responden. Pengamat melakukan analisis dan pembahasan data hasil pengamatan yang diuraikan
berdasarkan empat langkah Polya dengan memberikan scaffolding metakognitif sesuai dengan
tingkat kemampuan matematika responden.
Analisis data secara perseorangan meliputi
a. Analisis data R1 (insial HM; soal nomor 1)
b. Analisis data R2 (insial HM; soal nomor 2)
c. Analisis data S1 (insial RA; soal nomor 1)
d. Analisis data S2 (insial RA; soal nomor 2)
Pada pengamatan ini ditentukan tiga jenis hambatan yang mungkin dialami siswa pada setiap
proses dan hasil pemecahan masalah menurut empat langkah Polya, yaitu:
a. Hambatan jenis pertama yaitu proses dan hasil benar dan tidak terlibat metakognitif siswa
b. Hambatan jenis kedua yaitu proses atau hasil benar dan terlibat metakognitif siswa
c. Hambatan jenis ketiga yaitu proses atau hasil benar dan tidak terlibat metakognitif siswa
Tiga jenis scaffolding metakognitif yang dapat diberikan kepada responden ketika mengalami
salah satu dari ketiga hambatan di atas, yaitu:
a. Merencanakan (planning)
b. Memantau (monitoring)
c. Mengevaluasi (evaluating)
Adapun empat langkah Polya untuk pemecahan masalah yaitu:
a. Memahami masalah (understand the problem)
b. Merencakan pemecahan (devise a planning)
c. Melaksanakan rencana pemecahan (carry out the problem)
d. Mengevaluasi hasil pemecahan (look back)
Pada analasis data, ditentukan suatu pengkodean, yaitu:
S(i,j)k : Menyatakan jenis scaffolding metakognitif ke-i (i=1, 2, 3) pada langkah Polya ke-j (j =
1, 2, 3, 4) dengan urutan kesalahan ke-k (k = 1, 2, 3, )
H(i,j)k : Menyatakan jenis hambatan ke-i (i=1, 2, 3) pada langkah Polya ke-j (j = 1, 2, 3, 4)
dengan urutan kesalahan ke-k (k = 1, 2, 3, )
P : Menyatakan peneliti
Deskripsi data pemberian scaffolding metakognitif dalam pemecahan masalah matematika
menurut empat langkah Polya
1. Transkripsi data R1
Masalah matematika yang diberikan
Urutkan bilangan berikut dari terkecil ke terbesar
3 3 1 17
4 ; ; 0,57; 0,6; ;
5 25 5 20
Berikut ini dijabarkan jenis scaffolding yang disertai dengan wawancara kepada R1
dalam memecahkan masalah matematika dan diurut berdasarkan empat langkah Polya
sebagai berikut
a. Memahami masalah
R1 membaca dan mencermati masalah matematika yang diberikan. Pengamat tidak
memberikan scaffolding karena R1 telah memberikan respon yang baik dengan
memulai mengerjakan masalah yang diberikan.
b. Menyusun rencana pemecahan
R1 terdiam dalam waktu yang cukup lama sebelum memulai langkah kedua untuk
membuat rencana pemecahan.
H (1,2) : R1 ragu memulai langkah kedua dalam pemecahan masalah.
Setelah melihat R1 yang agak lama terdiam memikirkan langkah kedua, pengamat
memutuskan untuk memberikan scaffolding seperti berikut.
S(1,2) : apa yang sebaiknya dilakukan sebelum mengurutkan pecahan?
R1 : ubah semua bentuk pecahan menjadi pecahan biasa
P : setelah itu?
R1 : tidak tahu kak
P : apa yang menjadi masalah sehingga pecahannya tidak bisa
diurutkan?
R1 : penyebutnya tidak sama kak
P : jadi apa yang harus dilakukan?
R1 terdiam dan berpikir sejenak. R1 kemudian menjawab dengan ragu bahwa yang
harus dilakukan adalah menyamakan penyebut. Karena R1 menjawab dengan ragu,
pengamat mencoba menguji pemahaman siswa dengan bertanya
P :jadi, kalau penyebutnya sudah disamakan, pecahannya sudah bisa
diurutkan?
R1 : iya kak. Kalau penyebutnya sudah sama, pecahannya sudah bisa
diurutkan. Tingga urutkan pembilangnya sesuai soal.
Pengamat menduga bahwa R1 sebenarnya sudah memahami materi tersebut, namun
diperlukan waktu yang agak lama untuk menyusun rencana pemecahan masalahnya.
Pada langkah kedua Polya dalam pemecahan masalah matematika, R1 terlihat
mengalami hambatan yang memerlukan scaffolding metakognitif yaitu :
H (1,2) : R1 ragu memulai langkah kedua dalam pemecahan masalah.
Pada langkah keempat Polya dalam pemecahan masalah matematika oleh R1 terlihat
mengalami hambatan yang memerlukan scaffolding metakognitif yaitu :
H(1,4) : R1 tidak bisa menggunakan alternatif lain dalam memecahkan soal yang
diberikan.
2. Transkip Data R2
Masalah Matematika yang diberikan
Sederhanakan hasil operasi pecahan berikut:
3 5 1 25
((3 + 4 2) 6) 100
Berikut ini dijabarkan scaffolding metakognitif yang disertai dengan wawancara kepada R2
dalam memecahkan masalah matematika dan diurut berdasarkan empat langkah Polya
sebagai berikut
a. Memahami Masalah
R2 membaca dan mencermati masalah yang diberikan dengan seksama. Pada
bagian ini R2 telah mampu memahami masalah yang diberikan dengan baik dimana
siswa telah mampu mengetahui urutan operasi bilangan dengan baik.
