Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH KE-NW-AN

”Tentang Semangat Perjuangan MAULANA SYAIKH TGKH


MUHAMMAD ZAINUDDUN ABDUL MAJID”

Dosen Pengampu : Dr. TGH Zainal Arifin Munir, M, Ag

OLEH :

NAMA : YANTI ANIKA

NIM : 2101260116

SEMESTER : II D

PRODI : PGMI

FAKULTAS TARBIYAH

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’YAH

INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI NAHDLATUL


WHATAN

LOMBOK TIMUR

TA. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami


kemudahan sehingga kami dapat menyelsaikan makalah ini sebagai tugas
UAS dengan mata kuliah “KE-NW-AN”. Sholawat serta salam tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah menunjukkan kita
dari zaman jahiliyyah menuju zaman yang serba canggih ini sehingga kita
bisa merasakan nikmatnya mencari ilmu.

Dalam makalah ini tugas yang di berikan dengan tema ”Tentang


Semangat Perjuangan MAULANA SYAIKH TGKH MUHAMMAD
ZAINUDDUN ABDUL MAJID” maka dari itu makalah ini akan memberi
penjelasan tentang, Bidang politik, bidang sosial dan dakwah, bidang
politik, berjuang ikhlas, semangat juang tinggi, rela berkorban, berperan
membangun bangsa.

Saya menyadari jika dalam pembuatan makalah ini masih banyak


kekurangan baik dalam segi penulisan maupun materi, saya berharap
makalah ini akan memberi manfaat bagi kita semua.

Maka dari itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami
harapkan mengingat kurang sempurnanya makalah yang saya susun, kurang
lebihnya saya sampaikan terimakasih.

Anjani 19 juli 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang .................................................................... 1


B. Rumusan masalah.................................................................2
C. Tujuan....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Bidang pendidikan............................................................... 3
B. Bidang sosial dan dakwah................................................... 7
C. Bidang politik..................................................................... 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 34

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Nahdlah” dan “al wathan”,Nahdlah berarti kebangkitan pergerakan,
pembangunan.Al Wathan berarti tanah Air atau Negara.Jadi Nahdlatul
Wathan adalah kebangkitan tanah air, pembangunan Negara atau
membangun Negara.Secara terminologis Nahdlatul Wathan adalah
organisasi islam Ahlussunnah Waljama’ah.
Pendirian organisasi NW dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan adanya
suatu badan yang dapat berfungsi sebagai koordinator, pembimbing dan
pengayom dari kegiatan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah
(NWDI) dan Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) yang
telah berkembang pesat dengan banyaknya cabang-cabang kedua madrasah
itu tersebar diberbagai wilayah dan desa di Pulau Lombok. Kedua madrasah
itu, NWDI dan NBDI kini telah diintegrasikan menjadi Pondok Pesantren
Darun Nahdlatain NW (PPDNW) Pancor yang menjadi induk madrasah NW
yang tersebar diwilayah nusantara.
NWDI adalah lembaga pendidikan agama bagi kaum pria yang didirikan
pada tanggal 17 Agustus 1936 di Pancor – Lombok Timur, Nusa
Tenggara Barat. Madrasah NWDI secara resmi dibuka pada tanggal 22
Agustus 1937 bertepatan dengan tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 Hijriah.
Sedangkan NBDI adalah lembaga pendidikan agama bagi kaum perempuan
yang didirikan pada tanggal 21 April 1943 bertepatan dengan 15 Rabiul
Akhir 1362 Hijriah.
Perjuangan NW yang dimulai sejak kelahiran Madrasah NWDI sudah
mencapai 69 tahun lamanya, dari tahun ke tahun terus mengalami dinamika
dan perubahan. Adapun perubahan penting yang dialami organisasi NW
adalah berkembangnya peran dan fungsi NW sebagai organisasi
kemasyarakatan yang menjalankan aktivitas dalam bidang penguatan
masyarakat sipil (civil society). Oleh karena itu NW sekarang dikenal
sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan.

iv
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Bidang pendidikan?
2. Apakah pengertian Bidang sosial dan dakwah?
3. Apakah pengertian Bidang politik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Bidang pendidikan
2. Untuk mengetahui Bidang sosial dan dakwah
3. Untuk mengetahui Bidang politik.

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bidang Pendidikan

Madrasah Nahdlatul Wathan 800 buah Madrasah atau sekolah dengan


berbagai jenis dan tingkatan mulai dari tingkat taman kanak kanak sampai
perguruan tinggi. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka Nahdlatul Wathan
sebagai organisasi Islam yang melibatkan diri dalam bidang pendidikan,
sosial dan dakwah serta ikut serta membantu pemerintah dalam rangka
pemerataan pendidikan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa
sebagaimana tercantum dalam alenia ke 4 Pembukaan Undang Undang
Dasar Keberadaan Nahdlatul Wathan tetap terpanggil oleh rasa tanggung
jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Nahdlatul
Wathan sebagai organisasi dakwah Islamiyah telah mengakar dikalangan
masyarakat kerena banyaknya majlis taklim yang dikelola dan terus tumbuh
dan berkembang sampai keluar daerah daerah lain di luar Nusa Tenggara
Barat, seperti Bali, Sulawesi, Jawa, Kalimantan, Riau, dan lain lain.
Keberadaan Organisasi Nahdlatul Wathan di Kota batam, mulai dikenal
pada tahun 1987, khusus nya dipulau Kasu Kecamatan Belakang Padang,
Kota Madya Batam. Cikal bakal Nahdlatul Wathan di Kota Batam bermula
sejak kedatangan 2 Anngota sebagai Anggota Nahdlatul Wathan yang
bernama Sahman dan Zuhad dari Lombok yang merantau ke Kota Batam
dan mereka tinggal di Pulau kasu.

Perkembangan Nahdlatul Wathan di Kota Batam terlihat dengan


keberadaan Madrasah Madrasah yang didirikan oleh para Anggota, mulai
dari tingkat dasar atau Madrasah Ibtidaiyah sampai Tingkat Sekolah
Menengah Atas. Keberadaan Anggota Nahdlatul Wathan di Kota Batam,
secara kualitas atau sumberdaya manusia sudah mencukupi, namun apabila
dibandingkan dengan Jumlah Madrasah Madrasah Nahdlatul Wathan di
Kota Batam belum sesuai dengan jumlah Potensi yang dimiliki oleh
Anggota Nahdlatul Wathan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor atau

vi
permasalahan. Pertama. Sumber daya Manusia dari Anggota Nahdlatul
Wathan di Kota Batam, yang memilki berbagai latar belakang pendidikan
dan kemampuan, hal ini tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh para
pengurus Nahdlatul Wathan Kota Batam. Sebuah kemampuan adalah Trait
(Bawaan atau sesuatu yang dipelajari) yang mengizinkan seseorang untuk
mengerjakan suatu aktifitas mental atau fisik. Keberadaan individu atau
Anggota untuk dapat menjalankan tugas tugas nya dengan baik dalam
sebuah organisasi akan menentukan kenerja organisasi tersebut dalam
mencapai target dan tujuan yang diharapkan. Kedua. Keberadaan para
Anggota Nahdlatul Wathan, secara administrasi atau pendataan secara
menyeluruh, belum maksimal hal ini disebabkan karena tempat tinggal atau
keberadaan mereka secara geografis tidak berdomisili pada satu tempat,
akan tetapi di pisahkan oleh pulau pulau yang ada di Kota Batam. Ketiga.
Potensi Para Anggota Nahdlatul Wathan belum secara Optimal
dimanfaatkan oleh Para pengurus Nahdlatul Wathan, sehingga mereka
mengabdikan diri di lembaga lembaga Swasta atau milik Pemerintah di
Kota Batam. Lembaga yang dimaksud seperti Lembaga atau Yayasan
dikelola oleh Anggota yang tidak berasal dari Organisasi Nahdlatul Wathan,
seperti organisasi Nahdlatul Ulama Muhammadiyah, Yayasan Ulil Albab
Kota Batam, Yayasan Hidayatullah Kota Batam dan seterusnya. Pengapdian
Anggota Nahdlatul Wathan Kota Batam, terlihat pada lembaga lembaga
pemerintahan, artinya para Anggota Nahdlatul Wathan mengabdikan diri
sebagai Pegawai Negeri, Pegawai Honorer. Keempat. Hal diatas terjadi
dikarnakan Pengurus Nahdlatul Wathan Khusus Kota Batam, belum
memiliki Konsep dalam program pemberdayaan Anggota yang baik,
sehingga potensi-potensi yang mereka miliki dapat dimanfaatkan secara
maksimal untuk kemajuan dan perkembangan Organisasi Nahdlatul Wathan
Kota Batam. Suatu Organisasi yang tidak didukung oleh tenaga kerja atau
karyawan untuk masa yang akan datang, baik dari segi kuantitatif,
kualitattif, strategi, operasional, dan fungsional maka organisasi tersebut
tidak akan mampu mempertahankan keberadaanya, mengembangkan, atau
memajukan dirinya dimasa yang akan datang, karena itu diperlukan

vii
langkah-langkah manajemen guna menjamin bahwa organisasi memiliki
tenaga kerja atau karyawan yang tepat dan sesuai dengan bidang nya
masing-masing. Kelima. Kurangnya wadah tempat pembinaan Anggota
Nahdlatul Wathan Kota Batam. Dalam cakupan yang lebih spesifik,
Arikanto dan Yuliana, mendayagunakan serta pembinaan dan
pengembangan yang secara operasional memiliki kesamaan makna dan bisa
saling menggantikan. Pembinaan atau pengembangan didefinisikan sebagai
usaha yang dijalankan untuk mewujudkan dan meningkatkan mutu tenaga
personalia. Dengan demikian dapat dikatakan dalam sebuah Organisasi
adalah ketika dalam suatu periode dapat dikatakan sebagai masa kejayaan,
namun hal tersebut tidak ada artinya ketika setelah itu organisasi tersebut
terpuruk atau bahkan bubar dikarenakan kelemahan tidak adanya kader
penerus. Keenam. Permasalahan yang terjadi pada Pemberdayaan Alumni
Nahdlatul Wathan adalah minim nya Program pelatihan Sumber daya
manusia (SDM), sehingga mutu Pendidikan Madrasah Nahdlatul Wathan
Kota Batam tidak dapat bersaing secara maksimal dengan lembaga-lembaga
pendidikan yang lainnya. Pengembangan sumber daya Manusia merupakan
aplikasi program pelatihan dan pendidikan di dalam organisasi dengan
menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran. Dalam Konteks sumber daya
manusia, pengembangan dipandang sebagai peningkatan sumber daya
manusia melalui program-program pelatihan, pendidikan, dan
pengembangan. Menurut pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa,
sebuah organisasi akan berkembang dan maju diberbagai bidang yang sudah
diprogramkan, maka organisasi tersebut mengawali dengan memperhatikan
sumber daya manusia (SDM) factor utama keberhasilan sebuah organisasi
ditinjau dari kemampuan orang yang mengelola. Untuk mengembangkan
Propesionalitas dan meningkatkan kompetensinya maka pengembangan
personel ini perlu dilakukan secara baik, baik dari segi perencanaan,
implementasi, maupun evaluasi, untuk minimalisi berbagai kendala yang
melekat. Secara umum kendala pengembangan sumber daya manusia bisa
digolongkan menjadi kendala dalam pengembangan sumber daya manusia
bisa digolongkan menjadi kendala dalam lingkup makro, kendala yang

