Anda di halaman 1dari 7

REVIEW BUKU

MADRASAH SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA

Oleh Muntaha

Judul : Madrasah Sejarah Dan Perkembangannya


Penulis : DR. H. Maksum
Penerbit : Logos Wacana Ilmu
Tempat terbit : Jakarta, Cetakan Pertama
Tahun terbit : Syawal 1419 H/ Februari 1999
Hlm : 188 (15,5 x 23,5 cm)
ISBN : 979-626-050-6

1. PENDAHULUAN

Madrasah sebagai nama bagi suatu lembaga atau wadah yang mewadahi proses
transformasi ilmu telah mengalami perkembangan pemaknaan dalam rentang sejarah
perkembangan umat Islam sejak zaman Rasulullah SAW sampai sekarang. Madrasah
dimaknai sebagai istilah yang menunjuk pada proses belajar dari yang tidak formal sampai
yang formal. Madrasah adalah salah satu jenis lembaga pendidikan Islam yang diusahakan,
di samping masjid dan pesantren.

Tentang Penulis
Nama lengkap Maksum Mukhtar, lahir di Cirebon 9 Agustus 1954. Beliau
menamatkan SD (1966) dan SMP (1969) di cirebon, SMA (1972) di kendal, jawa tengah,
Fak. Kedokteran Unissula Semarang (1973-1978), mendalami agama di Ma’had Lughah
dan Tahassu Tarbawi (1980-1984) di Ummul Quro University, Makkah. Kemudian
melanjutkan Kuliah Bahasa Arab (program anfulen) di IAIN Sunan Gunung Djati (lulus
1987), Pascasarjana Master (Lulus 1993) dan Doktor (lulus 1994) di IAIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, Sekarang Beliau sudah menjadi Guru Besar di bidang Pendidikan
Agama Islam.
Beliau adalah Dosen Tetap di IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Jawa barat Sejak Tahun
1989-Sekarang, pernah menjabat sebagai Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon periode
2011-2015.
Hasil Karya Beliau antara lain : Konsep Imamah Menurut Aliran-Aliran Syi’ah
(1990), manusia Pencari Kebenaran dalam Konsep Falsafi (1992), Sejarah Pemikiran
dalam Islam (1996), Tranformasi Pendidikan Islam (1997), Mencari Model Sekolah Plus
(1997) dan Madrasah Sejarah dan Perkembangannya (1999)

1|Halaman Madrasah Sejarah Dan Perkembangannya


2. PERMASALAHAN

Alasan Dr.H. Maksum dalam menulis buku ini setidaknya di landasi beberapa hal :
1. Bagaimana perspektif teoritik pendidikan Islam dalam kaitannya dengan lembaga
pendidikan madrasah?
2. Kebijakan dan usaha apakah yang dikembangkan Departemen Agama dalam
melakukan pembaharuan kurikulum dan kelembagaan pendidikan madrasah, dan
bagaimana relevansinya dengan pemikiran pendidikan Islam yang berkembang
khususnya di kalangan umat Islam di Indonesia?
3. Kondisi madrasah pada masa Islam klasik di timur tengah
4. Gambaran madrasah pada masa sebelum kemerdekaan (awal abad ke-20) sampai
Indonesia merdeka,

3. PEMBAHASAN

Banyak istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang pengertian pendidikan


