Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami diberi kekuatan untuk menyelesaikan
makalah ini walaupun dalam bentuk yang sederhana.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak
hambatan dan kesulitan. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak sehingga
makalah ini dapat terselesaikan oleh kami. Pada kesempatan ini kami
menyampaikan terima kasih kepada,
1. Masywir, S.Pd selaku guru Bahasa Daerah yang telah meluangkan waktunya
untuk membimbing kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
2. Orang tua kami yang memberi dukungan moril maupun materi dalam
menyelesaikan makalah ini.
3. Semua rekan yang memberikan bantuannya kepada penulis sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.
kami pun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami memohon maaf jika terdapat kesalahan-kesalahan yang
tidak berkenan di hati pembaca dan mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Kelompok 1
Pallangga, 30 oktober 2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................
A.
B.
C.
D.
A.
B.
1.
2.
3.
C.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
B.
1.
2.
3.
C.
1.
Latar Belakang
Pernikahan adalah sesuatu yang di lakukan setiap insan ketika sudah
menginjak usia dewasa. pernikahan merupakan sesuatu yang sangat penting
dalam kehidupan manusia karena pernikahan bukan hanya merupakan peristiwa
yang harus ditempuh atau dijalani oleh dua individu yang berlainan jenis
kelamin, tetapi lebih jauh adalah pernikahan sesungguhnya proses yang
melibatkan beban dantanggung jawab dari banyak orang, baik itu tanggung
jawab keluarga, kaum kerabat, bahkan kesaksian dari seluruh masyarakat yang
ada di lingkungannya. Prosesi pernikahanpun berbeda satu sama lain pada
setiap daerah. Ada yang melakukan prosesi pernikahan secara glamour dan
adapula yang melakukannya dengan sangat sederhana. Tidak terkecuali sukusuku pedalaman yang ada di seluruh penjuru dunia ,termasuk suku-suku yang
ada di Indonesia. Salah satunya adalah suku bugis. Suku Bugis adalah
masyarakat asli dari Provinsi Sulawesi Selatan. Suku Bugis tersebar di
beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan, seperti Kabupaten Luwu, Bone, Wajo,
Pinrang, Barru, dan Sidenreng Rappang. Seperti suku suku yang lainnya yang
ada di nusantara , masyarakat bugis juga memiliki tradisi dalam proses
pernikahan.Berdasarkan paparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap prosesi adat pernikahan suku Bugis.
Rumusan Masalah
Apa saja alat-alat dan perlengkapan yang digunakan dalam upacara
pernikahan orang Bugis?
Bagaimana proses-proses upacara pernikahan orang bugis?
Nilai-nilai apa saja yang terkandung di dalamnya?
Tujuan
Untuk mengetahui alat-alat dan perlengkapan yang digunakan dalam upacara
pernikaha orang bugis.
2. Untuk mengetahui proses-proses upacara pernikahan orang bugis.
3. Untuk mengetahui nilai-nilai apa saja yang terkandung di dalam upacara
pernikahan orang bugis.
D.
1.
Manfaat
Mengetahui alat-alat dan perlengkapan yang digunakan dalam upacara
pernikaha orang bugis.
2. Mengetahui proses-proses upacara pernikahan orang bugis.
3. Mengetahui nilai-nilai apa saja yang terkandung di dalam upacara pernikahan
orang bugis
BAB II
PEMBAHASAN
Mappabotting adalah upacara adat pernikahan orang Bugis di Selawesi
Selatan. Secara garis besar, pelaksanaan upacara adat ini dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu upacara pra pernikahan, pesta pernikahan, dan pasca
pernikahan.
A. Bahan-bahan dan Perlengkapan
Bahan-bahan yang digunakan dalam upacara pernikahan orang Bugis di
antaranya adalah:
a. Sompa, yaitu mahar atau mas kawin dalam bentuk uang real sebagai syarat
sah peminangan menurut Islam.
b.
