Anda di halaman 1dari 15

POLA PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA ORDE LAMA

Di Susun Oleh :
KELOMPOK 11
RAHILLA ARFAH (201926026)
RANI (201926028)

Dosen Pengampu :
SURIANA, S.Pd.I., M.A.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE


PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEMESTER 3
TAHUN 2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Baginda Rasulullah SAW. berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami mampu
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pola Pendidikan Islam Pada Masa
Perkembangan ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Sejarah Pendidikan Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang pola pendidikan Islam pada masa perkembangan bagi para pembaca dan
penulis.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, terkhusus dari Dosen
Pengajar guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk bisa menjadi lebih
baik di masa yang akan datang.

Lhokseumawe,27 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………..………………………..
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………
A. LATAR BELAKANG…………………………………….………………………
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………
C. TUJUAN MASALAH………………………………………….…………………
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….
A. KEBERADAAN PENDIDIKAN ISLAM……………………………..….
B. SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA ORDE LAMA (ZAMAN
KEMERDEKAAN)………………………………………………………...
C. KEBIJAKAN PEMERINTAH ORDE LAMA DI BIDANG PENDIDIKAN
ISLAM……………………………………………………………..……
D. PENDIDIKAN ISLAM PADA ZAMAN KEMERDEKAAN ………….
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN……………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Islam sebagai salah satu agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk Indonesia
merupakan salah satu komponen yang turut membentuk dan mewarnai corak kehidupan
masyarakat Indonesia. Kesuksesan Islam dalam menembus dan mempengaruhi kehidupan
masyarakat Indonesia serta menjadikan dirinya sebagai agama mayoritas merupakan prestasi
luar biasa.
Pendidikan Islam merupakan pewarisan dan perkembangan budaya manusia yang
bersumber dan berpedoman pada ajaran dasar agama Islam yakni al-Qur’an dan hadits.
Sebagaimana dijelaskan bahwa “dasar pendidikan Islam sudah jelas dan tegas, yaitu firman
Tuhan dan sunah Rasulullah SAW., kalau pendidikan diibaratkan bangunan, maka Al-Qur’an
dan haditslah yang menjadi fundamennya”.
Pendidikan Islam dimulai sejak kedatangan Islam ke Indonesia, namun secara pasti tidak
diketahui bagaimana cara pendidikan pada masa permulaan Islam di Indonesia, seperti
tentang buku yang dipakai, pengelola dan sisitem pendidikan. Yang pasti pendidikan Islam
pada waktu itu telah ada dalam bentuk sangat sederhana. Pendidikan Islam itu bahkan
menjadi tolak ukur bagaimana Islam dengan umatnya telah memainkan perannya dalam
berbagai aspek. Oleh karena itu dalam rangka menelusuri sejarah pendidikan Islam di
Indonesia dengan periodisasinya tidak mungkin dilepaskan dari fase-fase yang dilaluinya.
Fase yang dibahas dalam pembahasan ini adalah fase pada masa setelah kemerdekaan
Indonesia atau masa orde lama (1945-1965).

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana keberadaan pendidikan islam ?
2. Bagaimana sejarah pendidikan islam pada zaman orde lama?
3. Apa kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan agama islam pada zaman
orde lama?
4. Bagaiman pendidikan islam pada zaman kemerdekaan ?
C. Tujuan masalah
1. Mengetahui Keberadaan pendidikan islam
2. Mengetahui sejarah pendidikan islam pada zaman orde lama
3. Mengetahui kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan agama islam pada
zaman orde lama
4. Mengetahui bagaimana pendidikan islam pada zaman kemerdekaan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keberadaan Pendidikan Islam