viii
bersifat teknis, dan kendala internal dalam diri guru. Ketujuh. Permasalahan
yang dihadapi oleh Para Anggota Nahdlatul Wathan adalah Konflik dan
ketidak jelasan Peran. Dalam kehidupan beroraganisasi sering seseorang
harus memainkan berbagai peranan dan menjadi anggota lebih dari satu
kelompok. Konflik peran ini mungkin terjadi apabila melalui keanggotaan
seseorang dalam berbagai kelompok, ia dihadapi kepada keharusan
mencapai berbagai tujuan dan menganut berbagai jenis nilai yang satu sama
lainya bertentangan. Budaya organisasi merujuk pada pemahaman penting
yang dianut semua angota seperti nilai-nilai, norma-norma, sikap dan
kepercayaan. Norma atau nilai akan memberikan jawaban apakah suatu
tindakan benar atau tidak sehingga berfungsi sebagai landasan untuk
berprilaku 11 Dari problematika yang terjadi pada Anggota Nahdlatul
Wathan Kota Batam menarik untuk diteliti, karena hal ini tidak sedibanding
progres yang ada apabila ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas yang ada
pada Organisasi Nahdlatul Wathan khusunya Daerah Kota Batam, sudah
cukup memadai.

A. Identifikasi Masalah Dalam Penelitian ini terdapat berbagai


perpasalahan yang dialami oleh Para Anggota Nahdlatul Wathan dalam
mengembangkan pendidikan Madrasah-Madrasah Kota Batam diantaranya
adalah :
1. Perekembangan Madrasah-Madrasah yang ada di bawah Organisasi
Nahdlatul Wathan Kota Batam.
2. Pendanaan, Para Anggota Nahdlatul Wathan dalam mengembangkan
lembaga Pendidikan mengandalkan sumber pendanaan dari donatur atau
swadaya masyarakat.
3. Setiap kelembagaan yang didirikan oleh Anggota Nahdlatul Wathan,
akan menjadi lembaga atau yayasan pribadi, hal ini dianggap oleh
anggota Nahdlatul Wathan sebagai lembaga milik pribadi, sehingga
kesulitan Anggota terutama pengurus Daerah Nahdlatul Wathan Kota
Batam memberi saran dan masukan.

ix
B. Bidang sosial dan Dakwah
A. Nahdlatul wathan sebagai organisasi pendidikan, sosial dan dakwah
1. Nahdatul wathan sebagai organisasi pendidikan Organisasi sosial
kemasyarakatan yang kegiatannya dipusatkan dalam bidang pendidikan,
sosial dan dakwah merupakan mitra pemerintah dalam upaya membangun
manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat indonesia yang
mayoritas beragama islam. Pembangunan dalam segala aspeknya yang
sedang dilaksanakan bangsa Indonesia, terutama dalam bidang pendidikan,
akan dapat berhasil apabila akan di ikut sertakan seluruh potensi yang ada
dalam masyarakat, terutamanya organisasi dan badan-badan swasta yang
terikat langsung dalam masalah pendidikan dan bidang pengembangan
masyarakat lainnya. Karena itu, potensi organisasi islam dalam
pembangunan manusia seutuhnya seperti yang dituang dalam garis-garis
besar haluan Negara tidak dapat dikesampingkan Nahdatul wathan sebagai
organisasi islam yang bergerak dibidang pendidikan, sosial dan dakwah
islamyah telah banyaak memberikan andil kepada agama nusa dan bangsa.
Berikut ini, akan dikemukakan perkembangan nahdatul wathan dalam
bidang perkembangan, nahdatul wathan dalam bidang pendidikan dan peran
sertanya dalam membantu pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa Indonesia. Kebutuhan serta hajat masyarakat yang semakin besar
dalam bidang pendidikan tampaknya merupakan salah satu pendorong bagi
nahdatul wathan untuk berupaya meningkatkan diri dalam mengelola
pendidikan. Pertumbuhan dan perkembangan madrasah dan sekolah
dilingkungan di nahdatul wathan mengalami peningkatan, baik dalam
jumlah dan jenis sekolah, tingkatan atau jenjang pendidikannya maupun
kurikulum yang digunakan terutama yang ada dikomplek NWDI dan NBDI.
Pada tahun ajaran 1952/1953, diresmikan madrasah mualimin 4 tahun dan
madrasah mualimat 4 tahun, Pendidikan Guru Agama Pertama (PGAP) dan
Sekolah Menengah Islam (SMI). Dibukanya madrasah atau sekolah tingkat
lanjutan tersebut dimaksudkan dalam maksud menampung para lulusan
madrasah ibtidayah 6 tahun dan Sekolah Rakyat Negeri (SRN) Pada tahun
ajaran 1955/1956 dibuka madrasah muallimin dan muallimat sebagai tempat

x
membina kader penerus perjuangan Nahdatul Watahan, namun hanya
berjalan 2 tahun. Pada tahun 1957 dibuka madrasah muallimin selama 6
tahun dan madrasah muallimat 6 tahun yang populer disebutkan NWDI
lanjutan dan NBDI lanjutan. Pada tahun 1959 diresmikan berdirinya
madrasah menengah atas (MMA), Madrasah tsanawiyah, Madrasah aliyah
dan pendidikan guru agama lengkap (PGAL). Pada tahun 1964 didirikan
akademi pedagogik nahdlatul wathan. Akdemik ini berjalan beberapa tahun
dipancor kemudian tidak lama setelah dipindahkan ke mataram, akademik
ini tidak mengalami kegiatan lagi. Perkembangan lembaga pendidikan
lingkungan di nahdatul wathan dari tahun ke tahun menunjukan kemajuan,
tidak hanya tingkat menengah, tetapi juga tingkat prguruan tinggi, tentu saja
karena hajat masyarakat untuk menikmati pendidikan semakin besar. Maka
pada tahun 1965 dibuka perguruan tinggi ma’had darull quran wal hadis Al
majidiyah Asy Syafiiyah Nahdatul Wathan yang mahasiswanya khusus pria
dan mahad lilbanat yang dihususkan untuk wanita, dibuka pada tahun 1974.
Perguruan tinggi tersebut menggunakan kurikulum dengan perbandingan
90% agama dan 10% umum. Pada tahun 1974 juga didirikan SMP, SMA
dan satu sekolah kejuruan, yaitu SPG. Pada tyahun 1977 didirikan
Universitas HAMZANWADI. Hamzanwadi adalah singkatan dari haji
Muhammad Abdul Majid Nahdatul Wathan Dinyah Islamiyah.
Dalam rangka perkembangan perguruan tinggi di lingkungan
organisasi nahdatul wathan, yang tidak hanya di resmikan berdirinya
universitas hanya berada dipancor, maka pada tahun akademik 1987/1988,
diresmikan berdirinya universitas nahdatul wathan yang berkedudukan
dimataram ibukota provinsi Nusa Tenggara Barat. Untuk tahap pertama di
buka empat fakultas yaitu: Fakultas Tehnologi Pertanian, Fakultas
Perkebunan, Fakultas Ketatanegaraan dan ketataniagaan (FKK) dan fakultas
Sastra (Indonesia, Arab dan Inggris). Suatu hal yang perlu diketahui, bahwa
ciri khas pendidikan dilingkungan nahdatul wathan, disamping
menggunakan pemerintah (Depertemen Agama) juga ditambah dengan
pengetahuan agama dari kitab-kitab tauhid ahlussunnah wal jamaah dan
kitab-kitab fiqih syafiiyah, karena sesuai dengan anggaran dasar, bahwa

xi
nahdatul wathan menganut faham islam ahlussunah wal jamaah ala
mazhabil imamisya syafii, demikian pula pelajaran ke-NW-an diberikan
pada satu mata pelajaran wajib. Tujuan Yayasan ini dirumuskan sebagai
berikut:
1). Mendirikan pusat pendirian islam dan pembangunan
2). Mempelajari ilmu pengetahuan agama islam (umuludin) berdasarkan al-
quran, hadist, ijma dan qiyas.
3). Mempelajari pengetahuan umum, baik ilmu eksakta maupun ilmu sosial,
serta mengembangkan dan memperdalam bahasa Indonesia, arab,
inggris, prancis, jerman dan lain-lain yang berguna dan bermamfaat bagi
kemaslahatan didunia dan di akhirat.
2. Nahdatul Wathan Sebagai Organisasi Sosial
Sebagai organisasi sosial kemasyaraktan, nahdatul wathan tetap
menetapkan dirinya sebagai salah satu komponen pembangunan, yang
secara nyata telah terbuat banyak bagi peningkatan kesejahteraan lahir
bathin masyarakat. Nahdatul wathan dibawah pimpinan tuan guru kiayi haji
Muhammad Zainudin abdul majid, tidak saja berperan aktif dalam bidang
pendidikan dan dakwah, tetapi juga dalam bidang sosial. Sebagai organisasi
keagamaan, Nahdatul wathan berfungsi sebagai motivator dan merupakan
faktor integrative yang mengatur pola hubungan antar warga ditengah
komunitas tertentu di dalam perkembangan nilai-nilai islam dalam
kehiduapan yaitu amal jariyah, gotong royong, keikhlasan berjuang,
pemberian santunan kepada fakir miskin, yatim piatu, anak-anak terlantar,
orang-orang jompo, penderita cacat, melakukan pembangunan dan
pemeliharaan rumah-rumah ibadah, menghidup suburkan jamaah syafaah
dan lain sebagainya. Kegiatan nyata yang dilakukan nahdatul wathan dalam
bidang sosial kemasyarakatan antara lain:
1) Mendirikan panti Asuhan Membangun dan membina panti asuhan
panti asuhan sebagai tempat penampung para yatim asuhan sebagai tempat
penampungan para yatim piatu dan anak-anak terlantar, telah lama
dilakukan oleh nahdatul wathan. Dalam usaha pembinaan panti asuhan
tersebut nahdatul wathan mendapat bantuan tetap dari yayasan dharmais

