Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SEJARAH TURUNNYA AL-QUR’AN DAN PEMELIHARAANNYA

Disusun Oleh :
Nama : Qorik Okta Nur Rakhmatika
Kelas : X – IPS 5
Absen : 32

MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 2 PATI


TAHUN PELAJARAN
2018/ 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang “Sejarah Turunnya Al-Qur’an dan Pemeliharaannya” ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai sejarah penurunan dan
pemeliharaan Al-Qur’an. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Akhir kata penulis mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon
kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu
yang akan datang.

Tayu, 20 Juni 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Turunnya Al-Qur’an ............................................................. 3
B. Pemeliharaan Al-Qur’an di Masa Nabi Muhammad SAW ............. 5
C. Pemeliharaan Al-Qur’an di Masa Abu Bakar RA ........................... 7
D. Pemeliharaan Al-Qur’an di Masa Utsman Bin Affan RA hingga
Masa Kini ....................................................................................... 11
E. Urutan Ayat dan Surat dalam Al-Qur’an ........................................... 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Rasul kita Muhammad SAW untuk
membimbing menusia. Turunnya Al-Qur’an merupakan peristiwa besar yang
sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi. Uniknya,
Al-Qur’an tidak turun secara serta merta, melainkan dengan bertahap dan
berangsur selama kurang lebih 23 tahun.
Telah kita maklumi bersama bahwa Al-Qur’an itu diturunkan secara
berangsur-angsur. Setiap kali ayat-ayat Al-Qur’an turun Rasulullah saw
menyuruh penulis wahyu untuk menulisnya. Kebanyakan dari sahabat
menghafalnya akan tetapi walaupun ditulis oleh para penulis wahyu, namun ia
tidak terkumpul dalam suatu mushaf.
Al-qur’an merupakan salah satu kitab yang mempunyai sejarah panjang
yang dimiliki oleh umat Islam dan sampai sekarang masih terjaga keasliannya.
Al-qur’an bukan hanya sekedar menjadi bahan bacaan, akan tetapi Al-qur’an
memiliki multifungsi dan selalu cocok dengan fenomena dalam kehidupan ini,
hal ini merupakan salah satu mukjizat yang dimiliki oleh al-Qur’an.
Al-Qur’an semenjak diturunkan kepada Rasulullah saw. hingga saat ini
masih utuh dan masih terjaga, karena Allah telah menjamin kemurnian dan
kesucian Al-Qur'an, akan selamat dari usaha-usaha pemalsuan, penambahan
atau pengurangan-pengurangan sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah
dalam surat Al-Hijr: 9 sebagai berikut :

ِ ‫إِنَّا ن َْح ُن ن ََّز ْلنَا‬


ُ ِ‫الذ ْك َر َوإِ َّن لَهُ لَ َحاف‬
َ‫ظ ْون‬
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya
kami benar-benar memeliharanya” (QS. Al-Hijr 15: 9)
Terlepas dari kronologi histori turunnya ayat al-Qur’an, kenyataannya
ayat-ayat dan surat-surat disusun berdasarkan tauqîfî, sudah ditentukan.
Tak sekedar peletakan tanpa arti, ia mengandung misteri dan energi yang
perlu disingkapkan. Secara tekstualis, dalam urutan membaca al-Qur’an pasti
di awali dengan membaca surat al-Fatihah, kemudian al-Baqarah dan

1
seterusnya. Bukan seperti saat turunnya al-Qur’an, membaca dari al-‘Alaq
ayat 1-5 kemudian al-Mudair ayat 3 dan kemudian ayat yang turun
selanjutnya. Karena itu ulama kontemporer cenderung menjadikan urutan
ayat dan surat dalam muaf sebagai tauqîfî karena pemahaman seperti itu
sejalan dengan konsep tentang eksistensi teks azâlî yang ada di lauh al-
Mahfuzh.
Pada makalah ini akan dibahas bagaimana sejarah turunnya Al-Qur’an
serta penulisannya. Selain itu, juga akan dibahas bagaimana pemeliharaan
(kodifikasi) Al-Qur’an sejak masa Rasulullah SAW hingga masa kini. Di
dalam makalah ini pula pembahasan terkait penetapan urutan ayat dan surat
dalam Al-Qur’an serta dipaparkan pula penjelasan terkait ayat-ayat makkiyah
dan Madaniyyah.

B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan di atas, rumusan masalah yang akan diangkat dalam
makalah ini adalah:
1. Bagaimana sejarah turunnya Al-Qur’an?
2. Bagaimana pemeliharaan Al-Qur’an di Masa Nabi Muhammad SAW ?
3. Bagaimana Pemeliharaan Al-Qur’an di Masa Abu Bakar RA ?
4. Bagaimana pemeliharaan Al-Qur’an di Masa Utsman Bin Affan RA
hingga Masa Kini ?
5. Bagaimana urutan ayat dan surat dalam Al-Qur’an ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk menjelaskan sejarah turunnya Al-Qur’an?
2. Untuk memaparkan pemeliharaan Al-Qur’an yang dilakukan di masa
Rasulullah SAW, Abu Bakar RA dan Utsman Bin Affan ra, hingga masa
kini.
3. Untuk menjelaskan permasalahan penetapan urutan ayat dan surat dalam
Al-Qur’an.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Turunnya Al-Qur’an


