Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum SKI
Disusun Oleh :
Nama : Sri Wulan Purnami
Kelas : X IPS 4
NIS : 6054
i
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis yang berjudul “Sejarah Syeikh Abdullah Asyiq Kiringan” telah
disahkan dan disetujui pada :
Hari :
Tanggal :
Disetujui Oleh :
……………………… ………………………
Mengetahui,
Kepala MAN 2 Pati
Drs. H. Sutarmo
NIP. 19590706 198603 1 003
ii
iii
ABSTRAK
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah yang berjudul “ Sejarah Syeikh Abdullah Asyiq Kiringan” atas dukungan
moral materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. H. Sutarmo Kepala MAN 2 Pati.
2. Bapak/ Ibu guru pembimbing mata pelajaran yang memberikan materi
pendukung, masukan, bimbingan kepada penulis.
3. Bapak/ Ibu Guru yang selalu memberikan dukungan untuk dapat
menyelesaikan makalah ini.
4. Teman-teman semua yang juga telah memberikan dukungan dan
dorongan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.
Penulis
iv
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan .............................................................................. 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Biografi Syeikh Abdullah Asyiq atau Ki Ageng Kiringan ................ 3
2.2 Makam Syeikh Abdullah Asyiq atau Ki Ageng Kiringan ................. 4
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ........................................................... 5
3.2 Tehnik Pengumpulan Data ................................................................. 5
3.3 Tehnik Pengolahan Data .................................................................... 5
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Perkembangan Agama Islam Pada Masa Syeikh Abdullah Asyiq .... 7
4.2 Peran Syeikh Abdullah Asyiq di Desa Kiringan Pundenrejo ........... 10
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ............................................................................................ 13
5.2 Saran ................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
4
4
5
BAB III
METODE PENELITIAN
5
6
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, yang meliputi :
A. Biografi Syeikh Abdullah Asyiq atau Ki Ageng Kiringan
B. Makam Syeikh Abdullah Asyiq atau Ki Ageng Kiringan
BAB III METODE PENELITIAN, yang meliputi :
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
B. Tehnik Pengumpulan Data
C. Tehnik Pengolahan Data
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN, yang meliputi :
A. Perkembangan Agama Islam Pada Masa Syeikh Abdullah Asyiq
B. Peran Syeikh Abdullah Asyiq di Desa Kiringan Pundenrejo
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
6
7
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
7
8
Ageng melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Saridin, yang
berasal dari kata Syah dan Ridho, yang artinya mendapat Ridlo Allah SWT.
Konon Saridin ini mempunyai kesukaan blayang atau berkelana, baik
untuk mencari ilmu maupun untuk melakukan syiar terhadap Islam.Mengenai
kebenaran cerita ini, penulis kembalikan sepenuhnya kepada pembaca
sekalian.
Mbah Abdul Rozak, demikian masyarakat di desa Jembulwunut,
Kecamatan Gunungwungkal dan desa Ngablak, Kecamatan Cluwak,
Kabupaten Pati sering menyebutnya, nama aslinya Abdul Rozak Muhammad
Abdullah, beliau berasal dari Bejagung, Tuban, Jawa Timur, yang konon
masih mempunyai garis keturunan dengan Raden Khasan atau Raden Patah.
Dari daerah asalnya beliau hendak menuju Demak, sesampainya di
wilayah KEMAGUHAN sekarang Kropak beliau singgah dan menetap di
Kropak hampir sepertiga dari hidupnya. Sebenarnya beliau berkeinginan
untuk berguru kepada Saridin atau Syeikh Jangkung, tapi oleh Syeikh
Jangkung disarankan untuk berguru kepada ayahnya yaitu Syeikh Abdullah
Asyiq atau Ki Ageng Kiringan. Setelah melalui perjuangan yang berat
akhirnya Abdul Rozak menemukan padepokan Ki Ageng Kiringan atau
Syeikh Abdullah Asyiq di Dusun Kiringan-Pundenrejo.
Namun Rozak tidak langsung diterima sebagai murid, untuk sementara
diterima sebagai abdi membantu pekerjaan sehari-hari. Meskipun sebagai
abdi, Rozak menerima pekerjaan tersebut dengan ikhlas, sehingga akhirnya
Rozak diterima sebagai murid Ki Ageng Kiringan. Suatu ketika Ki Ageng
Kiringan memerintahkan Abdul Rozak untuk membuat sumur, walaupun saat
itu musim kemarau, pada tengah malam beliau berdo’a agar apa yang
dikerjakan mendapat ridlo Allah SWT. Pada malam itu juga beliau keluar
rumah serta memanjatkan do’a sekaligus menghentakkan kaki tiga kali.