Dui mnr atau dui balanca, yaitu sejumlah uang belanja dari mempelai pria
sebagai syarat sah peminangan menurut adat. Uang tersebut digunakan
membiayai pesta pernikahan mempelai wanita.
c. Cicing passiok, yaitu cincin emas dari mempelai pria untuk mengikat
mempelai wanita.
d.
Sarung sutera sebagai hadiah untuk kedua belah pihak keluarga mempelai.
e. Seperangkat peralatan dalam acara mappacci seperti daun pacar, bantal,
pucuk daun pisang, lilin, bekkeng (tempat daun pacar dari logam), wenno (padi
yang disangrai), dan daun nangka.
f.
Berbagai macam makanan dan kue-kue tradisional Bugis seperti beppa
puteh, nennu-nennu,palopo, barongko, paloleng, sanggarak, lapisi, cangkueng,
badda-baddang, dan lain-lain sebagainya.
g.
Bosara, yaitu tempat menyimpan kue-kue tradisional Bugis, dan sebagainya.
B.
Proses Pelaksanaan Upacara
secara garis besar, pelaksanaan upacara adat pernikahan orang Bugis di
Sulawesi Selatan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu upacara pra pernikahan,
resepsi/pesta pernikahan, dan pasca pernikahan.
1. Upacara Pra Pernikahan
Pada tahap pra pernikahan ini, dilaksanakan beberapa kegiatan, yaitu:
1.
Pemilihan Jodoh
Proses paling awal menuju pernikahan dalam adat Bugis adalah pemilihan
jodoh. Orang Bugis umumnya mempunyai kecenderungan memilih jodoh dari
lingkungan keluarga sendiri karena dianggap sebagai hubungan pernikahan atau
perjodohan yang ideal.
Pria yang akan menikah dapat memilih jodoh dari luar lingkungan kerabat.
Adapun perjodohan ideal selain dari kerabat adalah perjodohan yang didasarkan
pada kedudukan assikapukeng, yaitu kedua mempelai memiliki stratifikasi
sosial yang sederajat di dalam masyarakat, baik dilihat dari segi keturunan
(bangsawan atau orang biasa), pendidikan, kedudukan dalam struktur
pemerintahan, maupun harta kekayaan. Setelah jodoh yang telah dipilih dirasa
sudah cocok, maka proses selanjutnya adalah mammanu-manu
2.
Mammanu-manu (penjajakan)
Mammanu-manu atau biasa juga disebut mappse-pse, mattiro, atau mabbaja
laleng adalah suatu kegiatan penyelidikan yang biasanya dilakukan secara
rahasia oleh seorang perempuan dari pihak laki-laki untuk memastikan apakah
gadis yang telah dipilih sudah ada yang mengikatnya atau belum. Kegiatan
penyelidikan ini juga bertujuan untuk mengenali jati diri gadis itu dan kedua
orang tuanya, terutama hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan rumah
tangga, adab sopan-santun, tingkah laku, kecantikan, dan juga pengetahuan
agama gadis tersebut. Jika menurut hasil penyelidikan belum ada yang mengikat
gadis itu, maka pihak keluarga laki-laki memberikan kabar kepada pihak
keluarga gadis bahwa mereka akan datang menyampaikan pinangan.
3. Madduta atau massuro (meminang)
Madduta atau massuro artinya pihak laki-laki mengutus beberapa orang
terpandang, baik dari kalangan keluarga maupun selain keluarga, untuk
menyampaikan lamaran kepada pihak keluarga gadis. Utusan ini disebut To
Madduta sedangkan pihak keluarga gadis yang dikunjungi disebut To
Riaddutai. To Madduta memiliki peranan yang sangat penting dalam
menentukan diterima atau tidaknya suatu pinangan. Oleh karena itu, To
Madduta harus berhati-hati, bijaksana, dan pandai membawa diri agar kedua
orang tua gadis itu tidak tersinggung.
