yang memberikan bantuannya kepada penulis sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
PENULIS pun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, PENULIS memohon maaf jika terdapat kesalahan-kesalahan yang tidak berkenan di
hati pembaca dan mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi PENULIS khususnya dan pembaca pada
umumnya.
PENULIS
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................................................ .... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................... .... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................................... .... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
A. Bahan dan Perlengkapan............................................................................................................... 3
B. Proses Pelaksanaan Upacara......................................................................................................... 3
1. Upacara pra pernikahan .......................................................................................................... .... 4
2. Resepsi atau Pesta Pernikahan ................................................................................................ .... 10
3. Upacacara Pasca Pernikahan ................................................................................................. .... 14
C. Nilai - nilai ............................................................................................................................ .... 16
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 18
A. Kesimpulan................................................................................................................................ 18
B. Saran ......................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan adalah sesuatu yang di lakukan setiap insan ketika sudah menginjak usia
dewasa. pernikahan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena
pernikahan bukan hanya merupakan peristiwa yang harus ditempuh atau dijalani oleh dua
individu yang berlainan jenis kelamin, tetapi lebih jauh adalah pernikahan sesungguhnya proses
yang melibatkan beban dantanggung jawab dari banyak orang, baik itu tanggung jawab keluarga,
kaum kerabat, bahkan kesaksian dari seluruh masyarakat yang ada di lingkungannya. Prosesi
pernikahanpun berbeda satu sama lain pada setiap daerah. Ada yang melakukan
prosesi pernikahan secara glamour dan adapula yang melakukannya dengan sangat sederhana.
Tidak terkecuali suku-suku pedalaman yang ada di seluruh penjuru dunia ,termasuk suku-suku
yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah suku bugis. Suku Bugis adalah masyarakat asli dari
Provinsi Sulawesi Selatan. Suku Bugis tersebar di beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan,
seperti Kabupaten Jeneponto, Luwu, Bone, Wajo, Pinrang, Barru, dan Sidenreng
Rappang. Seperti suku – suku yang lainnya yang ada di nusantara , masyarakat bugis juga
memiliki tradisi dalam proses pernikahan. Mulai dari lamaran, pra akad nikah, akad nikah,
sampai dengan pasca akad nikah. Semuanya terangkai dalam suatu proses yang cukup unik dan
kompleks.
Berdasarkan paparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap prosesi adat
pernikahan suku Jeneponto
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja alat-alat dan perlengkapan yg digunakan dalam upacara pernikahan orang Jeneponto ?
2. Bagaimana proses-proses upacara pernikahan orang Jeneponto?
3. Nilai-nilai apa saja yang terkandung di dalamnya?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui alat-alat dan perlengkapan yang digunakan dalam upacara pernikaha orang
Jeneponto
2. Untuk mengetahui proses-proses upacara pernikahan orang Jeneponto
3. Untuk mengetahui nilai-nilai apa saja yang terkandung di dalam upacara pernikahan orang
Jeneponto .
BAB II
PEMBAHASAN
Mappabotting adalah upacara adat pernikahan orang Jeneponto di Selawesi Selatan. Secara garis
besar, pelaksanaan upacara adat ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu upacara pra pernikahan,
pesta pernikahan, dan pasca pernikahan.
A. Bahan-bahan dan Perlengkapan
Bahan-bahan yang digunakan dalam upacara pernikahan orang Jeneponto di antaranya adalah:
a. Sompa, yaitu mahar atau mas kawin dalam bentuk uang real sebagai syarat sah peminangan
menurut Islam.
b. Dui’ ménré atau dui’ balanca, yaitu sejumlah uang belanja dari mempelai pria sebagai syarat sah
peminangan menurut adat. Uang tersebut digunakan membiayai pesta pernikahan mempelai
wanita.
c. Cicing passiok, yaitu cincin emas dari mempelai pria untuk mengikat mempelai wanita.
d. Sarung sutera sebagai hadiah untuk kedua belah pihak keluarga mempelai.
e. Seperangkat peralatan dalam acara mappacci seperti daun pacar, bantal, pucuk daun pisang,
lilin, bekkeng (tempat daun pacar dari logam), wenno (padi yang disangrai), dan daun nangka.
f. Berbagai macam makanan dan kue-kue tradisional eperti beppa puteh, nennu-nennu,palopo,
barongko, paloleng, sanggarak, lapisi, cangkueng, badda-baddang, dan lain-lain sebagainya.
g. Bosara, yaitu tempat menyimpan kue-kue tradisional orang Jeneponto dan sebagainya.
