Anda di halaman 1dari 10

IDE PEMBAHARUAN PENDIDIKAN AHMAD SURKATI

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Islam Modern


Dosen Pengampu: Dr. Muqowim, S. Ag., M. Ag.

Disusun Oleh:

Nama : Kusnul Fitriyani

Nim : 17104010073

Kelas/semester : PAI C/5

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2019
PENDAHULUAN

Setiap wilayah dimanapun selalu terdapat pelaku sejarah, yaitu orang yang secara
langsung terlibat dalam peristiwa sejarah. Di Indonesia saat ini masih banyak pelaku sejarah
yang belum ditulis pemikiran-pemikran dan pengalaman hidupnya. Padahal, pelaku sejarah
ini banyak memberikan kontribusi yang besar baik dalam pemikiran, pendidikan, sosial
keagamaan, politik ataupun yang lain. Salah satunya ialah Syeikh Ahmad Surkati, ia seorang
keturunan Arab dari Sudan yang banyak memberi sumbangan pemikiran baik dalam
perkembangan pendidikan Islam maupun pemikiran yang lain.1

Sebagai seorang tokoh pemikir, penggerak, dan pembaharu di Indonesia Ahmad


Surkati tidak hanya menjalankan usahanya sendiri, tetapi dibantuoleh murid-muridnyayang
menjadi pengurus Al-Irsyad. Ide dari pemikiran Syeikh Ahmad Surkati dituangkan dalam
bentuk tulisan dan diterbitkan dalamn bahasa Arab, Melayu, dan Belanda, dimuat dalam
majalah dan surat kabar yang dapat dibaca oleh masyarakat umum. Salah satu majalah ini
adalah Suluh Hindia yang diketuai H.O.S Tjokroaminoto dan Azzachratoel Islamiyah.
Melalui media itu pemikiran Ahmad Surkati semakin tersebar luas dalam di masyarakat.2

Dengan melihat usaha Ahmad Surkati dalam pembaharuan pendidikan maka akan
menjadi cerminan untuk keadaan pendidikan masa sekarang. Bagaimana Ahmad Surkati
melakukan pembaharuan di sekolah al-Irsyad seperti kurikulum, kelembagaan dan metode
dan pendekatan pengajaran. Maka dari itu manfaat apa yang dapat diambil dari hasil usaha
Ahmad Surkati khususnya pada metode dan pendekatan pengajaran untuk diterapkan di
proses belajar mengajar saat ini. Dimana guru masih kurang akan pemahaman mengenai
pentingnya menggunakan metode dan pemdekatan pengajaran pada siswa.

KONTEKS KEKINIAN DALAM MASALAH PENDIDIKAN

Problematika pendidikan dewasa ini, ketika dititik operasionalisasi proses


pembelajarannya. Muctar Buchori dalam Lentera Pendidikan Jurnal Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan berpendapat bahwa terjadinya kegagalan pendidikan agama di lembaga pendidikan
Islam disebabkan oleh praktik pendidikannya hanya memperhatikan praktik aspek kognitif
semata dari pertumbuhan kesadaran nilai-nilai agama, ia mengabaikan aspek afektif dan
konatif-volutif, yakni kemauan dan tekat untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama.
Kamaruddin Hidayat juga berpendapat bahwa Pendidikan agama lebih berorientasi pada
belajar tentang agama dan kurang berorientasi pada belajar bagaimana cara beragama dengan
baik dan benar. Harun nasution dalam pernyataannya menyatakan bahwa pendidikan agama
(Islam) banyak dipengaruhi oleh trend Barat, yang lebih mengutamakan pengajaran dari pada
pendidikan moral, padahal intisari pendidikan agama adalah pendidikan moral.3

Membicarakan seputar kualitas guru (pendidik), keadaan guru di Indonesia juga


sangat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profrsionalitas yang memadai
1
A. Rahmayani Samfirna, Skripsi:Peranan Syeikh Ahmad Surkati dalam Perkembangan Islam di Jawa 1911-
1943, (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2018), hlm. 1.
2
Ibid., hlm. 3.
3
Ikwani, Skripsi:Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Solusi yang dilakukaknan Sekolah
dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Takalar, (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2017),hlm.5