Pada mulanya Islam digunakan dalam rangka mendukung partai politik Islam seperti
NU, Muhammadiyah, Masyumi dan lain sebagainya. Namun pada waktu yang sama politisasi
mengarah pada perpecahan antara partai Islam dan organisasi politik lainnya. Kuatnya
perpolitikan intern partai dan pecahnya pemberontakan daerah yang disebabkan sentimen
keislaman mengakibatkan hancurnya demokrasi.1 Untuk mendamaikan diantara partai politik
yang bertikai, Presiden Indonesia (Ir. Soekarno) memberlakukan demokrasi terpimpin dengan
maksud untuk menyatukan bangsa Indonesia yang dikenal dengan nasakom (nasional, agama
dan komunisme).2
Sementara penyelenggaraan pendidikan agama pada awal kemerdekaan telah
mendapat perhatian khusus dari pemerintah baik pada lembaga pendidikan swasta maupun
negeri. Hal ini dimulai dengan memberikan bantuan terhadap lembaga-lembaga tersebut
sebagaimana yang dianjurkan oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNP) pada
tanggal 27 Desember 1945 yang menyebutkan bahwa; Madrasah dan pesantren yang pada
dasarnya merupakan satu alat dan sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat jelata yang
sudah berakar dan menguat dalam masyarakat Indonesia umumnya, hendaknya pula
mendapat perhatian dan bantuan nyata berupa tuntunan dan bantuan material dari
pemerintah.3
Hal ini didasarkan atas kenyataan terpuruknya umat Islam pada masa penjajahan Belanda
yang terpecah dalam segi intelektualitasnya. Penyebabnya antara lain:
1. Sikap dan kebijaksanaan pemerintah kolonial yang amat diskriminatif terhadap kaum
muslimin.
2. Politik non kooperatif para ulama terhadap Belanda yang menfatwakan bahwa ikut
serta dalam budaya Belanda, termasuk pendidikan modernnya, adalah suatu bentuk
penyelewengan agama.4

1
Zahra Idris, Dasar Dasar Kependidikan,(Bandung Angkasa,1981)hlm.30
2
BJ,Bonal, Pergumulan islam diindonesia,(Jakarta:Grafiti Pers,1985),hlm.106
3
HA. Timur Djaelani,Peningkatan Mutu Pendidikan Islam di Indonesia,(Jakarta:Hidakarya
Agung,1980),hlm135
4
HA. Ridwan Saidi,Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984,(Jakarta:CV
Rajawali,1984),hlm6
Selain itu pemerintah juga tetap membina pendidikan agama secara formal melalui
Departemen Agama dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Atas kerjasama kedua
departemen dikeluarkan beberapa peraturan-peraturan bersama untuk mengelola pendidikan
agama di sekolah-sekolah umum baik negeri maupun swasta.Khusus untuk mengelola
pendidikan agama yang diberikan pada sekolah-sekolah umum tersebut, maka pada bulan
Desember 1946 dikeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri PP dan K
dengan Menteri Agama, yang mengatur pelaksanaan pendidikan agama pada sekolah-sekolah
umum (negeri dan swasta) yang berada dibawah naungan Departemen Pengajaran Pendidikan
dan Kebudayaan.5

B. SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA ORDE LAMA ( ZAMAN


KEMERDEKAAN)

Perkembangan pendidikan Islam pada masa Orde Lama sangat terkait dengan peran
Departemen Agama yang mulai resmi berdiri 3 Januari 1946. lembaga ini secara intensif
memperjuangkan politik pendidikan Islam di Indonesia. Secara lebih spesifik, usaha ini
ditangani oleh suatu bagian khusus yang mengurusi masalah pendidikan agama.6
Dalam salah satu nota Islamic education in Indonesia yang disusun oleh bagian
pendidikan Departemen Agama pada tanggal 1 September 1956, tugas bagian pendidikan
agama ada tiga, yaitu memberi pengajaran agama di sekolah negeri dan partikulir, memberi
pengetahuan umum di Madrasah, dan mengadakan Pendidikan Guru Agama serta
Pendidikan Hakim Islam Negeri. Tugas pertama dan kedua dimaksudkan untuk upaya
konvergensi pendidikan dualistis, sedangkan tugas yang ketiga dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan pegawai Departemen Agama itu sendiri. 7
Berdasarkan keterangan di atas, ada dua hal yang penting berkaitan dengan
pendidikan islam pada masa Orde Lama, yaitu pengembangan dan pembinaan madrasah dan
pendidikan Islam di sekolah umum.
a. Perkembangan Madrasah
Mempelajari perkembangan madrasah terkait erat dengan peran Departemen Agama
sebagai andalan politis yang dapat mengangkat posisi madrasah sehingga memperoleh
perhatian yang terus menerus dari kalangan pengambil kebijakan. Tentunya, tidak juga
melupakan usaha-usaha keras yang sudah dirintis oleh sejumlah tokoh seperti Ahmad Dahlan,