“1.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.”(Q.S. Al-‘Alaq 96:1-5)
Dalil diatas ini merupakan potongan dari Surat Al ‘Alaq yang menjadi
ayat pertama yang Allah SWT turunkan dan wahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril as. Dimana dari potongan
ayat Al Qur’an ini dimulai perjalanan kisah panjang Nabi Muhammad SAW,
dari sini dimulailah lembaran kebenaran yang Nabi Muhammad SAW bawa
serta dakwahkan kepada seluruh masyarakat Makkah pada saat itu dan
sampai saat ini langkah perjuangan dakwah Sang Rasulullah SAW terus ada
hingga akhir zaman nanti.
Al-Qur’an adalah sebuah kitab suci agama Islam, umat Islam percaya
bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah SWT yang
diperuntukkan bagi manusia dan bagian dari rukun iman yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW. Al Qur’an merupakan sebuah Kalam Allah
yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, dan membaca Al
Qur’an termasuk amalan ibadah yang suatu saat nanti akan Allah lipat
gandakan amal ibadah dari membaca Al Qur’an.
Adapun pendapat dari Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-
Qur'an sebagai berikut:
"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW penutup para nabi dan rasul, dengan
perantaraan Malaikat Jibril dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian
disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan

3
mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-
Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas"
Dengan definisi tersebut di atas sebagaimana dipercayai muslim firman
Allah yang diturunkan kepada Nabi selain Nabi Muhammad SAW, tidak
dinamakan Al-Qur’an seperti Kitab Taurat yang diturunkan kepada
umat Nabi Musa, kitab Injil yang diturunkan kepada umat Nabi Isa.
Allah SWT menurunkan Al-Qur'an itu tidaklah sekaligus, ayat-ayat al-
Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari.
Para ulama membagi masa turunnya ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu
periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama
12 tahun masa kenabian Rasulullah dan surat-surat yang turun pada waktu ini
tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak
peristiwa hijrah berlangsung selama 9 tahun 9 bulan 9 hari, dan surat yang
turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.
“dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar
kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami
menurunkannya bagian demi bagian.” (Q.S. Al-Isra’ 17:106)
Penelitian terhadap hadits-hadits shahih menyebutkan bahwa Al-Qur’an
turun menurut keperluan, terkdang turun lima ayat, sepuluh ayat, dan
terkadang lebih banyak atau lebih sedikit.
Ada sebuah perencanaan yang telah Allah siapkan kepada Nabi SAW dan
umatNya kelak, kenapa Allah turunkan Al Qur’an secara berangsur-angsur.
Ternyata ada banyak hikmah dibalik itu semua. Hikmahnya antara lain:
1. Untuk menguatkan hati Nabi SAW, firman-Nya: “Orang-orang kafir
berkata, kenapa Al Qur’an tidak turun kepadanya sekali turun saja?
Begitulah, supaya kami kuatkan hatimu dengannya dan kami
membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (Al-Furqaan: 32)
2. Sebagai tantangan dan mukjizat. Orang-orang musyrik senantiasa dalam
kesesatan. Mereka saling mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan
maksud melemahkan dan menantang untuk menguji kenabian
Rasulullah SAW. Tantangan mereka terhadap Al-Qur’an yang
diturunkan secara berangsur sekaligus melemahkan mereka untuk

4
membuat yang serupa dengannya dan membuktikan kemukjizatan Al-
Qur’an.
3. Supaya mudah dihafal dan dipahami. Dengan turunya Al Qur’an secara
bertahap maka akan sangat mudah untuk dihafal lebih-lebih bagi orang
yang buta huruf seperti orang arab, dan dapat memahami artinya serta
dilaksanakan dalam kehidupan dalam kehidupan sehari-hari. Itulah
sebabnya Umar bin Khattab. “Pelajarilah Al-Qur’an lima ayat-lima ayat.
Karena Jibril biasa turun membawa Qur’an kepada Nabi SAW lima
ayat-lima ayat.” (HR. Baihaqi)
4. Mempermudah umat pada saat itu untuk meninggalkan perbuatan-
perbuatan tercela secara berangsur-angsur, sekaligus juga
mempermudah bagi mereka melaksanakan kewajiban-kewajiban dan
tuntutan syara’, sebagai yang terjadi pada proses pengharaman khamar
dan riba.
5. Tanpa diragukan lagi bahwa Al-Qur’an diturunkan dari sisi yang Maha
Bijiaksana dan Maha Terpuji. Jika orang mempelajari dan mengkaji Al-
Qur’an, mereka akan mendapati rangkaiannya yang cermat dengan
makna yang saling bertaut, dengan gaya redaksi yang begitu teliti, ayat
demi ayat, surat demi surat yang terjalin bagaikan untaian mutiara yang
belum pernah ada bandingannya dalam perkataan manusia.

