Anda di halaman 1dari 25

NISHAB EMAS DAN PERAK

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fiqih

Disusun Oleh :
Nama : Harvinda Wahyu Hanifah
Kelas : X – IPA 1
NIS : 5876

MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 2 PATI


Jl. Ratu Kalinyamat Gang Melati II Tayu Pati
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah yang berjudul “Nishab Emas Dan Perak” telah disahkan dan disetujui
pada :

Hari : ……………………………..
Tanggal : ……………………………..

Disetujui Oleh :

Wali Kelas Pembimbing

Anita Fizqiyah, S.Pd ………………………….

Mengetahui,
Kepala Madrasah

Drs. H. Sutarmo
NIP. 19590706 198603 1 003

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang selalu memberikan Rahmat dan karunia-Nya.
Semoga dengan rahmat dan karunia yang Allah berikan dapat menambahkan rasa
syukur dan kita dapat menambah ilmu pengetahuan.
Sholawat serta salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang kita nantikan syafa’atnya di hari kiamat nanti.
Syukur alhamdulillah atas izin Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Nishab
Emas dan Perak”. Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang sudah
memotivasi penulis. Harapan penulis karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak
dan semoga Allah swt melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada mereka atas
segala bantuan dan jasa baik yang telah diberikan. Serta karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Tayu, 23 April 2019


Penulis

Harvinda Wahyu Hanifah

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan........................................................................2
BAB II ISI
2.1 Pengertian Zakat Emas Dan Perak...............................................3
2.2 Dasar Hukum Nishab Emas Dan Perak .......................................4
2.3 Syarat Wajib Zakat.......................................................................6
2.4 Syarat – Syarat Mengeluarkan Zakat Hasil Tambang..................8
2.5 Orang Yang Wajib Mendapatkan Zakat........................................8
2.6 Niat Zakat.....................................................................................12
2.7 Cara Menghitung Nishab..............................................................12
2.8 Cara Menghitung Zakat Emas Dan Perak....................................13
2.9 Keistimewaan Dan Hikmah Zakat................................................16
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan.......................................................................................20
3.2 Saran.............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan zaman dalam bidang teknologi dan industri sangat pesat.
Sehingga terdapat banyaknya usaha yang mampu mempengaruhi pergeseran
pola pendapatan masyarakat, bertambahnya pendapatan dapat mempengaruhi
jumlah zakat yang harus dikeluarkan. Tetapi banyak orang yang tidak
mengeluarkan zakat dikarenakan kurangnya pemahaman tentang zakat. Cara
pelaksanaan zakat dan ketentuan dalam syariat islam, sehingga menyebabkan
pelaksanaan ibadah zakat menjadi sangat tergantung pada masing-masing
individu.
Zakat merupakan rukun islam yang kelima yang wajib dilakukan bagi
setiap muslim. Zakat yang diwajibkan ada lima dalam kitab taqrib, yaitu :
1. Binatang ternak
2. Mata uang
3. Hasil bumi
4. Buah-buahan
5. Harta benda perniagaan
Namun dalam bab ini akan membahas tentang zakat mata uang yaitu emas
dan perak, yang mempunyai ketentuan-ketentuam tertentu. Namun,
kebanyakan orang belum mengerti tentang apa yang harus mereka lakukan
dalam mengeluarkan zakat. Sehingga dengan demikian maka semestinya bila
kita menjelaskan tentang zakat Emas dan perak supaya mereka dalam
melakukan zakat tersebut tidak hanya sekedar memberikan, mengeluarkan
uang atau lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perhitungan zakat emas dan perak ?
2. Bagaimana hukum islam terhadap pengeluaran zakat emas dan perak ?
3. Apa saja ketentuan-ketentuan mengeluarkan zakat emas dan perak ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui perhitungan zakat emas dan perak.
2. Untuk mengetahui hukum islam pada emas dan perak.

v
3. Untuk mengetahui apa yang harus dilakukan dalam pengeluaran zakat
pada emas dan perak.

1.4 Manfaat Penulisan


Dengan adanya penjelasan tentang pengeluaran zakat emas dan perak
dapat memberitahu kita atau menjelaskan kepada kita, sehingga kita dapat
mengetahui apa yang harus kita lakukan dalam hal tersebut.