dan pengajaran misalnya tarbiyah, tadris, ta’dib dan tabyin, istilah tersebut digunakan
untuk mengetahui konsep pendidikan dalam islam. Namun demikian tidak ada satu
istilah yang merangkum dan baku dalam konsep pendidikan islam, sehingga semua
istilah tersebut harus dirangkum dan disatupadukan sehingga saling melengkapi.
Hakikat pendidikan islam selain berorientasi pada Al-Quran dan Hadist sebagai
pedoman utama, juga berorientasi pada masyarakat, hal ini menunjukkan bahwa
karakter ajaran islam itu fleksibel, sesuai dengan masyarakat dan waktunya, akan tetapi
konsep dasarnya harus tetap mengacu pada al-quran dan hadist. Karakteristik
pendidikan islam inilah yang membedakan dengan pendidikan- pendidikan lain.
Madrasah adalah salah satu bentuk lembaga pendidikan islam, merupakan
perkembangan dari masjid, sehingga ilmu yang diajarkan di Madrasah juga merupakan
kelanjutan dari yang diselenggarakan di masjid. Madrasah benar- benar lembaga
pendidikan yang dipersiapkan khusus sebagai tempat pendidikan, dengan pengelolaan
yang profesional dan memiliki aturan-aturan tertentu menyangkut komponen
pendidikan. Berbeda dengan lembaga-lembaga sebelumnya seperti masjid yang
mempunyai orientasi dan peranan lain selain untuk tempat pendidikan misalnya sebagai
tempat ibadah, tempat bermusyawarah dll.
Setelah Indonesia merdeka (1945) dan Departemen Agama berdiri (3 Januari
1946), pembinaan madrasah menjadi tanggung jawab departemen ini. Sesuai dengan
tuntutan zaman dan masyarakat, Departemen Agama menyeragamkan nama, jenis,
dan tingkatan madrasah yang beragam tersebut, sebagaimana yang ada sekarang.
Berdasarkan SKB (Surat Keputusan Bersama) tiga menteri, yaitu Menteri Agama,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri Dalam Negeri nomor 6 Tahun 1975,

2|Halaman Madrasah Sejarah Dan Perkembangannya


nomor 037/U/1975, dan nomor 36 Tahun 1975 tentang Peningkatan Mutu Pendidikan Pada
Madrasah ditetapkan beberapa hal antara lain:
1. Standar pelajaran umum pada madrasah sama dengan sekolah umum.
2. Ijazah madrasah mempunyai nilai yang sama dengan ijazah sekolah umum.
3. Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat lebih atas.
4. Siswa madrasah diperbolehkan pindah ke sekolah umum yang setingkat.
5. Lulusan madrasah aliyah dapat melanjutkan ke perguruan tinggi umum dan agama.

Kurikulum madrasah aliyah terdiri dari dua jenis program pilihan, yakni program
pilihan A terdiri dari: ilmu-ilmu agama (A1), ilmu-ilmu fisika (A2), ilmu-ilmu biologi (A3),
ilmu-ilmu sosial (A4), serta ilmu-ilmu budaya (A5), dan program pilihan B (belum
dikembangkan).
Pada akhir dekade 1980-an terjadi pengintegrasian madrasah dalam sistem
pendidikan nasional, yakni dengan lahirnya Undang-undang N0.2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) yang menegaskan bahwa pendidikan keagamaan
menjadi salah satu jenis pendidikan di Indonesia, di samping pendidikan akademik,
pendidikan profesional, dan pendidikan kejuruan. Implikasi dari UUSPN terhadap
pendidikan madrasah dapat dilihat dari kurikulum semua jenjang madrasah, dari
ibtidaiyah sampai ‘aliyah. Secara umum, penjenjangan madrasah paralel dengan
penjenjangan pada lembaga pendidikan umum (SD, SMP dan SMA).
Tahun 1993 Menteri Agama mengeluarkan Kepmen Agama nomor 372 tahun 1993
tentang Kurikulum Pendidikan Dasar Berciri Khas Agama Islam, bahwa MI dan MTs
melaksanakan kurikulum nasional SD dan SLTP. Dari ketentuan yang terintegrasi itu, MI
pada dasarnya adalah “SD berciri khas Islam”, dan MTs adalah “SMP berciri khas Islam”.
Keduanya termasuk pendidikan dasar. Adapun Madrasah ‘Aliyah pada dasarnya
dikategorikan sebagai “SMU berciri khas Islam”.
Pada zaman islam klasik (abad ke 5 H) gambaran madrasah nizamiyah bahwa
keberadaan Madrasah sangat dipengaruhi oleh tujuan politik, ekonomi dan budaya
hal ini dibuktikan dengan peran pemerintah terhadap pengelolaan madrasah sangat
dominan, juga pekerjaan yang di berikan oleh pemerintah disesuaikan dengan
kurikulum madrasah. Selain itu berdirinya Madrasah juga sebagai kebangkitan
golongan sunni terhadap Syiah sehingga materi yang diajarkan lebih dominan pada
fiqh, Hadits dan tasawuf akhlaki. Mereka menolak ilmu-ilmu yang berbasis logika
seperti filsafat dan mantiq. Menurutnya filsafat dan mantiq adalah ilmu yang menjurus
kepada kekufuran dan kesesatan seperti yang disampaikan oleh ibnu taimiyah. Adapun
metode yang digunakan lebih kepada iqra (ceramah) dan imla’(dikte), kurikulumnya
lebih pada ilmu-ilmu agama dan walaupun ada juga yang mengajarkan kedokteran
(bimaristan).
Pertumbuhan madrasah di Indonesia dilatarbelakangi oleh 2 hal, Pertama:
adanya gerakan pembaharuan islam di indonesia, hal ini di pengaruhi oleh
pemikiran dan usaha-usaha para tokoh pembaharuan timur tengah yang memberi
contoh pendidikan islam dalam bentuk yang lebih modern, khususnya Jamaluddin al-