B. Pemeliharaan Al-Qur’an di Masa Nabi Muhammad SAW


Setiap wahyu yang turun, satu ayat atau lebih, terlebih dulu Nabi
Muhammad SAW memahami dan menghafalkannya, dan disampaikan kepada
para Sahabat persis seperti apa yang diterima tanpa ada sesuatu yang diubah.
Selanjutnya Rasulullah memerintahakan pada para sahabat agar mengajarkan
dan menyampaikan pada para pengikutnya.
Pengumpulan Al-Qur’an sudah dimulai sejak zaman Rasulullah SAW,
bahkan sejak Al-Qur’an diturunkan. Setiap kali menerima wahyu, Nabi SAW
membacakannya di hadapan para sahabat karena ia memang diperintahkan
untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada mereka. Setiap kali wahyu turun pula,
ayat segera dihafal dalam dada dan diletakkan dalam hati,sebab bangsa Arab

5
secara Qodrati memang mempunyai daya hafal yang kuat. Sebab, pada
umumnya mereka buta huruf sehingga dalam penulisan-penulisan berita, syair,
dan silsilah merkea lakukan dengan catatan di hati mereka.
Disamping menyuruh mereka untuk menghafalkan ayat-ayat yang
diajarkannya, Nabi SAW juga memerintahkan para sahabat untuk
menuliskannya di atas pelepah-pelepah kurma, lempengan-lempengan batu,
dan kepingan-kepingan tulang. Para penulis wahyu tersebut merupakan orang
yang diangkat langsung oleh Rasulullah SAW, seperti Ali Bin Abi Thalib,
Muawiyah, Ubay bin Ka’ab, dan Zaid Bin TTsabit.
Untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an, setiap tahun Jibril datang kepada
Nabi SAW untuk memeriksa bacaannya. Malaikat Jibril mengontrol bacaan
Nabi SAW dengan cara menyuruhnya mengulangi bacaan ayat-ayat yang telah
diwahyukan. Kemudian Nabi SAW sendiri juga melakukan hal yang sama
dengan mengontrol bacaan sahabat – sahabatnya. Dengan demikian
terpeliharalah Al-Qur’an dari kesalahan dan kekeliruan.
Para hafidz dan juru tulis Al-Qur’an pada masa Rasulullah SAW sudah
banyak sahabat yang menjadi hafidz (penghafal Al-Qur’an), baik hafal
sebagian saja atau seluruhnya. Di antara yang menghafal seluruh isinya adalah
Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi
Thalib, Talhah, Sa’ad, Huzaifah, Abu Hurairah, Abdullah bin Mas’ud,
Abdullah bin Umar bin Khatab
Kepada para penulis wahyu ini Rasul menunjukkan letak masing-masing
ayat yang akan mereka tuliskan, yaitu didalam surat mana, sebelum atau
sesudah ayat mana. Hal ini disebabkan susunan ayat itu tidak kronologis,
sebab kebanyakan surat tidaklah diturunkan sekaligus komplit. Sering kali
suatu surat belum selesai diturunkan semua ayat-ayatnya telah disusuli pula
oleh surat-surat lainnya sehingga apabila turun suatu ayat, Rasulullah lalu
menunjukkan letak ayat itu. Apabila suatu surat telah lengkap diturunkan
semua ayat-ayatnya Rasulullah lalu memberikan nama untuk surat itu, dan
untuk memisahkan antara suatu surat dengan surat yang sebelum atau
sesudahnya, Rasulullah menyuruh letakkan lafazh Basmalah pada awal
masing-masing surat itu. Tertib urut masing-masing ayat pada surat itu

6
dikokohkan pula oleh Nabi sendiri dengan bacaan-bacaannya dalam waktu
shalat ataupun diluar shalat.
Dengan demikian, pengumpulan Al-Qur’an di masa Nabi SAW in
dinamakan Hifzhan (hafalan) dan Kitaabatan (pembukuan/pencatatan) yang
pertama.
Cara yang telah dilakukan Rasulullah dalam rangka memperhebat dan
memperlancar penulisan Al Qur’an kepada kaum muslimin untuk memberantas
buta huruf antara lain sebagai berikut :
1. Memberikan penghormatan dan penghargaan yang tinggi kepada orang-
orang yang telah pandai menulsi dan membaca. Rasulullah SAW bersabda
yang artinya: “pada hari kiamat tinta para ulama ditimbang dengan darah
pada syuhada”.
2. Rasulullah menggunakan tenaga para tawanan perang dalam usaha
pemberantasan buta huruf. Pada perang Badr al-Kubra, kaum muslimin
memperoleh kemenangan. maka Rasulullah memberikan suatu ketentuan,
bahwa tawanan-tawanan tersebut dapat dibebaskan kembali dengan syarat
masing-masing telah berhasil mengajar sampai pandai tulis baca 10 orang
muslim. Tadwin Al-Qur’an telah terjadi pada masa Rasulullah, yaitu bahwa
semua Al-Qur’an itu telah dituliskan dan telah tersusun menurut petunjuk
Rasul.