BAB II
ISI

2.1 Pengertian Zakat Emas Dan Perak

vi
Menurut bahasa, kata “zakat” adalah tumbuh, berkembang, subur atau
bertambah. Dalam Al-Quran dan hadis disebutkan, “Allah memusnahkan riba
dan menyuburkan sedekah” (QS. al-Baqarah [2]: 276); “Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
menyucikan mereka” (QS. at-Taubah [9]: 103); “Sedekah tidak akan
mengurangi harta” (HR. Tirmizi)
Menurut istilah, dalam kitab al-Hâwî, al-Mawardi mendefinisikan zakat
dengan nama pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-
sifat tertentu, dan untuk diberikan kepada golongan tertentu.
Arti kata zakat menurut KBBI :
1. Jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama
Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir
miskin dan sebagainya) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh
syara’.
2. Salah satu rukun Islam yang mengatur harta yang wajib dikeluarkan
kepada mustahik.
Didalam kitab kitab fiqih, harta kekayaan yang wajib di keluarkan
zakatnya diantara lain meliputi : emas, perak, uang, barang yang
diperdagangkan hasil pertenakan, hasil bumi, hasil tambang, dan barang
temuan. Namun disini kita akan menjelaskan zakat emas dan perak. Zakat
emas dan perak merupakan zakat yang wajib di keluarkan oleh seorang
muslim yang mempunyai emas dan perak bila telah mencapai nisab dan haul.
Nishab di dalam syariah adalam jumlah batasan kepemilikan seorang muslim
selama satu tahun untuk mewajibkam mengeluarkan zakat.
Emas dan perak termasuk kategori harta wajib ditunaikan zakatnya
lantaran keduanya memiliki potensi berkembamg sebagaimana binatang

vii
ternak. Kewajiban itu jatuh ketila emas dan perak mencapai batas minimun
wajib zakat (nishab) dan haul (satu tahun hijriah), baik berupa emas dan perak
batangan , lemburan, logam, bejana, suvenir, ukiran,dan lain sebagainya.
Zakat dapat dikatakan sesuatu hak Allah SWT yang dikeluarkan seseorang
kepada fakir miskin. Dinamakn zakat karena mengandung harapan untuk
mendapatkan berkah, membersihkan dan memupuk jiwa dengan kebaikan
adapun asal makna zakat itu adapah tumbuh, suci, dan berkah. Allah swt
berfirman :
‫ك عسعكمن لعهامم ْ عو ا‬
‫اا عسلميِمع ععلليِمم‬ ‫صلل ععلعميِلهمم ْ إلان ع‬
‫صعلتع ع‬ ‫عوتاعزلكيِلهمم بلعهاَ عو ع‬
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

2.2 Dasar Hukum Nishab Emas Dan Perak


Zakat merupakan salah satu rukun Islam dan menjadi salah satu unsur
pokok bagi penegakan syariat Islam. Oleh sebab itu, hukum menunaikan zakat
adalah wajib bagi setiap muslim dan muslimah yang telah memenuhi syarat-
syarat tertentu. Allah SWT berfirman :

َ ‫صعلةع عويامؤاتوُا الازعكاَةع‬


‫صيِعن لعها اللديعن احنععفاَعء عويالقيِاموُا ال ا‬ ‫عوعماَ أالماروا إلال لليِعمعباادوا ا‬
‫اع اممخلل ل‬
‫عوذعذلل ع‬
‫ك لديان املقعيِلعملة‬
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ke-taatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus,
dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat. Dan yang
demikian itulah agama yang lurus” (QS. al-Bayyinah [98] : 5).
Rasulullah saw bersabda, “Islam dibangun di atas lima perkara : bersaksi
bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya;
mendirikan salat; melaksanakan puasa (di bulan Ramadan); menunaikan
zakat; dan berhaji ke Baitullah (bagi yang mampu)” (HR. Muslim).
Dari referensi di jelaskan bahwa dasar hukum zakay hasil tambang (emas
dan perak) adalah al Qur'an surah albaqarah ayat 267. Allah berfirman :

viii
‫ض ْ عوعل تعيِعاماموُا‬‫ت عماَ عكعسمبتامم عولماماَ أعمخعرمجعناَ لعاكمم لمعن املعمر ل‬ ‫عياَ أعيَيعهاَ الالذيعن آعمانوُا أعمنفلاقوُا لممن ع‬
‫طيِلعباَ ل‬
‫ضوُا لفيِله َ عوامعلعاموُا أعان ا‬
‫اع عغنليي عحلميِمد‬ ‫ث لممنها تامنفلاقوُعن عولعمستامم لبآِلخلذيله إلال أعمن تامغلم ا‬
‫املعخلبيِ ع‬

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian


dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-
buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan
ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Ayat tersebut merupakan seruan umum kepada orang-orang yang beriman
pada setiap waktu dan generasi dan meliputi semua harta yang sampai ke
tangan mereka, meliputi hasil usaha mereka yang halal dan yang baik serta
meliputi semua yang dikeluarkan Allah SWT dari bumi untuk mereka, baik
berupa tumbuh-tumbuhan maupun yang bukan tumbuh-tumbuhan yang
dikeluarkan dari tanah yang meliputi barang tambang dan minyak. Nash ini
cakupannya luas dan menyeluruh (syamil jami’).
Oleh karena itu, nash ini mencakup semua jenis harta yang dijumpai pada
zaman Nabi Muhammad SAW dan yang akan ditemukan nanti. Tidak ada satu
pun harta yang lepas darinya kapan pun waktunya. Semua terkena kewajiban
zakat sebagaimana diwajibkan zakat oleh nash itu. Sedangkan ukurannya
diterangkan dalam sunnah sesuai dengan jenis hartanya sebagaimana sudah
dikenal pada waktu itu. Kemudian harta yang baru diqiyaskan kepadanya.
Ayat tersebut juga memerintahkan orang yang beriman untuk
menginfakkan sebagian harta dari hasil usaha yang baik. Ibnu Abbas
mengemukakan: “mereka diperintahkan untuk menginfakkan harta kekayaan
yang paling baik, paling bagus dan paling berharga dan melarang berinfak
dengan hal- hal yang remeh dan hina. Karena sesungguhnya Allah SWT itu
baik dan tidak menerima kecuali yang baik-baik.22 Selain itu Allah SWT
memerintahkan bahwa bersedekah harus mengacu dan bersumber pada
pemberian sesuatu dengan kualitas yang lebih baik, bukan dengan kualitas
yang rendah dan jelek, yang pemiliknya sendiri jika diberikan barang tersebut