Bersamaan itu juga sudah menjadi lubang sumur, akan tetapi belum keluar
sumber airnya, sampai pagi harinya Ki Ageng Kiringan menemukan Abdul
Rozak duduk bersila disamping sumur buatannya, sambil tetap berdo’a
kepada Allah SWT. Tiba – tiba beliau mengambil keranjang yang ada
dirumah gurunya, untuk mengambil air dengan keranjang tersebut ke sungai.
8
9
Keranjang tersebut seperti timba saja, air yang diambil Abdul Rozak dari
sungai dimasukkan ke sumur, yang akhirnya muncul sumber air di sumur
tersebut.
Ada kemungkinan sumur yang dibuat oleh Mbah Abdul Rozak adalah
sumur yang saat ini ada di dalam masjid Kiringan, yang airnya tidak pernah
kering meskipun musim kemarau panjang. Berkat ketekunannya, Ki Ageng
Kiringan menjadikan Abdul Rozak sebagai murid kesayangan dan
mengawinkan dengan seorang wanita bernama Ni Tambi, dan Abdul Rozak
diberi tanah disebelah barat Kiringan atau yang sekarang disebut dukuh
Kesambi. Namun kebiasaan Abdul Rozak di Kropak tak bisa begitu saja
beliau tinggalkan. Seni tayub masih menjadi kegemarannya, maka suatu
ketika beliau datang ke Desa Giling untuk bergabung disana. Arak pun
sempat diminumnya sehingga beliau mabuk sampai esok harinya masih ada
di desa Giling.
Karena beliau tidak bisa berjalan, maka beliau membuat sayembara pada
siapa saja yang mampu menggendongnya maka akan diberi hadiah berupa
tanah pelintahan yang ada di Ngablak. Dengan hadiah tersebut sudah banyak
orang yang berusaha menggendong beliau, namun tidak ada satu orangpun
yang mampu, sehingga datanglah seorang yang dianggap danyang Giling
yang bernama Dromo Wongso. Ki Danyang ini yang sanggup menggendong
Abdul Rozak sampai Ngablak dan berhak atas tanah pelintahan tersebut.
Namun pada suatu ketika Abdul Rozak menderita sakit, sampai tidak terasa
sebelah kakinya terluka dan mengeluarkan nanah karena terlalu lama
berbaring ditempat tidur tidak bisa jalan.
Setelah beliau dapat berjalan berganti penyakit yang dideritanya, yang
semua keluar nanah kemudian menjadi borok yang semakin parah, sampai-
sampai beliau mengeluarkan ultimatum “Bagi siapa saja yang masih
keturunan Ngablak, akan terlaknat bila minum arak” pernah diceritakan
setelah Mbah Abdul Rozak mengeluarkan ultimatum, ada seseorang yang
kebetulan melewati Ngablak hendak menjual arak, sesampainya di wilayah
Abdul Rozak, maka botol-botol arak tersebut meledak semua.
9
10
Pada suatu saat Abdul Rozak akan membersihkan borok pada kakinya di
sungai, namun aliran sungai tersebut mengalir di hilir yang biasa dipakai
untuk berwudlu Ki Ageng Kiringan. Karena menimbulkan bau yang kurang
sedap pada air yang mengalir, maka Ki Ageng Kiringan menyarankan agar
Abdul Rozak membersihkan boroknya di dekat pohon Bendo yang katon
(kelihatan), dan kelak dinamakan desa Bendokaton. Namun sungainya masih
satu arah melewati Bangkol, Kiringan serta Tayu. Sehingga sangat
menggangu aktivitas Ki Ageng Kiringan beserta murid-muridnya. Maka
diutuslah salah satu murid untuk menemui Abdul Rozak agar beliau mencuci
boroknya di selatan desa Ngablak, yakni Jembul yang waktu itu masih
termasuk wilayah Ngablak.
Akhirnya dengan susah payah Abdul Rozak menuju Jembul dengan
bantuan istrinya. Dan beliau berhenti di sebuah sungai kecil atau Kalen
(Bahasa Jawa) untuk membersihkan boroknya yang sudah mulai berdarah.
Namun anehnya bau air yang dipakai untuk membersihakan borok tersebut
baunya menjadi harum/wangi, maka oleh Abdul Rozak dinamakan “Kalen
Kembang”.