C. Pemeliharaan Al-Qur’an di Masa Abu Bakar RA.


Al-Qur’an seluruhnya rampung ditulis pada masa Rasullah SAW masih
hidup, hanya saja ayat-ayat dan surah-surahnya masih terpisah dan Abu Bakar
Ash-Shidiq ra, diangkat menjadi khalifah, orang pertama yang menghimpun
Al-Qur’an sesuai kehendak Rasulullah adalah Abu Bakar Ash-Shidiq ra.
Penulisan Al-Qur’an bukan hal baru karena Rasulullah SAW sendiri telah
menyuruhnya. Tapi ketika itu masih tercecer pada berbagai lembaran kulit dan
daun tulang-tulang unta dan kambing yang kering, atau pada pelepah kurma.
Kemudian, Abu Bakar Ash-Shidiq memerintahkan para sahabat agar
pengumpulan Al-Qur’an agar dibikin suatu naskah baik yang ada dirumah

7
Rasulullah SAW yang masih terpisah-pisah, lalu dikumpulkan oleh para
sahabat, dan diikat dengan tali agar tidak ada yang hilang.
Setelah Abu Bakar Ash-Shidiq ra, diangkat sebagai khalifah terjadilah
dikalangan kaum muslimin kekacauan yang ditimbulkan oleh golongan
murtad (musailamatul-Kadzdzab yang mengaku dirinya nabi baru) dengan
terjadinya peristiwa seperti itu Abu Bakar Ash-Shidiq ra, memerintahkan para
sahabat kondifikasi Al-Qur’an dilakukan seusai perang yamamah, yakni pada
tahun ke-12 H, dari pertempuran tersebut banyak sahabat para penghafal al-
qur’an yang gugur dimedan perang, jumlah mereka yang gugur mencapai
sekitar 70 orang.
Peristiwa tersebut menggugah hati dan hasrat Umar ibn Khaththab, lalu
mengusulkan ide kepada Abu Bakar Ash-Shidiq ra agar mengambil langkah
untuk usaha kondifikasi Al-Qur’an, beliau merasa khawatir kalau al-qur’an
akan berangsur-angsur hilang bila hanya dihafal saja karena para pnghafalnya
semakin berkurang.
Pada mulanya, Abu Bakar Ash-Shidiq ra terkesan ragu-ragu untuk
menerima ide dan usulan Umar ibn Khaththab tersebut, namun akhirnya
beliaupun menerimanya setelah betul-betul memepertimbangkan, Abu Bakar
Ash-Shidiq ra memerintahkan Zaid ibn Tsabit agar al-qur’an dikumpulkan dan
ditulis dalam satu mushaf . Diceritakan bahwa Bukhari meriwayatkan di
dalam shahihnya dari Zaid bin TTsabit, ia berkata: “Abu Bakar ra memintaku
datang berkenan dengan kematian para sahabat di peristiwa Yamamah, pada
saat itu Umar ra berada di sisinya, lalu Abu Bakar berkata: “Sesungguhnya
Umar ra datang kepadaku mengatakan bahwa para penghapal Al Qur’an
banyak terbunuh di peristiwa Yamamah dan sesungguhnya aku khawatir akan
terbunuhnya para penghapal Al Qur’an (yang masih ada ini) di berbagai
tempat lalu dengan itu banyak bagian Al Qur’an yang hilang; karena itu aku
mengusulkan agar kamu memerintahkan penghimpunan Al Qur’an.
Kemudian aku berkata pada Umar : “Bagaimana kita akan melakukan
sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi SAW? Lalu Umar berkata ;
“Demi Allah, ini adalah kebaikan”. Maka Umar pun terus mendesakku
sehingga Allah SWT melapangkan dadaku untuk itu dan aku (sekarang)

8
sependapat dengan Umar. Zaid berkata bahwa, “Abu Bakar berkata :
Sesungguhnya kamu adalah pemuda yang bijaksana, kami tidak
menyangsikanmu, karena kamu pernah menjadi penulis wahyu bagi Nabi
SAW maka periksalah Al Qur’an dan himpunlah”. Jawab Zaid: Demi Allah,
seandainya mereka menugasiku untuk memindahkan salah satu gunung,
sungguh itu tidaklah lebih berat bagiku ketimbang apa yang ia perintahkan
kepadaku yaitu menghimpun Al-Qur’an lalu Zaid berkata: kenapa kalian
melakukan sesuatu yang yang tidak pernah diperbuat Rasulullah SAW,.?
Jawab Abu Bakar: demmi Allah ini sesuatu perbuatan baik. Setelah berulang
kali Abu Bakar meyakinkanku, kata Zaid, barulah Allah melapangkan hatiku
sebagaimana Allah SWT, melapangkan hati Abu Bakar dan Umar. Lalu aku
memeriksa dan mengumpulkan meyusuri ayat-ayat Al-qur’an dan kuhimpun
dari catatan-catatan pada pelepah kurma, batu-batu dan didalam dada
penghafal Al-qur’an. Berdasarkan itu akhirnya Zaid temukan ayat Al-qur’an
akhir surat at-taubah yang hanya aku dapati pada Abu Khuzaimah Al-Anshari.
Dan tidak kudapati dari sahabat-sahabatyang lain adapun ayat yang dimaksud
yaitu (laqad ja’akum rasulu anfusakum.”
Adapun yang dimaksud dengan peryataan Zaid ibn Tsabit pada akhir
tersebut diatas adalah, bahwa ia menemukan dua ayat akhir surat at-taubah
secara yang tertulis hanya pada Abu Khuzaimah Al-Anshari sementara kedua
ayat tersebut ada dan terdapat pada hafalan para sahabat lainya termasuk Zaid
ibn Tsabit.
Demikian pernyataan Zaid dalam hadist tersebut tidak mengurangi
kemutawatiran dan ke- Qur’anan kedua ayat tersebut, sebagaimana ayat-ayat
al-qur’an lainya.
Zaid ibn Tsabit yang berat tetapi mulia tersebut dengan hati-hati dengan
memperhatikan petunjuk-petunjuk yang diberikan abu bakar dan umar.
Sumber utama dalam penulisan al-qur’an tersebut adalah ayat-ayat al-qur’an
yang ditulis dan dicatat dihadapan Nabi SAW. Berdasarkan perintah beliau,
dan hafalan para sahabat yanghafal al-qur’an disamping itu untuk lebih hati-
hati catatan-catatan tulisan al-qur’an tersebut baru benar-benar diakui berasal
dari Nabu SAW. Bila mana disaksikan dua orang saksi yang adil.