ix
akan menolaknya. Jika barang seperti itu diberikan kepadanya dalam jual beli
niscaya tidak akan mau.
Selain al Quran juga terdapat hadis menjadi landasan di wajibkannya zakat
barang tambang Misalnya:
Artinya: Dari al-Haris bin Bilal bin al-Haris dari bapaknya, bahwa
Rasulullah SAW mengambil sedekah dari pertambangan Qabaliyah...” (HR.
Imam Baihaqy). Hadis ini menerangkan bahwa Rasulullah SAW memberikan
kepada Bilal bin Haris hak usaha barang tambang di daerah Qabliya (suatu
daerah yang terletak antara Nakhla dan Madinah). Usaha tersebut sampai
sekarang masih dibebankan zakat. Hadis ini menjadi dasar terhadap kewajiban
mengeluarkan zakat hasil tambang.

2.3 Syarat Wajib Zakat


Barang berharga yang wajib di zakati ada dua yaitu emas dan perak. Syarat
wajib zakat emas dan perak ada lima perkara :
1. Islam
Zakat ini hanya diambil dari kaum Muslimin dan tidak diambil
dan tidak diterima dari kaum kafir , baik kafir harbi maupun kafir dzimmi.
Allah SWT berfirman :
"Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari
mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allâh
dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan
dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan
dengan rasa enggan." [at-Taubah/ 9:54].
2. Merdeka
Zakat ini tidak dibebankan kepada hamba sahaya, karena ia tidak
memiliki harta. Semua hartanya adalah harta majikan atau tuannya.
Berdasarkan hadits Abdullah bin Umar bin al-Khathab Radhiyallahu
anhuma, beliau berkata :
"Aku telah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ‘Barangsiapa yang membeli pohon kurma setelah dikawinkan
maka buahnya milik penjual kecuali bila pembeli mensyaratkannya.

x
Barangsiapa yang membeli budak yang memiliki harta maka hartanya
milik penjual kecuali pembeli mensyaratkannya."
3. Memiliki Nishâb
Seorang Muslim yang merdeka wajib menunaikan zakat mal,
apabila memiliki harta yang mencapai nishâb. Nishâb adalah ukuran
standar (minimal) yang ditetapkan syariat untuk dikenai kewajiban zakat.
Syarat ini disimpulkan dari hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam , diantaranya adalah hadits Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu
dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda :
"Tidak ada zakat (pada harta) yang tidak mencapai lima wasaq,
Juga pada harta yang tidak mencapai lima ekor onta, Serta yang tidak
mencapai lima auqiyah"
Apabila seorang Muslim tidak memiliki harta yang mencapai
nishâb maka tidak diwajibkan berzakat.
4. Harta Itu Menjadi Miliknya Secara Penuh
Maksudnya, harta itu dimiliki secara penuh oleh seseorang
sehingga ia bebas mengelolanya dan tidak ada hubungan dengan hak orang
lain. Dengan demikian, tidak ada kewajiban zakat pada harta seorang tuan
yang masih dihutang atau belum diserahkan budaknya untuk
membebaskan diri, karena harta ini masih belum menjadi milik tuan
sepenuhnya.
Demikian juga tidak diwajibkan zakat pada harta wakaf yang tidak
diberikan untuk individu tertentu, seperti wakaf harta untuk fakir miskin
atau untuk masjid atau sekolahan. Sedangkan wakaf yang diserahkan
untuk individu tertentu seperti wakaf untuk keluarga Fulan maka ia tetap
kena kewajiban zakat selama memenuhi kreteria yang lainnya.

5. Berlalu Setahun Lamanya (mencapai haul)


Syarat ini ditetapkan berdasarkan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, diantaranya hadits ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma yang berarti :

xi
Aku telah mendengar Rasûlullâh bersabda, “Tidak ada zakat pada
harta sampai harta itu berlalu setahun lamanya [HR. Ibnu Mâjah, no.
1792 dan dishahihkan al-Albâni rahimahullah dalam shahih sunan Ibnu
Mâjah 2/98].