3|Halaman Madrasah Sejarah Dan Perkembangannya


Afghani dan Muhammad Abduh, pengaruh ini semakin nyata dengan banyaknya
mahasiswa yang belajar ke al-Azhar, setelah kembali ke tanah air mereka mendirikan
lembaga pendidikan yang bercorak modern. Kedua: Respon pendidikan islam terhadap
kebijakan pendidikan Hindia Belanda yang memperlakukan secara diskriminatif
bagi rakyat Indonesia, khususnya pendidikan islam. Sehingga para tokoh membuat
madrasah sebagai pendidikan islam yang sebanding dengan sekolah ala Belanda.

4|Halaman Madrasah Sejarah Dan Perkembangannya


Periodesasi madrasah diindonesia dapat kami gambarkan sebagai berikut, Masa
Penjajah Hindia Belanda, Masa Penjajahan Jepang, Masa Orde lama dan masa Orde
Baru.
Masa Penjajahan Kolonial Belanda, saat kolonial Belanda memerintah di Indonesia,
kebijakan pemerintahannya terhadap pendidikan islam bersifat menekan dan
diskriminatif,apalagi pemerintah belanda mengeluarkan kebijakan Ordonasi guru dan
Ordonasi sekolah Liar untuk mengawasi pendidikan islam. Hal ini menyebabkan respon
umat islam berbeda-beda. Ada yang menghindari pengaruh politik Hindia belanda,
dengan mengasingkan diri untuk membuat sistem pendidikan tradisional
pesantren.Tapi ada juga yang tetap mengikuti kebijakan tersebut, tapi tetap berjuang
mendirikan madrasah,karena keinginan mendapatkan kesetaraan dalam kelambagaan/
kurikulum yang sama dengan sekolah ala Belanda dan di tambah dengan muatan agama.
Masa Penjajah Jepang, pemerintah jepang lebih memberikan kebebasan dalam
berdirinya pendidikan islam, jepang juga memberikan bantuan dana sekolah dan
madrasah, semua yang berbau belanda dihapus, namaun semuanya tetap dalam kontrol
jepang, salah satu cara yang mereka lakuakn adalah memberi jabatan kepada para priyayi
di kantor urusan agama. Dengan tugas mengkordinasikan dan membina guru-guru agama.
Masa Orde Lama, pemerintah mendukung pendidikan islam, sehingga
membentuk Departemen Agama untuk mengurusi pendidikan agama, Adapun
kebijakan yang menonjol pada orde lama adalah mendirikan Pendidikan Guru Agama
( PGA) dan pendidikan Hakim Islam Negeri ( PHIN ) yang bertujuan mencetak
tenaga-tenaga profesional keagamaan/ guru agama. Dengan ketersedian guru yang
di suplai oleh lembaga tersebut, sehingga dapat menjamin perkembangan madrsah di
indonesia.Pada masa ini Pendidikan di indonesia maish diatur dalam UU No. 4 tahun
1950.jo. No. 12 tahun 1954,yang dalam kenyataanya kurang menguntungkan bagi
pengembangan pendidikan islam. Masa Pemerintahan Orde Baru, Madrasah belum
dipandang sebagai bagian dari sistem pendidikan secara nasional, tetapi merupakan
lembaga pendidikan otonom dibawah pengawasan Menteri Agama. Hal ini
disebabkan karena kenyataan bahwa sistem pendidikan madrasah lebih didominasi
oleh muatan- muatan agama, menggunakan kurikulum yang belum terstandar,memiliki
struktur yangtidak seragam dan memberlakukan managemen yang kurang dapat
dikontrol oleh pemerintah. Menghadapi kenyataan ini,maka langkah pertama dalam