xii
Jakarta yang diketuai jenderal purnawirawan soeharto dan depertemen
sosial. Bantuan lainya diperoleh dari para dermawan, berupa zakat, infak,
shadakah dan lainya. Di dalam panti asuhan itu anak-anak asuh ditanggung
sepenuhnya dalam hal makanan, pakaian dan pendidikan, mulai sekolah
dasar (ibtidaiyah) sampai dengan SLTA. Selain itu nahdatul wathan
mengelola asuhaan keluarga di berbagai tempat.
2) Program Kependudukan dan keluarga Berencana Kegiatan nahdatul
watahn dalam bidang KKB dilakuakan dengan mendirikan klinik keluarga
sejahtera nahdatul wathan yang mendirikan yang bertujuan untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada warga besar nahdatul wathan dan
masyarakat pada umumnya, sekaligus membangun pemerintah
menyukseskan program kependudukan dan keluarga berencana. Dalam hal
ini, Nahdatul wathan pada tahun pada tahun 1975 mengadakan kerjasama
dengan badan koordinasi keluarga berencana (BKKBN) Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Melihat perkembangan dan kemajuan yang dicapai klinik
keluarga sejahtera nahdatul wathan yang cukup berhasil, maka BKKBN
Provinsi Nusa Tenggara Barat melalui BKKBN pusat meminta bantuan
dana kepada donor agency Pathfiinder fund boston USA untuk Klinik
Keluarga Sejatera Nahdatul Wathan yang berbentuk kerja sama antara
Nahdatul wathan dengan pathfinder fund sejak bulan juni 1979 sampai
November 1983 sebagai tahap awal. Selama kerja di peroleh hasil berupa
penataran guru-guru dilingkungan sekolah/madrasah-madrasah nahdatul
wathan peroleh ekspektor yang baru aktif, kunjungan klinik, penerangan dan
motivasi, latihan tenaga home visitor dan supervisior, memasukan materi
kependudukan dan keluarga berencana dalam bentuk implementasi di
sekolah-sekolah/madrasah-madrasah dilingkungan nahdatul wathan dan di
integrasikan dengan mata pelajaran yang terkait, penyelenggaraan seminar,
pembentukan kelompok-kelompok pertemuan sebagai media komunikasi
dan informasi tentang masalah kependudukan dan keluarga, makanan
bergizi, keterampilan, kesehatan lingkungan dan pemeliharan anak. Dengan
upaya nahdatul wathan melalui keluarga sejahteranya dan ditunjang oleh
kesungguhannya pemerintah daerah tingkat II Lombok Timur serta bantuan

xiii
penyuluhan Mahasiswa KKN universitas HAMZANWADI Pancor secara
intensif kepada masyarakat, telah berhasil mengangkat Lombok Timur dan
Nusa Tenggara Barat dalam perolehan jumlah ekspektor ditingkat nasional.
Kerjasama yang baik ini melahirkan keberhasilan Lombok timur menempati
rangking dua dalam pencapaian target Keluarga Berencana di Nusa
Tenggara Barat. Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari kharisma serta
peranan pendiri nahdatul wathan, tuan guru kiyai haji Muhammad Zainudin
Abdul Majid yang menerima keluarga berencana sebagai upaya dan ikhtiar
dalam mengatur kelahiran anak, mengingat kesehatan ibu dan anak untuk
menghindari qathunnasl, dengan tehnik pelaksanaanya tidak bertentangan
dengan ajaran dan syariat islam, yaitu dengan sukarela atas izin suami dan
menggunakan alat kontrasepsi seringan mungkin, kecuali dalam keadaan
darurat.
3. Nahdatul Wathan Sebagai Organisasi Dakwah
Anggaran Dasar Organisasi Nahdattul Wathan pasal 1 ayat 3 berbunyi :
”Nahdatul Wathan adalah organisasi pendidikan, sosial dan dakwah
islamyah”. Sejak pendiri Nahdatul Wathan, Tuan Guru Kiayi Haji
Muhammad Zainudin Abdul Majid kembali dari mekah tahun 1933, beliau
aktif menggunakan sebagian besar waktunya untuk membangun mental
spiritual masyarakat melalui dakwah, majlis taklim, pengajian umum di
masjid-masjid dan surau-surau diberbagai kota dan desa di pulau Lombok.
Beliaulah perintis pemberantas buta agama. Karena itu masyarakat dengan
berbagai sebutan, diantaranya Tuan Guru Bajang (Tuan Guru Muda), abdul
madaris walmasajid, (bapak madrasah dan masjid), karena kegiatanya
sebagian besar berada dimadrasah dan masjid, selain itu dia dipanggil oleh
tuan guru Datok (Tuan Guru Tua) Maulana Syeh abul barakat wan Nafahat.
al alimu alamah dan sebagiannya. Kini usia beliau sudah lebih 82 tahun,
usia yang senja itu tidaklah menjadi kendala bagi beliau untuk tetap
berjuang memajukan agama, nusa dan bangsa yang tercinta ini. Beliau tetap
berjuang dan membangun sesuai dengan hajat pembangunan dan perjuangan
yang terus meningkat. Itulah sebabnya beliau sering memberikan motivasi
kepada murid-muridnya untuk dapat mengikuti jejak langkah perjuangan,

xiv
semangat pantang menyerah, pengabdian dan deidkasi beliau yang sulit ada
tandingannya itu. Tegasnya, ”tiada hari tanpa perjuangan“. Itulah yang
terlihat dan yang terkesan seluruh sisi kehidupan beliau, pantaslah kalau
sering beliau mengatakan, ”Usia saya telah senja, kendatipun demikian saya
juga ingin seperti matahari yang selalu berputar dari timur kebarat, bukan
karena hanya waktu 24 jam, tetapi telah berjuta-juta tahun, tanpa mengenal
terlambat walaupun satu detik. Nahdatul wathan sebagai organisasi dakwah
islamyah telah mengakar dokalangan masyarakat yang dikelola dan terus
tumbuh berkembang sampai kedaerah-daerah lain di Nusa Tenggara Barat
seperti Nusa Tenggara Timur, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Jawa dan lain-
lain. majlis taklim yang dipimpin langsung oleh pendiri Nahdatul Wathan
disebut Majlis Taklim HAMZANWADI, sedangkan majlis taklim yang di
pimpin oleh da’i Nahdatul Wathan disebut majlis taklim Nahdatul Wathan.
Didalam pondok pesantren Darun Nahdlatain Nahdatul wathan pancor di
selenggarakan pengajian umum tahunan yang dipimpin pendiri nahdatul
wathan, Tuan Guru Kiayi Haji Muhammad Zainudin Abdul Majid, yaitu:
a). Tanggal 6 syawal yang dikenal sebagai silaturrohmi pendidikan
b). Tanggal 1 muharam untuk menyambut tahun baru islam
c). Tanggal 12 robiul awal untuk memperingati maulid Nabi
Muhammmad saw. dan dikenal dikalangan keluarga besar
Nahdatul Wathan sebagai “maulid akbar”
d). Tanggal 15 jumadil akhir untuk memperingati hari lahir NWDI dan
NW
e). Tanggal 27 rajab untuk memperingati hari Isra’ mi’raj Nabi
Muhammad saw
f). Tanggal 15 sya’ban untuk menyambut nisfu sya’ban.
Adapun nahdatul wathan sebagai organisasi dakwah yaitu salah satunya
adalah AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH.
a). Pengertian Ahlussunnah wal jamaah “Alsunnah“ berarti penganut
sunnah nabi Muhammad saw. ”Wal jamaah” berarti penganut I’tiqal jamaah
sahabat nabi. Kaum alsunnah wal jamah ialah kaum yang menganut I’tiqad
yang dianut Nabi Muhammad saw dan para sahabat beliau. I’tiqad Nabi dan

xv
para sahabat itu sudah termaktub dalam al-qur’an dan sunnah Rasul secara
terpencar, belum tersusun secara rapi, dan teratur. I’tiqad itu kemudian
dihimpun dan dirumuskan dengan rapi oleh seseorang ulama besar dibidang
usuludin, yaitu imam abu hasan ali al ashari.
b). Perkembangan Ahlusunnah waljamaah dari masa ke masa
c). Pokok-pokok I’tiqad Kaum Ahlusunnah waljamaah
 Imam ialah mengikrarkan dengan lisan dan membenarkan dengan hati
Imam yang sempurna ialah mengikrarkan denagn lisan, membenarkan
dengan hati dan mengerjakan dengan anggota
 Tuhan itu ada, namanya ALLAH dan ada 99 nama ALLAH
 Tuhan memiliki sifat banyak sekali yang boleh disimpulakan
perkataan : Tuhan mempunyai sifat-sifat jalal (kebesaran), jamal
(keindahan) dan kamal (kesempurnaan)
 Sifat yang wajib diketahui oleh sekalian mukmin yang balig berakal
adalah 20 sifat yang wajib ada padanya dan sifat mustahil (tidak
mungkin) ada bagiannya.
 Sifat yang harus bagi allah yaitu satu yaitu ia boleh memperbuat dan
tidak memperbuat
 Wajib diketahui bahwa malaikat ada, mereka banyak tapi yang wajib
diketahui hanyalah 10 rang saja
 Wajib dipercaya adanya kitab-kitab ALLAH yang diturunkan kepada
rosul-rosulnya untuk disampaikan kepada umat-umatnya.
 Kaum ahlusunnah waljamaah memepercayai sekalian rosul-rosul
yang diutus allah kepada manusia mereka banyak, ada yang
diterangkan oleh Allah kepada kita dan ada juga yang tidak diterangkan
oleh ALLAH.
 Setiap orang islam wajib mempercayai hari akhir
 Kaum ahlusunnah wal jamaah harus mempercayai qadha dan qadhar
ALLAH yaitu takdir ilahi
 Tuhan bersama namanya dan sifatnya semuanya kadim, karena nama
dan sifat itu berdiri atas zat yang qadim
 Qur’anul karimah adalah kalam ilahi Allah yang qadim