Kegiatan madduta biasa juga disebut dengan istilah mappetu ada, yaitu
pertemuan antara kedua belah pihak keluarga untuk merundingkan dan
memutuskan segala sesuatu yang bertalian dengan upacara pernikahan putraputri mereka. Hal-hal yang dibicarakan dalam acara mappettu ada tersebut di
antaranya mahar (meliputi dui menr dan sompa)dan tanr esso (penentuan
hari). Pembicaraan harus dimulai dari masalah mahar karena merupakan tahap
yang paling prinsipil dan menjadi penentu diterima atau ditolaknya sebuah
pinangan.
Mahar dalam adat pernikahan orang Bugis dikenal sangat tinggi karena seorang
laki-laki yang akan menikah tidak hanya diwajibkan memberi sompa atau
mahar sebagai kewajiban seorang muslim, tetapi juga diwajibkan
memberikan dui menr (uang naik) atau dui balanca (uang belanja) kepada
pihak keluarga perempuan. dui menrmerupakan uang petindih, yaitu uang
jemputan kepada pihak perempuan sebagai salah satu syarat sahnya pinangan
atau pertunangan menurut adat. Dalam pembicaraan ini terjadi tawar-menawar
antara To Madduta dengan To Riaddutai,
Besar kecilnya jumlah dui menr dalam pernikahan orang Bugis sangat
dipengaruhi oleh status sosial pihak perempuan. Semakin tinggi status sosial
keluarga perempuan semakin besar pula jumlah dui menr yang harus
diserahkan oleh pihak laki-laki. Oleh karena itu, pihak laki-laki yang diwakili
oleh To Madduta harus pandai-pandai melakukan negosiasi kepada pihak
keluarga perempuan. Jika kedua belah pihak telah menuai kesepakatan bersama
masalah jumlah mahar berarti pinangan To Madduta diterima.
Setelah pinangan diterima, acara mappettu ada dilanjutkan dengan
membicarakan masalah tanr esso atau penentuan hari pernikahan. Penentuan
hari pada saat ini biasanya disesuaikan dengan penanggalan Islam. Setelah
penentuan hari pernikahan selesai, selanjutnya ditentukan lagi hari untuk
pertemuan berikutnya guna mengukuhkan kesepakatan-kesepakatan yang telah
dibuat. Acara mappettu ada kemudian ditutup dengan jamuan makan bersama,
di mana rombongan To Madduta disuguhi berbagai hidangan makanan yang
terdiri diri kue-kue khas Bugis yang pada umumnya manis rasanya sebagai
simbol pengharapan agar kehidupan kedua calon mempelai selalu manis
(senang) di kemudian hari.
4. Mappasiarekeng (mengukuhkan kesepakatan)
dengan maksud agar kiranya bala atau bencana dari luar tidak masuk ke dalam
rumah dan bala yang berasal dari dalam rumah bisa keluar.
Sesudah cemme passili atau mappassili selesai maka calon mempelai baik
itu laki-laki maupun perempuan disilakan mandi seperti biasa.
12. Macceko
Macceko berarti mencukur rambur-rambut halus yang ada pada dahi dan di
belakang telinga, agar supaya dadasa yaitu riasan hitam pada dahi yang akan
dipakai pada calon mempelai perempuan pada waktu dirias dapat melekat
dengan baik. Acara macceko ini hanya diperuntukkan bagi calon mempelai
perempuan. Dahulu kala model dadasa ini berbeda antara perempuan yang
bangsawan dan perempuan dari kalangan biasa.
2. Resepsi atau Pesta Pernikahan
Secara garis besar, upacara atau resepsi pernikahan dibagi menjadi dua tahap
yaitu mappnr bottingdan marola.