9
Di sebutkan Abu Bakar ra mengatakan pada Zaid, “Duduklah di depan
pintu gerbang Masjid Nabawi jika ada orang membawa (memberi tahu) anda
tentang sepotong ayat dari Kitab Allah SWT dengan kesaksian 2 orang maka
tulislah. Hal ini bermakna bahwa kesaksian 2 orang saksi erat hubungannya
dengan hafalan yang diperkuat dengan bukti tertulis dimana Qur’an
diwahyukan. Bukan itu saja 2 orang sahabat tersebut juga menyaksikan bahwa
orang yang menerima ayat tersebut seperti yang diperdengarkan Rasulullah
SAW. Tujuannya adalah agar menerima sesuatu yang telah ditulis di hadapan
Nabi bukan hanya berdasarkan hafalan semata-mata.
Waktu pengumpulan Zaid terhadap Al Qur’an sendiri sekitar 1 tahun, ini
dikarenakan dalam mengerjakannya Zaid sangat hati-hati sekalipun ia seorang
pencatat wahyu yang utama dan hafal seluruh Al Qur’an. Dalam melakukan
pekerjaannya ini Zaid berpegangan pada :
a. Ayat-ayat Al Qur’an yang ditulis di hadapan Nabi Muhammad SAW dan
yang disimpan di rumahnya Ayat-ayat yang dihafal oleh para sahabat yang
hapal Al Qur’an Buah hasil kerja Zaid sangat teliti dan hati-hati sehingga
memiliki akurasi yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan :
b. Menulis hanya ayat Al Qur’an yang telah disepakati mutawatir riwayatnya
Mencakup semua ayat Al Qur’an yang tidak mansukh at-tilawah Susunan
ayatnya seperti yang dapat kita baca pada ayat-ayat yang tersusun dalam
Al Qur’an sekarang ini Tulisannya mencakup al-ahruf al-sab’ah
sebagaimana Al Qur’an itu diturunkan Membuang segala tulisan yang
tidak termasuk bagian dari Al Qur’an
Jati diri Zaid bin TTsabit sendiri begitu istimewa sehingga tak heran Abu
Bakar dan Umar diberikan kelapangan dada untuk memberikan tugas tersebut
pada Zaid bin TTsabit, yang mana sebagai pengumpul dan pengawas komisi
ini Zaid bin TTsabit dibantu Umar sebagai sahibul fikrah yakni pembantu
khusus. Beberapa keistimewaan tersebut diantaranya adalah :
a. Berusia muda, saat itu usianya di awal 20-an (secara fisik & psikis kondisi
prima)

10
b. Akhlak yang tak pernah tercemar, ini terlihat dari pengakuan Abu Bakar
yang mengatakan bahwa, “Kami tidak pernah memiliki prasangka negatif
terhadap anda”.
c. Kedekatannya dengan Rasulullah SAW, karena semasa hidup Nabi, Zaid
tinggal berdekatan dengan beliau.
d. Pengalamannya di masa Rasulullah SAW masih hidup sebagai penulis
wahyu dan dalam satu kondisi tertentu pernah Zaid berada di antara
beberapa sahabat yang sempat mendengar bacaan Al Qur’an malaikat jibril
bersama Rasulullah SAW di bulan Ramadhan.
e. Kecerdasan yang dimilikinya menunjukkan bahwa tidak hanya karena
memiliki vitalitas dan energi namun kompetensinya dalam kecerdasan
spiritual dan intelektual
Demikian dari nash hadist bukhari menerangkan kepada kita, bahwa al-
qur’an hasil kondifikasi Zaid berada ditangan Abu Bakar dan penamaan Al-
quran pun timbul “Ibnu Asytah didalam Al-Mashahif mengetengahkan sebuah
hadist berasal dari musa bin ‘Uqbah dan musa menerimanya dari ibnu Syhab
mengatakan sebagai berikut: Abu Bakar berkata kepada para sahabat “
carikanlah nama baginya “ ketika itu ada yang mengusulkan nama as-Sift,
tetapi abubakar menjawab: itu nama yang biasa dipakai oleh orang yahudi,
merekapun tidak menyukai nama itu ada lagi yang mengusulkan nama al-
Mushaf, karena orang habasyah menamai hal yang serupa dengan mushaf.
Akhirnya semua sepakat menamai Al-qur’an dengan nama mushaf.
Mushaf Abu Bakar, seluruh isinya dan kebenaran kemutawatiranya
didukung seluruh umat islam. Lalu beliau wafat. Kemudian pindah ketangan
Umar sampai beliau wafat, setelah Umar wafat mushaf disimpan oleh istri
Rasulullah SAW, yaitu Hafshah binti umar.

