Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HASIL PENELITIAN SEJARAH


CANDI MUARO JAMBI
Guru Pembimbing: Zulfitri, S.Pd

Disusun oleh:

KELOMPOK 2

1. Amanda Mutia Aprilia


2. Anisa Oktaviani
3. Julita Tantri
4. M. Riski Saputra
5. Sandi Firmansyah
6. Silvi Oktaviani
7. Wulan Restu Ariftri

KELAS X IPS 1

SMAN 1 TANJUNG JABUNG TIMUR

2019-2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “HASIL PENELITIAN SEJARAH CANDI MUARO
JAMBI” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari guru pada bidang studi
Sejarah Perminatan. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang sejarah
Candi Muaro Jambi bagi para pembaca maupun para penulis.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Zulfitri selaku guru bidang studi Sejarah
Perminatan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami terkuni.

Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Rantau Rasau, 12 Februari 2020,

i
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Situs Purbakala Kompleks Percandian Muaro Jambi adalah sebuah kompleks percandian agama
Hindu-Buddha terluas di Indonesia yang kemungkinan besar merupakan peninggalan Kerajaan
Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Kompleks percandian ini terletak di tepi sungai Batang Hari, sekitar
26 kilometer arah timur Kota Jambi. Sejak tahun 2009 Kompleks Candi Muaro Jambi telah
dicalonkan ke UNESCO untuk menjadi Situs Warisan Dunia.

Pada tahun 1824 seorang letnan Inggris bernama S.C. Crooke menemukan situs purbakala ini
ketika tengah melakukan pemetaan daerah aliran sungai untuk kepentingan militer. Pada tahun 1975,
pemerintah Indonesia baru mulai melakukan pemugaran yang serius dibawah kepemimpinan R.
Soekmono. Berdasarkan aksara Jawa Kuno pada beberapa lempeng yang ditemukan, disimpulkan
bahwa peninggalan itu didirikan pada abad ke-9-12 Masehi.

Hanya dengan membayar biaya masuk RP 3000-5000, pencinta sejarah dan budaya masa lampau
Nusantara akan menikmati situs purbakala yang terbentang sepanjang 7,5 kilometer. Situs ini juga
memilika kanal-kanal kuno atau sungai buatan yang menghubungkan Sungai Batanghari dengan
kawasan candi. Pada situs Percandian Muarojambi seluas 2062 hektar, telah ditemukan sedikitnya 82
reruntuhan bangunan kuno yang terbuat dari struktur bata.

Tidak hanya candi, Anda juga bisa mengunjungi museumnya yang menyimpan temuan purbakala
dari hasil penelitian maupun temuan penduduk Muaro Jambi. Di dalamnya terpajang beraneka ragam
koleksi yang peninggalan purbakala Situs Muarojambi seperti arca, belanga, padmasana, manik-
manik, mata uang, bata berhias, serta keramik-keramik baik asing maupun tembikar lokal.

1.2 Tujuan

Untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru pembimbing.

1
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1  Sejarah Kota Provinsi Jambi

Kota Jambi adalah ibukota Provinsi Jambi dan merupakan salah satu dari 11 daerah
kabupaten/kota yang ada dalam Provinsi Jambi. Secara historis, Pemerintah Kota Jambi dibentuk dengan
Ketetapan Gubernur Sumatera No.103/1946 sebagai Daerah Otonom Kota Besar di Sumatera, kemudian
diperkuat dengan Undang-undang No.9/1956 dan dinyatakan sebagai Daerah Otonom Kota Besar dalam
lingkungan Provinsi Sumatera Tengah. Jambi’ berasal dari kata ‘Jambe’ dalam bahasa Jawa yang bererti
‘Pinang’. Kemungkinan besar saat Tanah Pilih dijadikan tapak pembangunan kerajaan baru, pepohonan
pinang banyak tumbuh disepanjang aliran sungai Batanghari, sehingga nama itu yang dipilih oleh Orang
Kayo Hitam.