2
untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebutkan dalam pasal 39 UU Nomor 20/2003.
Undang-undang tersebut pada intinya merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan, melakukan pelatihan, melakukan
penelitian, dan melakukan pengabdian masyarakat. Memperhatikan persoalan tersebut
seorang guru bukan hanya guru pendidikan agama Islam dan kepala sekolah saja tetapi juga
semua yang tergolong kedalam tenaga kependidikan di sekolah harus dituntut untuk
melakukan berbagai inovasi dan membudayakan nilai-nilai Islam dalam proses pembelajaran
disekolah.4

Adapun yang dimaksud dengan problematika pembelajaran yang disini adalah segala
masalah atau berbagai hambatan yang dialami siswa (peserta didik) maupun guru bidang
studi dalam kelangsungan proses belajar mengajar. Masalah atau hambatan itu antara lain
dalam pemilihan dan penggunaan metode serta kesulitan dalam memberikan semangat dan
menumbuhkan minat peserta didik dalam pembelajaran demi tercapainya tujuan
pembelajaran.

PROFIL DAN SEJARAH AHMAD SURKATI

Nama lengkah Syeikh Ahmad Surkati adalah Ahmad bin Muhammad Surkati al-
Kharraj al-Anshari. Ia lahir di Daerah Adfu Donggala, Sudan. Ayahnya bernama
Muhammad yang masih diyakini memiliki hubungan dengan Jabir bin Abdyul al-Anshari.
Adapun nama Surkati yang terdapat pada namanya itu diperoleh dari sebutan neneknya,
sehingga namanya menjadi Ahmad Surkati. Lebih lanjut kata Surkati yang ada dibelakang
namanya itu merupakan sebutan bagi kakeknya yang sepulangnya mencari ilmu di Mesir
dengan membawa sejumlah kitab.5

Pendididkan Ahmad Surkati diawali dengan mempelajari dan menghafal Al-Qur’an.


Ia berhasil mendalami Al-Qur’an diusia yang sangat muda. Setelah memasuki masa remaja
ia belajar dari ayahnya ilmu agama yang meliputi ilmu fiqih dan tauhid. Terlihat bahwa
pendidikan yang ditempuhnya tidak jauh berbeda dari sistem pendidikan tradisional yang ada
di Sudan. Awalnya anak-anak diajari membaca dan menghafal Al-Qur’an kemudian
mempelajari tauhid dari teology Asy’ari dan fiqih mazhab Maliki.6

Sejak belajar agama dilingkungan keluarga, Ahmad Surkati telah menunjukkan hasrat
untuk mengikuti jejak ayahnya, yaitu belajar di Universitas al-Ahzhar. Namun keinginan itu
tidak tercapai karena ayahnya telah lebih dahulu wafat. Ia melanjutkan studinya dengan
bekerja keras, hingga sampai ke luar negeri, walaupun bukan negara Mesir yang ditujunya
itu.7

Selanjutnya ketika berusia 22 tahun, Ahmad urkati menunaikan ibadah haji, dan
setelah itu ia menetap di Madinah selama kurang lebih empat sampai lima tahun untuk belajar
dan meningkatkan kemampuan bahasa dan ilmiahnya. Di Madinah ia belajar pada guru-guru
4
Ikwani, Skripsi:Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Solusi yang dilakukaknan Sekolah
dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Takalar, (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2017),hlm.5
5
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), hlm. 241.
6
Ramli Abdul Wahid, Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, (Medan: IAIN PREES, 2010), hlm. 9.
7
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), hlm. 241.