xvi
 Rezki sekalian manusia telah ditakdirkan dalam azal, tidak bertambah
dan tidak berkurang tetapi manusia disuruh mencari rizki, disuruh
berusaha dan tidak boleh di tunggu saja
 Ajal setiap manusia telah sudah ada jangkanya oleh tuhan
 Anak orang kafir yang mati kecil akan masuk surga
 Doa orang yang mukmin memberi manfaat baginya bagi yang di
do’akan
 Pahala sedekah
 Ziarah kubur
 Berdoa kepada tuhan secara langsung atau mendoakan kepada tuhan
dengan wasilah
 Masjid diseluruh dunia sama derajatnya kecuali 3 buah masjid, lebih
tinggi derajatnya dari yang lain yaitu masjid dimekah, madinah dan
baitul muqaddas
 Seluruh manusia adalah anak cucu nabi adam
 Bumi dan langit itu ada
 Nama tuhan tidak boleh dibuat2 oleh manusia tetapi harus yang tepat
dikatakan tuhan sesuai dengan al-qur’an
 Kalau terdapat ayat2 suci al-qur’an yang seolah-olah menyatakan
bahwa tuhan itu bertubuh serupa manusia atau bertangan serupa
manusia, atau bermuka serupa manusia, maka ulama-ulama ahlusunnah
wal jamaah menta’wilkan/menafsirkan ayat itu secara muzakil yakni
bukan asal arti dari perkataan itu, sesudah itu diserahkan kepada tuhan
apakah sebenarnya yang dimaksudkan nya dari ayat itu.
 Bangkit sesudah mati hanya satu kali
 Upah (pahala) yang diberikan tuhan kepada orang-orang saleh bukan
tuhan memberikanya karena terpaksa untuk memberikan nya dan bukan
pula untuk balas jasa
 Tuhan dapat dilihat dengan mata kepala bukan dengan mata hati.
 Pada waktu di dunia tidak ada manusia yang dapat melihat Tuhan
kecuali nabi Muhammad saw, pada malam mi’raj

xvii
 Wajib diketahui dan di yakini oleh seluruh umat nabi Muhammad
saw.
 Nabi Muhammad adalah manusia biasa seperti kita dia bukan
malaikat. beliau makan, minum, tidur, kawin, mempunyai keluarga
serupa manusia biasa
 Silsilah nenek nabi Muhammad
 Istri-istri nabi Muhammad mulai kawin sampai wafat
 Putra-putri nabi Muhammad saw
 Nabi Muhammad di utus oleh ALLAH kepada seluruh umat manusia,
tidak pandang suku, tidak pandang negeri dan tidak pandang agama
 Nabi Muhammad isra’ mi’raj ke langit melalui baitul maqaddis tgl 27
rajab dan kembali malam itu juga ke dunia membawa perintah
sembahyang 5 kali sehari semalam
 Nabi Muhammad saw terdahulu di angkat menjadi nabi di banding
nabi-nabi lain
 Nabi Muhammad memberi syafaat (bantuan) nanti di akhirat kepada
seluruh manusia
 Sesudah nabi meninggal maka pengganti beliau adalah para sahabat-
sabahatnya
 Wajib diyakini sahabat nabi yang paling dekat adalah sayyidina abu
bakar
 Wajib diyakini bahwa yang paling mulia diantara mahluk tuhan
adalah nabi Muhammad saw
 Dan masih banyak pokok-pokok I’tiqad kaum Ahlusunnah wal
jamaah.
C. Bidang politik
Penerapan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia
telah melahirkan perubahan besar di daerah baik dalam bidang politik,
demokrasi, pembangunan, dan ekonomi (Avonious, 2004: 2-3). Meskipun
terdapat banyak kendala dan persoalan yang timbul dalam proses
pelaksanaan otonomi daerah, namun partisipasi masyarakat di bidang-
bidang tersebut semakin meningkat. Agen-agen lokal seperti tokoh agama

xviii
dan tokoh adat yang dulunya mengalami marginalisasi dan diskriminasi
politik oleh kelompok “penguasa” kini telah memperoleh kembali hak-hak
politiknya (Haris, 2007:19-20). Picard (2005:114-116) dan Haris (2007:18-
19) memandang bahwa otonomi daerah berpotensi melahirkan kelompok
penguasa baru yang akan memperkuat sikap primordialisme ke daerahan.
Kelompok adat dan tokoh-tokoh Ormas yang memiliki basis massa besar
adalah kelompok yang sangat diuntungkan dengan otonomi daerah. Dengan
modal sosial dan modalsimbolik yang dimiliki oleh Ormas Islam dan
kelompok adat memudahkan para tokohnya menduduki jabatan publik di
pemerintahan baik pada wilayah eksekutif maupun legislative.
Transformasi Islam dalam Dakwah Integratif Salah satu kunci kesuksesan
Tuan Guru Haji (TGH) Zainuddin dalam membangun dan mengembangkan
Nahdlatul Wathan sebagai salah satu ormas Islam terbesar di Lombok
adalah kemampuannya untuk mengintegrasikan budaya, seni, pendidikan
dan politik dalam dakwahnya. Integrasi budaya, seni dan politik dalam
kultur dakwah yang dikonstruksi oleh TGH. Zainuddin merupakan
terobosan besar pada masanya karena masyarakat Lombok secara umum
termasuk tokoh agama dan adat terjebak dalam dikotomi “budaya” dan
“agama” dalam arti ortodok. Mereka tidak mampu mendialogkan dan
mensinergikan ketiga bidang tersebut, bahkan tidak jarang konflik dan
kekerasan muncul karena pilihan-pilihan media dan metode yang digunakan
bertentangan dengan tradisi lokal. Tafsir dan wacana baru yang dibawa oleh
sebagian kelombok Salafi sebagai bentuk purifikasi sulit diterima oleh
masyarakat lokal. Islam di Lombok dalam sejarah dibawa oleh keturunan
dari Sunan Giri yaitu Sunan Prapen pada abad ke-15 ketika kerajaan Islam
mulai eksis di pulau Jawa (Jamaludin 2011). Runtuhnya kerajaan Majapahit
dan berdirinya kerajaan Islam memberi ruang yang lebih luas untuk
penyebaran agama Islam. Kekuatan politik dan ekonomi dari kerajaan Islam
memfasilitasi para wali untuk menyebarkan Islam ke seluruh kepulauan
Nusantara. Penyebaran Islam memiliki dinamika yang berbeda-beda di
setiap daerah. Sebagian daerah masyarakatnya dengan mudah menerima dan
sebagian menolak bahkan menentang masuknya pemahaman yang diklaim

xix
baru karena dominasi ideologi Hindu, Buddha dan kepercayaan lokal pada
waktu itu (Budiwanti 2000 ; Syakur 2006). Lombok memiliki keunikan
sendiri ketika terjadi Islamisasi oleh para muballigh dari Jawa, di mana
pertentangan adat dan praktik keagamaan cukup alot. Tawar menawar
kekuasaan juga menjadi isu ketika Islam mulai merambah gumi Sasak.
Masyarakat khawatir jika Islam dapat merusak local wisdom dan praktik-
praktik ritual yang telah berkembang dan diwarisi secara turun temurun.
Keberadaan agama baru ini juga dapat mengubah sturuktur sosial,
kekuasaan dan sistem politik kerajaan di masyarakat. Walaupun berhasil
melakukan negosiasi dengan tokoh-tokoh lokal untuk tujuan penyebaran
Islam secara damai, bukan invasi politik, akan tetapi perkembangan Islam
mengalami stagnasi karena gesekan dan pertentangan praktik kepercayaan
lokal Wetu Telu dan agama yang belum tuntas. Kehadiran TGH. Zainuddin
di awal abad ke20 membawa pendekatan baru dalam proses Islamisasi di
Lombok. Peran TGH. Zainuddin sebagai tokoh baru memberikan perubahan
yang signifikan di masyarakat. Dia mampu memobilisasi massa dalam
jumlah besar secara konsisten baik untuk pembangunan tempat pendidikan,
ibadah maupun ritual ke agamaan. Setiap pengajiannya tidak pernah sepi,
jama’ah datang dari berbagai kampung untuk hadir di pengajiannya. Metode
dan pendekatan apa yang digunakan oleh TGH. Zainuddin sehingga mampu
melakukan perubahan yang massif terutama di bidang pendidikan dan
keagamaan (Baharuddin 2007; Hamdi 2011). Saya berargumen bahwa
TGH. Zainuddin mampu mengintegrasikan berbagai pendekatan termasuk
seni, budaya, pendidikan dan politik di dalam dakwahnya. Skill dan potensi
yang beliau miliki juga dapat dimanfaatkan dengan baik. TGH. Zainuddin
yang dikenal ahli sastra Arab membuat lagu-lagu, sair dan pantun yang
berisikan pesan moral, semangat perjuangan dan ajaran agama. TGH.
Zainuddin juga dikenal cerdas membaca peluang, perubahan sosial dan
berani membuat terobosan dan memberikan jalan tengah untuk mengatasi
masalah tersebut. Ketika para tokoh agama sibuk dengan dunia pesantren,
TGH. Zainuddin justru meninggalkan pesantren dan membangun madrasah.
Dia sadar bahwa madrasah jauh lebih efektif, modern, sistematis dan