2.4 Syarat Syarat Mengeluarkan Zakat Hasil Tambang


Harta yang akan dikeluarkan zakatnya harus memenuhi persyaratan-
persyaratan yang telah ditentukan secara syara’. Di dalam kitab al-Fiqh al-
Islami wa Adillatuhu, Wahbah Zulahili mengemukakan dua syarat mengenai
pengeluaran zakat tambang :
1. Barang tambang setelah dilebur dan dibersihkan mencapai satu nishab jika
berupa emas, perak atau nilainya mencapai satu nishab, jika selain emas
dan perak.
2. Hendaklah orang yang mengeksplorasi adalah orang yang berkewajiban
zakat. Adapun kafir zimmi, orang kafir, orang yang berhutang, dan
sebagainya tidak ada kewajiban zakat atas barang tambang yang
dieksplorasi.

2.5 Orang Yang Wajib Mendapatkan Zakat


Allah berfirman :
"Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah
dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (at
Taubah : 60)
Menurut kitab taqrib. Zakat harus diberikan kepada delapan golongan yang
telah di sebutkan Allah dalam fiman Nya. Yaitu :

1. Al-fuqara’ ( orang orang fakir )


Orang fakir (orang melarat) yaitu orang yang amat sengsara
hidupnya, tidak memiliki harta dan tidak mempunyai tenaga untuk

xii
menutupi kebutuhan dirinya dan keluarganya. Seumpama orang fakir
adalah orang yang membutuhkan 10.000 rupiah, tapi ia hanya
berpenghasilan 3.000 rupiah. Maka wajib diberikan zakat kepadanya untuk
menutupi kebutuhannya.
2. Al Masakin (orang orang miskin)
Orang miskin berlainan dengan orang fakir. Ia tidak melarat, ia
mempunyai penghasilan dan pekerjaan tetap, tapi dalam keadaan
kekurangan, tidak mencukupi untuk menutupi kebutuhan dirinya dan
keluarganya. Seumpama orang miskin adalah seumpama orang yang
membutuhkan 10.000 rupiah, tapi ia hanya berpenghasilan 7.000 rupiah.
Orang ini wajib diberi zakat sekadar untuk menutupi kekurangan dari
kebutuhannya.
3. Al’amilin (panitia zakat)
Al'amilin merupakan amil zakat (panitia zakat), orang yang dipilih
oleh imam untuk mengumpulkan dan membagikan zakat kepada golongan
yang berhak menerimanya. Amil zakat harus memiliki syarat tertentu,
yaitu muslim, akil dan baligh, merdeka, adil (bijaksana), mendengar,
melihat, laki-laki dan mengerti tentang hukum agama. Pekerjaan ini
merupakan tugas baginya dan harus diberi imbalan yang sesuai dengan
pekerjaannya, yaitu diberikan kepadanya zakat.
4. Mualaf
Mualaf yaitu orang yang baru masuk Islam dan belum mantap
imannya. Mualaf terbagi atas tiga bagian. Orang yang masuk Islam dan
hatinya masih bimbang, maka ia harus didekati dengan cara diberikan
kepadanya bantuan berupa zakat orang yang masuk Islam dan ia
mempunyai kedudukan terhormat. Maka diberikan kepadanya zakat untuk
menarik yang lainnya agar masuk Islam. Orang yang masuk Islam jika
diberikan zakat ia akan memerangi orang kafir atau mengambil zakat dari
orang yang menolak mengeluarkan zakat.
5. Dzur Riqab (budak)
Yaitu hamba sahaya (budak) yang ingin memerdekakan dirinya
dari majikannya dengan tebusan uang. Dalam hal ini mencakup juga

xiii
membebaskan seorang muslim yang ditawan oleh orang orang kafir, atau
membebaskan dan menebus seorang muslim dari penjara karena tidak
mampu membayar diat.
6. Algharim (orang orang yang punya hutang)
Yaitu orang yang berutang karena untuk kepentingan pribadi yang
bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Orang ini sepantasnya
dibantu dengan diberikan zakat kepadanya. Adapun orang yang berutang
untuk memelihara persatuan umat Islam atau berutang untuk kemaslahatan
umum seperti membangun masjid atau yayasan Islam, maka dibayar
utangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.
Sesuai dengan sabda Nabi dalam Hadis Riwayat Abu Daud,
"Sedekah itu tidak halal zakat diberikan kepada orang kaya kecuali lima
sebab: orang yang berperang di jalan Allah, atau pengurus sedekah atau
orang yang berutang atau orang yang membeli sedekah dengan hartanya,
atau orang kaya yang mendapat hadiah dari orang miskin dari hasil
sedekah."
7. Fi sabilillah (Almujahidin)
Fi sabilillah adalah orang yang berjuang di jalan Allah (sabilillah)
tanpa gaji dan imbalan demi membela dan mempertahankan Islam dan
kaum muslimin.
8. Ibnu Sabil
Ibnu Sabil merupakan musafir yang sedang dalam perjalanan (ibnu
sabil) yang bukan bertujuan maksiat di negeri rantauan, lalu mengalami
kesulitan dan kesengsaraan dalam perjalanannya.
Rasulullah saw bersabda yang artinya :
"Zakat itu tidak halal diberikan kepada orang kaya kecuali lima
macam, yaitu amil zakat atau orang yang membelinya dengan hartanya
atau orang yang berhutangpunya atau orang yang berperang didan jalan
Allah atau orang miskin yang menerima zakat kemudian dia hadiahkan
kepada orang kaya"
Adapun golongan yang haram menerima zakat yaitu :
a. Orang kafir dan atheis