Di Pulau Sumatera, Provinsi Jambi merupakan bekas wilayah Kesultanan Islam Melayu Jambi


(1500-1901). Kesultanan ini memang tidak berhubungan secara langsung dengan 2 kerajaan Hindu-
Budha pra-Islam. Sekitar Abad 6 – awal 7 M berdiri KERAJAAN MALAYU (Melayu Tua) terletak di
Muara Tembesi (kini masuk wilayah Batanghari,Jambi).Catatan Dinasti Tang mengatakan bahwa awak
Abad 7 M. dan lagi pada abad 9 M Jambi mengirim duta/utusan ke Empayar China ( Wang Gungwu
1958;74). Kerajaan ini bersaing dengan SRI WIJAYA untuk menjadi pusat perdagangan. Letak Malayu
yang lebih dekat ke jalur pelayaran Selat Melaka menjadikan Sri Wijaya merasa terdesak sehingga perlu
menyerang Malayu sehingga akhirnya tunduk kepada Sri Wijaya. Muaro jambi, sebuah kompleks
percandian di hilir Jambi mungkin dulu bekas pusat belajar agama Budha sebagaimana catatan pendeta
Cina I-Tsing yang berlayar dari India pada tahun 671. Ia belajar di Sriwijaya selama 4 tahun dan kembali
pada tahun 689 bersama empat pendeta lain untuk menulis dua buku tentang ziarah Budha. Saat itulah ia
tulis bahwa Kerajaan Malayu kini telah menjadi bahagian Sri Wijaya.

Abad ke 11 M setelah Sri Wijaya mulai pudar, ibunegeri dipindahkan ke Jambi ( Wolters
1970:2 ). Inilah KERAJAAN MALAYU (Melayu Muda) atau DHARMASRAYA berdiri di Muara
Jambi. Sebagai sebuah bandar yang besar, Jambi juga menghasilkan berbagai rempah-rempahan dan
kayu-kayuan. Sebaliknya dari pedagang Arab, mereka membeli kapas, kain dan pedang. Dari Cina, sutera
dan benang emas, sebagai bahan baku kain tenun songket ( Hirt & Rockhill 1964 ; 60-2 ). Tahun 1278
Ekspedisi Pamalayu dari Singasari di Jawa Timur menguasai kerajaan ini dan membawa serta putri dari
Raja Malayu untuk dinikahkan dengan Raja Singasari. Hasil perkimpoian ini adalah seorang pangeran
bernama Adityawarman, yang setelah cukup umur dinobatkan sebagai Raja Malayu. Pusat kerajaan inilah
yang kemudian dipindahkan oleh Adityawarman ke Pagaruyung dan menjadi raja pertama sekitar tahun
1347. Di Abad 15, Islam mulai menyebar ke Nusantara.
2
2.2  Sejarah Kerajaan Melayu Jambi oleh pengaruh hindu-budha.

Di Pulau Sumatera, Provinsi Jambi merupakan bekas wilayah Kesultanan Islam Melayu Jambi
(1500-1901). Kesultanan ini memang tidak berhubungan secara langsung dengan 2 kerajaan Hindu-
Budha pra-Islam. Sekitar Abad 6 – awal 7 M berdiri KERAJAAN MALAYU (Melayu Tua) terletak di
Muara Tembesi (kini masuk wilayah Batanghari, Jambi). Catatan Dinasti Tang mengatakan bahwa awal
Abad 7 M. dan lagi pada abad 9 M Jambi mengirim duta/utusan ke Empayar China ( Wang Gungwu
1958;74). Kerajaan ini bersaing dengan SRI WIJAYA untuk menjadi pusat perdagangan. Letak Malayu
yang lebih dekat ke jalur pelayaran Selat Melaka menjadikan Sri Wijaya merasa terdesak sehingga perlu
menyerang Malayu sehingga akhirnya tunduk kepada Sri Wijaya.