3
yang masyhur. Ia belajar bahasa Arab kepada Ahmad Barzanji, belajar fiqih kepada Syeikh
Mubarak an-Nasmat, belajar hadist kepada Syeikh Shalih dan Umar Hamdan, serta
mendalami tafsir kepada Syeikh Muhammad al-Khayari dari Maroko.8

Setelah belajar di Madinah, Ahmad Surkati melanjutkan studinya ke Mekkah,


khususnya untuk mempelajari fiqih dalam mazhab Syafi’i. Salah seorang gurunya adalah
Syeikh Syu’aib tokoh Muslim dari Maroko. Pada saat belajar disinilah ia memperoleh gelar
penghargaan “al-alamah” dari Majelis Ulama Mekkah. Menurut Sati Muhammad
sebagaimana yang dikutip oleh Bisri Affandi bahwa ia adalah orang Sudan yang pertama kali
namanya tertulis dalam daftar ulama Mekkah, walaupun tidak sedikit ulama Sudan yang
berada di Mekkah. Pada tahun 1906 ia ditunjuk mengajar fiqih di Masjid al-Haram selama
beberapa tahun. Selama mengajar, ia menulis beberapa buku yang tidak diterbitkan tentang
studi tafsir.9

Selama di Mekkah, Ahmad Surkati melakukan korespondensi dengan ulama Azhar


yang cenderung kepada pembaharuan yang dibawa Muhammad Abduh dan Rasyid Rida.
Dari sinilah embrio munculnya paham pembaharuan di benak Ahmad Surkati.10

Tugas Ahmad Surkati sebagai seorang guru di Mekkah ini tidak terlalu lama, ia
kemudian pergi ke Indonesia. Kedatangannya ke Indonesia ini ada kaitannya dengan
perjalanan jama’ah haji. Sebagaimana tercatat dalam sejarah bahwa ibadah haji ketika itu
berfungsi ganda, yaitu selain sebagai penunaian rukun Islam kelima, juga sebagai media
penyaluran ide-ide pembaharuan dari Timur Tengah. Hal itu terbukti dengan kembalinya tiga
orang haji asal Minangkabau, yaitu Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang. Mereka itu
melakukan pembaharuan di Minangkabau.11

Bersamaan dengan itu di Indonesia telah berdiri organisari bernama Jami’at al-Khair.
Bagi organisasi ini perjalanan ibadah haji dijadikan sebagai sarana untuk mendatangkan guru
dari Timur Tengah, khususnya dari Saudi Arabia. Karena ketika itu Jam’iat ak-Khair telah
mempunyai program untuk mendatangkan guru dari dalam dan luar negeri serta program-
program pengiriman siswa untuk melanjutkan studinya ke luar negeri. Dengan kata lain,
ketika itu Jam’iatul Khair sebagai organisasi sosial keagamaan telah membangun jaringan
hubungan internasional terutama dengan negara-negara Timur Tengah untuk kepentingan
peningkatan pendidikan.12

Melihat program yang ada pada Jami’at Khair, maka proses kedatangan Ahmad
Surkati ke Indonesia tidak terlepas dari peran organisasi tersebut. Ahmad Surkati di
datangkan ke Indonesia, dalam rangka memperbaiki kualitas sekolah dan kualitas anak didik.
Jami’at Khair banyak mendatangkan guru dari luar negeri. Drai sekian banyak guru yang
didatangkan, Ahmad Surkati yang terlihat menonjol dan berperan dalam pembaharuan di

8
Ramli Abdul Wahid, Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, (Medan: IAIN PREES, 2010), hlm. 9.
9
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), hlm. 242.
10
Ramli Abdul Wahid, Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, (Medan: IAIN PREES, 2010), hlm. 9.
11
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), hlm. 242.
12
Ibid., hlm. 243.

4
Indonesia. Ahmad Surkati termasuk sosok yang disegani dan dihormati. Hal ini disebabkan
oleh pengetahuan yang luas dan mahir dalam ilmu agama dibandingkan guru-guru lainnya.13

Keberadaan Ahmad Surkati di Jami’at Khair tidak berlangsung lama. Pada tahun
1913 Ahmad Surkati mengeluarkan fatwa tentang persamaan derajat antara orang muslim. Ia
tidak mengakui adanya diskriminasi yang disebabkan keturunan, darah, pangkat atau harta.
Baginya semua kedudukan makhluk di mata Allah adalah sama, yang membedakan mereka
adalah ketaqwaannya. Fatwa ini disebut dengan fatwa solo. Fatwa inilah yang menimbulkan
gejolak utama di kalangan anggota Jami’at Khair yang berasal dari golongan ‘Alawi.
Ketegangan ini semakin tersulut ketika seorang kapten Arab bernama Umar Manggus yang
tidak mau mencium tangan seorang sayyid ketika bertemu. Seorang sayyid menganggap
dirinya terhormat dan mempunyai kedudukan tinggi dari umat Islamnya, kerena mereka
merasa masih keturunan Nabi Muhammad saw yang harus dimuliakan. Sejak itu Ahmad
Surkati dipinggirkan. Kemudian ia mengundurkan diri dari Jami’at Khair.14