D. Pemeliharaan Al-Qur’an di Masa Utsman Bin Affan RA hingga Masa


Kini
Jika ditelusuri sejarah al-Qur’an, mulai dari diterimanya oleh Nabi
Muhammad sampai kepada pertumbuhan dan perkembangan. Terdapat tiga

11
tahap pembukuan al-Qur’an, yaitu pada masa Nabi, Abu Bakar, dan Utsman
bin Affan.
Pada masa khalifah Utsman bin Affan, wilayah Islam sudah semakin luas
hingga telah sampaike Armenia dan Azarbaiyan di sebelah timur dan Tripoli
di sebelah barat. Dengan demikian kaum Muslimin di masa itu telah
terpencar-pencar di Mesir, Syria, Irak, persia, dan Afrika. Dimanapun mereka
tinggal, al-Qur’an tetap menjadi imam mereka. Dan diantara mereka, terdapat
perbedaan tentang bacaan al-Qur’an. Asal mula perbedaan itu dikarenakan
Nabi sendiripun memberi kelonggaran kepada kabilah-kabilah Arab yang
berada di masanya, untuk membaca dan melafazkan al-Qur’an menurut lahjah
(dialek) mereka masing-masing. Kelonggaran ini diberikan Nabi agar mereka
mudah untuk menghafalkan Al-Qur’an. Namun perbadaan tentang bacaanal-
Qur’an jika terus dibiarkan, akan mendatangkan perselisihan dan perpecahan
yang tidak diinginkan di kalangan umat Muslimin. Banyak pula orang non-
Arab memeluk Islam. Mereka yang telah memeluk Islam ingin mempelajari
al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam. Padahal pada masa itu, al-
Qur’an dibaca dan di tulis dalam berbagai bentuk bacaan dan tulisan, dimana
masing-masing pembaca mengklaim bahwa bacaan dan model
penulisannyalah yang benar.
Untuk menghindari sengkata ini, Utsman sebagai khalifah pada masa itu
mengambil kebijakan dengan mengkodifikasi al-Qur’an. Kodifikasi ini
diusulkan oleh Abu Huzaifah berdasarkan peristiwa pertentangan penduduk
Syam dan Irak mengenai qira’ah ketika menaklukkan Armenia dan
Azerbaijan. Kekhawatiran yang disampaikan Abu Huzaifah itu dimaklumi dan
ditanggapinya. Maka Utsman meminta Hafsah untuk mengirimkan kepadanya
naskah al-Qur’an (yang ditulis pada masa Abu Bakar). Kemudian Utsman
menyatukan bentuk tulisannya derdasarkan al-Qur’an yang ditulis pada masa
Abu Bakar. Utsman membentuk tim penulisan dan memerintahkan mereka
agar al-Qur’an ditulis dalam satu mushaf dan lainnya harus dimusnahkan. Tim
tersebut beranggotakan Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Al-As,
dan Abdurrahman bin Al-Harits.