Berdasarkan sedikit data sejarah yang tersedia, Jambi menikmati masa bebas dari pengaruh
kerajaan lain hanya di masa Kerajaan Melayu Kuno. Selanjutnya, ketika Sriwijaya berdiri, Jambi menjadi
daerah taklukan Sriwijaya, bahkan, menurut beberapa sumber yang, tentu saja masih diperdebatkan,
Jambi pernah menjadi pusat pemerintahan Sriwijaya. Ketika Sriwijaya runtuh dan muncul kekuatan
Singosari di Jawa, Jambi menjadi daerah taklukan Singosari. Ketika Singosari runtuh dan muncul
kemudian Majapahit, Jambi menjadi wilayah taklukan Majapahit. 

Dalam perkembangan selanjutnya, Jambi menjadi pusat Kerajaan Swarnabhumi yang didirikan
Aditywarman. Ketika pusat kerajaan Adityawarman berpindah ke Pagaruyung, Jambi menjadi bagian dari
Kerajaan Minangkabau di Pagaruyung. Ketika Malaka muncul sebagai sebuah kekuatan baru di Selat
Malaka, Jambi menjadi bagian dari wilayah Malaka. Malaka runtuh, kemudian muncul Johor. Lagi-lagi,
Jambi menjadi bagian dari Kerajaan Johor. Demikianlah, Jambi telah menjadi target ekspansi setiap
kerajaan besar yang berdiri di Nusantara ini. 

Beberapa benda arkeologis yang ditemukan di daerah Jambi menunjukkan bahwa, di daerah ini
telah berlangsung suatu aktifitas ekonomi yang berpusat di daerah Sungai Batang Hari. Temuan benda-
benda keramik juga membuktikan bahwa, di daerah ini, penduduknya telah hidup dengan tingkat budaya
yang tinggi. Temuan arca-arca Budha dan candi juga menunjukkan bahwa, orang-orang Jambi merupakan
masyarakat yang religius. . Muaro jambi, sebuah kompleks percandian di hilir Jambi mungkin dulu bekas
pusat belajar agama Budha sebagaimana catatan pendeta Cina I-Tsing yang berlayar dari India pada tahun
671. Ia belajar di Sriwijaya selama 4 tahun dan kembali pada tahun 689 bersama empat pendeta lain
untuk menulis dua buku tentang ziarah Budha.

3
Situs Purbakala Kompleks Percandian Muaro Jambi adalah sebuah kompleks percandian agama
Hindu-Buddha terluas di Indonesia yang kemungkinan besar merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya
dan Kerajaan Melayu. Kompleks percandian ini terletak di Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro
Jambi, Jambi, Indonesia, tepatnya di tepi Batang Hari, sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi. Candi
tersebut diperkirakakn berasal dari abad ke-11 M. Candi Muaro Jambi merupakan kompleks candi yang
terbesar dan yang paling terawat di pulau Sumatera. Dan sejak tahun 2009 Kopleks Candi Muaro Jambi
telah dicalonkan ke UNESCO untuk menjadi Situs Warisan Dunia.

2.3  Peninggalan-Peninggalan Kebudayaan yang berupa candi di Jambi.

1.      Muaro.

Kompleks percandian agama Hindu-Buddha terluas di Indonesia yang kemungkinan besar


merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Kompleks percandian ini terletak
diKecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Indonesia, tepatnya di tepi Batang Hari,
sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi. Koordinat Selatan 01* 28'32" Timur 103* 40'04". Candi
tersebut diperkirakakn berasal dari abad ke-11 M.

Penemuan dan Pemugaran


Kompleks percandian Muaro Jambi pertama kali dilaporkan pada tahun 1824 oleh seorang letnan
Inggris bernama S.C.Krooke yang melakukan pemetaan daerah aliran sungai untuk kepentingan militer.
Baru tahun 1975, pemerintah Indonesia mulai melakukan pemugaran yang serius. Berdasarkan aksara
jawa kuno pada beberapa lembpeng ditemukan, pakar epigrafi Boekhari menyimpulkan peninggalan itu
berkisar dari abad ke-9-12 Masehi. Di situs ini baru Sembilan bangunan yang telah di pugar, dan
kesemuanya adalah bercorak Buddhisme. Kesembilan candi tersebut adalah:
-          Candi Kotomahligai
-          Candi Kedaton
-          Candi Gedong Satu
-          Candi Gedong Dua
-          Candi Gumpung
-          Candi Tinggi
-          Candi Talejo Rajo
-          Candi Kembar Batu
-          Candi Astono