B. Proses Pelaksanaan Upacara
Secara garis besar, pelaksanaan upacara adat pernikahan orang Jeneponto di Sulawesi Selatan
dibagi menjadi tiga tahap, yaitu upacara pra pernikahan, resepsi/pesta pernikahan, dan pasca
pernikahan.
12. Macceko
Macceko berarti mencukur rambur-rambut halus yang ada pada dahi dan di belakang telinga,
agar supaya “dadasa” yaitu riasan hitam pada dahi yang akan dipakai pada calon mempelai
perempuan pada waktu dirias dapat melekat dengan baik. Acara macceko ini hanya
diperuntukkan bagi calon mempelai perempuan. Dahulu kala model dadasa ini berbeda antara
perempuan yang bangsawan dan perempuan dari kalangan biasa.
Nilai-nilai yang terkandung di dalam upacara adapt pernikahan orang orang Jeneponto di
antaranya adalah:
1. Sakralitas. Nilai ini terlihat jelas dari pelaksanaan berbagai macam ritual-ritual khusus seperti
mandi tolak bala, pembacaan berzanji, acara mappacci, dan lain sebagainya. Ritual-ritual
tersebut dianggap sacral oleh orang Bugis dan bertujuan untuk memohon keselamatan kepada
Allah SWT.
2. Penghargaan terhadap kaum perempuan. Nilai ini terlihat pada keberadaan proses peminangan
yang harus dilakukan oleh mempelai pria. Hal ini menunjukkan suatu upaya untuk
menghargaikaum perempuan dengan meminta restu dari kedua orang tuanya. Nilai penghargaan
terhadap perempuan juga dapat dilihat dengan adanya pemberian mahar berupa mas
kawin dan dui’ balanca yang cukup tinggi dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan.
Keberadaan mahar sebagai hadiah ini merupakan isyarat atau tanda kemuliaan perempuan.
3. Kekerabatan. Bagi orang orang Jeneponto, pernikahan bukan sekedar menyatukan dua insan
yang berlainan jenis menjadi hubungan suami-istri, tetapi lebih kepada menyatukan dua keluarga
besar. Dengan demikian, pernikahan merupakan salah satu sarana untuk menjalin dan
mengeratkan hubungan kekerabatan.
4. Gotong-royong. Nilai ini terlihat pada pelaksanaan pesta pernikahan yang melibatkan kaum
kerabat, handai taulan, dan para tetangga. Mereka tidak tidak saja memberikan bantuan berupa
pikiran dan tenaga, tetapi juga dana untuk membiayai pesta tersebut.
5. Status sosial. Pesta pernikahan bagi orang Bugis bukan sekedar upacara perjamuan biasa, tetapi
lebih kepada peningkatan status sosial. Semakin meriah sebuah pesta, semakin maka semakin
tinggi status sosial seseorang. Oleh karena itu, tak jarang sebuah keluarga menjadikan pesta
pernikahan sebagai ajang untuk meningkatkan status sosial mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mappabotting merupakan upacara adat pernikahan orang orang Jeneponto di Sulawesi Selatan.
Pernikahan menurut orang orang Jeneponto bukanlah sekedar untuk menyatukan kedua
mempelai pria dan wanita, tetapi lebih daripada itu adalah menyatukan dua keluarga besar
sehingga terjalin hubungan kekerabatan yang semakin erat. Untuk itulah, budaya pernikahan
orang Jeneponto perlu tetap dipertahankan karena dapat memperat hubungan silaturrahmi
antarkerabat.
B. Saran
Karena suku Bugis mempunyai adat pernikahan yang sangat unik dan sangat kompleks, maka
masyarakat Bugis khususnya dan masyarakat di Indonesia umumnya harus bangga dan menjaga
adat istiadat tersebut supaya tidak punah.