5
BJ,Bonal, Pergumulan islam diindonesia,(Jakarta:Grafiti Pers,1985),hlm.106
6
Maksum, Madrasah : Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), hal 123
7
Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah, (Jakarta : PT. Puasaka LP3ES, 1994), hal. 87
Hasyim Asy’ari dan Mahmud Yunus. Dalam hal ini, Departemen Agama secara lebih tajam
mengembangkan program-program perluasan dan peningkatan mutu madrasah. Untuk
mendapat pengakuan dari Departemen Agama, madrasah harus memberikan pelajaran agama
sebagai mata pelajaran pokok paling sedikit enam jam seminggu secara teratur disamping
mata pelajaran umum8
Perkembangan madrasah yang cukup penting pada masa Orde Lama adalah berdirinya
madrasah Pendidikan Guru Agama (PGA) dan Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN).
Tujuan pendiriannya untuk mencetak tenaga-tenaga profesional yang siap mengembangkan
madrasah sekaligus ahli keagamaan yang professional.9
Pada tahun 1951, sesuai dengan Ketetapan Menteri Agama 15 Pebruari 1951, kedua
madrasah keguruan tersebut di atas diubah namanya. SGAI menjadi PGA (Pendidikan Guru
Agama) dan SGHAI menjadi SGHA (Sekolah Guru Hakim Agama). Pada tahun ini, PGA
Negeri didirikan di Tanjung Pinang, Kotaraja, Padang, Banjarmasin, Jakarta, Tanjung
Karang, Bandung dan Pamekasan.10 Jumlah PGA pada tahun ini sebanyak 25 dan tiga tahun
kemudian, 1954, berjumlah 30. sedangkan SGHA pada tahun 1951 didirikan di Aceh, Bukit
Tinggi dan Bandung.10

b. Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum


Sebelumnya, telah ada ketetapan bersama Departemen PKK dan Departemen Agama
yang dikeluarkan pada 20 Januari 1951. ketetapan itu menegaskan bahwa pendidikan agama
diberikan mulai kelas IV Sekolah Rakyat selama 2 jam per minggu. Di lingkungan yang
istimewa, pendidikan agama dapat dimulai pada kelas I dan jam pelajarannya boleh ditambah
sesuai kebutuhan, tetapi tidak lebih dari 4 jam per minggu, dengan syarat bahwa mutu
pengetahuan umum di sekolah rendah itu tidak boleh kurang bila dibandingkan dengan
sekolah-sekolah di lingkungan lain15 Di Sekolah Menengah Pertama, pelajaran agama
diberikan 2 jam per minggu, sesuai dengan agama para murid. Untuk pelajaran ini, harus
hadir sekurang-kurangnya 10 orang murid untuk agama tertentu. Selama berlangsungnya
pelajaran agama, murid yang beragama lain boleh meninggalkan ruang belajar. Sedangkan
kurikulum dan bahan pelajaran ditetapkan oleh Menteri Agama dengan persetuan Menteri
PKK.11

8
Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah sekolah,(Jakarta:PT.PusakaLP3ES,1994)hal. 97-98
9
Maksum, Madrasah : Sejarah dan perkembangannya,( Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1999), hal. 124
10
Maksum, Madrasah : Sejarah dan perkembangannya,( Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1999), hal 125-126
11
Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah sekolah,(Jakarta:PT.PusakaLP3ES,1994) hal. 92
Pada tahun 1960, sidang MPRS menetapkan bahwa pendidikan agama
diselenggarakan di perguruan tinggi umum dan memberikan kebebasan kepada mahasiswa
untuk mengikuti ataupun tidak. Namun, pada tahun 1967 (periode awal Orde Baru),
ketetapan itu diubah dengan mewajibkan mahasiswa mengikuti mata kuliah agama dan mata
kuliah ini termasuk kedalam system penilaian.12