pembaharuan pendidikan madrasah adalah melakukan fomalisasi dan strukturasi
madrasah. Formalisasi ditempuh dengan menegerikan sejumlah madrasah dengan
kriteria tertentu yang diatur oleh pemerintah, disamping mendirikan madrasah–
madrasah negeri yang baru.Sedangkan strukturisasi dilakukan dengan mengatur
penjenjangan dan perumusan kurikulum yang cenderung sama dengan perjenjangan
dan kurikulum sekolah-sekolah dibawah Departemen pendidikan dan kebudayaan.
Pada akhir 70-an sampai akhir 80-an, pemerintah Orde Baru mulai memikirkan
kemungkinan mengintegrasikan madrasah ke dalam Sistem pendidikan Nasional. Usaha
ini agaknya tidak sederhana karena secara konstitusional pendidikan nasional masih
diatur oleh UU No.4 Tahun 1950 jo. No. 12 Tahun 1954 yang mengabaikan pendidikan
5|Halaman Madrasah Sejarah Dan Perkembangannya
madrasah. Yang bisa dilakukan pemerintah adalah memperkuat struktur madrasah,
baik dalam jenjang maupun kurikulumnya, sehingga lulusan sekolahannya memperoleh
pengakuan yang sama dengan lulusan sekolah-sekolah yang dikelola Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.Untuk tujuan ini dikeluarkan kebijakan berupa Keputusan
Bersama Tiga Menteri pada tahun 1974 tentang peningkatan mutu pendidikan pada
madrasah.
Memasuki dekade 90-an,kebijakan pemerintah Orde Baru mengenai madrsah
ditujukan secra penuh untuk membangun satu sistem pendidikan nasional yang
utuh.Dengan sistem yang utuh ini,pendidikan nasional tidak hanya bergantung pada
pendidikan jalur sekolah tetapi juga memanfaatkan jalur luar sekolah. Maka pemerintah
Orde baru menyusun UU No.2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional dan
sekaligus menggantikan UU sebelumnya. Dalam konteks ini penegasan definitif tentang
madrasah diberikan melalui keputusan –keputusan yang lebih operasional dan
dimasukkan dalam kategori pendidikan sekolah tanpa menghilangkan karakter
keagamaannya. Melalui upaya ini dapat dikatakan bahwa madrasah berkembang secara
terpadu dalam sisitem pendidikan Nasional.
Posisi integrasi pendidikan islam dalam sistem pendidikan nasional tercermin
dalam beberapa aspek. Pertama: pendidikan nasional menjadikan pendidikan agama
sebagai salah satu muatan wajib dalam semua jalur dan jeni pendidikan.kebijakan ini
tentu sangat berarti dalam proses integrasi pendidikan secra nasional karena telah
menyakinkan khususnya kaum muslimin bahwa sistem pendidikan nasional tidak
bercorak sekuler.Kedua:dalam sistem pendidikan nasional , madrasah dengan sendirinya
dimasukkan kedalam kategori pendidikan jalur sekolah.Jika sebelum ini terdapat
dualisme antara sekolah dan mdrasah ,maka kebijaka n ini dapat dikatakan bahwa
mdrasah pada hakekatnya adalah sekolah.Ketiga :meskipun madrasah diberi status
pendidikan jalur sekolah,tetapi sesuai dengan jenis keagamaan dalam sistem pendidikan
nasional ,madrasah memiliki jurusan khusus ilmu-ilmu syariah.pad jurusan ini bisa
dikatakn bahwa sekitar 70 % dari muatan kurikulumnya merupakan bidang- bidang studi
agama

