BAB I
PENDAHULUAN
Bani Saljuk.1 Oleh karena itu madrasah ini dikenal dengan sebutan madrasah
Nidzamiyah. Menurut al-Jumbulati, sebelum abad ke-10 sudah ada madrasah yang
didirikan yaitu madrasah al-Baihaqiyah di kota Naisabur.2
Yang melatar belakangi munculnya madrasah adalah disebabkan masjid-
masjid pada saat itu tidak lagi mampu menampung kegiatan-kegiatan halaqah
atau pengajian dari para guru dan murid, hal ini dikarenakan semakin banyaknya
siswa atau murid yang ikut belajar di dalamnya, juga ditambah dengan semakin
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kegiatan penerjemahan buku pada
saat itu.
Di Indonesia, permulaan munculnya madrasah baru terjadi sekitar awal
abad ke-20. Meski demikian, latar belakang berdirinya madrasah tidak lepas dari
dua faktor, yaitu; semangat pembaharuan Islam yang berasal dari Islam pusat
(Timur Tengah) dan merupakan respon pendidikan terhadap kebijakan pemerintah
Hindia Belanda yang mendirikan serta mengembangkan sekolah umum tanpa
memasukkan pelajaran agama.3
Ketika menjelaskan sejarah pertumbuhan dan perkembangan pendidikan
Islam di Indonesia, Mahmud Yunus menyebut tahun 1900 M sebagai era
pembatas antara masa sebelum dan sesudahnya.4 Sebelum tahun 1900 M,
pendidikan Islam berlangsung secara tradisional dalam bentuk pendidikan
surau/langgar dan pesantren. Materi pelajaran murni diniyah; menggunakan
metode mengajar bersifat individual, ceramah, dan hafalan; belum menggunakan
meja-kursi, papan tulis, dan ruang kelas. Perubahan mulai terjadi di awal abad 20
yang ditandai dengan munculnya lembaga-lembaga pendidikan Islam modern
berupa madrasah dan sekolah umum berciri khas Islam. Secara umum,
kemunculan lembaga-lembaga modern ini ditandai dengan perubahan aspek-
1
Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam pada periode klasik dan pertengahan (Jakarta :
Rajawali Pers, 2013) hlm. 62.
2
Ali al-junbulati, Perbandingan Pendidikan Islam, terj. M. Arifin, (Jakarta: Rineka Cipta,
1994) hlm. 30.
3
Maksum, Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999) hlm. 82.
4
Mahmud yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung,
1996) hlm. 34-35.
3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah Madrasah dalam Islam?
2. Bagaimana Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Agama Islam
(Madrasah) di Indonesia?
C. TUJUAN PENELITIAN
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami secara umum
tentang:
1. Sejarah Madrasah dalam Islam
2. Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Agama Islam (Madrasah) di
Indonesia.
.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MADRASAH
Dalam konteks kekinian dan kedisinian, istilah madrasah bukanlah sesuatu
yang asing lagi bagi pendengaran masyarakat Indonesia, baik dikalangan
pelajar/mahasiswa, masyarakat umum dan aparat pemerintah.
Kata “madrasah” berasal dari bahasa Arab ‘madrasah’ yang artinya
‘tempat belajar’. Sebagai tempat belajar, kata ‘madrasah’ dapat disamakan dengan
‘sekolah’. Namun dalam kerangka sistem pendidikan nasional keduaya berbeda.
Sekolah dikenal sebagai lembaga pendidikan tingkat dasar dan menengah yang
kurikulumnya menitikberatkan pada mata pelajaran umum, dan pengelolaannya
berada di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan madrasah
dikenal sebagai lembaga pendidikan keagamaan tingkat dasar dan menengah yang
karenanya lebih menitikberatkan pada mata pelajaran agama, dan pengelolaannya
menjadi tanggungjawab Departemen Agama.5
Menurut Zainuddin Alavi, kata ‘madrasah’ yang berasal dari bahasa Arab
merupakan isim makan dari fi’il madhi “darasa” yang artinya “tempat duduk
untuk belajar”,6 yaitu tempat atau wahana untuk mengenyam proses pembelajaran
secara formal dan memiliki konotasi spesifik. Maksudnya pada madrasah itulah
anak menjalani proses belajar secara terarah dan terkendali.7
Dalam literature Islam klasik (turats), dijumpai istilah madrasah dalam
pengertian “aliran” atau “madzhab”. Para penulis Barat menerjemahkannya
dengan school atau aliran, seperti Madrasah Hanafi, Madrasah Maliki, Madrasah
Syafi’I, dan Madrasah Hanbali.8 Di sini, kata madrasah menjadi sebutan bagi
sekelompok ahli yang mempunyai pandangan atau paham yang sama dalam ilmu-
ilmu keislaman, seperti dalam bidang ilmu fiqih di atas. Timbulnya madrasah-
5
Mohammad Kosim, Madrasah di Indonesia (Pertumbuhan dan Perkembangan, dalam
Jurnal Tadris, Vol. 2, No. 1, tahun 2007, Hlm. 42.