Setelah keluar dari Jami’at Khair Ahmad Surkati menerima ajakan dari sahabatnya
untuk tetap di Indonesia. Ahmad Surkati bersama dengan sahabat-sahabatnya berniat untuk
mendirikan sekolah secara bersama-sama pada tanggal 15 Syawal 1332 H/ 6 Setember 1914
M, Ahmad Surkati bersama sahabat-sahabatnya (Umar Manggus, Saleh bin Obeid Abdat,
Sayid Salim Mas’abi, Salim bin Umar Balfas, Abdullah Harharah dan Umar bin Saleh bin
Nahdi). Mereka bersama-sama mendirikan sekolah yang diberi nama Madrasah al-Irsyad al-
Islamiyah. Izin dan pengolahan Madrasah berada ditangan Ahmad Surkati. Untuk
memudahlan segala kegiatan dalam pendidikan madrasah maka dibutuhkan naungan hukum.
Untuk itu dibentuklah Jami’at al-Ishlah wa al-Irsyad al-Arabiah (Perhimpunan reformisme
dan pimpinan golongan Arab). Perhimpunan ini memperoleh pengakuan hukum dari
Gubernur Jendral tepat pada tanggal 11 Agustus 1915 keputusn nomor 27 yang disirkan oleh
Javasche Courant, Nomor 67 tanggal 20 Agustus 1915.15

Selain sebagai seorang pendidik, ulama dan tokoh pembaharu Islam, Ahmad Syrkati
juga dikenal sebagai seorang penulis, terbukti dengan banyaknya karya tulis yang
dihasilkannya. Kaya tulis tersebut bagi Ahmad Surkati dapat dijadikan sebagai media untuk
mensosialisasikan gagasan atau ide-ide pembaharuan Islam dan pendidikan Islam. Beberapa
karya tulis Ahmad Surkati ditulis dengan menggunakan bahsa Arab, bahasa Melayu dan
bahasa Belanda. Karya-karya tulis Ahmad Surkati diantaranya Surat-Surat Jawaban, Al-
Washiat al-Aminiyyah (nasihat bagi para pemimpin), Al-Masail al-Tsalats (tiga persolan),
Hak Suami Isteri, Tawjih al-Qur’an lil Adabil al-Qur’an.16

IDE-IDE PEMBAHARUAN PENDIDIKAN AHMAD SURKATI

13
Sri Suriana, Peranan Ahmad Surkati Dalam Gerakan Pembaharuan Islam Melalui Perhimpunan Al-Irsyad
1914-1943, Artikel Medina-Te Vol.13 No. 2, 2017, hlm. 125.
14
Sri Suriana, Peranan Ahmad Surkati Dalam Gerakan Pembaharuan Islam Melalui Perhimpunan Al-Irsyad
1914-1943, Artikel Medina-Te Vol.13 No. 2, 2017, hlm. 125.
15
Ibid., hlm. 126.
16
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), hlm.243

5
Secara umum ide-ide pembaharuan pendidikan Ahmad Surkati dapat dikategorikan
pada beberapa aspek, yaitu aspek institusi (kelembagaan), aspek kurikulum, dan aspek
metode serta pendekatan.17

