Kelompok 2 :
Zulkifli
Sardiah
Faiz Marzuq
Risma
Ika Nurul Aini
Dwi Katrisman
Risky Abadi
Muslim Abdurahman
Sanrenor Majsal
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya
dengan segala rahmat-Nyalah akhirnya penulis bisa menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. saya selaku penulis berharap semoga makalah yang telah kami susun ini bisa
memberikan banyak manfaat. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan yang membutuhkan perbaikan, sehingga kami sangat mengharapkan masukan
serta kritikan dari para pembaca.
PENDAHULUAN
1
Abudin Nata,Sejarah Pendidikan Islam pada periode klasik dan pertengahan (Jakarta : Rajawali Pers,
2013) hlm.62
2
Ali al-junbulati, Perbandingan Pendidikan Islam,terj. M. Arifin, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994) hlm. 30
Yang melatar belakangi munculnya madrasah adalah disebabkan masjid-masjid pada
saat itu tidak lagi mampu menampung kegiatan-kegiatan halaqah atau pengajian dari para
guru dan murid, hal ini dikarenakan semakin banyaknya siswa atau murid yang ikut belajar
di dalamnya, juga ditambah dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
kegiatan penerjemahan buku pada saat itu.
Di Indonesia, permulaan munculnya madrasah baru terjadi sekitar awal abad ke-20.
Meski demikian, latar belakang berdirinya madrasah tidak lepas dari dua faktor, yaitu;
semangat pembaharuan Islam yang berasal dari Islam pusat (Timur Tengah) dan merupakan
respon pendidikan terhadap kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang mendirikan serta
mengembangkan sekolah umum tanpa memasukkan pelajaran agama.3
Ketika menjelaskan sejarah pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di
Indonesia, Mahmud Yunus menyebut tahun 1900 M sebagai era pembatas antara masa
sebelum dan sesudahnya.4 Sebelum tahun 1900 M, pendidikan Islam berlangsung secara
tradisional dalam bentuk pendidikan surau/langgar dan pesantren. Materi pelajaran murni
diniyah; menggunakan metode mengajar bersifat individual, ceramah, dan hafalan; belum
menggunakan meja-kursi, papan tulis, dan ruang kelas. Perubahan mulai terjadi di awal abad
20 yang ditandai dengan munculnya lembaga-lembaga pendidikan Islam modern berupa
madrasah dan sekolah umum berciri khas Islam. Secara umum, kemunculan lembaga-
lembaga modern ini ditandai dengan perubahan aspek- aspek; kurikulum (memperkenalkan
mata pelajaran umum), metode (mulai menggunakan meja, kursi, papan tulis, dan sistem
kelas).
Dengan demikian, keberadaan madrasah di Indonesia merupakan fenomena era
modern yang bukan berasal dari tradisi asli Nusantara. Tulisan berikut, dengan segala
keterbatasannya, akan menjelaskan sejarah perkembangan lembaga pendidikan Agama Islam
yang ada di Indonesia yaitu Madrasah.
3
Maksum, Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999) hlm. 82
4
Mahmud yunus,Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung, 1996) hlm. 34-35
B.RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah Madrasah dalam Islam?
2.Bagaimana Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Agama Islam (Madrasah) di
Inonesia?
C.TUJUAN PENELITIAN
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami secara umum tentang:
1.Sejarah Madrasah dalam Islam
2.Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Agama Islam (Madrasah) di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MADRASAH
Dalam konteks kekinian dan kedisinian, istilah madrasah bukanlah sesuatu yang asing
lagi bagi pendengaran masyarakat Indonesia, baik dikalangan pelajar/mahasiswa,
masyarakatumum dan aparat pemerintah. Kata “madrasah” berasal dari bahasa Arab ‘madrasah’
yang artinya ‘tempat belajar’Sebagaitempat belajar, kata ‘madrasah’ dapat disamakan dengan
‘sekolah’. Namun dalam kerangka sistem pendidikan nasional keduaya berbeda.