12
Tugas panitia ini adalah membukukan al-Qur’an, yakni menyalin dari
lembaran-lembaran tersebut menjadi buku. Dalam perjalanan pelaksanaan
tugas ini, Utsman menasehatkan agar:
1. Mengambil pedoman kepada mereka yang hafal al-Qur’an.
2. Bila ada pertikaian tentang bahasa (bacaan), maka haruslah ditulis menurut
dialek suku Quraisy, sebab al-Qur’an diturunkan menurut dialek mereka.
Hasil dari rapat tersebut adalah al-Qur’an yang ditulis kembali
menggunakan satu bentuk tulisan yang dikenal dengan mushaf Usmani.
Kodifikasi ini dibuat dalam lima rangkap. empat rangkap diantaranya dikirim
ke Mekah, Syria, Kufah dan Basrah. Gubernur di masing-masing wilayah
boleh menggandakannya asal bentuk dan urutan yang sama. Naskah al-qur’an
yang berbeda dengan mushaf Usmani harus dimusnahkan guna menghindari
perpecahan. Dan satu buah lagi di tinggalkan di Madinah, untuk Utsman
sendiri.
Ada dua yang membedakan mushaf yang ditulis pada masa Usmani
dengan mushaf-mushaf yang ada sebelumnya, yaitu susunan surah da qira’at.
Seperti mushaf Ibnu Mas’ud dalam penulisan Surah al-Baqarah (2) ayat 198,
beliau memasukkan kata fii muusim al-hajj setelah kata min rabbikum.
Demikian pula penambahan kata shaalihah setelah kata kulla safiinah dalam
Surah al-Kahfi (18) ayat 79.
Ada tiga bentuk pemeliharaan al-Qur’an, yaitu:
1. Kodifikasi setiap ayat dan penyusunan surah-surahnya sehingga tidak ada
ayat yang hilang dan mempunyai susunan Surah dan ayat yang berurutan.
2. Pemeliharaan tulisan dengan tanda baca.
3. Penghapalan dan penafsiran yang dilakukan mulai dari generasi sahabat
hingga generasi modern.
Tulisan al-Qur’an pada awalnya tidak sama seperti tulisan al-Qur’an
sekarang ini. Pada awalnya al-Qur’an ditulis dengan tidak memiliki tanda baca
dan pembeda antara huruf yang sama. Keadaan ini tidak menjadi kendala bagi
para sahabat, sebab mereka telah terbiasa dengan tulisan Arab seperti itu.
Tetapi bagi muslim non-Arab, apalagi yang baru masuk Islam, hal ini
merupakan suatu kendala yang besar karena mereka tidak dapat membacanya.

13
Maka oleh sebab itu ayat-ayat al-Qur’an diberi tanda baca. Pemberian tanda
baca ini dilakukan pada abad ketuju masehi (abad pertama hijriah) oleh
seorang pakar bahasa, yaitu murid Ali bin Abi Thalib, Abu Aswad Ad-Du’ali
(605-688M).
Abu Aswad Ad-Du’ali di perintahkan oleh Ziyad bin Sumayyah untuk
membuat tanda baca pada huruf-huruf al-Qur’an. Pada mulanya, Abu Azwad
menolak permintaan ziyad ini, kerana takut berbuat sesuatu yang tidak
dilakukan Nabi. Ziyad terus mendesak Abu Azwad dengan cara menyuruh
seseorang membaca al-Qur’an dengan bacaan yang salah yang terdapat pada
Surah at-Taubah (9) ayat 3 yang berbunyi: ‫سو ِل ِه‬ ُ ‫َّللاَ بَ ِري ٌء ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِكينَ َو َر‬
َّ ‫أ َ َّن‬
sebenarnya ayat itu dibaca ُ‫سولُه‬
ُ ‫( َو َر‬dengan Dhammah lam), bukan ‫سو ِل ِه‬ ُ ‫َو َر‬
(kasroh lam). Jika dibaca ‫سو ِل ِه‬
ُ ‫ َو َر‬berarti Allah tidak memperdulikan Rasul.
Padahal maksud dari ayat ini adalah bahwa dan Rasul-Nya tidak
memperdulikan orang-orang musyrik. Dengan mendengar bacaan itu, Abu
Aswad mengabulkan permintaan Ziyad.
Ziyad bin Sumayyah mengirim 30 orang penulis kepada Abu Aswad,
namun Abu Azwad hanya memilih satu diantara mereka. Abu Azwad berkata;
”Ambillah mushaf dan zat pewarna. Jika kamu melihat bibirku mencuat
kemuka (bersuara ”u”) buatlah titik ditengah sebagai tanda dhammah, jika
bibirku terbuka (bersuara ”a”) buatlah titik diatas sebagai tanda fathah, jika
kamu melihat bibirku agak tertutup (bersuara ”i”) buatlah titik dibawah
sebagai tanda kasrah dan jika kamu mendengar berdengung (ghammah) maka
buatlah titik dua di atasnya.”
Selain dari pemberian tanda harakat dan i’jam pada ayat-ayatnya, al-
Qur’an juga dipelihara dan dijaga oleh umat Islam dengan menghafal ayat-
ayat tersebut. Dengan demikian, al-Qur’an tidak hanya tersimpan dalam
mushaf tetapi juga tersimpan dalam dada umat Islam, sehingga jika ada
kesalahan dalam penulisan maka kesalahan itu cepat diketahui.
Dengan demikian, maka pembukuan al-Qur’an di masa Utsman bin Affan
terdapat faedah-faedah didalamnya, antara lain:
1. Menyatukan kaum Muslimin pada satu macam mushaf yang seragam
ejaan dan tulisannya.

14
2. Menyatukan bacaan, meskipun masih ada kelainan bacaan, tetapi bacaan
itu tidak berlawanan dengan ejaan mushaf Usmani.
3. Menyatukan tertib susunan surah-surah.