xiv
Orang kafir tidak berhak (haram) menerima bagian harta zakat,
tetapi boleh menerima sedekah (sunah), kecuali mereka termasuk
dalam kategori mualaf.
b. Orang kaya dan orang mampu berusaha
Seseorang dikatakan kaya apabila ia memiliki sejumlah harta yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok diri dan keluarganya, sampai
ia mendapatkan harta berikutnya. Atau seseorang yang memiliki harta
yang cukup untuk menjamin kelangsungan hidupnya dari waktu ke
waktu.
c. Keluarga Bani Hasyim dan Bani Mutalib (Ahlulbait)
Keluarga Bani Hasyim adalah keluarga Ali bin Abi Talib, keluarga
Abdul Mutallib, keluarga Abbas bin Abdul Mutalib, dan keluarga
Rasulullah saw. Hal ini berlaku apabila negara menjamin kebutuhan
hidup mereka, tetapi apabila negara tidak menjaminnya, kedudukan
mereka sama dengan anggota masyarakat yang lain, yaitu berhak
menerima zakat manakala termasuk dalam kategori mustahiq.
d. Orang yang menjadi tanggung jawab para wajib zakat (muzakki)
Muzakki adalah orang kaya. Ia masih memiliki kelebihan harta
setelah digunakan untuk mencukupi diri dan keluarganya (orang yang
menjadi tanggung jawabnya). Maka dari itu, jika ia melihat anggota
keluarganya masih ada yang kekurangan, ia berkewajiban untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya terlebih dahulu. Dan jika masih
memiliki kelebihan (mencapai nisab), barulah ia terkena kewajiban
zakat. Jadi, tidak dibenarkan seorang suami berzakat kepada istri atau
orang tuanya.

2.6 Niat Zakat


Dalam mengeluarkan zakat harus ada niat dan niat ini tidak disyaratkan
harus bersamaan waktu menyerahkan zakat, akan tetapi niat itu boleh sebelum

xv
menyerahkan zakat kepada mustahiq, yaitu niat mengeluarkan zakat ketika
memisahkan harya zakat dari jumlah yang lainnya.
Berikut ini lafal niat zakat mal dan zakat fitrah sekaligus doa bagi yang
menerima zakat tersebut :
1. Niat Zakat Fitrah
- Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri
َ‫ﺿاَ لﻟل تعععاَعلﻰ‬ ‫ﺖ اعمن اامخلرعﺝ عﺯعكاَةع املفل م‬
‫ﻄلر ععمن نعمفلسمﻰَ فعمر ﺿ‬ ‫نععوُمي ا‬
- Niat Zakat Fitrah untuk Istri
َ‫ﺿاَ لﻟل تعععاَعلﻰ‬ ‫ﺖ أعمن أامخلرعﺝ عﺯعكاَةع املفل م‬
‫ﻄلر ععمن عﺯموعجتلمي فعمر ﺿ‬ ‫نععوُمي ا‬
- Niat Zakat Fitrah untuk Anak Laki-laki
َ‫ﺿاَ لﻟل تعععاَعلﻰ‬ ‫ﺖ أعمن أامخلرعﺝ عﺯعكاَةع املفل م‬
‫ﻄلر ععمن عولعلد م‬
‫ فعمر ﺿ‬... ‫ﻱ‬ ‫نععوُمي ا‬
- Niat Zakat Fitrah untuk Anak Perempuan
َ‫ﺿاَ لﻟل تعععاَعلﻰ‬ ‫ﺖ أعمن أامخلرعﺝ عﺯعكاَةع املفل م‬
‫ فعمر ﺿ‬... ‫ﻄلر ععمن بلمنتلمي‬ ‫نععوُمي ا‬
- Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri dan Keluarga
َ‫ﺿاَ لﻟل تعععاَعلﻰ‬ ‫ﺖ أعمن أامخلرعﺝ عﺯعكاَةع املفل م‬
‫ﻄلر ععنلمﻰَ عوععمن عجلمميِلع عماَ يعملعزامنلمﻰَ نعفععقاَتاهامم عﺷمرﺿعاَ فعمر ﺿ‬ ‫نععوُمي ا‬
- Niat Zakat Fitrah untuk Orang yang Diwakilkan
َ‫ﺿاَ لﻟل تعععاَعلﻰ‬ ‫ﺖ أعمن أامخلرعﺝ عﺯعكاَةع املفل م‬
‫…( فعمر ﺿ‬.. )‫ﻄلر ععن م‬ ‫نععوُمي ا‬
- Bacaan Do'a Ketika Menerima Zakat
‫ك ع‬
‫ﻃهاموُﺿرا‬ ‫ﺖ عوعجععلعها لع ع‬
‫ﻙ فلميِعماَ اعمبقعميِ ع‬ ‫آعجعرﻙ اا فلميِعماَ اعمع ع‬
‫ﻄميِ ع‬
‫َ عوعباَعر ع‬،‫ﺖ‬
2. Niat Zakat Mal
‫ﺖ أعمن أامخلرعﺝ عﺯعكاَةع عماَللﻰَ فعمر ﺿ‬
َ‫ﺿاَ لاﻟل تعععاَعلﻰ‬ ‫نععوُمي ا‬
Artinya : Aku niat mengeluarkan zakat hartaku, fardhu karena Allah
Ta’ala.

