Oleh Muntaha
1. PENDAHULUAN
Madrasah sebagai nama bagi suatu lembaga atau wadah yang mewadahi proses
transformasi ilmu telah mengalami perkembangan pemaknaan dalam rentang sejarah
perkembangan umat Islam sejak zaman Rasulullah SAW sampai sekarang. Madrasah
dimaknai sebagai istilah yang menunjuk pada proses belajar dari yang tidak formal sampai
yang formal. Madrasah adalah salah satu jenis lembaga pendidikan Islam yang diusahakan,
di samping masjid dan pesantren.
Tentang Penulis
Nama lengkap Maksum Mukhtar, lahir di Cirebon 9 Agustus 1954. Beliau
menamatkan SD (1966) dan SMP (1969) di cirebon, SMA (1972) di kendal, jawa tengah,
Fak. Kedokteran Unissula Semarang (1973-1978), mendalami agama di Ma’had Lughah
dan Tahassu Tarbawi (1980-1984) di Ummul Quro University, Makkah. Kemudian
melanjutkan Kuliah Bahasa Arab (program anfulen) di IAIN Sunan Gunung Djati (lulus
1987), Pascasarjana Master (Lulus 1993) dan Doktor (lulus 1994) di IAIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, Sekarang Beliau sudah menjadi Guru Besar di bidang Pendidikan
Agama Islam.
Beliau adalah Dosen Tetap di IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Jawa barat Sejak Tahun
1989-Sekarang, pernah menjabat sebagai Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon periode
2011-2015.
Hasil Karya Beliau antara lain : Konsep Imamah Menurut Aliran-Aliran Syi’ah
(1990), manusia Pencari Kebenaran dalam Konsep Falsafi (1992), Sejarah Pemikiran
dalam Islam (1996), Tranformasi Pendidikan Islam (1997), Mencari Model Sekolah Plus
(1997) dan Madrasah Sejarah dan Perkembangannya (1999)
Alasan Dr.H. Maksum dalam menulis buku ini setidaknya di landasi beberapa hal :
1. Bagaimana perspektif teoritik pendidikan Islam dalam kaitannya dengan lembaga
pendidikan madrasah?
2. Kebijakan dan usaha apakah yang dikembangkan Departemen Agama dalam
melakukan pembaharuan kurikulum dan kelembagaan pendidikan madrasah, dan
bagaimana relevansinya dengan pemikiran pendidikan Islam yang berkembang
khususnya di kalangan umat Islam di Indonesia?
3. Kondisi madrasah pada masa Islam klasik di timur tengah
4. Gambaran madrasah pada masa sebelum kemerdekaan (awal abad ke-20) sampai
Indonesia merdeka,
3. PEMBAHASAN
Kurikulum madrasah aliyah terdiri dari dua jenis program pilihan, yakni program
pilihan A terdiri dari: ilmu-ilmu agama (A1), ilmu-ilmu fisika (A2), ilmu-ilmu biologi (A3),
ilmu-ilmu sosial (A4), serta ilmu-ilmu budaya (A5), dan program pilihan B (belum
dikembangkan).
Pada akhir dekade 1980-an terjadi pengintegrasian madrasah dalam sistem
pendidikan nasional, yakni dengan lahirnya Undang-undang N0.2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) yang menegaskan bahwa pendidikan keagamaan
menjadi salah satu jenis pendidikan di Indonesia, di samping pendidikan akademik,
pendidikan profesional, dan pendidikan kejuruan. Implikasi dari UUSPN terhadap
pendidikan madrasah dapat dilihat dari kurikulum semua jenjang madrasah, dari
ibtidaiyah sampai ‘aliyah. Secara umum, penjenjangan madrasah paralel dengan
penjenjangan pada lembaga pendidikan umum (SD, SMP dan SMA).
Tahun 1993 Menteri Agama mengeluarkan Kepmen Agama nomor 372 tahun 1993
tentang Kurikulum Pendidikan Dasar Berciri Khas Agama Islam, bahwa MI dan MTs
melaksanakan kurikulum nasional SD dan SLTP. Dari ketentuan yang terintegrasi itu, MI
pada dasarnya adalah “SD berciri khas Islam”, dan MTs adalah “SMP berciri khas Islam”.
Keduanya termasuk pendidikan dasar. Adapun Madrasah ‘Aliyah pada dasarnya
dikategorikan sebagai “SMU berciri khas Islam”.