xx
outputnya dapat bersaing di pasar kerja. Pesantren pada waktu itu tidak
menggunakan kurikulum nasional dan tidak memiliki ijazah. Walaupun di
awal-awal banyak tantangan dan cibiran yang dihadapi karena
meninggalkan sistem pesantren, tetapi waktulah yang menjawab
kekhawatiran masyarakat pada waktu itu. Madarasah menjadi lembaga
pendidikan alternatif yang juga diadopsi oleh pemerintah. Gerakan
pembangunan madrasah inilah yang membuat nama TGH. Zainuddin
semakin dikenal oleh masyarakat di seluruh penjuru Lombok karena
sebagian besar madrasah berafiliasi dan menggunakan kata NW untuk nama
akhir madrasah itu (Nahdi 2012; Nu’man 1999). Keberhasilan dakwah
Islamiyah oleh TGH. Zainuddin juga karena faktor metode dan pendekatan
dakwah yang digunakan. TGH. Zainuddin yang diyakini sebagai salah satu
waliyullah di Lombok oleh para jama’ahnya seringkali mengadopsi metode
Walisongo dalam berdakwah. Metode dakwah Walisongo yang dimaksud di
sini adalah menggunakan budaya lokal sebagai media transformasi nilai-
nilai keislaman. TGH. Zainuddin tidak mewacanakan pemurnian Islam
“Salafisasi” atau menentang praktik budaya lokal secara ekstrim tetapi
sebaliknya menggunakan praktik-praktik lokal tersebut sebagai modal sosial
dan modal kultural untuk mengembangkan ajaran Islam. Dia sangat
akomodatif dan longgar dengan praktik budaya lokal, sebagai contoh, TGH.
Zainuddin tidak pernah menekan perempuan Sasak untuk menggunakan
jilbab dalam kesehariannya. Perempuan Sasak dalam kesehariannya biasa
menggunakan handuk atau kain kecil untuk menutupi kepala mereka,
bahkan sebagian perempuan Sasak tidak berjilbab sama sekali (Smith 2014).
Bagi TGH. Zainuddin yang terpenting adalah mereka tidak melupakan
kewajiban pokok yakni shalat lima waktu. Berbeda ketika mereka di
madrasah, dia mengharuskan semua siswa menggunakan jilbab. TGH.
Zainuddin juga seringkali menggunakan simbol-simbol lokal sebagai alat
legitimasi dakwah seperti penggunaan istilah gunung Rinjani, Dewi Anjani,
Amaq Milasih, Amaq Anom dan kerajaan Selaparang (Hamdi dan Smith
2012). Penggunaan nama-nama tokoh legenda lokal yang berpengaruh
seperti Dewi Anjani (putri raja Selaparang) yang memiliki kekuatan

xxi
spiritual dan diyakini mangku (penjaga) Gunung Rinjani secara tidak
langsung menguatkan posisi TGH. Zainuddin di tingkat grassroot.
Masyarakat lebih yakin lagi tentang kekuatan TGH. Zainuddin karena
mampu berkomunikasi dengan tokoh-tokoh tersebut di alam metafisika
(Smith 2012). Kultur mistik yang kental di habitus masyarakat Lombok
sangat cocok dengan wacana dan kultur keagamaan yang dikonstruk oleh
TGH. Zainuddin. Cerita tentang peritistiwa gaib di pengajiannya menjadi
daya tarik sendiri, apalagi testimoni masyarakat tentang kekeramatan TGH.
Zainuddin selalu muncul dalam pengajian. Fenomena di atas menunjukkan
kelihaian sosok TGH. Zainuddin dalam membaca perkembangan sosial,
budaya dan politik di masyarakat. TGH. Zainuddin berhasil
mengintegrasikan seluruh elemen dan modal yang terdapat di masyarakat.
Integrasi agama dan praktik budaya lokal melahirkan kultur “Islam NW”
yang unik, di mana sinkretisme sangat harmonis dalam kultur baru tersebut.
Wajar jika adanya pandangan miring tentang kultur keagamaan Nahdlatul
Wathan yang dianggap berbau syirik karena ketidakpahaman kelompok luar
dalam melihat kultur keagamaan Islam Nahdlatul Wathan secara
komprehensif. Inilah kekuatan Nahdlatul Wathan ketika mampu
menyatukan dan mengawinkan seluruh elemen yang ada dan membuat
produk baru yang bisa menarik simpati masyarakat.
Ritual Hizib, Tarekat Hizib dan Wasiat TGH. Zainuddin dalam Kasidah
Agama dan seni tidak dapat dipisahkan dalam realitas kehidupan manusia.
Seni menjadi bagian hidup yang menyatu dalam setiap gerak dan emosi.
Agama-agama di dunia mulai dari Yahudi, Hindu, Budha, Kristen dan Islam
memiliki tradisi kesenian yang kuat. Kitab suci yang mereka miliki harus
dibaca dengan nada tertentu, belum lagi lirik atau isi kitab suci tersebut yang
mengandung nilai sastra yang tinggi karena berasal dari wahyu Tuhan
(Jasper 2006). Bahkan dalam tradisi agama tertentu seperti Kristen musik
adalah bagian yang sangat penting dalam ibadah mereka. Tanpa musik
ibadah mereka kurang khusuk dan kurang menghayati sampai ke dalam hati.
Begitu juga dengan Islam, meskipun sebagian ulama mengharamkan musik,
akan tetapi sebagian juga membolehkan. Musik telah menjadi bagian dari

xxii
dakwah Islamiyah sejak masa Rasulullah. Rhoma Irama pernah
mempopulerkan istilah nada dan dakwah bersama Kyai Zainuddin MZ.
Ritual-ritual dalam agama Islam seperti tarian Sufi Mevlevi Sema yakni
meditasi fisik dengan tarian berputer yang dibuat oleh Jalaluddin
Muhammad BalkhiRumi pada abad ke-13 dari Konya Turki juga diiringi
dengan musik (Binbaş 2005: 58). Perlombaan tilawah al-Qur’an, rebana
kasidah dan ritual burdah juga melibatkan seni suara dan alat musik.
Sebagai tokoh yang ahli dalam sastra, seni tidak dapat dipisah dari
kehidupan TGH. Zainuddin. Sebagian besar ritual-ritual Nahdlatul Wathan
melibatkan unsur seni dan musik di dalamnya. Selain menciptakan lagu-
lagu berbahasa Arab, Sasak dan Indonesia, dia juga menyusun buku Hizib
yang bacaannya membutuhan nyanyian. Buku Hizib adalah salah satu karya
besar TGH. Zainuddin yang terus dibaca bahkan menjadi “kitab suci” bagi
jama’ah Nahdlatul Wathan. Buku hizib biasanya dibaca satu kali seminggu
setiap malam jumat secara berjama’ah di mushalla atau di masjid. Kegiatan
berhizib ini kemudian menjadi ritual bagi jama’ah Nahdlatul Wathan
sebagai bentuk kesetiaan, solidaritas dan simbol perjuagan bagi organisasi
Nahdlatul Wathan. Dimana pun jama’ah Nahdlatul Wathan berada selalu
membaca hizib. Hizib adalah kumpulan doa-doa para waliyulah, sair ulama,
pilihan beberapa surat al-Qur’an yang dikumpulkan dan disusun ulang oleh
TGH. Zainuddin (Habib dan Zuhdi 2012; Hadi 2010). Membaca hizib harus
menggunakan ritme atau nada yang telah ditentukan. Nadanya terkadang
rendah, sedang dan keras sesuai dengan makna doa yang dibacakan. Jika
dikategorikan dalam musik, nyanyian hizib terkadang menggunakan nada
pop, rock dan rep. Nada Hizib ini mirip dengan ritual Habsian dalam tradisi
Islam Banjar, namun Hizib tidak disertai alat musik. Hizib tidak hanya
dibaca oleh orang Nahdlatul Wathan, tetapi juga oleh komunitas Muslim
luar Nahdlatul Wathan yang lain. Di Kabupaten Kutai Kartanegara
Kalimantan Timur misalnya, para jama’ah yang ikut membaca Hizib berasal
dari etnis Madura, Kutai, Jawa dan Bugis. Mereka berpartisipasi dalam
ritual Hizib yang dipimpin oleh warga Nahdlatul Wathan yang ikut dalam
program transmigrasi di Kutai Kartanegara. Bahkan gaung Hizib juga

xxiii
sampai di negara tetangga seperti Malaysia yang dibawa oleh para TKI asal
Lombok dan juga di negara-negara Timur Tengah seperti Mesir dan Arab
Saudi yang digagas oleh para alumni madrasah Nahdlatul Wathan yang
sedang menuntut ilmu di sana. Ini menandakan bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam Hizib bersifat universal dan global dapat dipraktikkan di
mana-mana. Dari wacana masyarakat lokal di Lombok bahwa Hizib yang
berisi doa, sair dan ayat-ayat Qur’an ini diyakini memiliki kekuatan magis
yang sangat ampuh. Hizib dijadikan benteng dan modal untuk melindungi
diri dan komunitas mereka dari serangan musuh dan menjauhkan musibah.
Bagi jama’ah Nahdlatul Wathan jika membaca Hizib mereka akan selamat
sama-sama masuk surga bersama TGH. Zainuddin dan dimudahkan rezeki
mereka. Hizib adalah salah satu identitas Nahdlatul Wathan dan
membacanya bagian dari perjuangan pengembangan Nahdlatul Wathan
karena di dalamnya terdapat doa-doa untuk menyebarkan ajaran Nahdlatul
Wathan dan ajaran Islam ke seluruh alam. TGH. Zainuddin menggunakan
kata simbol bendera Nahdlatul Wathan ‘liwa’a nahdlatul wathan’ untuk
penyebarannya melalui hizib dan lembaga pendidikan di bawah naungan
organisasi Nahdlatul Wathan. Emile Durkheim berpendapat bahwa ritual
adalah sistem kepercayaan masyarakat yang mengekspresikan hubungan
yang suci (sacred) dan profane (tidak suci), alam yang tidak nyata dengan
alam yang nyata. Ritual adalah ekspresi simbolik mengenai relasi sosial
yang aktual, status dan peran individu dalam masyarakat (Durkheim 1995:
33). Dalam konteks berhizib para jama’ah sedang berkomunikasi dengan
alam lain untuk meminta keselamatan dan kedamaian. Semua jama’ah
khusuk dan hanyut dalam irama nyanyian hizib. Fungsi ritual bukan hanya
kekuatan substansi materi ritualnya, akan tetapi juga berfungsi untuk
menguatkan solidaritas sosial “social solidarity” kelompok dalam sebuah
kekuatan sosial. Jadi jika ditarik dalam ritual hizib bahwa bukan hanya
hizibnya yang tetap eksis, tetapi juga kekuatan komunalitas berjama’ah
dalam membacanya. Jama’ah Nahdlatul Wathan yang kumpul berhizib
secara tidak sadar ikut dalam penguatan relasi dan menjaga solidaritas
persaudaraan mereka. Inilah salah satu kekuatan yang membuat organisasi

