Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Tradisi Amaliyyah Ahlus Sunnah wal Jama’ah An Nahdliyyah


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Fiqih As-Sunnah An-Nahdliyah
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : Achmad Saefurridjal

Disusun Oleh :
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat sertakarunia-nya
sehingga dapat menyelesaikan Makalah Fiqih dengan judul “Tradisi Amaliyyah Ahlus Sunnah
wal Jama’ah An Nahdliyyah”dan Mahasiswa mampu menjelaskan makalah tersebut.
Makalah ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Dosen matakuliah Fiqih dan Semua
pihak yang turut membantu pembuatan makalah ini yang tidak bisa penyusun sebutkan satu
persatu.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulismengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini di masamendatang.Semoga makalah
ini dapat bermanfaat untuk pembaca.

Bandung, 11 Mei 2023

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................... iii


BAB I ....................................................................................................4
PENDAHULUAN ................................................................................4
1.1 Latar Belakang ..............................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................2
1. Pengertian Amaliyah NU ................................................................2
2. Jenis-jenis Amaliyah NU ................................................................2
3. Pijakan Metodologi Amaliyah NU .................................................3
4. Amaliyah NU dan dalil-dalilnya.....................................................3
BAB III .................................................................................................7
PENUTUP ............................................................................................7
1. Kesimpulan ..................................................................................7
2. Saran .............................................................................................7
Daftar Pustaka .....................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah diterimannya kehadiran Islam di Nusantara dengan kondisi keagamaan
masyarakat yang menganut paham animisme (Hindu-Budha), tidak bisa dilepaskan dari cara
dan model pendekatan dakwah para mubaligh Islam kalaitu yang ramah dan bersedia
menghargai kearifan budaya dan tradisi Dalam pandangan kaum Nahdliyyin, kehadiran Islam
yang dibawa oleh Rasulullah saw. Bukanlah untuk menolak segala tradisi yang mengakar
menjadi kultur budaya masyarakat, melainkan sekedar untuk melakukan pembenahan-
pembenahan dan pelurusan-pelurusan terhadap tradisi dan budaya yang tidak sesuai dengan
risalah Rasulullah saw lokal. Sebuah pendekatan dakwah yang terbuka dan tidak antisipati
terdapat nilai-nilai normatif di luar Islam, melainkan mengakulturasikannya dengan
membenahi penyimpangan-penyimpangan di dalamnya memasukkan ruh-ruh keislaman
kedalam subtstansinya. Maka lumrah jika kemudian corak amaliah ritualitas muslim Nusantara
(khususnya Jawa) hari ini, kita saksikan begitu kental diwarnai dengantradisi dan budaya khas
lokal, seperti ritual selametan, kenduri, dan lain-lain.Amaliah keagamaan seperti itu tetap
dipertahankan karena kaum Nahdliyyin meyakini bahwa ritual-ritual dan amaliyah yang
bercorak lokal tersebut. Hanyalahsebatas teknis atau bentuk luaran saja, sedangkan yang
menjadi substansididalamnya murni ajaran-ajaran Islam. Dengan kata lain, ritual-ritual yang
bercorak tradisi lokal hanyalah bungkus luar, sedangkan isinya adalah nilai-nilai ibadah yang
dianjurkan oleh Islam.
. Budaya yang telah mapan menjadi nilainormatif masyarakat dan tidak bertentangan
dengan ajaran Islam akanmengakulturasikannya bahkan mengakuinnya sebagai bagian dari
budaya dan tradisi Islam itu sendiri. Dalam hal ini, Rasululullah saw. Bersabda:“ apa yang
dilihat orang Muslim baik, maka hal itu baik disisi Allah.” (HR.Malik). Kendati demikian,
amaliah dan ritual keagamaan kaum Nahdliyin seperti itu, sering mengobsesi sebagian pihak
untuk menganggapnya sebagai praktik- praktik sengkritisme, mitisme, khurafat, bid’ah bahkan
syirik. Anggapan demikian sebenarnya lebih merupakan subyektifitas akibat terjebak dalam
pemahaman
Islam yang sempit dan dangkal serta tidak benar-benar memahami hakikat amaliah
dan ritual-ritual hukum Nahdliyyin tersebut. Pihak-pihak yang seperti ini,wajar apabila
kemudian dengan mudah melontarkan ‘tuduhan’ bid’ah atau syirik terhadap amaliah dan
ritualitas kaum Nahdliyyin, seperti ritual tahlilan, peringatan Maulid Nabi, Istighfar,
Pembacan berzanji, Manaqib, Ziarah kubur, dan amaliah-amaliah lainnya.

iv
1.2 Rumusan Masalah
1.Apa pengertian Amaliyah NU?
2.Apa saja jenis-jenis Amaliyah NU?
3.Apa saja pijakan Metodologi Amaliyah NU?
4.Apa sajakah Amaliyah NU dan dalil-dalilnya?
5.Apa sajakah amaliyah yang sering dijadikan perselisihan ?