1. Aspek kelembagaan
Selain terbentuknya organisasi al-Irsyad, maka salah satu tujuan dari
organisasi al-Irsyad yang telah dirumuskan dalam dasar-dasar pembentukan al-Iryad ,
didirikan sekolah-sekolah yang peserta didiknya terbentuk untuk umum asalkan
mereka beragama Islam.
Secara kelembagaan program pendidikan yang dilakukan langsung selama 15 tahun
dengan jenjang pendidikan yang meliputi pendidikan dasar 3 tahun, pendidikan
ibtidaiyah selama 4 tahun, pendidikan tajhizziyah selama 2 tahun, jenjang mu’allimim
selama 4 tahun dan jenjang takhassus selama 2 tahun.
2. Aspek Kurikulum
Sebagai lembaga pendidikan modern, sekolah-sekolah al-Irsyad dalam
kegiatan belajar mengajar merupakan rencana pelajaran atau rencana pengajaran yang
dalam bahasa pendidikan disebut kurikulum.
Rencana pelajaran itu dijadikan sebagai kerangka kerja sistematik dalam suatu
kegiatan pengajaran modern. Penerapan konsep tersebut tidak terlepas dari
keterlibatan secara aktif Ahmad Surkati sebagai tokoh yang berpengaruh pada
sekolah- sekolah al-irsyad.
Kurikulum yang diterapkan sebelumnya berorientasi pada ilmu-ilmu agama saja, lalu
dirubah menjadi kuruikulum pelajaran agama yang diberi muatan pelajaran umum.
Materi dan kitab yang digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan jenjang atau
tingkat pendidikan dan lamanya waktu belajar siswa.18
3. Aspek Metode dan Pendekatan Pengajaran
Untuk memahami metode dan pendekatan yang diterapkan oleh Ahmad
Surkati dalam kegiatan belajar mengajar pada sekolah al-Irsyad, dapat dilihat dari
komentar yang diberikan kalangan sahabat dan muridnya yang secara langsung
mendapat pendidikan dari Ahmad Surkati. Mereka itu adalah:
a. H. Abdul Halim
Tiap pagi setelah shalat shubuh, ia diajak oleh Ahmad Surkati berjalan-jalan
menelusuri jalan tertentu dan kembali lagi ke asrama. Didalam perjalanan itu ia
diajarkan bahasa Arab tentang benda-benda yang ditemuinya dalam perjalanan
dan diajak berbicara bahasa Arab.
b. HM. Rasyidi
Ahmad Surkati sebagai seorang guru yang telah menerapkan pendekatan
personil psikologis dan conselling dalam melihat minat dan bakat serta tingkat
kemampuan intelegensinya para siswa yang diajarnya. Pendekatan ini digunakan
untuk diberikan pengarahan dan bimbingan agar para siswa menemukan sendiri
minat dan bakat serta mengetahui tingkat kemampuan intelegensinya. Dari
17
Ibid., hlm. 245-246.
18
Sri Suriana, Peranan Ahmad Surkati Dalam Gerakan Pembaharuan Islam Melalui Perhimpunan Al-Irsyad
1914-1943, Artikel Medina-Te Vol.13 No. 2, 2017, hlm. 130.

6
keadaan ini, para siswa dapat dibantu dalam memilih jurusan dan spesialisasi ilmu
yang akan dikembangkannya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
c. A. Hasan
Menurut A. Hasan, bahwa Ahmad Surkati adalah sebagai seorang pendidik
yang berjiwa demokratis dan dalam suasana kegiatan belajar mengajar beliau
menggunakan pendekatan akliyah dalam mengembangkan tingkat kemampuan
berfikir para siswa dan orang-orang yang belajar dengannya, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Selain itu Ahmad Surkati juga menerapkan metode diskusi kepada para
siswanya, sehingga tidak heran jika para siswa yang diajarnya menjadi mitranya
dalam satu forum yang menjadi ajang pertukaran pemikiran dan pendapat. DalamS
bahasa Husein al-Haikal, Ahmad Surkati dalam menempa para siswa agar benar-benar
memahami pelajaran dan mempunyai daya catifitas tidak hanya diajarkan ilmu
naqliyah secara sempit, tetapi juga perkenalkan ilmu akliah untuk memahami ayat-
ayat kauniyah.19
Kemampuan memilih metode dan pendekatan pengajaran yang sesuai dengan
situasi belajar yang dihadapi oleh seorang guru tidak kalah pentingnya dari
penguasaan materi pelajaran yang akan disampaikan. Banyak guru yang menguasai
materi pelajaran namun mereka kesulitan dalam menyampaikan materi pelajaran.
Menurut Muhammad Yunus, seorang guru dalam menerapkan metode dan pendekatan
pengajaran harus memperhatikan aspek psikologis siswa sesuai dengan kaidah-kaidah
pengajaran modern, agar mudah dipahami dan dicerna oleh siswa.20
Apa yang dikonsepkan oleh Muhammad Yunus tentang pemilihan metode dan
pendekatan pengajaran sebenarnya telah diterapkan oleh Ahmad Surkati. Begitu pula
penggunaan metode akliyah-kauniyah yang diterapkan oleh Ahmad Surkati dalam
melakukan kajian terhadap al-Qur’an maupun hadist sangatlah tepat, karena metode
dan pendekatan semacam ini merupakan metode kritik terutama pada materi hadist
dan ajaran agama lainnya yang dalam perjalannya telah bercampur dengan hal-hal
yang termasuk bid’ah dan susatu yang bukan ajaran agama.21
Berdasarkan pada uraian tesebut dapat diketahui bahwa Ahmad Surkati dapat
dikategorikan sebagai tokoh pembaharu dalam bidang pendidikan Islam pada
masanya, karena model dan cara pendidikan yang diperkenalkannya belum biasa
dikenal di lembaga-lembaga pendidikan yang terdapat di masyarakat Islam pada masa
itu. Hal ini menunjukkan dari sikap dan pandangannya yang berani bersikap berbeda
dari sikap dan pandangan yang pada umumnya pada waktu itu. Sikap inilah yang
dapat dicatat dari keberanian Ahmad Surkati.22