4
Dari sekian banyaknya penemuan yang ada, Junus Satrio Atmodjo menyimpulkan daerah itu dulu
banyak dihuni dan menjadi tempat bertemu berbagai budaya. Ada manik-manik yang berasal
dari Persia, China, dan India. Agama Buddha Mahayana Tantrayana diduga menjadi agama mayoritas
dengan diketemukannya lempeng-lempeng bertuliskan "wajra" pada beberapa candi yang
membentukmandala.

Kompleks percandian Muaro Jambi terletak pada tanggul alam kuno Sungai Batanghari. Situs ini
mempunyai luas 12 km persegi, panjang lebih dari 7 kilometer serta luas sebesar 260 hektar yang
membentang searah dengan jalur sungai. Situs ini berisi 61 candi yang sebagian besar masih berupa
gundukan tanah (menapo) yang belum dikupas (diokupasi). Dalam kompleks percandian ini terdapat pula
beberapa bangunan berpengaruh agama Hindu.

Di dalam kompleks tersebut tidak hanya terdapat candi tetapi juga ditemukan parit atau kanal
kuno buatan manusia, kolam tempat penammpungan air serta gundukan tanah yang di dalamnya terdapat
struktur bata kuno. Dalam kompleks tersebut minimal terdapat 85 buah menapo yang saat ini masih
dimiliki oleh penduduk setempat.

Selain tinggalan yang berupa bangunan, dalam kompleks tersebut juga ditemukan arca
prajnaparamita, dwarapala, gajahsimha, umpak batu, lumpang/lesung batu. Gong perunggu dengan tulisan
Cina, mantra Buddhis yang ditulis pada kertas emas, keramik asing tembikar, belanga besar dari
perunggu, mata uang Cina, manik-manik, bata-bata bertulis, bergambar dan bertanda, fragmen pecahan
arca batu, batu mulia serta fragmen besi dan perunggu.

Selain candi pada kompleks tersebut juga ditemukan gundukan tanah (gunung kecil) yang juga
buatan manusia. Oleh masyarakat setempat gunung kecil tersebut disebut sebagai Bukit
Sengalo atau Candi Bukit Perak

5
2.      Candi Kedaton

Candi Kedaton merupakan bagian dari kawasan  percandian Muara Jambi, yang
merupakan salah satu kompleks percandian terbesar se-Asia Tenggara. Pada jalan masuk menuju
candi ini, terdapat sebuah parit besar yang sedang direklamasi oleh pemda Jambi untuk dijadikan
lokasi wisata Air. 

Keberadaan Candi Kedaton diketahui pada tahun 1976, dan hasil penelitian arkeologi
menunjukkan bahwa kompleks Candi Kedaton merupakan bangunan yang paling besar dan luas
di antara kompleks candi di Muara Jambi. 

Candi ini memiliki luas 55.850 meter persegi, dan dibatasi pagar keliling yang terbuat
dari batu bata, dengan bangunan induk yang memiliki luas 28,13 meter X 25,5 meter. Nama
Candi Kedaton diberikan oleh penduduk lokal yang muncul dari imajinasi gambaran candi
sebagai suatu tempat yang kokoh dan megah.

Keunikan Candi Kedaton dari candi-candi lainnya adalah strukturnya. Candi Kedaton
memiliki muatan batuan kerikil dengan ukuran besar. Padahal, seluruh bangunan di kompleks
Candi Muara Jambi ini memiliki struktur berisi tanah atau bata. Diperkirakan, kerikil-kerikil ini
berasa dari daerah hulu Sungai Batanghari.

Asal-usul peradaban Candi Kedaton masih diperdebatkan oleh para arkeolog dan ahli
budaya. Pasalnya, di reruntuhan candi ini pernah ditemukan sebuah Belanga Perunggu, yang
diduga bukan merupakan karya asli Jambi, dan memiliki kesamaan dengan peralatan perunggu
yang ditemukan di candi-candi di Bali dan Jawa (memiliki unsur China). Sehingga diduga ada
pengaruh peradaban China dalam pembangunan dan kehidupan di Candi Kedaton ini ribuan
tahun yang lalu.