6
Zainuddin Alavi, Muslim Education Thought In The Middle Ages, Terj. Abuddin Nata,
(Canada: Montreal, 2000). Hlm. 57.
7
Zainuddin Alavi, Ibid. hlm. 57.
8
Dewan Redaksi, Ensiklopedi islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), Jilid 3, hlm.
105.
5
Pada masa Khalifah Umar bin khattab dijumpai sejumlah tenaga pengajar
yang secara resmi diangkat oleh khalifah untuk mengajar di masjid-masjid
Kuffah, Bashrah dan Damaskus.11 Fungsi masjid sebagai rumah ibadah dan
sebagai lembaga pendidikan berjalan secara harmonis. Pada umumnya masjid
memang dibangun sebagai tempat ibadah, dengan fungsi akademis sebagai
skunder. Akan tetapi, tak jarang pula masjid dibangun dengan niat awal sebagai
lembaga pendidikan tanpa mengabaikan fungsinya sebagai tempat ibadah.
Sejjumlah masjid bahkan secara khusus dibangun untuk seorang sarajana yang
nantinya akan mengelola kegiatan pendidikan di masjid tersebut. Sekedar contoh
Masjid Al-Syafi’I, Masjid al-Syamargani dan masjid Abu Bakar al-Syami,
masing-masing merujuk pada nama sarjana yang mengajar di dalamnya.12
Tahap kedua dari sejarah pendidikan Islam adalah masjid-Khan, yaitu
masjid yang dilengkapi dengan bangunan asram atau pondokan bagi para siswa
untuk belajar yang masih berdampingan dengan masjid.
Ada beberapa teori yang menyatakan peran masjid sebagai tempat
pendidikan dipertimbangkan dan mulai dipikirkan adanya asrama atau khan
sebagai tempat pemondokan bagi para siswa. Diantara pertimbangan itu adalah:
(1) kegiatan pendidikan di masjid dianggap telah mengganggu fungsi utama
lembaga itu sebagai tempat ibadah, (2) berkembangnya kebutuhan ilmiah sebagai
akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan, banyak ilmu tidak bisa lagi
sepenuhnya diajarkan di masjid, (3) timbulnya orientasi baru dalam
penyelenggaraan pendidikan. Sebagian guru mulai berfikir untuk mendapatkan
rizki melalui kegiatan pendidikan. Ada diantara pengajar yang pekerjaannya
sepenuhnya memang mengajar, oleh karena itu dibangunlah lembaga lain karena
jaminan itu tidak mungkin diperolehnya di masjid.13
Berbeda dengan masjid pada umumnya, masjid-Khan ini dilengkapi
dengan bangunan asrama untuk tempat tinggal para siswa yang akan menuntut
ilmu dari berbagai penjuru kota. Secara umum kata Khan berarti penginapan,
motel atau yang sejenisnya. Menurut Maqdisi seperti yang dikutip oleh Asari 14
11
Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam. (Bandung: Mizan, 1994), hlm.34.
12
Hasan Asari, Menyingkap … , hlm.34.
13
Maksum, Madrasah Sejarah dan … hlm. 56.
14
Hasan Asari, Menyingkap … hlm. 41.
7
bahwa “dalam sejarah kebudayaan islam, Khan bisa pula berarti bangunan yang
berfungsi sebagai gudang atau pusat perdagangan dan ada pula khan yang secara
finansal didukung oleh wakaf dan penghasilannya dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan sosial”.