xxiv
Nahdlatul Wathan selalu eksis dan jama’ahnya tetap loyal dan istikomah
dalam perjuangan. Orang yang berhizib atau memimpin hizib menempati
status tertentu di kalangan para jama’ah. Dia dianggap “lebih NW” daripada
yang jarang berhizib, lebih-lebih dia adalah seorang tuan guru maka
kekuatan spiritual dan kesuciannya bertambah di mata masyarakat. Sebagai
seroang sufi beliau tidak merasa cukup jika tidak memiliki tarekat. Dia
sadar bahwa ada sesuatu yang kurang dalam dakwah agamanya yakni belum
berkembangnya wacana tarekat yang lurus dan berpegang pada syariat.
TGH. Zainuddin sangat berhati-hati dengan tarekat pada waktu itu karena
muncul pro dan kontra di masyarakat Lombok terkait status pelaku tarekat
yang terkesan keluar dari syariat Islam. Resistensi yang kuat dari kelompok
Muslim ortodok yang mengklaim adanya penyimpangan syariat dalam
praktik tarekat mendorong TGH. Zainuddin untuk membuat tarekat baru
yang minimalis dan tidak kontroversial. Setelah mendapat petunjuk dari
nabi Khidir, TGH. Zainuddin mendirikan kelompok tarekat yang dinamakan
Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan (Habib dan Zuhdi 2012). Tarekat ini
berasal dari saripati hizib Nahdlatul Wathan yang berupa amalan-amalan
pendek dan sederhana. Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan diklaim sebagai
tarekat akhir zaman melengkapi tarekat-tarekat sebelumnya yang dibuat
oleh para ulama dan para waliyulah di seluruh dunia. Tarekat ini juga
menjawab tantangan sosial terhadap menjamurnya kelompok tarekat di
masyarakat Lombok yang diklaim “menyimpang” karena melupakan
syariat. Tarekat Hizib diciptakan untuk menjaga iman jama’ah Nahdlatul
Wathan supaya tetap istiqamah berada dalam koridor syariat. TGH.
Zainuddin tidak mewacanakan konsep tarekat Hizib, tetapi lebih pada
praktiknya. Dia juga tidak mempromosikan amalan tarekat secara terbuka ke
publik, hanya melibatkan jama’ah yang dianggap siap, serius dan matang
menerima dan mengamalkan secara konsisten. Selain membuat hizib, TGH.
Zainuddin juga mengarang buku wasiat sebagai instrumen dakwah (Madjid
1981). Jika ulama-ulama besar membuat ratusan fatwa, TGH. Zainuddin
justru menyusun buku wasiat yang juga dapat berfungsi sebagai fatwa.
Wasiat ini dinamakan “Wasiat Renungan Masa” berupa sajak atau pantun.

xxv
Jika dilihat dari namanya Wasiat Renungan Masa berarti pemikiran yang
lahir dari refleksi pengalaman-pengalaman hidup beliau selama berkiprah di
semua lini. Saya tidak akan membahas gaya bahasa dalam konteks sastra,
tetapi bagaimana buku wasiat ini berperan sebagai tuntunan dalam pola
hidup kaum Nahdlyin dan sebagai otokritik. Wasiat merupakan representasi
pemikiran dan refleksi TGH. Zainuddin dalam berbagai aspek baik politik,
agama, ekonomi, moral, etika dan juga budaya. Wasiat tidak hanya dibaca
dalam teks, tetapi juga dinyanyikan sebagai lagu yang diikuti oleh musik
tradisional rabana. Setiap acara besar wasiat dibaca dalam grup kasidah dan
semua jama’ah harus mendengar dengan khusuk. Internalisasi nilai-nilai ke-
NW-an berlangsung dalam nyanyian wasiat ini. Sebagian besar jama’ah
Nahdlatul Wathan menghafal bait-bait wasiat melalui nyanyian dan musik
yang didengarkan di setiap kesempatan ketika ada acara-acara besar
Nahdlatul Wathan. Dokumentasi nyanyian wasiat melalui CD dan kaset-
kaset sangat berpengaruh dalam proses internalisasi dan indoktrinisasi nilai-
nilai ke-NW-an. Setelah TGH. Zainuddin wafat 1997, wasiat mengalami
desakralisasi ketika dipolitisasi untuk kepentingan politik dan ekonomi oleh
kelompok tertentu di internal Nahdlatul Wathan. Wasiat digunakan sebagai
alat legitimasi kekuasan di dalam dan luar Nahdlatul Wathan dengan
interpretasi yang disesuaikan untuk kepentingan masing-masing kelompok.
Perubahan sosial-media pasca reformasi 1998 memberikan ruang yang lebih
luas bagi para sarjana untuk mengkaji dan menafsirkan wasiat secara
akademik. Tafsir wasiat juga muncul di kalangan para jama’ah sebagai
acuan dan pedoman mereka megikuti arus politik dan tradisi keagamaan
Nahdlatul Wathan. Peran dan fungsi wasiat semakin kuat setelah TGH.
Zainuddin wafat dan diklaim sebagai salah satu karya agungnya.
Ideologi Sufistik dan The Power of Public Sermon Untuk menjaga pola
dakwah integratif dan sustainable, TGH. Zainuddin membangun tradisi unik
mengadakan pengajian umum keliling ke seluruh pulau Lombok. Pengajian
keliling TGH. Zainuddin bukan hanya sekedar pengajian biasa, tetapi diikuti
dengan mobilesasi massa yang sangat besar. Banyak tuan guru yang lain di
Lombok mengadakan pengajian keliling, tetapi mereka sangat terbatas dan

xxvi
tidak konsisten dan tersetruktur sebagaimana pengajian TGH. Zainuddin.
Tradisi pengajian umum keliling kampung ini dilakukan oleh TGH.
Zainuddin sejak aktif sebagai tokoh agama. Pengajian pada awalnya
dijadikan sebagai media dakwah dan sosialisasi ajaran Islam dan perinsip-
prinsip ke-NW-an. Tahun demi tahun pengajian ini terus dilakukan dari desa
ke desa yang lain, dari satu kota ke kota lain dengan beragam respon dan
tantangan sosial yang muncul di masyarakat. Tidak semua pengajian TGH.
Zainuddin diterima oleh masyarakat lokal, sebagian masyarakat pernah
menolak dan menghalangi pengajian beliau. Meski banyak tantangan dan
cemohan, pengajian ini terus berkembang dan menjadi kekuatan kultural
dan spiritual bagi TGH. Zainuddin dan jama’ahnya. Ketika sudah tidak kuat
lagi berjalan karena faktor usia, TGH. Zainuddin tetap turun ke lapangan
ditandu oleh para muridnya ke lokasi pengajian. TGH. Zainuddin selalu
menggunakan gamis warna putih dengan sarung di dalamnya, kemudian
membawa tongkat dan tasbih yang tidak pernah lepas dari tangannya.
Gerakan pengajian keliling ini menjadi salah satu identitas keagamaan
Nahdlatul Wathan. Meskipun TGH. Zainuddin telah wafat tradisi pengajian
keliling masih dilakukan hingga sekarang. Kedua putri beliau Ummi
Rauhun dan Raihanun menggantikannya mengadakan pengajian keliling di
masyarakat. Karena umur kedua putri beliau yang semakin hari semakin
menua maka peran mereka digantikan oleh anak-anaknya (cucu TGH.
Zainuddin) seperti TGH. Zainul Madjid, TGH. Gede Sakti Amir Murni, dan
TGH. Zainuddin Astani. Pengajian keliling pada masa TGH. Zainuddin
dapat dilakukan sampai tiga tempat dalam sehari yang dihadiri oleh ratusan
jama’ah dari berbagai desa di sekitar pengajian. Jama’ah Nahdlatul Wathan
dikenal loyal dan taat menuntut ilmu datang ke pengajian-pengajian,
meskipun mereka dari kecamatan atau kabupaten yang lain. Padatnya jadwal
pengajian, membuat TGH. Zainuddin harus lebih selektif memilih tempat
yang benar-benar mebutuhkan kehadirannya. Menurut salah satu alumni
Ponpes Ma’had Darul Qur’an wal Hadist angkatan 1980an, jika jama’ah
meminta pengajian ke TGH. Zainuddin maka dia akan ditanya, apa yang
anda lakukan di sana (apa mek gawek lek tono), jika anda membangun

xxvii
madrasah atau masjid saya akan datang langsung. TGH. Zainuddin akan
memprioritaskan masyarakat yang memang ada hajatnya, khususnya
membangun madrasah atau masjid, bukan hanya sekedar mengundang
beliau untuk pengajian biasa. Bukan rahasia umum TGH. Zainuddin selalu
menekankan para alumninya setelah pulang kampung menamatkan studi,
masing-masing harus membangun madrasah dan berperan aktif di masjid.
Pesan ini menjadi tanggung jawab moral para alumni yang harus
dilaksanakan. Selama enam dekade sejak kepulangannya dari Mekkah 1934
ratusan madrasah telah dibangun oleh para alumni di bawah bimbingan
TGH. Zainuddin. TGH. Zainuddin sendiri kemudian digelari “abul madāris
wa’l-masājid”, bapak madrasah dan masjid karena jasa-jasa beliau
membangun madrasah dan masjid (Muslim 2014). Pengajian TGH.
Zainuddin dirangkai dengan berbagai kegiatan sosial keagamaan. Acara
pengajian Nahdlatul Wathan mempunyai ciri khas diantaranya adalah
membaca ṣalawāt nahḍatain dan al-fātiḥah-al-fātiḥah untuk TGH.
Zainuddin, guru-guru beliau dan Saipul Hamdi kaum Muslimin di seluruh
dunia. Ṣalawāt Nahḍatain adalah shalawat Nahdlatul Wathan yang disusun
oleh TGH. Zainuddin yang isinya berupa kombinasi shalawat kepada Nabi
Muhammad, keluarga dan para sahabatnya kemudian disambung dengan
doa untuk kemakmuran dan kemajuan Nahdlatul Wathan, umat Muslim dan
umat manusia secara umum. Selawat ini harus dihafal dan dibaca oleh
seluruh jama’ah Nahdlatul Wathan di setiap kesempatan. Sebelum TGH.
Zainuddin datang ke arena pengajian, para jama’ah sudah berkumpul
mencari tempat duduk yang dekat dengan panggung pengajian tempat dia
duduk. Dia didampingi oleh para tuan guru yang lain dengan kursi yang
berjejer. Ketika beliau datang, panitia mengucapkan “ihtirām” dan semua
jama’ah Nahdlatul Wathan berdiri dan bersama-sama menyambutnya
dengan membaca doa pusaka “rabbanā ya Dhal jalāli wal minan unsuran
liwa anah dathil wathan”. Di akhir pengajian, para jama’ah melakukan ritual
lempar uang koin ke pengajian di depan TGH. Zainuddin duduk. Ritual
lempar koin ini dikenal juga dengan “shafā’atul kubrā”, syafaat besar yang
berarti beramal secara berjama’ah. Ratusan orang melempar koin mulai dari