Masih ada lagi sebuah reruntuhan candi di belakang Candi Kedaton ini yang belum usai
dipugar. Di reruntuhan ini juga ditemukan kerikir-kerikil serta beberapa patung pahatan yang
berfungsi sebagai 'penjaga' candi.

6
3.      Candi Gumpung

Bangunan Candi Gumpung merupakan salah satu kawasan candi yang cukup luas dan
besar yang ada di Kawasan Kompleks percandian Muara Jambi. Candi Gumpung ini memiliki
halaman yang dibatasi dengan pagar keliling berbentuk bujur sangkar yang berukuran 150 meter
X 155 meter, sedangkan bangunan induk yang ada di dalam pagar ini berukuran 17,9 meter X
17,3 meter dan menghadap ke arah timur. 

Tata ruang Candi Gumpung ini terbagi atas beberapa ruang yang masing-masing
berpagar bata dilengkapi pintu gerbang masuk. Kini, pagar-pagar dan pintu masuk hanya tersisa
di bagian bawahnya dan selebihnya telah hilang. Pemugaran candi ini telah dilakukan pada tahun
1982, dan hanya berhasil mengembalikan struktur bangunan yang masih tersisa. 

Di Candi Gumpung ini, ditemukan prasasti-prasasti emas berisi data-data mengenai asal-
muasal candi ini. dalam prasasti tersebut disebutkan bahwa candi ini merupakan Candi Umat
Budha yang dibangun pada pertengahan abad ke-9 hingga permulaan abad ke-10 masehi. Hal ini
juga didukung dengan adanya temuan arca Prajnaparamitha serta artefak lain yang berhubungan
dengan ajaran Budha.

7
DOKUMENTASI

8
“Capek sih, tapi seru. Suka banget!”

9
BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan

Peninggalan-peninggalan agama Hindu dan Budha masih bisa kita lihat sampai sekarang. Banyak
peninggalan yang ditemukan di daerah-derah tertentu di seluruh pelosok Indonesia, salah satunya di
daerah provinsi jambi.

            Banyak dari bukti-bukti membuktikan bahwa, pengaruh yang masuk ke daerah provinsi Jambi
adalah agama Budha saja, karena sesuai dengan peninggalan-peninggalan berupa candi-candi yang masih
tersisa sampai sekarang. Diantara candi yang tersisa yaitu candi yang  bercorak bangunan-bangunan
seperti:
-          Candi Kotomahligai
-          Candi Kedaton
-          Candi Gedong Satu
-          Candi Gedong Dua
-          Candi Gumpung
-          Candi Tinggi
-          Candi Talejo Rajo
-          Candi Kembar Batu
-          Candi Astono
Dari kesembilan candi itu letaknya di pekarangan kompleks candi yang terbesar yaitu candi
Muaro. Seperti yang telah diketahui bahwa candi Muaro Jambi telah teridentifikasi kurang lebih 110
bangunan candi yang terdiri dari kurang 39 kelompok candi. Bangunan candi tersebut adalah peninggalah
kerajaan melayu hingga kerajaan Sriwijaya, yang berlatar belakang kebudayaan melayu budhis.

10
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………….……i

BAB 1 Pendahuluan……………………………………………………………………….……1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………….……1

1.2 Tujuan………………………………………………………………………………………..1

BAB 2 Pembahasan…………………………………………………………………………..2-9

2.1  Sejarah Kota Provinsi Jambi…………………………………………………………………2

2.2  Sejarah Kerajaan Melayu Jambi oleh pengaruh hindu-budha…………………….……….3-4

2.3  Peninggalan-Peninggalan Kebudayaan yang berupa candi di Jambi……………………...4-7

Dokumentasi……………………………………………………………………………………8-9

BAB 3 Penutupan……………………………………………………………………………...10

Kesimpulan………………………………………………………………………………..…….10

Anda mungkin juga menyukai