Sakit yang diderita Abdul Rozak rupanya dibawa sampai beliau wafat,
pada hari Ahad Wage bulan Dzulqoidah beliau kembali pulang keharibaan
Allah SWT untuk selama-lamanya. Oleh karenanya bagi penduduk Jembul
bila terserang borok pada kakinya besar kemungkinan ajalnya dekat. Hal ini
kemungkinan bila si penderita mengindap diabetes, atau sering disebut borok
RITI. Marine yen Mati atau sembuhnya kalau sudah meninggal. Tidak
berselang lama Ni Tambi menyusul sang suami pulang ke Rahmatullah,
keduanya dimakamkan di Gosari secara berdampingan. Sampai sekarang
banyak para peziarah dari luar daerah yang datang untuk bertawasul dimakam
Mbah Rozak.
10
11
oleh masyarakat luas. Dahulu tongkat yang digunakan saat khotib berkhutbah
Jum’at jumlahnya ada 2 (dua) buah.
Namun waktu itu sungai Kiringan terjadi banjir bandang dan sampai
mengikis dukuh Kiringan tinggal beberapa meter dibelakang masjid. Dan
bila terjadi banjir terus menerus tidak menutup kemungkinan tanah yang ada
dibelakang masjid akan terus terkikis dan membahayakan masjid serta
pemakaman yang ada di belakang masjid. Maka suatu ketika terjadi banjir
besar lagi yang sangat membahayakan keberadaan masjid, maka oleh Ki
Ageng Kiringan diambilnya salah satu tongkat tersebut dan ditancapkan
ditempat yang dilanda banjir.
Anehnya sewaktu tongkat ditancapkan ditanah, banjir yang semula akan
menerjang masjid Kiringan, tiba-tiba pindah/ bergeser ke selatan dukuh
Kiringan. Lokasi bekas sungai tersebut, dinamakan Kali Tengah, yang artinya
bekas tengah-tengah sungai yang menjadi area persawahan yang sangat
subur. Konon dari cerita turun temurun, bedhuk Kiringan bunyi sendiri bila
terjadi musibah sungai kiringan terjadi banjir bandang. Bunyi bedhuk
Kiringan ini tidak hanya terdengar di sekitar dukuh Kiringan saja, tetapi juga
sampai ke desa-desa disekitarnya. Masyarakat sendiri sampai sekarang
mempercayai hal itu. Di dalam bedhuk Kiringan sendiri terdapat sebuah
piring kecil, namun sekarang kondisinya sudah pecah dan masyarakat sendiri
tidak merawatnya. Bahkan pernah ada orang yang datang ke Kiringan
menemui juru kunci Makam yaitu Mbah Mahzum, yang menanyakan
Bedhuk, Kentongan dan Tongkat pegangan untuk khutbah Jum’at.
Barang-barang tersebut akan diminta oleh orang tersebut, dan sebagai
gantinya akan dipugarkan Masjid Kiringan sesuai permintaan, meskipun
dengan biaya yang sangat besar. Namun permintaan tersebut langsung ditolak
oleh juru kunci makam, karena masyarakat tidak berani menanggung
akibatnya serta barang-barang tersebut memang harus dijaga dan dilestarikan
sebagai peninggalan Ki Ageng Kiringan. Disamping keajaiban Bedhuk
Kiringan, di masjid Kiringan juga terdapat sumur tua, dan sampai sekarang
masih di jaga baik oleh juru kunci makam dan juru kunci masjid.
11
12
12
13
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Syeikh Abdullah Asyiq atau Ki Ageng Kiringan adalah putra dari
Muhammad Abdul Syakur adalah murid Sunan Muria yang ditugaskan untuk
menyebarkan Islam di daerah Tayu dan sekitarnya. Di desa Kiringan
Pundenrejo Syeikh Abdullah Asyiq menjadi tokoh alim ulama yang
menyebarluaskan agama islam. Dengan berbagai kemampuan yang beliau
miliki namanya sangat terkenal di desa Kiringan dan masyarakat luas lainnya.
5.2 Saran
Pembaca dapat mencari referensi lebih banyak lagi dari sumber lain di
internet selain yang tercantumkan di daftar pustaka penulis. Atau dapat
mencari informasi lebih lanjut dengan orang yang lebih ahli dalam sejarah.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
http://abyfirda.blogspot.com/2012/05/sejarah-ki-ageng-kiringan.html
http://berbagaicerpenlistya.blogspot.com/2018/03/karya-tulis-ilmiah-peran-ki-
ageng.html
http://www.makamparawali.com/2016/09/makam-ki-ageng-kiringan-di-desa-
tayu.html
14