Kemudian Masjid-Khan tersebut mengalami perkembangan menjadi
madrasah, di mana di dalamnya terjadi proses belajar mengajar antara pendidik
dan si terdidik.15 Ada perbedaan antara esensial antara masjid dengan madrasah.
Kedua institusi ini berasal dari waqf. Masjid sebagai bangunan waqf, bebas dari
control pendirinya yang disebut Waqf-Tahrir. Sedangkan madrasah di bawah
control pendirinya.16
Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam dalam bentuk pendidikan
formal sudah dikenal sejak tahun 1066/1067 M (459 H) di Baghdad yang
didirikan oleh Nidzam al-Mulk, seorang Perdana Menteri Dinasti Saljuk. Ia adalah
salah satu di antara beberapa orang yang paling terpelajar pada zamannya, yang
sangat menguasai Hadith, dan merupakan salah seorang diantara ahli teori politik
Islam terbesar, sebagaimana ditunjukkan dalam karyanya yang terkenal Siyasah
Namah.17
Di sisi lain banyak para sejarawan yang berbeda pandangan dalam awal
munculnya madrasah. Menurut Al-Suyuthi seperti dikutip Azyumardi Azra, istilah
madrasah baru digunakan agak luas, sejak abad ke-9. Institusi yang
memperlihatkan ciri-ciri madrasah sebagaimana dikenal sekarang didirikan di
Nisyapur, Iran, sekitar seperempat pertama abad ke-11.18 Syalabi mengatakan
bahwa madrasah yang mula muncul di Dunia Islam adalah Madrasah Nidzamiyah
yang didirikan oleh Nizam al-Mulk perdana menteri Dinasti Saljuk, tahun 1065-
1067.19 Pendapat sejenis juga diakui oleh Philip K. Hitti. 20 Menurut Al-Maqrizi,
seperti dikutip oleh Athiyah Al-Abrasyi, bahwa Madrasah al-baihaqiyah yang
15
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 99.
16
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 76)
17
Mukhammad Abdullah, Manajemen Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam,
(STAIN Kediri Press, 2009), hlm. xi-xii.
18
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama: Timur Tengah dan kepulauan Nusantara Abad XVII
dan XVIII, (Bandung: Mizan, 1995), hlm. 62.
19
Ahmad Syalabi, Tarikh al-Tarbiyah al-Islamiyyah (Beirut, Lebanon: Daar al-Kasyf,
1954) hlm. 99-116.
20
Philip K. Hitti, History of The Arab (London: Mac Millan Press L.Td., 1974), hlm. 410.
8
didirikan oleh penduduk Nisyapur pada abad ke-4. Richard W. Bulliet, seperti
dikutip oleh Hanun Asrohah, mengatakan bahwa dua abad sebelum Madrasah
Nizhamiyah, muncul di Nisyapur , yaitu Madrasah Miyan Dahiyah.21
Namun demikian tidak disangkal bahwa pengaruh Madrasah Nidzamiyah
melampaui pengaruh madrasah-madrasah yang didirikan sebelumnya. Bahkan
Ahmad Syalabi22 menjadikan pendirian Madrasah Nidzamiyah sebagai pembatas
untuk membedakannya dengan era pendidikan islam sebelumnya.
Pendirian madrasah tersebut telah memperkaya khazanah lembaga
pendidikan di lingkungan masyarakat Islam, karena pada masa sebelumnya
masyarakat Islam hanya mengenal pendidikan tradisional di masjid-masjid dan
dar al-kuttab. Semangatnya terhadap pendidikan hanyalah dibatasi oleh sarana
yang terbatas. Madrasah yang didirikan di seluruh kekhalifahan dibiayai secara
melimpah. Ia melengkapi madrasah-madrasah tersebut dengan perpustakaan,
profesor-profesor terbaik yang dapat diperoleh, dan sistem beasiswa untuk
membantu semua mahasiswa.23
Dari segi fisik, madrasah berbeda dengan institusi-institusi pendidikan
Islam sebelumnya, kelengkapan ruangan (belajar) yang dikenal dengan ruangan
muhadlarah (untuk diskusi), serta bangunan-bangunan yang berkenaan dengan
pengamanan bagi murid-murid dan guru-guru.24Demikian pula sisi
administrasinya juga berbeda.