2.7 Cara Menghitung Nishab


Cara Menghitung Nishab
Dalam menghitung nishab terjadi perbedaan pendapat. Imam Nawawi
berkata, “Menurut mazhab kami (Syafi’i), mazhab Malik, Ahmad, dan jumhur,
adalah disyaratkan pada harta yang wajib dikeluarkan zakatnya – dan (dalam
mengeluarkan zakatnya) berpedoman pada hitungan haul, seperti: emas, perak,
dan binatang ternak- keberadaan nishab pada semua haul (selama setahun).

xvi
Sehingga, kalau nishab tersebut berkurang pada satu ketika dari haul, maka
terputuslah hitungan haul. Dan kalau sempurna lagi setelah itu, maka dimulai
perhitungannya lagi, ketika sempurna nishab tersebut.” (Dinukil dari Sayyid
Sabiq dari ucapannya dalam Fiqh as-Sunnah 1/468).
Inilah pendapat yang rajih (paling kuat -ed) insya Allah. Misalnya nishab
tercapai pada bulan Muharram 1423 H, lalu bulan Rajab pada tahun itu
ternyata hartanya berkurang dari nishabnya. Maka terhapuslah perhitungan
nishabnya. Kemudian pada bulan Ramadhan (pada tahun itu juga) hartanya
bertambah hingga mencapai nishab, maka dimulai lagi perhitungan pertama
dari bulan Ramadhan tersebut. Demikian seterusnya sampai mencapai satu
tahun sempurna, lalu dikeluarkannya zakatnya.

2.8 Cara Menghitung Zakat Emas Dan Perak

Emas dan perak masuk kategori harta yang wajib ditunaikan zakatnya
lantaran keduanya memiliki potensi berkembang sebagaimana binatang ternak.
Kewajiban itu jatuh ketika emas dan perak mencapai batas minimum wajib
zakat (nishab) dan haul (satu tahun hijriah), baik berupa emas dan perak
batangan, leburan, logam, bejana, suvenir, ukiran, dan lain sebagainya.
Zakat emas dan perak tak wajib dikeluarkan ketika keduanya berupa
perhiasan yang halal, seperti kalung, anting, dan gelang yang kenakan kaum
wanita. Sebaliknya, bila emas atau perak itu berupa perhiasan tak sebagaimana
mestinya (haram), kewajiban tersebut mejadi ada. Contoh praktik penggunaan
perhiasan secara haram, antara lain pemakaian perhiasan emas atau perak oleh
laki-laki atau pemakaian yang melampaui batas kewajaran (meskipun yang
mengenakannya adalah perempuan).untuk memudahkan mengingat ukuran
nishab emas dan perak murni, lihatlah tabel nishab emas dan perak murni di
bawah ini :

xvii
Tabel Nishab Emas
(20 dinar/20 mitsqal)

No Hasil Konvensi Menurut Versi


1. 77,50 gram Madzab Syafi'i, Maliki, dan Hambali
2. 107,75 gram Hanafi
3. 85 gram DR. Wahbah Zunaili
4. 90,5 gram Ali Mubarak
5. 84,62 gram Qasim an Nuri
6. 72 gram Abdul Aziz Uyun
7. 80 gram Masjid Al Hamawi

Tabel Nishab Perak


(200 dirham)
No Hasil Konvensi Menurut Versi
1. 543,35 gram Madzab Syafi'i , Maliki dan Hambali
2. 752,66 gram Madzab Hanafi
3. 595 gram DR. Wahbah Zunaili
4. 625 gram Qasim an Nuri
5. 504 gram Abdul Aziz Uyun
6. 672 gram Masjid al Hamawid dan kitab fiqh al manhaji

 Cara Menghitung Emas dan Perak Murni


Maksud dari istilah emas murni adalah emas yang memiliki kadar
seratus persen. Sementara emas campuran atau tidak murni adalah emas
yang kadarnya kurang dari seratus persen (di bawah kadar 24 karat).
Cara menghitung zakat emas atau perak yang wajib dibayarkan adalah
dengan rumus sebagai berikut :

a=bxc
Keterangan : a : kadar zakat
b : aset zakat
c : persentase kadar zakat
Contoh :
1. Bila seseorang memiliki emas sebesar 100 gram, maka cara
penghitungan zakatnya adalah :
a=bxc
= 100 x 2,5 %