xxviii
depan sampai belakang. Uang yang dilempar itu tidak ada putusnya, jika
belum sampai ke panggung, orang yang terkena koin itu akan melemparnya
kembali. Mata rantai lempar uang koin yang tidak ada putusnya ini
menggambarkan adanya semangat kerja sama dan gotong royong warga
Nahdlatul Wathan seperti yang dianjurkan dalam Islam “ta’āwanū ala ’l-
birri wa ’t-taqwā”, tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Ritual
lempar koin untuk uang amal ini melahirkan beberapa tafsiran terkait
dengan makna simboliknya. Sebagian memaknai tujuan ritual ini supaya
masyarakat dapat berpartisipasi beramal dengan bebas tanpa harus
mempertibangkan berapa besar uang yang dimiliki. Nilai uang koin amal
tidak mempunyai makna, tetapi kebersamaan dan semangat untuk beramal
itulah yang diajarkan oleh TGH. Zainuddin. Penafsiran lain juga muncul
bahwa ritual lempar koin ini sama dengan melempar batu (jumrat
al-‘aqabah) pada ibadah haji. Jumrat al-‘aqabah bertujuan untuk mengusir
setan secara sumbolik dengan melempar batu kecil sebanyak tuju kali setiap
tiga kali lemparan. Dalam konteks ini lempar koin sama dengan mengusir
sifat-sifat setan yang tamak, rakus, dan takut untuk beramal. TGH.
Zainuddin juga dapat dikatakan sebagai “bapak amal” karena di setiap saat
selalu mendorong masyarakat beramal jariyah untuk donasi pembangunan
gedung madrasah, pesantren dan masjid. Dalam sejarah TGH. Zainuddin
tidak meminta bantuan ke pemerintah untuk membangun madrasah supaya
masyarakat mempunyai ruang sosial-ibadah dalam beramal. Jika meminta
bantuan ke pemerintah maka otomatis masyarakat jadi tergantung dan tidak
mau beramal yang tentunya secara agama peluang untuk masuk surga
semakin kecil. Upaya TGH. Zainuddin dalam mendorong masyarakat
beramal ini masih kuat diingatan masyarakat. Jika jama’ah Nahdlatul
Wathan diminta untuk beramal, mereka tidak pernah berpikir dua kali jika
mempunyai uang. Seandainya mereka tidak punya uang, mereka rela
menjual barang mereka hanya untuk Integrasi Budaya, Pendidikan, dan
Politik dalam Dakwah Nahdlatul Wathan beramal. Kekuatan TGH.
Zainuddin dalam memobilisasi massa untuk beramal masih kuat dipikiran
para jama’ahnya. Bahkan ketika TGH. Zainuddin sudah wafat, para jama’ah

xxix
yang berkunjung ke makam beliau tetap melestarikan budaya ritual lempar
koin ke makamnya sebagai simbol kepatuhan, keihklasan dan kebersamaan
dalam beramal. Selain ritual lempar uang koin, beberapa peristiwa unik juga
terjadi di arena pengajian TGH. Zainuddin yaitu memberkati anak-anak atau
para remaja dengan mengetuk kepala mereka (nyembek atau getok ulu)
dengan jari telunjuk. Para jama’ah yakin jika anaknya sudah disembek maka
dia telah memperoleh berkah dan akan sukses dalam kehidupannya.
Masyarakat juga berebutan mengambil sisa-sisa dari air minum dan
makanan TGH. Zainuddin yang disediakan oleh panitia pengajian. Para
jama’ah yang meminta untuk diijazahkan “ilmu hikmah” juga berlangsung
di arena pengajian. TGH. Zainuddin mengijazahkan mereka yang kemudian
diakhiri dengan doa. Di arena pengajian juga terdapat petugas yang menjual
asesoris NW berupa minyak seribu hajat, Hizib Nahdlatul Wathan, foto,
kalung azimat dan cincin yang bergambar TGH. Zainuddin. Uang hasil
penjualan asesoris ini disumbangkan ke madrasah dan perguruan tinggi
yang sedang dibangun. Pengajian juga memiliki fungsi lain yakni sebagai
media indoktrinisasi mulai dari pembacaan selawat, lagu-lagu mars
Nahdlatul Wathan sampai dengan nyanyian Wasiat Renungan Masa.
Wacana ke-NW-an yang ditanamkan pada setiap pengajian ketika ceramah
oleh para tuan guru adalah bagian dari proses indoktrinisasi. TGH.
Zainuddin di setiap pengajiannya selalu diawali dengan pengucapan jargon
“pokoknya NW, pokok NW iman dan taqwa”. Jargon Nahdlatul Wathan ini
dapat diartikan, jika anda mengaku benar-benar menjadi orang Nahdlatul
Wathan maka anda harus mengedepankan iman dan takwa. Nama Nahdlatul
Wathan disebut terlebih dahulu sebagai jaminan jika orang-orang Nahdlatul
Wathan dapat dipercaya memegang kuat iman dan taqwa. Jargon lain adalah
“Inna akramakum ‘indī anfa’ukum li nahḍatul waṭan, wa inna sharrākum
‘indī aḍārrukum li nahḍatul Integrasi Budaya, Pendidikan, dan Politik dalam
Dakwah Nahdlatul Wathan”, sesungguhnya yang paling mulia di sisiku
adalah orang yang memberi manfaat bagi Nahdlatul Wathan, dan
sesungguhnya yang paling buruk di sisiku adalah yang memberi mudharat
bagi Nahdlatul Wathan. Jargon atau fatwa tersebut muncul karena derasnya

xxx
gelombang cobaan yang dialami oleh NW baik dari internal maupun
eksternal. Banyak tokoh yang hanya memanfaatkan Nahdlatul Wathan
kemudian sengaja merusak dan menggangu perjuangan Nahdlatul Wathan.
Kalimat ini sempat dikritik dan digugat karena kata-katanya menyadur
kalimat alQur’an yang berbunyi “Inna akramakum indallāhi atqākum”.
TGH. Zainuddin yang ahli sastra dan balaghah menjelaskan tentang
kebolehan memodifikasi satu ayat selama memahami struktur bahasa
dengan baik dan ditujukan untuk kebaikan. Jargon yang banyak
mengundang kontroversi adalah “sami’nā wa aṭa’nā”, dengar dan taati.
Jargon ini diambil dari al-Qur’an dan memunculkan kontroversi karena
banyak disalah gunakan untuk kepentingan politik dan ekonomi kelompok
tertentu. Sami’nā wa aṭa’nā yang seharusnya digunakan untuk kepentingan
perjuangan dakwah dan agama mengalami manipulasi simbolik, di mana
lebih difungsikan sebagai alat legitimasi kekuasaan. Jargon ini digunakan
untuk memobilisasi massa urusan logistik politik. Jika terdapat jama’ah
Nahdlatul Wathan yang tidak mengikuti instruksi politik pimpinan diaggap
tidak akan masuk surga karena ingkar sama guru. Jangankan jama’ah
Nahdlatul Wathan, para tuan guru yang sudah lama berjuang di dalamnya
ikut mengalami pemecatan karena mengkritisi jargon tersebut dan
berseberangan dalam ide dan gagasan. Salah seorang tuan guru dipecat
karena menambahkan kata-kata wa fakkarnā sebelum kata wa aṭanā.
Menurut tafsir tuan guru tersebut bahwa sami’nā wa aṭa’nā hanya untuk
kepada Allah dan Nabi, sedangkan untuk pimpinan harus sami’nā wa
fakkarnā wa aṭa’nā, dengar, fikirkan dan baru taati, dan itupun jika instruksi
tersebut sesuai dengan syariat agama.

Nasionalisme dan Soft Apparoch dalam Dakwah dan Gerakan Perjuangan


TGH. Zainuddin dikenal sebagai tokoh yang mengedepankan cara-cara
damai dalam setiap gerakan sosial keagamaannya. Dia lebih memilih ‘soft
approach’ atau pendekatan lunak daripada pendekatan keras ‘hard
approach’. Ini terbukti ketika dia tidak mengikuti jejak kakaknya Tuan Guru
Faesal yang mati syahid karena menyerang markas Jepang di Selong. TGH.
Zainuddin tidak pernah memimpin langsung aksi konfrontasi dengan

xxxi
pemerintah kolonial Belanda dan Jepang. Dia meggunakan cara-cara
diplomasi dan seringkali berada di balik layar. TGH. Zainuddin juga
menggunakan doa-doa sebagai senjata melawan mereka yang disusun dalam
bentuk buku Hizib. Dia memobilisasi massa untuk membaca Hizib dan
meniatkan supaya madarasah yang dibangunnya tetap dijaga oleh Allah dan
tidak dapat dibubarkan oleh rezim Jepang yang sedang menduduki daerah
kepulauan Lombok. Konsistensi sikap anti kekerasan yang ditunjukkan oleh
TGH. Zainuddin juga terlihat pada masa pasca kemerdekaan. TGH.
Zainuddin tidak pernah berkonfrontasi dengan pemerintah, bahkan
sebaliknya selalu mendukung kebijakan dan membangun kerja sama dengan
pemerintah pusat dan daerah. Bagi TGH. Zainuddin taat kepada pemerintah
adalah bagian dari ajaran Islam. Inilah wujud politik kebangsaan TGH.
Zainuddin yang dikenal religius-nasionalis. Ketika mendirikan organisasi
Nahdlatul Wathan 1953, TGH. Zainuddin memilih asas Pancasila sebagai
asas organisasi, bukan Islam. Menjadi pertanyaan besar kenapa beliau
menggunakan Pancasila padahal tidak ada tekanan atau aturan khusus pada
masa Sukarno dan awal masa Suharto untuk menggunakan Pancasila. Jelas
ini semua karena sikap nasionalisme yang kuat dan visi kembangsaan yang
moderat dalam diri TGH. Zainuddin. Kecerdasan dan sensitifitas sosial-
politik pada diri TGH. Zainuddin serta mampu membaca masa depan
merupakan kunci kesuksesan perjalanan karir politiknya di Indonesia. TGH.
Zainuddin berada di tengah-tengah ketika pergulatan wacana kelompok
Islam dengan nasionalis tentang asas negara. Tidak pernah terdengar sama
sekali dia mewacanakan untuk mendirikan atau mendukung negara Islam,
tetapi memilih Pancasila sebagai dasar negara. TGH. Zainuddin menghargai
pluralitas dan local wisdom dari masyarakat. Dukungannya pada Pancasila
juga terlihat pada petikan wasiat beliau dalam buku Wasiat Renungan Masa
(Madjid 1981): Negara kita ber-Pancasila, Berketuhanan Yang Maha Esa
Ummat Islam paling setia Tegakkan sila yang paling utama Sikap
nasionalisme dan politik anti kekerasan yang diterapkan oleh TGH.
Zainuddin hampir sama dengan tokoh Mahatma Gandhi dari India.
Mohandas Karamchand Gandhi adalah tokoh kemerdekaan India yang