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Amaliyah NU
Amaliyah Nahdliyah adalah amal perbuatan lahir, baik yang berhubungandengan
Ibadah, Mu’amalah maupun Akhlaq; yang biasa dilakukan oleh kaum Nahdliyyin, bisa jadi
secara formal warga Jam’iyyah Nahdlatul Ulama atau bukan. Nahdlatul Ulama
memperjuangkan berlakunya Ajaran Islam alaAhlussunnah wal Jama’ah, oleh karena itu
menurut NU, cara berfikir dan bentindak, cara bertheologi maupun beramal, yang benar
didasarkan padaAjaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah. Menurut NU, Islam adalah
ahlussunnah wal jama’ah, maka kaum nahdliyyin tidak mendasarkan perbuatannya kecuali
pada ahlusunnah wal jama’ah.Secara praktis, amaliyah ahlussunnah wal jama’ah NU di
dasarkan padacara bertheologi menurut madzhab theologi Al-Asy’ary dan Al-Maturidy,dalam
bidang fiqh mengikuti salah satu madzhab empat, yaitu : Hanafy,Maliky, Syafi;y dan
Hambaly; serta mengamalkan tasawuf sesuai dengan caratasawuf Imam al-Junaid al-
Baghdady dan Imam Al-Ghazaly.
2. Jenis-jenis Amaliyah NU
Secara garis besar, amaliyah nahdliyah dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
1.Ushul
- Beraqidah Islamiyah yang meyakini, bahwa :
a)Rukun Iman ada 6
b)Allah adalah Maha Esa
c)Allah mempunyai sifat wajib sebanyak 20, sifat mukhal 20 dan sifat jaiz 1.
d)Allah mempunyai asma’ berjumlah 99 yang dikenal dengan sebutan asma’ulhusna.
- Beribadah dengan baik yang dibangun atas Rukun Islam yang 5, yaitu :Mengucapkan dua
kalimah syahadat, menunaikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan ramadlan, serta
naik haji ke Baitullah bagi yang mampu
.- Membangun senedi-sendi aqidah dan melakukan ibadah dengan benar sertasebaik-baiknya,
seolah-olah setiap saat melihat Allah atau sekurang-kurangnyaselalu merasa diawasi oleh
Allah SWT.
2. Furu’

2
Hal yang menyangkut tentang furu’ ini bagi NU sangatlah banyak, yang meliputi
amalan-amalan wajib, sunnah, mustahab serta hal-hal yang berhubungandengan “Fadlail”,
semisal :
a)Membaca do’a qunut dalam shalat shubuh, dan dalam shalat witir pada paruhakhir bulan
ramadlan.
b)Berbakti kepada orang tua serta menghormati orang sholih, tidak terbatasketika mereka
masih hidup di dunia
c)Mendo’akan orang yang sudah meninggal dunia
d)Berjama’ah dalam dzikir dan berdo’a.
e) Melakukan Tawasshul dan Tabarruk.
3. Pijakan Metodologi Amaliyah NU
Secara metodologis, amaliyah nahdliyah didasarkan padasumber-sumber hukum Islam, yaitu:
1. Al-Qur’an
2. Al-Hadits
3. Al-Ijma’ dan
4. Al-Ijtihad
4. Amaliyah NU dan dalil-dalilnya
1.Tawassul
Tawassul adalah perantara, Syaikh Jamil Affandi menjelaskanbahwa yang dimaksud
tawassul dengan para Nabi dan orang-orang Shaleh ialah menjadikan mereka menjadikan
sebab danperantara dalam memohon kepada Allah untuk mencapai tujuan.Pada hakikaynya
Allahhlah pelaku yang sebenarnya (yangmengabulkan do`a). Sebagai contoh pisau tidak
mempunyaikemampuan memotog dari dirinya sendiri karena pemotong yangsebenarnya
adalah Allah dan pisau hanya sebagai penyebabyang alamiah (berpotensi untuk memotong)
Dalil Tawassul:
َ ُ ُۡ ۡ ُ ‫ََذ‬ َ ْ ُ َٰ َ َ َ َ َ ۡ ۡ َ ْ ٓ ُ َ ۡ َ َ ‫ََٰٓ َ ُّ َ ذ َ َ َ ُ ْ ذ ُ ْ ذ‬
‫ٱَّلين ءامنوا ٱتقوا ٱَّلل وٱبتغوا إَِلهِ ٱلوسِيلة وج ِهدوا ِِف سبِيلِهِۦ لعلكم تفل ِحون‬
ِ ‫يأيها‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan)
untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu
beruntung.” (Q.S Al Maidah : 35)
2. Dzikir berjama`ah
Membaca dzikir dengan berjama`ah sehabis menunaikan sholat maupun dalam momen
tertentu, seperti istighotsah, Tahlilan adalah perbuatan yang tidak bertentangan dengan ajaran
Agama bahkan termasuk perbuatan yang dituntun oleh Agama. Dalilnya:
ۡ َ ََ ْ ُُ ۡ َ ۡ ُ ُۡ َۡ ٓ ُُ ۡ َ
ُ ‫ك ُف‬
‫ون‬
ِ ‫ر‬ ‫وِن أذكركم وٱشكروا ِِل وَل ت‬
ِ ‫فٱذكر‬
“Ingatlah (Berzikir) kepadaku niscaya aku akan ingat kepadamu” (Q.S Al Baqarah : 152)
3. Ziarah kubur