1. Mappnr Botting (mengantar pengantin)
Mappnr botting adalah mengantar mempelai pria ke rumah mempelai wanita
untuk melaksanakan beberapa serangkaian kegiatan seperti madduppa botting,
akad nikah, dan mappasiluka. Mempelai pria diantar oleh iring-iringan tanpa
kehadiran kedua orang tuanya. Adapun orang-orang yang ikut dalam iringiringan tersebut di antaranya indo botting, dua orangpasseppi (pendamping
mempelai) yang terdiri dari anak laki-laki, beberapa kerabat atau orang-orang
tua sebagai saksi-saksi pada acara akad nikah, pembawa mas kawin, dan
pembawa hadiah-hadiah lainnya.
2. Madduppa botting (menyambut kedatangan pengantin)
Madduppa botting berarti menyambut kedatangan mempelai pria di rumah
mempelai wanita. Acara penyambutan tersebut dilakukan oleh beberapa orang
yaitu dua orang paddupa atau penyambut (satu remaja pria dan satu wanita
remaja), dua orang pakkusu-kusu (perempuan yang sudah menikah), dua
orang pallipa sabb (orang tua pria dan wanita setengah baya mengenakan
sarung
sutra
sebagai
wakil
orang
tua
mempelai
wanita),
seorang wanita pangampo wenno (penebar wenno), serta satu atau dua
orang paddupa botting yang bertugas menjemput dan menuntun mempelai pria
turun dari mobil menuju ke dalam rumah. Sementara itu, seluruh rombongan
mempelai pria dipersilakan duduk pada tempat yang telah disediakan untuk
menyaksikan pelaksanaan acara akad nikah.
3.
Akad nikah
Orang Bugis di Sulawesi Selatan umumnya beragama Islam. Oleh karena itu,
acara akad nikah dilangsungkan menurut tuntunan ajaran Islam dan dipimpin
oleh imam kampung atau seorang penghulu dari Kantor Urusan Agama (KUA)
setempat. Sebelum akad nikah atau ijab qabul dilaksanakan, mempelai laki-laki,
orang tua laki-laki (ayah) atau wali mempelai wanita, dan dua saksi dari kedua
belah pihak dihadirkan di tempat pelaksanaan akad nikah yang telah disiapkan.
Setelah semuanya siap, acara akad nikah segera dimulai.
Seperti halnya adat pernikahan suku bangsa lain yang menganut ajaran Islam,
pelaksanaan akad nikah dilangsungkan berdasarkan urutan acara seperti berikut
yaitu dimulai dari pembacaan ayat suci al-Quran, kemudian dilanjutkan
pemeriksaan berkas pernikahan oleh penghulu, dan penanda tanganan berkas
oleh kedua mempelai, wali, dan saksi-saksi. Khusus untuk mempelai wanita,
penanda tanganan berkas dilakukan di dalam kamar karena ia tidak boleh keluar
kamar selama proses akad nikah berlangsung.
Setelah itu, acara dilanjutkan dengan penyerahan perwalian dari orang tua atau
wali mempelai wanita kepada imam atau penghulu untuk proses ijab kabul.
Ijab kabul dimulai dengan khutbah nikah oleh imam atau penghulu. Kemudian
mempelai pria duduk berhadap-hadapan dengan imam atau penghulu sambil
berpegangan ibu jari (jempol) tangan kanan. Dengan bimbingan imam,
mempelai pria mulai mengucapkan beberapa bacaan seperti istigfar, dua kalimat
syahadat, shalawat, dan ijab kabul. Sighat atau kalimat ijab kabul yang
disampaikan oleh mempelai pria harus jelas kedengaran oleh para saksi untuk
sahnya akad nikah. Oleh karena itu, tak jarang mempelai pria harus
mengulanginya hingga dua tiga kali.