xxxii
dikenal dengan anti kekerasan. Dia lahir dari keluarga pedagang yang
mapan pada 02 Oktober 1886 dan wafat pada 30 Januari 1948. Dia digelari
“Mahatma” yang berarti “great soul” yang berjiwa besar karena toleransi
dan keterbukaannya terhadap semua etnis dan agama (Schraff 2008: 7).
Setelah menyelesaikan kuliah jurusan hukum di London dia bekerja sebagai
pengacara dan aktivis kemanusiaan di Afrika Selatan selama 21 tahun
melawan dan menghapus apartheid. Ajaran Gandhi adalah anti kekerasan
dalam menyikapi semua persoalan termasuk melawan penjajah Inggris yang
sedang menduduki India. Gandhi juga dikenal sebagai tokoh anti
diskriminasi, pluralisme, dan pejuang hak-ak perempuan. Ajaran Gandhi ini
telah mengantarkan India sebagai negara merdeka dari Inggris tahun 1947.
Gandhi akhirnya terbunuh oleh kelompok radikalis Hindu, Nathuram
Godse, karena sikap politiknya yang terbuka dengan semua agama dan etnis
di India termasuk kelompok Muslim. Dalam beberapa pendekatan gerakan
sosial TGH. Zainuddin dan Gandhi memiliki kemiripan, selain pendekatan
yang lunak dan anti kekerasan keduanya juga dikenal moderat dalam
menyikapi perbedaan. NW yang dikenal dengan kesalehan sosial
jama’ahnya yang tinggi dan praktik agama yang ketat, TGH. Zainuddin
sangat terbuka dengan komunitas lain seperti Hindu, China dan aliran
Ahmadi-Integrasi Budaya, Pendidikan, dan Politik dalam Dakwah Nahdlatul
Wathan di Pancor. Beberapa kaum intelektual beragama Hindu pernah
mengajar di perguruan tinggi STKIP. Ketika menerima mereka pada bulan
puasa TGH. Zainuddin selalu menyediakan makanan buat mereka,
walaupun dia sendiri sedang berpuasa Ramadhan. Ini dilakukan karena
sangat menghormati kelompok dari agama lain. TGH. Zainuddin juga tidak
pernah bersikap rasis terhadap komunitas China di Lombok, dia bahkan
menerima mereka dengan tangan terbuka untuk berbisnis di Pancor. Tidak
ada pemaksaan bagi mereka untuk memeluk agama Islam. Begitu juga
dengan komunitas Ahmadiyah yang terdapat di Pancor (basis jama’ah
Nahdlatul Wathan) diberikan kebebasan untuk berkembang bersama-sama
dengan organisasi Nahdlatul Wathan. Tidak pernah terjadi kekerasan
dengan komunitas Ahmadiyah selama TGH. Zainuddin masih hidup.

xxxiii
Namun setelah beliau meninggal, Ahmadiyah mengalami kekerasan akibat
perubahan sistem sosial-politik di Indonesia termasuk di Pancor. Rumah dan
masjid mereka dibakar oleh massa yang berseberangan dengan paham aliran
mereka. Sebagaimana Gandhi, TGH. Zainuddin juga terjun di dunia politik
praktis dan ikut memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia sejak
zaman revolusi. TGH. Zainuddin sangat fleksibel dalam memilih partai
politik. Dia menilai partai politik hanya sebagai media perjuangan, bukan
sebagai tujuan. Pada masa Sukarno TGH. Zainuddin aktif di partai Islam
Masyumi dan memegang posisi penting untuk wilayah Nusa Tengara. Partai
Masyumi banyak menginspirasi TGH. Zainuddin dalam berorganisasi
seperti yang terlihat dari lambang organisasi Nahdlatul Wathan yang mirip
dengan lambang partai Masyumi. Setelah Masyumi dibubarkan oleh
pemerintah, dia ikut mendirikan Parmusi bersama beberapa ormas Islam
lainnya termasuk Muhammadiyah dan Persis. Setelah Suharto memegang
kendali dan mendirikan Partai Golkar, TGH. Zainuddin kemudian ikut
bergabung ke Partai Golkar. Walaupun sempat konflik dengan pengurus
partai Golkar di Pemilu 1982, tetapi tidak ada konfrontasi atau kekerasan
yang melibatkan jama’ahnya.

BAB III

xxxiv
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat kita menyimpulkan bahwa agar kita
mudah belajar dan mudah memahami serta di yakini secara mendalam,
khususnya oleh para pelajar dan mahasiswa Nahdatul Wathan sebagai
generasi penerus perjuangan Nahdatul Wathan, agar memperoleh
pengetahuan dan pemahaman secara utuh tentang Nahdatul Wathan dan
perjuangannya dalam menengakkan ajaran islam ahlusunnah waljamaah
alamazhabil imamissyafi’i adliyallahu ‘anhu dan ikut serta secara aktif
membangun Nusa bangsa dan Negara Indonesia yang tercinta ini.
Pola pendekatan dakwah integratif TGH. Zainuddin yang melibatkan unsur
budaya, seni dan politik telah menjadi kunci kesuksesannya dalam proses
Islamisasi di Lombok. Pendekatan ini juga membawa TGH. Zainuddin
sebagai tokoh yang tetap eksis melegenda dan mampu mengembangkan NW
sebagai salah satu ormas Islam terbesar di Lombok. Kelebihan TGH.
Zainuddin dibanding tokoh-tokoh Islam yang lain di Lombok adalah
kemampuannya dalam mendialogkan dan mensinergikan unsur-unsur
budaya lokal tersebut ke dalam praktik keagamaan yang dibangun. Praktik-
praktik agama lokal Sasak bisa nyetel dengan tradisi Islam sufistik yang
dikembangkan oleh TGH. Zainuddin. TGH. Zainuddin mengakomodir
praktik-praktik lokal termasuk seni dan musik tradisional Sasak yang
ditransformasikan ke dalam dakwahnya. TGH. Zainuddin mengubah lirik
lagu Sasak dengan memasukkan nilai-nilai keislaman. Begitu juga dengan
Wasiat Renungan Massa yang disusun oleh TGH. Zainuddin sangat kental
nuangsa sastra Sasaknya yang berbentuk pantun atau lelakak, namun berisi
pesan-pesan moral yang agung. Kultur Islam sufistik yang dibangun oleh
TGH. Zainuddin di Lombok tidak lepas dari nilai-nilai lokalitas budaya
Sasak. Ritual lempar koin secara bersama-sama untuk uang amal adalah
simbol kebersamaan dan kekeluargaan masyarakat Sasak yang tidak
mengenal status sosial. Begitu juga semangat gotong royong dalam
membangun madrasah mulai dari angkut pasir dan batu dari parit, dan
menebang pohon untuk kelengkapan pembangunan gedung madrasah yang

xxxv
dimobilisir oleh TGH. Zainuddin. Berhizib secara berjama’ah juga bagian
dari tradisi masyarakat Lombok yang mengedepankan ikatan komunalitas.
Pengajian umum (public sermon) yang didesain TGH. Zainuddin menjadi
ruang sosial bagi masyarakat Sasak dan jama’ah Nahdlatul Wathan untuk
memperkuat solidaritas dan integrasi komunalitas dan familialitas mereka.
Sikap anti kekerasan dan anti diskriminasi yang ditunjjukkan TGH.
Zainuddin selama memimpin Nahdlatul Wathan dan menjadi tokoh agama
adalah pelajaran yang penting bagi masyarakat Lombok pada umumnya dan
generasi Nahdlatul Wathan pada khususnya. Setiap masalah dapat
dislesaikan dengan jalan damai, bukan dengan konflik dan kekerasan.
Ideologi inklusivisme dan pluralisme TGH. Zainuddin dalam membangun
relasi sosial tanpa memandang etnis dan agama seseorang merupakan nilai
universal dan modal sosial dalam kultur sosial keagamaan Nahdlatul
Wathan. Jika melihat konsep dan ideologi bermasyarakat dan bernegara
yang dicontoh kan oleh TGH. Zainuddin maka untuk menjadi jama’ah
Nahdlatul Wathan yang taat, tidak harus menutup diri dari komunitas lain
dan sebaliknya harus memperbanyak kerja sama yang bisa mendatangkan
manfaat bagi agama dan organisasi Nahdlatul Wathan.

DAFTAR PUSTAKA

xxxvi
Nu’man, H. Abdul Hayyin dkk. Nahdlatul Wathan Organisasi Pendidikan,
Sosial dan Dakwah Islamiah. Lombok Timur : Pengurus Nahdlatul Wathan.
Baharuddin. 2007. Nahdlatul Wathan dan Perubahan Sosial. Yogyakarta:
Genta Press.

Binbaş, İlker Evrim. 2005. “Music and Samā‘ of the Mavlaviyya in the
Fifteenth and Sixteenth Centuries: Origins, Ritual, and Formation.” dalam
Sufism, Music And Society In Turkey And The Middle East, ed. A.
Hammarlund, T. Olsson, dan E. Özdalga. Istanbul: Swedish Research
Institute in Istanbul Transactions.

Budiwanti, Erni. 2000. Islam Sasak: Wetu Telu versus Waktu Lima.
Yogyakarta: LKiS.

Durkheim, Emile. 1995. The Elementary Forms of Religious Life. New


York: The Free Press.

Habib, M. dan M. Zuhdi. 2012. Hizib dan Thariqat Hizib Nahdlatul


Wathan: Alternatif Tasawuf Modern. Jakarta: Pesantren NW Jakarta. Hadi,
Abdul. 2010. “Charismatic Leadership and Traditional Islam in Lombok:
History and Conflict in Nahdlatul Wathan.” Masters Thesis. Australian
National University, Canberra.

Hamdi, Saipul. 2014. Nahdlatul Wathan di Era Reformasi: Agama, Konflik


Komunal dan Peta Rekonsiliasi. Yogyakarta: KKS.

xxxvii

Anda mungkin juga menyukai