3
Pada masa awal Islam Nabi melarang umat Islam melakukanziarah kubur karena
khawatir umat Islam akan menjadipenyembah kuburan. Setelah akidah umat Islam kuat dan
tidak ada kekhawatiran untuk berbuat syirik Nabi membolehkan parasahabatnya untuk
melakukan ziarah kubur.
Rasulullah Bersabda:

‫ وتذكر‬، ‫ وتدمع العين‬، ‫كنت نهيتكم عن زيارة القبور أال فزوروها فإنها ترق القلب‬
‫ وال تقولوا هجرا‬، ‫اآلخرة‬
"Sesungguhnya aku dulu telah melarang kalian berziarah kubur. Maka (sekarang) ziarahlah
karena akan bisa mengingatkan kepada akhirat dan akan menambah kebaikan bagi kalian
dengan menziarahinya. Barangsiapa yang ingin berziarah maka lakukanlah dan jangan kalian
mengatakan 'hujran' (ucapan-ucapan batil)," (HR Muslim).
4. Merayakan Maulid Nabi
Sebagai seorang mukmin pengungkapan rasa syukur dankegembiraan atas nikmat
yang diterima adalah suatu keharusanbegitu pula dengan kelahiran seseorang kealam dunia
merupakan nikmat tidak terhingga yang harus disyukuri.Sebagaimana mensyukuri hari
kelahiran Nabi dengan berpuasa. Dalam sebuah hadis diriwayatkan :

(ُ‫ فِ ْي ِه ُو ِلدْت‬:‫ص ْو ِم اْ ِإلثْنَي ِْن فَقَا َل‬


َ ‫ع ْن‬ َ ‫سئِ َل‬ ُ ‫اري ِ أ َ َّن َر‬
ُ ِ‫س ْو َل هللا‬ ِ ‫ص‬َ ‫ع ْن أ َ ِب ْي قَت َادَة َ اْأل َ ْن‬
َ
1978( :‫ي» (رواه مسلم‬ َ ‫) َوفِ ْي ِه أ ُ ْن ِز َل‬
َّ َ‫عل‬

Diriwayatkan dari Abû Qatâdah al-Anshâri: “Bahwa Rasulullah pernah ditanya tentang puasa
Senin. Maka beliau menjawab, Pada hari itulah aku dilahirkan dan wahyu diturunkan
kepadaku.” (HR. Muslim: 1978)
5. Tahlilan
Berkumpul untuk melakukan tahlilan merupakan tradisi yang telah diamalkan secara
turun temurun oleh mayoritas umat Islam Indonesia. Meskipun format acaranya tidak diajarkan
secara langsung oleh Rosulullah namun kegiatan tersebut dibolehkan karena tidak satupun
unsur-unsur yang terdapat didalamnya bertentangan dengan ajaran Islam, karena itu
pelaksanaan tahlilan secara esensial merupakan perwujudan dari tuntunan Rosulullah.