4. Mappasikarawa atau mappasiluka (persentuhan pertama)
Setelah proses akad nikah selesai, mempelai pria dituntun oleh orang yang
dituakan
menuju
ke
dalam
kamar
mempelai
wanita
untuk ipasikarawa (dipersentuhkan). Kegiatan
ini
disebut
dengan mappasikarawa, mappasiluka atau madusa jnn, yaitu mempelai pria
harus menyentuh salah satu anggota tubuh mempelai wanita. Kegiatan ini
dianggap penting karena menurut anggapan sebagian masyarakat Bugis bahwa
keberhasilan kehidupan rumah tangga kedua mempelai tergantung pada
sentuhan pertama mempelai pria terhadap mempelai wanita.
Setelah acara mappasikarawa selesai, kedua mempelai kemudian melakukan
acara menyembah kepada kedua orang tua mempelai wanita dan keluargakeluarga lainnya.
5. Nasehat pernikahan dan perjamuan
Setelah kedua mempelai duduk bersanding di pelaminan, selanjutnya diadakan
acara nasehat pernikahan. Tujuan dari acara ini adalah untuk menyampaikan
petuah, pesan, dan nasehat kepada kedua mempelai agar mereka mampu
membangun rumah tangga yang sejahtera, rukun, dan damai. Nasehat
pernikahan biasanya disampaikan oleh seorang ustadz yang telah
mempraktekkan cara membangun rumah tangga yang sejahtera dan bahagia
sehingga dapat dijadikan teladan bagi kedua mempelai.
Selanjutnya upacara mappnr botting ditutup dengan upacara jamuan santap
bersama. Pada zaman dahulu, upacara perjamuan dilakukan dengan cara
melantai atau lesehan. Hidangan nasi dengan berbagai lauk-pauknya serta kuekue tradisional khas Bugis digelar di lantai yang diberi alas kain panjang
berwarna-warni. Namun, sejak adanya persewaan gedung dan tenda dengan
segala perlengkapannya, perjamuan dilakukan dengan cara prasmanan. Dengan
selesainya upacara perjamuan, maka seluruh rangkaian acara mappnr
botting telah selesai. Rombongan mempelai pria berpamitan kepada pihak
keluarga mempelai wanita. Sementara itu, pengantin pria tidak ikut serta dalam
rombongannya karena ia harus melakukan acara mapparola bersama mempelai
wanita.
6. Marola atau mapparola
Marola atau mapparola adalah kunjungan balasan dari pihak mempelai wanita
ke rumah mempelai pria. Pengantin wanita diantar oleh iring-iringan yang
biasanya membawa hadiah sarung tenun untuk keluarga suaminya. Setelah
mempelai wanita dan pengiringnya tiba di rumah mempelai pria, mereka
langsung disambut oleh seksi padduppa (penyambut) untuk kemudian dibawa
ke pelaminan. Kedua orang tua mempelai pria segera menemui menantunya
untuk memberikan hadiah paddupa berupa perhiasan, pakaian, dan sebagainya
4.
3.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mappabotting merupakan upacara adat pernikahan orang Bugis di
Sulawesi Selatan. Pernikahan menurut orang Bugis bukanlah sekedar untuk
menyatukan kedua mempelai pria dan wanita, tetapi lebih daripada itu adalah
menyatukan dua keluarga besar sehingga terjalin hubungan kekerabatan yang
semakin erat. Untuk itulah, budaya pernikahan orang Bugis perlu tetap
dipertahankan karena dapat memperat hubungan silaturrahmi antarkerabat.
B. Saran
Karena suku Bugis mempunyai adat pernikahan yang sangat unik dan
sangat kompleks, maka masyarakat Bugis khususnya dan masyarakat di
Indonesia umumnya harus bangga dan menjaga adat istiadat tersebut supaya
tidak punah.
DAFTAR PUSTAKA
http://nurazizahidris.blogspot.co.id/2015/04/makalah-adatpernikahan-bugis.html
TUGAS MULOK
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 1
RAIKA RAMADHANI
MUTTIARA
SRI WARNI
DIAN ANGGRAENI
HASMITA
MUH SYAMSUL
MUH ALDI
KELAS : IX.16
SMPN 1 PALLANGGA