Untuk mengetahui kemampuan metakognitif siswa dalam memahami masalah
yang diberikan, pengamat melakukan beberapa wawancara. Adapun petikan
wawancaranya yaitu:
R2: kita lihat pecahan mana yang harus dioperasikan terlebih dahulu
P: Langkah apa yang harus dilakukan adik jika mau menyelesaikan soal pecahan
ini
R2: kita lihat dulu, pecahan mana yang harus diselesaikan, karena ada pecahan
didalam kurung, makanya pecahan yang didalam kurung dulu dikerjakan kak
R2: karena kalau mauki operasikan pecahan, yang perkalian dulu dikerjakan
sesudah itu penjumlahannya. Jadi,Selesaikan dulu yang perkalian kak terus
hasilnya nanti itu kita operasikan lagi dengan pecahan yang didekatnya
P: yang mana pecahan yang didekatnya yang adik maksud? Yang didalam kurung
atau di luar kurung?
R2: karena kalau kita mau operasikan pecahan, selesaikan semua yang ada di
dalam kurung, terus pindah maki operasikan pecahan yang lain.
Pada langkah pertama Polya, tidak diberikan scaffolding karena tidak mengalami
hambatan
Pada langkah kedua Polya, tidak diberikan scaffolding karena tidak mengalami
hambatan
Pada langkah keempat Polya, tidak diberikan scaffolding karena tidak mengalami
hambatan
1. Transkrip Data S1
Berikut ini dijabarkan jenis scaffolding metakognitif yang disertai dengan wawancara
yang diberikan kepada S1 dalam memecahkan masalah matematika dan diurut berdasarkan
empat langkah Polya sebagai berikut.
a. Memahami Masalah
S1 membaca dan mencermati masalah matematika yang diberikan. Pada langkah
pertama dalam pemecahan masalah matematika oleh S1 terlihat tidak terdapat hambatan
yang memerlukan scaffolding dari pengamat. S1 mampu memahami masalah yang
diberikan dengan segera memulai mengerjakan masalah yang diberikan.
Karena jawaban S1 memberi alasan yang kurang tepat, maka pengamat memberi
scaffolding seperti berikut
S (2,3) : Berikan siswa contoh soal dari pecahan, misalnya menggunakan lingkaran.
Misalkan
1 2
2 6
Berdasarkan gambar di atas siswa diberikan pertanyaan terkait bagian dari gambar
yang paling besar.
1
S1 : 2 yang paling besar
P : Jadi dari contoh itu bisa dilihat bahwa ternyata meskipun pembilangnya
kecil
belum tentu lebih kecil dari pecahan yang lain. Apa yang bisa kita lakukan
selanjutnya?
P : Bagus. Lalu apa yang kita lakukan pertama agar mampu mengubah
penyebutnya?
H(1,4) : S1 tidak bisa mengungkapkan cara lain yang bisa digunakan untuk
menyelesaikan
masalah yang diberikan
Selanjutnya peneliti mencoba mengarahkan dengan scaffolding seperti berikut
P : Selain mengubah ke bentuk pecahan biasa. Apa yang juga dapat kita
lakukan?
S1 : (terdiam)
Pengamat lalu mengarahkan arah berpikir S1 agar mampu memikirkan cara lain
yang juga dapat digunakan
S(3,4) : Adek tadi mengerjakan soal yang diberikan dengan mengubah pecahan yang
lain ke
bentuk pecahan biasa. Selain itu, apa yang dapat kita lakukan?
H(1,4) : S1 tidak bisa mengungkapkan cara lain yang bisa digunakan untuk
menyelesaikan
masalah yang diberikan
Pada langkah keempat Polya, diberikan scaffolding metakognitif jenis mengevaluasi sebanyak 1
kali yaitu S(3,4)
a. Memahami Masalah
S membaca dan mencermati masalah yang diberikan. Peneliti tidak memberikan
scaffolding karena S tidak mengalami masalah pada tahap awal. S mengerti dengan
maksud dari masalah yang diberikan, sehingga S memulai pengerjaan dalam
menyelesaikan masalah.
P : apa yang duluan kau kerja dek? Kasi tahuka coba apa-apa yang ingin kau
lakukan
S : yang pertama kak, ku kerja dulu operasi perkalian yang dalam kurung baru ku
1 25
jumlahkan. Hasilnya, ku kurangi 6 . Hasilnya lagi itu, ku bagi dengan 100
24 15
= +
8 8
39
=
8
Selanjutnya peneliti menelusuri keterlibatan metakognisi S terhadap apa yang
ditulis, seperti petikan wawancara berikut.
S : aturan operasi pecahan memang begitu kak toh. Kalau penjumlahan dan
pengurangan, haruski disamakan penyebutnya. Kalau perkalian dan pembagian
tidakji
S(2,3) : coba perhatikan kembali soal yang diberikan, kemudian bandingkan dengan
apa yang adik kerjakan sekarang
39 1 117 4 113
= =
8 6 24 24 24
Pada tahapan selanjutnya, S mengalami kesulitan dalam melakukan operasi
pembagian. S lupa cara menyelesaikan pembagian pecahan. Hal tersebut membuat S
terdiam beberapa menit. Peneliti memberikan scaffolding metakognitif untuk membuat S
ingat dengan cara mengerjakan operasi pembagian pecahan seperti pada kutipan
wawancara berikut.
S : lupaka caranya bagi pecahan kak. Betulmi itukah kak kalau pembagian,
dikaliki tapi penyebutnya ditukar dengan pembilangnya?
P : ada kuemu 4 ingin kau kasi temanmu 2 orang. Berapa na dapat masing-
masing?
S : 2 kak
1
S : setengah kak, 2 bagian
1
S : seperempat kak, bagian
4
H(2,3) : S lupa dengan konsep pembagian pecahan. S terkesan ragu dalam mengerjakan
soal.