dengan kuttab dan masjid. Seluruh dunia Islam telah mengadopsi sistem madrasah
di samping kuttab dan masjid, untuk mentransfer nilai-nilai Islam. Pada awal
perkembangannya, madrasah tergolong lembaga pendidikan setingkat college
(jika dibadingkan dengan lembaga pendidikan Islam saat ini). Namun, selanjutnya
madrasah tidak lagi berkonotasi sebagai akademi, tetapi sekolah tingkat dasar
sampai menengah.25
Menelaah sejarah pertumbuhan dan perkembangan madrasah di Indonesia
tidak bisa lepas dengan masuknya Islam di Indonesia. Fase madrasah di Indonesia
dapat di bagi kepada tiga fase. Fase pertama, sejak mulai tumbuhnya pendidikan
Islam sejak awal masuknya Islam ke Indonesia sampai munculnya zaman
pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia. Fase kedua, sejak masuknya ide-ide
pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia. Dan Fase ketiga, sejak
diundangkannya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.26
Fase pertama, adalah fase awal munculnya pendidikan informal, yang
dipentingkan pada tahap awal yaitu pengenalan nilai-nilai Islami, selanjutnya baru
muncul lembaga-lembaga pendidikan Islam yang diawali dengan munculnya
masjid-masjid dan pesantren-pesantren. Yang mana pendidikan dan pengajaran
agama Islam dalam bentuk pengajian al-Qur’an dan pengajian kitab yang
diselenggarakan di rumah-rumah, langgar, surau, rangkang, masjid, pesantren,
pondok pesantren dan lainnya.27 Ciri yang paling menonjol pada fase ini adalah: a)
materi pelajaran terkonsentrasi kepada pengembangan dan pendalaman ilmu-ilmu
agama, seperti tauhid, fiqh, tasawuf, akhlak, tafsir, hadits dan lain-lain yang
sejenis dengan itu, pembelajarannya terkonsentrasi kepada pembahasan kitab-
kitab klasik yang berbahasa Arab, b) metodenya sorogan, wetonan, dan
mudzakarah, dan c) sistemnya nonklasikal yakni dengan memakai sistem halaqah
yang outputnya akan menjadi ulama, kiai, ustadz, guru agama, dan juga
menduduki jabatan-jabatan penting keagamaan dari tingkat yang paling tinggi
25
Hillenbrand, “Madrasa” dalam The Encyklopedia of Islam, Vol. V, (Liden: E.J. Brill,
1986), hlm. 1127.
26
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia, (Jakarta: Inter Pratama Ofset, 2004) hlm. 5.
27
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan … hlm. 261.
10
28
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan …. , hlm. 263.
29
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam … hlm. 6.
30
Maksum, Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 82.
11
31
Husni Rahim, Madrasah dalam Politik Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Logos,
2005), hlm. 15-16.
32
Karel A. Steenbrink. Pesantren Madrasah Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun
Waktu Modern (Jakarta: LP3ES, 1986), hlm. 46-47.
12
33
Supani, Sejarah Perkembangan Madrasah di Indonesia, dalam Jurnal Insania, Vol. 14,
No. 3, Sep-Des, tahun 2009, Hlm. 6.
34
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan …., hlm. 265.
35
Manpan Drajat, Sejarah Madrasah di Indonesia, dalam Jurnal Al-Afkar, Vol. 1, No. 1,
Januari 2018. Hlm. 204.
36
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan … hlm. 265.
13
37
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan …. , hlm. 265-269.
38
Depag RI, Sejarah Pendidikan Islam, hlm. 77.
14
41
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor. 2 Tahun 1989, bab IV, pasal 11,
ayat 1 dan 6.
42
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Bab III, Pasal 18,
ayat 2 dan 3.
43
Undang-Undang Pokok Pendidikan dan Pengajaran Nomor 4 Tahun 1950, pada Pasal
10 ayat (2)
44
Depag RI, Sejarah Pendidikan Islam, hlm. 77.
16
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kata madrasah berasal dari bahasa Arab madrasah yang artinya ‘tempat
belajar’. Sebagai tempat belajar, kata ‘madrasah’ dapat disamakan dengan
‘sekolah’. Dalam konteks Indonesia istilah madrasah ini telah menyatu dengan
17