REKONSTRUKSI METODE DAN PENDEKATAN PENGAJARAN AHMAD


SURKATI PADA PENDIDIKAN MASA SEKARANG.

19
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), hlm.246-247.
20
Ibid., hlm. 247.
21
Ibid., hlm. 247.
22
Ibid., hlm.248.

7
Pendidikan saat ini menunjukkan permasalahan yang terdapat pada guru dan siswa.
Namun Salah Satu jabatan tenaga kependidikan yang mendapat sorotan dari masyarakat
untuk ditingkatkan kemampuan dan profesionalnya adalah guru. Guru (pendidik) adalah
tempat bertumpunya harapan akan memperbaiki situasi pendidikan, karena mutu pendidikan
dipengaruhi oleh faktor guru dan siswa (peserta didik).23
Pendidik merupakan salah satu faktor penting dalam proses pendidikan, karena guru
(pendidik) itulah yang akan bertanggungjawab dalam mendidik dan membimbing anak dalam
proses beljar-mengajar ke arah pembentukan kepribadian yang baik, cerdas, terampil dan
mempunyai wawasan cakrawala berfikir yang luas serta dapat bertanggungjwab terhadap
kelangsungan hidup dan kehidupannya. Terutama dalam pendidikan Islam mempunyai
kelebihan dibanding dengan pendidikan pada umumnya karena selain bertanggung jawab
terhadap pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam, juga bertanggung
jawab terhadap Allah swt.24
Pada konteks kekinian masalah pendidikan sudah dibahas bahwa permasalah pada
pendidikan saat ini salah satunya pada titik metode pengajaran guru terhadap pemahaman
siswa tentang materi. Tidak sedikit guru yang mengabaikan masalah metode pengajaran
tersebut sehingga berdampak pada kurangnya pemahaman siswa terhadap meteri yang
diajarkan. Maka dari itu, disini saya mengambil pelajaran dari pemikiran Ahmad Surkati
tentang metode dan pendekatan pengajaran yang dilakukan sebagai upaya membangun
keberhasilan proses belajar mengajar dikelas. Selain itu juga akan berdampak pada perilaku
siswa sebagai bukti nyata keberhasilan materi pada pendidikan Islam.
Metode yang digunakan Ahmad Surkati adalah metode diskusi, praktik, ceramah dan
keteladanan. Pendektan yang dilakukan Ahmad Surkati memperhatikan muridnya dari segi
budi pekerti dan intelektual, pemikiran yang mampu diterima oleh muridnya, menggunakan
pendekatan rasional dalam pembelajaran, personal psikologis dan dalam memahami minat,
bakat dan kemampuan siswanya.25
Tujuan pendidikan yang didefinisikan oleh Ahmad Surkati lebih tertuju kepada
konsep tauhid dan manusia. Adanya pengembangan konsep tauhid diharapkan manusia akan
membaca ayat-ayat qauliyah yang terdapat dalam wahyu Allah, membaca ayat-ayat kauniyah
yang terdapat dialam raya dan mengembangkan, memberdayakan serta memelihara potensi
alam sesuai dengan kehendak Allah swt.26 Tujuan dan konsep ini sangat baik jika diterapkan
pada sekolahan, dimana para siswa pada masa sekarang kurang akan kesadaran dalam
memahami ayat-ayat yang diturunkan Allah dan juga peka terhadap alam sekitar
sebagaimana dalam hal tadaburalam.
Dengan adanya metode dan pendekatan pengajaran dan tujuan pendidikan maka
seharusnya dalam proses interaksi belajar-mengajar, seorang guru harus mampu menciptakan