: ‫سلَّم قَا َل‬ َ ‫صلَّى هللا‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫سو َل هللا‬ ُ ‫ع ْنهُ ا َ َّن َر‬
َ ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ار َر‬ َ ‫س ِي ِدنَا َم ْعقَ ْل ِب ْن َي‬
ْ ‫س‬ َ ‫ع ْن‬ َ
‫علَى‬ َ ‫غفَ َر هللاُ لَهُ اِ ْق َر ُؤهَا‬ َ َّ‫َّار اْالَ ِخ َرة اِال‬ َ ‫قر ُؤهَا َر ُج ٌل ي ُِر ْيدُ هللاَ َوالد‬ َ َ‫ان الَ ي‬ ْ ‫ب اْلقُ ْر‬ُ ‫يس قَ ْل‬
,‫ش ْيبَ ْة‬
َ ‫ اِب ُْن اَبِ ْى‬,‫ى‬ْ ‫ ا َ ْلبَغَ ِو‬,‫ ا َ ْل َح ِكيْم‬,‫ اَحْ َم ْد‬,‫سائِى‬ َ ‫َم ْوت َا ُك ْم‬
َ ِ‫ اَلن‬,‫ اِب ُْن َما َج ْه‬,‫)ر َواهُ اَب ُْو دَ ُاو ْد‬
ْ ‫ َواب ُْن ِح َب‬,‫ ا َ ْل َب ْي َه ِق ْى‬,‫لطب َْرانِ ْى‬
‫ان‬ َّ َ ‫ا‬
Dari sahabat Ma’qal bin Yasar r.a. bahwa Rasulallah s.a.w. bersabda : surat Yasin adalah
pokok dari al-Qur’an, tidak dibaca oleh seseorang yang mengharap ridha Allah kecuali
diampuni dosadosanya. Bacakanlah surat Yasin kepada orang-orang yang meninggal dunia di
antara kalian. (H.R. Abu Dawud, dll)

4
5. Amaliyyah yang sering dijadikan perselisihan
a. Do’a Qunut
Do’a qunut dalam shalat shubuh dan dalam shalat witir pada paruh akhir bulan
ramadlan, hukumnya sunnah ab’ad, apabila tertinggal disunnahkan melakukan sujud sahwi.

‫اعلم أن القنوت في صالة الصبح سنة للحديث الصحيح فيه عن أنس رضي هللا‬
.‫عنه أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم لم يزل يقنت في الصبح حتى فارقا الدنيا‬
‫رواه الحاكم أبو عبد هللا في كتاب األربعين وقال حديث صحيح‬
Artinya: Qunut shalat subuh disunahkan berdasarkan hadits shahih dari Anas bahwa
Rasulullah SAW selalu qunut sampai beliau meninggal. Hadits riwayat Hakim Abu Abdullah
dalam kitab Arba’in. Ia mengatakan, itu hadits shahih. (Lihat: Muhyiddin Yahya bin Syaraf
An-Nawawi, Al-Adzkar, Beirut, Darul Fikri, 1994, halaman: 59)
b. Tahlil untuk orang yang telah meninggal
Inti dari pada Amaliyyah Tahlil adalah:
Berdoa untuk orang yang sudah meninggal, baik oleh anaknya maupun oleh orang lain.

‫ الصدقة بعد الدفن ثوابها ﺇلى ثالثة أيام والصدقة فى ثالثة أيام يبقى‬: ‫وقال عمر‬
‫ثوابها ﺇلى سبعة أيام والصدقة يوم السابع يبقى ثوابها ﺇلى خمس وعﺸرين يوما‬
‫ومن الﺨمس وعﺸرين ﺇلى أربعين يوما ومن األربعين ﺇلى مائة ومن المائة ﺇلى‬
١٩٨ :‫ص‬,۲:‫ج‬, ‫سنة ومن السنة ﺇلى ألﻒ عام (الحاوي للفتاوي‬
Rasulullah saw bersabda: “Doa dan shodaqoh itu hadiah kepada mayyit.”
Berkata Umar: “shodaqoh setelah kematian maka pahalanya sampai tiga hari dan shodaqoh
dalam tiga hari akan tetap kekal pahalanya sampai tujuh hari, dan shodaqoh di hari ke tujuh
akan kekal pahalanya sampai 25 hari dan dari pahala 25 sampai 40 harinya lalu sedekah dihari
ke 40 akan kekal hingga 100 hari dan dari 100 hari akan sampai kepada satu tahun dan dari
satu tahun sampailah kekalnya pahala itu hingga 1000 hari.”
c. Shalat Hajat dan Shakat Tasbih
Shalat hajat adalah shalat yang dilakukan ketika seseorang menginginkan mendapatkan
sesuatu keberhasilah. Pada umumnya warga nahdliyyin mengamalkan shalat ini, baik
dilakukan pada siang hari maupun malam hari.
Siapapun tidak perlu ragu untuk menjalankan shalat hajat, karena dalilnya jelas.Adapun
tentang kaifiyyah, tidak selengkapnya dijelaskan oleh beliau RasulullahSAW.
Adapun hadis lain riwayat at-Tirmidzi nomor hadis 441 dalam kitab Witir bab Shalat Hajat,
Rasulullah saw bersabda sebagai berikut,