1. METODOLOGI
Buku ini menggunakan Pendekatan kualitatif, dan paradigma yang digunakan
adalah paradigma fakta sosial. Dikatakan penelitian kualitatif, karena peneliti mengaitkan
beberapa variabel yang berbeda, yakni perkembangan madrasah, pekembangan politik,
serta perkembangan pemikiran keagamaan. Hal ini tergambar jelas pada berbeda
dengan buku-buku sejarah pendidikan Islam di Indonesia yang biasanya hanya bersifat
koleksi data, tulisan ini menampilkan perkembangannya dalam konteks sosial politik.
Dalam tulisan ini, maksum menggunakan pendekatan fenomenologis, yaitu
pendekatan yang digunakan untuk memahami arti peristiwa tertentu dan kaitan-
kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu. Artinya, pendekatan ini
digunakan untuk mendapatkan data tentang bagaimana madrasah hidup di tengah-tengah
masyarakat dalam keadaan politik dan pemikiran keagamaan yang selalu berkembang.
Untuk mengetahui perkembangan madrasah pada masa Islam klasik,
pengumpulan data dilakukan melalui penelitian kepustakaan, terutama terhadap
6|Halaman Madrasah Sejarah Dan Perkembangannya
dokumen-dokumen dan literatur yang berkaitan dengan perkembangan lembaga
pendidikan saat itu.
Sedangkan untuk mengetahui perkembangan madrasah dalam konteks
keindonesiaan, peneliti di samping melakukan telaah dokumen- dokumen kesejarahan,
juga melakukan telaah dokumen-dokumen yang menjadi landasan hukum pelaksanaan
kegiatan lembaga Islam ini, seperti undang- undang, Keputusan Presiden, Keputusan
Menteri, dan lain-lain.

2. KESIMPULAN
Untuk menyebutkan pendidikan Islam sebagai suatu konsep, ternyata tidak ada
istilah yang syamil (merangkum) dan baku.
Madrasah pada awalnya dapat dianggap sebagai hasil perkembangan dari institusi
sebelumnya. Namun demikian, madrasah selanjutnya tidak selalu harus memiliki
penekanan yang sama dengan institusi lainnya. Karena itu, madrasah tidak harus
mematikan bibitnya, melainkan dapat tumbuh bersama-sama dan saling mlengkapi,
dengan institusi pendidikan Islam yang lain
Sejarah pertumbuhan dan perkembangan madrasah tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan aspek kehidupan masyarakatnya. Diantara aspek yang dapat dikatan
menonjol dalam mempengaruhi perkembangan madrasah itu sejak masa klasik ialah
aspek politik dan pemikiran keagamaan. Karena itu, melihat sejarah madrasah bukanlah
semata-mata sejarah kelmbagaan pendidikan islam, tetapi juga sejarah politik dan
pemikiran keagamaan.
Dua faktor yang melatarbelakangi pertumbuhan madrasah di Indonesia secara
konkrit adalah pengaruh pembaharuan pemikiran islam seperti jamaluddin al-Afghani
dan Muhammad abduh. Selanjutnya adalah desakan politik pendidikan Kolonial,
kolonialisme dapat dikatakan ikut memberi sumbangan bagi pertumbuhan madrasah atau
sekolah islam di Indonesia karena kebijakan mereka yang menawarkan pola pendidikan
yang berbeda dengan sistem pendidikan tradisonal.
Perkembangan madrasah yang cukup pesat sejak akhir abad 19 dirasakan sangat
berperan bagi terbentuknya kelompok terdidik muslim di Indonesia.kenyataan ini sampai
akhir decade 1990-an telah ikut menentukan pola hubungan antara agama dan negara
bersifat simbiotik. Keterlibatan umat islam terdidik, dalam tingkat yang cukup penting
kedalam jabatan-jabatan politik menunjukan hal tersebut.

3. KOMENTAR (KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN)


 Kelebihan
Kelebihan Tulisan ini adalah menjelaskan perkembangan madrasah dalam
konteks sosio-politik yang sistematis dan disertai dengan analisis yang kritis, sangat
berbeda dengan buku-buku sebelumnya yang hanya menyampaikan data-data
Kelemahan
Kelemahan tulisan ini adalah pemikiran dan sosio politik tokoh-tokoh pembaharu
madrasah diindonesia kurang di sentuh, padahal peran mereka sangat dominan dalam
perkembangan pendidikan di Indonesia.
7|Halaman Madrasah Sejarah Dan Perkembangannya

Anda mungkin juga menyukai