xviii
= 2,5 gram
2. Bila seseorang memiliki perak sebesar 700 gram, maka cara
penghitungan zakatnya adalah:
a=bxc
= 700 x 2,5 %
= 17,5 gram
 Cara Menghitung Emas dan Perak Campuran
Penghitungan jumlah persentase zakat yang wajib dikeluarkan
pada emas dan perak campuran sama dengan zakat emas dan perak murni.
Karena beda jumlah kadar karatnya, perbedaannya terletak pada cara
mengetahui ukuran nishabnya.
Untuk mengetahui ukuran nishab emas atau perak yang tidak
murni, maka cara mengetahuinya adalah dengan rumus berikut:
A = (b : c) x 24
Keterangan: a : nishab emas bukan murni
b : nishab emas murni
c : karat emas bukan murni
Contoh:
1. Berapa nishab emas 22 karat dengan menggunakan hasil konversi
madzab Syafi’i, Maliki dan Hanbali?
A = (b : c) x 24
= (77,50 gram : 22) x 24
= 3,5227 x 24
= 84,5448 gram
Dengan demikian, ukuran nishab emas kadar 22 karat adalah 84,5448
gram menurut konversi madhab Syafi’i, Maliki dan Hanbali.
2. Bagiamana cara mengetahui ukuran nishab dan zakat perak yang tidak
murni dengan menggunakan hasil konvensi madhab Syafi’i, Maliki
dan Hanbali?
A = (b : c) x 24
= (543,35 gram : 22) x 24
= 24,70 x 24

xix
= 592,8 gram
Jadi, ukuran nishab perak kadar 22 karat adalah 592,8 gram menurut
konvensi madhab Syafi’i, Maliki dan Hanbali. Sedangkan untuk selain
madhab Syafi’i, Maliki dan Hanbali tinggal menyesuaikan dengan rumus
di atas.
Menurut kitab Ghoyah Wat Taqrib nisan emas itu 20 misqal (96 gram).
Untuk jumpaj ini, zakatnya dua setengah persen, yaitu sama dengan 1/2
misqal. Untuk selebihnya di zakati menurut perhitungan tersebut.
Adapun nishab perak menurut kitab Ghoyah Wat Taqrib adalah 200
dirh (200 talen atau 672 gram). Dan untuk jumlah ini, Zakatnya dua
setengah persen, yaitu sama dengan 5 dirham. Untuk selanjutnya dizakati
menurut perhitungan tersebut. Untuk perhiasan emas perak yang
diperbolehkan tidak di zakati.

2.9 Keistimewaan Dan Hikmah Zakat

 Keistimewaan Zakat
1. Zakat merupakan rukun Islam ketiga setelah shalat, terletak di tengah-
tengah antara lima rukun Islam yang lain, didahului dengan syahadah
dan shalat, lalu diikuti dengan puasa dan menuaikan haji bagi mereka
yang berkemampuan, sebagai rukun terakhir.
2. Apabila diteliti, kita mendapati bahwa zakat berbeda dari rukun-rukun
Islam yang lain. Kesemua rukun Islam merupakan amalan ta’abudiyah
kepada Allah. Akan tetapi, kita lihat, zakat tidak hanya berhubungan
dengan Allah (habluminallah), tetapi juga berhubungan dengan
manusia (habluminannaas) secara langsung.
3. Zakat merupakan rukun istimewa yang Allah turunkan dan tetapkan
sebagai rukun Islam yang menyentuh secara langsung tentang

xx
penghidupan atau ekonomi umat Islam. Inilah satu-satunya amalan
ibadah yang Allah wajibkan dan tetapkan sebagai rukun Islam.
4. Zakat memiliki kontribusi dan peran besar dalam dakwah dan jihad
yang mutlak membutuhkan harta. Urgensi keterkaitan antara dakwah
dan harta, tercermin secara implisit di dalam Al-Qur`an, tatkala
menyebutkan batas pengorbanan seorang muslim kepada Islam,
umumnya kata "amwal" (harta) selalu diiringi dengan kata "anfus"
(jiwa).
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, jiwa
dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka….” (QS At-
Taubah [9]: 111).
Dari sini, tampaknya tidak berlebihan bila dikatakan bahwa zakat
merupakan sebuah kewajiban yang memiliki efek peran integral, meliputi
pembinaan pribadi, keluarga, masyarakat, negara dan terwujudnya
khilafah sebagai sasaran akhir dakwah Islam.
 Hikmah Zakat
1. Sebagai perwujudan iman kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-
Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan memiliki rasa kemanusiaan
yang tinggi, menghilangkan sifat kikir dan rakus, menumbuhkan
ketenangan hidup, sekaligus mengembangkan harta yang dimiliki.
2. Menolong, membantu dan membina kaum dhu’afa (orang yang lemah
secara ekonomi) maupun mustahiq lainnya ke arah kehidupannya yang
lebih baik dan lebih sejahtera.
3. Sebagai sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana
yang dibutuhkan oleh ummat Islam.
4. Untuk mewujudkan keseimbangan dalam kepemilikan dan distribusi
harta, sehingga diharapkan akan lahir masyarakat makmur dan saling
mencintai (marhammah) di atas prinsip ukhuwah Islamiyyah dan
takaful ijtima’i.
5. Menyebarkan dan memasyarakatkan etika bisnis yang baik dan benar.
6. Menghilangkan kebencian, iri, dan dengki dari orang-orang sekitarnya
kepada yang hidup berkecukupan, apalagi kaya raya serta hidup dalam