E. Urutan Ayat dan Surat dalam Al-Qur’an


Telah menjadi ijma’ (konsensus) di kalangan umat Islam bahwa urutan
atau susunan ayat-ayat Al-Qur’an sebagaimana yang kita lihat adalah
berdasarkan tauqifi. Walaupun demikian, ternyata ada perbedaan pendapat
para ulama tentang urutan ayat dan surat Al-Qur’an yang ada sekarang:
1. Pendapat yang pertama tentu saja pendapat bahwa urutan suratitu tauqifi,
berasal langsung dari Nabi SAW sebagaimana yang disampaikan Jibril
kepada beliau sesuai perintah Allah.
2. Kelompok kedua berpendapat bahwa urutan surat itu berdasarkan ijtihad
para sahabat, sebab ternyata ada perbedaan urutan di dalam mushaf-
mushaf mereka.
3. Kelompok ketiga berpendapat bahwa sebagian surat itu bersifat tauqifi dan
sebagian lain berdasarkan ijtihad para sahabat. Hal ini terjadi karena
terdapat dalil yang menunjukkan urutan surat pada masa Nabi SAW.
Pendapat kedua dan ketiga jelas tidak bersandar pada suatu dalil sehingga
jelaslah bahwa urutan ayat dan surat dalam Al-Qur’an itu bersifat tauqifi. Abu
Bakar bin Al-Anbari menyebutkan,”Allah telah menurunkan Al-Qur’an
seluruhnya ke langit dunia. Kemudian ia menurunkannya secara berangsur-
angsur selama dua puluh sekian tahun. Sebuah surat turun karena ada suatu
masalah yang terjadi, ayat pun turun sebagai jawaban bagi orang yang
bertanya. Jibril senantiasa memberitahukan kepada Nabi di mana surat dan
ayat tersebut harus ditempatkan. Dengan demikian, susunan surat-surat,
seperti halnya susunan ayat-ayat dan huruf-huruf Al-Qur’an seluruhnya
berasal dari Nabi.”.
Sedangkan yang menjadi landasan ijma’ umat Islam mengenai tertib ayat
dan surat itu adalah hadits Nabi, antara lain:
1. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Utsman bin Abul ‘Ash.
Ia berkata yang artinya:

15
“Aku sedang duduk di samping Nabi, tiba-tiba Nabi memandang ke
atas, kemudian memandang ke bawah. Kemudia ia berkata,”Jibril datang
kepadaku dan memerintahkan kepadaku agar meletakkan ayat ini di
tempat ini dari surat itu.”
2. Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Ibnu Zubair. Ia berkata
pada Utsman Bin Affan yang artinya:
“Ayat itu telah dinasakh dengan ayat yang lain. Maka mengapa
Anda tuliskan atau Anda biarkan ayat itu. Maksudnya: mengapa Anda
tuliskan atau ia berkata: mengapa Anda biarkan ayat itu tertulis,
padahal ia sudah dinasakh? Berkata Utsman: Wahai Anak Saudaraku!
Aku tidak mengubah sedikitpun dari tempatnya.”

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Turunnya Al-Qur’an merupakan sebuah berita besar sekaligus berita
gembira bagi umat manusia, penyempurna kitab-kitab terdahulu. Al-Qur’an
akan selalu terjaga otentitasnya hingga akhir hayat karena Allah sendiri yang
akan menjaganya.
Al-Qur’an turun secara berangsur selama kurang lebih 23 tahun. Bukan
tidak ada maksud Allah menurunkan Al-Qur’an tidak sekaligus. Ada banyak
hikmah yang dapat dipetik dari hal tersebut. Salah satunya adalah agar hati
Rasulullah SAW semakin teguh dalam berdakwah di jalan Allah dan juga agar
Al-Qur’an mudah dihafal dan dipahami.
Pemeliharaan Al-Qur’an di masa Rasulullah SAW, Abu Bakar, Utsman
hingga masa kini mengalami perkembangan. Pada masa Rasulullah SAW
yang dilakukan adalah dengan hafalan dan juga pencatatan yang tidak
terkumpul dalam satu satu mushaf. Abu Bakar yang kemudian mempelopori
penyatuan lembaran-lembaran Al-Qur’an sehingga dibukukan menjadi satu
mushaf. Pada masa Utsman, penulisan Al-Qur’an disatukan menjadi satu
bentuk tulisan atau qiraat yang dikenal dengan mushaf Utsmani. Dulu belum
ada syakal, harokat, dan juga tajwid yang baru ada beberapa puluh bahkan
ratusan tahun kemudian. Inilah perkembangan pemeliharan Al-Qur’an.
Urutan ayat dan surat dalam Al-Qur’an ialah bersifat Tauqifi, yakni sesuai
dengan yang diperintahkan Nabi Muhammad SAW. Nabi mendapat perintah
dari Jibril untuk meletakkan ayat ini di surat ini dan seterusnya. Kemudian
Nabi SAW menyuruh para sahabat untuk melakukan hal yang sama hingga
kemudian terkumpul dan berurutan seperti Al-Qur’an yang kita jumpai saat
ini.

17
B. Saran
Jika terdapat suatu kesalahan di dalam makalah yang penulis buat ini,
maka penulis selaku pemakalah memohon ampun kepada Allah dan meminta
maaf yang sebesar-besarnya kepada para pembaca. Dan mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya. Aamiin

18
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/35231570/Makalah_Sejarah_Turun_dan_Penulisan_Al
-Quran

https://www.academia.edu/35270448/Makalah_Sejarah_Penurunan_dan_Penulisa
n_Al-Quran.docx

19

Anda mungkin juga menyukai