5
‫ص ِل‬
َ ُ‫ض ْو َء ِلي‬
ُ ‫الو‬ َّ ‫َت لهُ َحا َجةٌ ﺇِلَى هللاِ أ َ ْو ﺇِلَى أ َ َح ٍد ِم ْن بَنِي آدَ َم فَ ْليَت ََو‬
ُ ‫ضا ْ فَليُحْ س ِِن‬ ْ ‫َم ْن َكان‬
‫سلَّ َم [رواه‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَي ِه َو‬ َ ِ ‫علَى النَّ ِبي‬ َ ‫ص ِل‬َ ُ‫ع َّز َو َج َّل َو ِلي‬
َ ‫هللا‬ِ ‫علَى‬ َ ‫َر ْك َعتَي ِْن ث ُ َّم ِليُثْ ِن‬
]‫الترمذي والنسائي‬.

Barangsiapa mempunyai hajat (kepentingan) terhadap Allah atau sesama manusia hendaklah
berwudu dengan baik kemudian shalat dua rakaat, kemudian memuji (mengagungkan) Allah
kemudian membaca shalawat untuk Nabi saw [H.R. at-Tirmidzi dan an-Nasa’i].

6
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Amaliyah Nahdliyah adalah amal perbuatan lahir, baik yang
berhubungandengan Ibadah, Mu’amalah maupun Akhlaq; yang biasa dilakukan oleh
kaum Nahdliyyin, bisa jadi secara formal warga Jam’iyyah Nahdlatul Ulama atau
bukan. Nahdlatul Ulama memperjuangkan berlakunya Ajaran Islam ala Ahlussunnah
wal Jama’ah.

Corak amaliah ritualitas muslim Nusantara (khususnya Jawa) hari ini, kita
saksikan begitu kental diwarnai dengantradisi dan budaya khas lokal, seperti ritual
selametan, kenduri, dan lain-lain.Amaliah keagamaan seperti itu tetap dipertahankan
karena kaum Nahdliyyin meyakini bahwa ritual-ritual dan amaliyah yang bercorak
lokal tersebut. Hanyalahsebatas teknis atau bentuk luaran saja, sedangkan yang
menjadi substansididalamnya murni ajaran-ajaran Islam. Dengan kata lain, ritual-
ritual yang bercorak tradisi lokal hanyalah bungkus luar, sedangkan isinya adalah
nilai-nilai ibadah yang dianjurkan oleh Islam.

2. Saran
Setelah penulis membaca dan menelaah susunan kata bahasa pada makalah
ini, penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dan salah dalam penulisan, oleh
karena itu penulis dengan sangat terbuka menerima kritik dan saran yang diberikan
oleh pembaca, dengan harapan pembaca guna merevisi kembali makalah yang sudah
penulis susuan ini. Terima kasih.

7
Daftar Pustaka

https://islam.nu.or.id/syariah/tentang-tahlilan-dan-dalilnya-PieL8

Abdillah, Abu. 2011. Argumen Ahlussunnah Wal Jama’ah. Tangerang


Selatan:PustakaTa’awun.

Anwar, Ali. 2004.“ADVONTURISME” NU . Bandung: Humaniora Utama Press(HUP).

epartement Pendidikan Indonesia. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai


Pustaka

https://asy-syarifiy.com/read/40/dalil-tentang-hukum-tahlilan

https://sindikasi.republika.co.id/berita/rilncg366/penjelasan-tentang-hadits-sholat-hajat-dan-
amalan-shalawat-nariyah-saat-menghadapi-masalah-part1

Anda mungkin juga menyukai