xxi
kemewahan. Sementara, mereka tidak memiliki apa-apa, sedang tidak
ada uluran tangan dari orang kaya kepadanya.
7. Dapat menyucikan diri dari dosa, memurnikan jiwa (tazkiyatun nafs),
menumbuhkan akhlak mulia, murah hati, peka terhadap rasa
kemanusiaan, dan mengikis sifat bakhil atau kikir serta serakah.
Dengan begitu, suasana ketenangan batin karena terbebas dari tuntutan
Allah SWT dan kewajiban kemasyarakatan, akan selalu melingkupi
hati.
8. Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam
distribusi harta (sosial distribution), dan keseimbangan tanggung jawab
individu dalam masyarakat.
9. Zakat adalah ibadah mâliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi
sosial ekonomi atau pemerataan karunia Allah SWT dan merupakan
perwujudan solidaritas sosial, rasa kemanusiaan, pembuktian
persaudaraan Islam, pengikat persatuan umat dan bangsa, sebagai
pengikat batin antara golongan kaya dengan golongan miskin dan
sebagai penimbun jurang yang menjadi pemisah antara golongan yang
kuat dengan yang lemah.
10. Mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera, di mana hubungan
seseorang dengan yang lainnya menjadi rukun, damai, dan harmonis
yang akhirnya dapat menciptakan situasi yang aman, tenteram lahir
batin.
11. Menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang berdiri
atas prinsip-prinsip: umatan wahidah (umat yang bersatu), musâwah
(umat yang memiliki persamaan derajat dan kewajiban), ukhuwah
Islamiyah (persaudaraan Islam), dan takâful ijtima’i (sama-sama
bertanggung jawab).

xxii
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Zakat merupakan rukun islam yang ketiga yang wajib dilakukan kepada
golongan islam dan diberikan kepasa golongan yang berhak menerima (fakir
mirkin sansapa sebagainya). Harta benda yang wajib dikeluarkan zakatnya
salah satunya adalah emas dan perak, yang memiliki ketentuan ketentuan
tertentu.

xxiii
Nishab emaa dan misqal (96 gram) untuk jumlah ini zakatnya.dua
setengah persen, yaitu sama dengan 1/2 misqal untuk selebihnya di zakati
menurut perhitungan tersebut.
Nishab perak 200 dirham (200 talen atau 672 gram). zakatnya dua
setengah persen, yaitu sama dengan 5 dirham. Untuk selanjutnya di zakati
menurut perhitungan tersebut.
Banyak manfaat dan hiah dari zakat yangadalah dapat meningkatkan
toleransi, solidaritas sesama manusia dan menyeimbangkan antara
habluminallah dan habluminannas.

3.2 Saran
Sebagai umat islam kita wajib menunaikan zakat yang merupakan rukum
islam ketiga. untuk itu kita harus belajar memahami ketentuan ketentuan dalam
melakukan zakat. Banyak orang yang melakukan zakat tapi tidak tau ketentuan
ketentuannya itulah mengapa penulis menjelaskan ketentuan ketentuan zakat
tertentu.
Marilah kita memahami mengenau tentanf zakat sebagai wujud ibadah kita
kepada Yang Maha Kuasa

DAFTAR PUSTAKA

Sunarto, Achmad. 2012. Terjemah Safinatun Najah Fiqih Islam Tingkat


Menengah. Surabaya : Al-MIFTAH
Asrori, A Ma'ruf. 2000. Matnul Ghayab wat Taqrib. Surabaya : Al-MIFTAH
https://googleweblight.com/i?
u=https://kbbi.web.id/zakat&grqid=MF4Hm3qx&s=1&hl=id-ID&geid=1053

xxiv
http://googleweblight.com/i?u=http://www.nu.or.id/post/read/87909/cara-
menghitung-zakat-emas-dan-perak-yang-murni-dan-tak-
murni&grqid=MBTPQbPA&s=1&hl=id-ID&geid=1053

https://googleweblight.com/i?u=https://qultummedia.com/keistimewaan-hikmah-
dan-keutamaan-zakat/&hl=id-ID

http://www.nu.or.id/o-
client/nu_or_id/pictures/post/big/15222911425abc51c6797f3.jpg

http://www.inhilklik.com/assets/berita/original/51330604497-
emas_zpstgkgzkss.jpg

https://masthink.files.wordpress.com/2012/08/zakat.jpg

http://www.muslimedianews.com/2018/06/tujuh-macam-niat-zakat-fitrah.html

LAMPIRAN

Gambar option 2.1 pengertian zakat emas dan perak


Gambar option 2.8 cara menghitung zakat emas dan perak
Gambar option 2.9 keistimewaan dan hikmah zakat

xxv

Anda mungkin juga menyukai