23
Ikwani, Skripsi:Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Solusi yang dilakukaknan Sekolah
dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Takalar, (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2017),
hlm.32
24
Ibid.
25
Sri Suriana, Peranan Ahmad Surkati Dalam Gerakan Pembaharuan Islam Melalui Perhimpunan Al-Irsyad
1914-1943, Artikel Medina-Te Vol.13 No. 2, 2017, hlm. 132.

26
Ibid.

8
dan memstimulasi kondisi belajar siswanya dengan baik agar dapat merealisasikan tujuan
pembelajaran dan pendidikan yang ingin dicapai.

PENUTUP

Syeikh Ahmad Surkati adalah seorang pembaharu salah satunya dalam bidang
pendidkan Islam dan ia sangat peduli dengan pendidikan. Umt Islam akan tertinggal dengan
kehidupan yang semakin maju apabila umat Islam tidak perpendidikan. Karena kecintaannya
dengan pendidikan dan niat tulusnya untuk memajukan pendidikan, Ahmad Surkati senang
ketika disuruh mengajar di Indonesia.

Sejak kecil Ahmad Surkati sudah dibimbing ayahnya untuk menghafal Al-Qur’an dan
juga belajar fiqih dan tauhid. Ketika ia masih muda juga melakukan ekspedisi untuk
memperdalam ilmunya ke Mekkah dan Madinah. Sampai akhirnya ia dipanggil ke Indonesia
oleh Jami’at Khair untuk mengajar disana. Tidak berlangsung lama di Jami’at Khair karena
ada kontroversi, maka Ahmad Surkati mengundurkan diri dari Jami’at Khair. Kemudian ia
diajak oleh sahabatnya untuk mendirikan sekolah yang bernama al-Irsyad. Disinilah Ahmad
Surkati melakukan usaha-usaha pembaharuan pendidikan Islam yang kemudian diterapkan
pada siswa yang diajarnya. Pembaharuan ini meliputi aspek kelembagaan, kurikulum dan
juga metode dan pendekatan pengajaran.

Dari usaha Ahmad Surkati yang gigih dalam membangun pendidikan Islam dan juga
metode yang digunakan dalam pengajaran maka menjadi cambuk bagi kondisi pendidikan
saat ini. Dimana masih banyak guru kurang memperhatikan dalam penerapkan metode dan
pendekatan pengajaran dalam proses belajar-mengajar. Melihat keberhasilan Ahmad Surkati
menjadi poin penting untuk para guru (pendidikan) mencontoh kegigihan dan metode
pembelajaran di sekolah. Karena kondisi saat ini para siswa kurang dalam memahami materi
dan berdampak juga terhadap perilaku (sikap) siswa pada kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.

9
Wahid, Ramli Abdul. 2010. Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia. Medan: IAIN PREES.

Samfirna, A. Rahmayani. 2018. Peranan Syeikh Ahmad Surkati dalam Perkembangan Islam
di Jawa 1911-1943. Makassar: UIN Alauddin Makassar.

Ikwani. 2017. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Solusi yang
dilakukaknan Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Takalar,
Makassar: UIN Alauddin Makassar.

Suriana,Sri. 2017. Peranan Ahmad Surkati Dalam Gerakan Pembaharuan Islam Melalui
Perhimpunan Al-Irsyad 1914-1943. Diambil dari:
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate/article/view/3482

10

Anda mungkin juga menyukai