Sekolah dikenal sebagai lembaga pendidikan tingkat dasar dan menengah yang
kurikulumnya menitikberatkan pada mata pelajaran umum, dan pengelolaannya berada di
bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan madrasah dikenal sebagai
lembaga pendidikan keagamaan tingkat dasar dan menengah yang karenanya lebih
menitikberatkan pada mata pelajaran agama, dan pengelolaannya menjadi tanggungjawab
Departemen Agama.5
Menurut Zainuddin Alavi, kata ‘madrasah’ yang berasal dari bahasa Arab merupakan
isim makan dari fi’il madhi“darasa” yang artinya “tempat duduk untuk belajar” yaitu
tempat atau wahana untuk mengenyam proses pembelajaran secara formal dan memiliki
konotasi spesifik. Maksudnya pada madrasah itulah anak menjalani proses belajar secara terarah
dan terkendali. Dalam literature Islam klasik (turats), dijumpai istilah madrasah dala pengertian
“aliran” atau “madzhab”. Para penulis Barat menerjemahkannya dengan school atau aliran,
seperti Madrasah Hanafi, Madrasah Maliki, Madrasah Syafi’I, dan Madrasah Hanbali.
Di sini, kata madrasah menjadi sebutan bagi sekelompok ahli yang mempunyai
pandangan atau paham yang sama dalam ilmu-ilmu keislaman, seperti dalam bidang ilmu fiqih
di atas. Timbulnya madrasah adrasah (aliran-aliran) tersebut ditandai dengan kebebasan
intelektual pada masa puncak kejayaan perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam, yakni
pada masa Abbasiyah. Kebebasan intelektual ini mendorong setiap orang (ulama) untuk
mengembangkan metode dalam merumuskan suatu hukum yang berkembang di masa itu.
Perbedaan metode dan cara pandang terhadap suatu masalah hukum inilah yang kemudian
mereka membentuk halaqah / Dalam sejarah perkembangan madrasah di Indonesia, dikenal dua
jenis madrasah,
madrasah diniyah dan madrasah non-diniyah.
5
Mohammad Kosim, Madrasah di Indonesia (Pertumbuhan dan Perkembangan, dalam
Jurnal Tadris, Vol. 2, No. 1, tahun 2007, Hlm. 42
Madrasah diniyah merupakan lembaga pendidikan keagamaan yang kurikulumnya 100%
materi agama. Adapun madrasah non-diniyah adalah lembaga pendidikan keagamaan yang
kurikulumnya, disamping materi agama, meliputi mata pelajaran umum dengan prosentase
beragam kelompok belajar masing-masing. Hal ini berarti masing-masing ulama memiliki murid
dan tempat belajar. Mmereka berbeda kelompok belajar, namun secara santun mereka saling
menghargai adanya perbedaan tersebut.
Seiring dengan perubahan kebijakan pemerintah dalam dunia pendidikan, makna
madrasah (khususnya pada madrasahnon-diniyah) mengalami perubahan. Semula madrasah
dipandang sebagai institusi pendidikan keagamaan. Kemudian, terutama pasca pengesahan UU
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2/1989, madrasah dipandang sebagai sekolah umum berciri
khas Islam, atau dapat dikatakan “sekolah plus”. Perubahan definisi tersebut berimplikasi pada
perubahan kurikulum, status, dan fungsi madrasah dalam sistem pendidikan nasional.
5
madrasah (aliran-aliran) tersebut ditandai dengan kebebasan intelektual pada masa
puncak kejayaan perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam, yakni pada masa Abbasiyah.
Kebebasan intelektual ini mendorong setiap orang (ulama) untuk mengembangkan metode
dalam merumuskan suatu hukum yang berkembang di masa itu. Perbedaan metode dan cara
pandang terhadap suatu masalah hukum inilah yang kemudian mereka membentuk
halaqah/
kelompok belajar masing-masing. Hal ini berarti masing-masing ulama memiliki murid
dan tempat belajar. Mmereka berbeda kelompok belajar, namun secara santun mereka saling
menghargai adanya perbedaan tersebut. Dalam sejarah perkembangan madrasah di Indonesia,
dikenal dua jenis madrasah,
madrasah diniyah
dan
madrasah non-diniyah.
Madrasah
diniyah
merupakan lembaga pendidikan keagamaan yang kurikulumnya 100% materi agama.
Adapun madrasah
non-diniyah
adalah lembaga pendidikan keagamaan yang kurikulumnya, disamping materi agama,
meliputi mata pelajaran umum dengan prosentase beragam.
9
Seiring dengan perubahan kebijakan pemerintah dalam dunia pendidikan, makna
madrasah (khususnya pada madrasah
non-diniyah
) mengalami perubahan. Semula madrasah dipandang sebagai institusi pendidikan
keagamaan. Kemudian, terutama pasca pengesahan UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor
2/1989, madrasah dipandang sebagai sekolah umum berciri khas Islam, atau dapat
dikatakan “sekolah plus”. P
erubahan definisi tersebut berimplikasi pada perubahan kurikulum, status, dan fungsi
madrasah dalam sistem pendidikan nasional.