Pada zaman islam klasik (abad ke 5 H) gambaran madrasah nizamiyah bahwa
keberadaan Madrasah sangat dipengaruhi oleh tujuan politik, ekonomi dan budaya
hal ini dibuktikan dengan peran pemerintah terhadap pengelolaan madrasah sangat
dominan, juga pekerjaan yang di berikan oleh pemerintah disesuaikan dengan
kurikulum madrasah. Selain itu berdirinya Madrasah juga sebagai kebangkitan
golongan sunni terhadap Syiah sehingga materi yang diajarkan lebih dominan pada
fiqh, Hadits dan tasawuf akhlaki. Mereka menolak ilmu-ilmu yang berbasis logika
seperti filsafat dan mantiq. Menurutnya filsafat dan mantiq adalah ilmu yang menjurus
kepada kekufuran dan kesesatan seperti yang disampaikan oleh ibnu taimiyah. Adapun
metode yang digunakan lebih kepada iqra (ceramah) dan imla’(dikte), kurikulumnya
lebih pada ilmu-ilmu agama dan walaupun ada juga yang mengajarkan kedokteran
(bimaristan).
Pertumbuhan madrasah di Indonesia dilatarbelakangi oleh 2 hal, Pertama:
adanya gerakan pembaharuan islam di indonesia, hal ini di pengaruhi oleh
pemikiran dan usaha-usaha para tokoh pembaharuan timur tengah yang memberi
contoh pendidikan islam dalam bentuk yang lebih modern, khususnya Jamaluddin al-
1. METODOLOGI
Buku ini menggunakan Pendekatan kualitatif, dan paradigma yang digunakan
adalah paradigma fakta sosial. Dikatakan penelitian kualitatif, karena peneliti mengaitkan
beberapa variabel yang berbeda, yakni perkembangan madrasah, pekembangan politik,
serta perkembangan pemikiran keagamaan. Hal ini tergambar jelas pada berbeda
dengan buku-buku sejarah pendidikan Islam di Indonesia yang biasanya hanya bersifat
koleksi data, tulisan ini menampilkan perkembangannya dalam konteks sosial politik.
Dalam tulisan ini, maksum menggunakan pendekatan fenomenologis, yaitu
pendekatan yang digunakan untuk memahami arti peristiwa tertentu dan kaitan-
kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu. Artinya, pendekatan ini
digunakan untuk mendapatkan data tentang bagaimana madrasah hidup di tengah-tengah
masyarakat dalam keadaan politik dan pemikiran keagamaan yang selalu berkembang.
Untuk mengetahui perkembangan madrasah pada masa Islam klasik,
pengumpulan data dilakukan melalui penelitian kepustakaan, terutama terhadap
6|Halaman Madrasah Sejarah Dan Perkembangannya
dokumen-dokumen dan literatur yang berkaitan dengan perkembangan lembaga
pendidikan saat itu.
Sedangkan untuk mengetahui perkembangan madrasah dalam konteks
keindonesiaan, peneliti di samping melakukan telaah dokumen- dokumen kesejarahan,
juga melakukan telaah dokumen-dokumen yang menjadi landasan hukum pelaksanaan
kegiatan lembaga Islam ini, seperti undang- undang, Keputusan Presiden, Keputusan
Menteri, dan lain-lain.
2. KESIMPULAN
Untuk menyebutkan pendidikan Islam sebagai suatu konsep, ternyata tidak ada
istilah yang syamil (merangkum) dan baku.
Madrasah pada awalnya dapat dianggap sebagai hasil perkembangan dari institusi
sebelumnya. Namun demikian, madrasah selanjutnya tidak selalu harus memiliki
penekanan yang sama dengan institusi lainnya. Karena itu, madrasah tidak harus
mematikan bibitnya, melainkan dapat tumbuh bersama-sama dan saling mlengkapi,
dengan institusi pendidikan Islam yang lain
Sejarah pertumbuhan dan perkembangan madrasah tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan aspek kehidupan masyarakatnya. Diantara aspek yang dapat dikatan
menonjol dalam mempengaruhi perkembangan madrasah itu sejak masa klasik ialah
aspek politik dan pemikiran keagamaan. Karena itu, melihat sejarah madrasah bukanlah
semata-mata sejarah kelmbagaan pendidikan islam, tetapi juga sejarah politik dan
pemikiran keagamaan.
Dua faktor yang melatarbelakangi pertumbuhan madrasah di Indonesia secara
konkrit adalah pengaruh pembaharuan pemikiran islam seperti jamaluddin al-Afghani
dan Muhammad abduh. Selanjutnya adalah desakan politik pendidikan Kolonial,
kolonialisme dapat dikatakan ikut memberi sumbangan bagi pertumbuhan madrasah atau
sekolah islam di Indonesia karena kebijakan mereka yang menawarkan pola pendidikan
yang berbeda dengan sistem pendidikan tradisonal.
Perkembangan madrasah yang cukup pesat sejak akhir abad 19 dirasakan sangat
berperan bagi terbentuknya kelompok terdidik muslim di Indonesia.kenyataan ini sampai
akhir decade 1990-an telah ikut menentukan pola hubungan antara agama dan negara
bersifat simbiotik. Keterlibatan umat islam terdidik, dalam tingkat yang cukup penting
kedalam jabatan-jabatan politik menunjukan hal tersebut.