C. KEBIJAKAN PEMERINTAH ORDE LAMA DI BIDANG PENDIDIKAN


ISLAM
Sejak awal kemerdekaan, Pemerintah RI telah melakukan pembinaan pendidikan
Islam pada khususnya.Pembinaan pendidikan agama secara formal institusional dipercayakan
kepada departemen agama dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. “Pendidikan
Agama di sekolah umum mulai diatur secara resmi oleh pemerintah pada bulan Desember
1946, sebelum pendidikan agama sebagai pengganti pendidikan budi pekerti yang sudah ada
sejak zaman Jepang berjalan sendiri-sendiri dimasing- masing daerah.13
Secara khusus, kebijakan pemerintah Orde Lama yang memberikan perhatian
terhadap pesantren dan madrasah baru dimulai diberikan ketika Badan Pekerja Komite
Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP). pada tanggal 27 Desember 1945 menyampaikan
rekomendasi kepada pemerintah. Salah satu isi rekomendasi tersebut menyebutkan bahwa;
“Madrasah dan pesantren yang pada dasarnya merupakan satu alat dan sumber Pendidikan
dan pencerdasan rakyat jelata yang sudah berakar dan menguat dalam masyarakat Indonesia
umumnya, hendaknya pula mendapat perhatian dan bantuan nyata berupa tuntunan dan
bantuan material dari pemerintah”.14
Ketentuan-ketentuan lain tentang pengelolaan lembaga Pendidikan agama yang juga
direkomendasikan oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat tersebut sebagai berikut :
1. Pelajaran agama dalam semua sekolah, diberikan pada jam pelajaran sekolah.
2. Para guru dibayar oleh pemerintah.
3. Pada sekolah dasar Pendidikan ini diberikan mulai kelas IV
4. . Pendidikan itu diselenggarakan seminggu sekali pada jam tertentu
5. Para guru diangkat oleh Departemen Agama.
6. Para guru agama diharuskan juga cakap dalam Pendidikan umum.
7. Pemerintah menyediakan buku untuk Pendidikan agama.

12
Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah sekolah,(Jakarta:PT.PusakaLP3ES,1994) hlm. 93
13
Zuhraini.Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,(Jakarta:Bumi Aksara,1992) hlm.153-154
14
H.A Timur Djealani,Peningkat Mutu Pendidikan Islam di Indonesia,( Jakarta: Hidakarya Agung
2009,1980)hlm.135
8. Diadakan latihan bagi para guru agama.
9. Kualitas pesantren dan madrasah harus diperbaiki.
10. Pengajaran bahasa Arab tidak dibutuhkan.15

Sebagai salah satu tindaklanjut dari rekomendasi tersebut, maka pada tanggal 3 Januari
1946 dibentuk Departemen Agama dengan Abdul Wahid Hasyim sebagai menterinya.25
Tugas Departemen ini yang paling pokok adalah mengurusi penyelenggaraan Pendidikan
agama di sekolah umum dan mengurusi sekolah agama seperti pondok pesantren dan
madrasah. Dan seiring dengan tugas tersebut, pada saat itu, telah ada Panitia Penyelidik
Pengajaran Republik Indonesia yang diketuai oleh Ki Hajar Dewantara. Panitia ini
mengajukan rekomendasi mengenai sekolah-sekolah agama dalam laporannya tanggal 2 Juni
1946 yang berbunyi: “bahwa pengajaran yang bersifat pondok pesantren dan madrasah perlu
dipertinggi dan dimodernisasikan serta diberikan bantuan biaya dan lain-lain”. 16

Kebijakan secara umum tersebut pada gilirannya menjadi batu pijakan bagi
Departemen Agama untuk mengembangkan usaha-usaha pendidikan yang secara khusus
terkonsentrasi pada madrasah. Langkah pertama Kementerian Agama dalam melakukan
pembinaan terhadap keberadaan madrasah adalah memberikan bantuan berupa pengadaan
sarana dan prasarana serta biaya operasional, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri
Agama Nomor 1/1946, tanggal 19 Desember 1946. Dalam peraturan tersebut dijelaskan agar
madrasah juga mengajarkan pengetahuan umum sekurang-kurangnya sepertiga dari jumlah
jam pelajaran yang digelar. Pengetahuan umum dimaksud meliputi; bahasa Indonesia,
membaca dan menulis huruf Latin, berhitung (untuk tingkat dasar). Ditambah dengan ilmu
bumi, sejarah, kesehatan tumbuh-tumbuhan dan alam (untuk tingkat lanjutan). Ketentuan
tersebut juga mengatur penjenjangan madrasah yang meliputi : (a) Madrasah Tingkat
Rendah, dengan lama belajar sekurang-kurangnya 4 tahun, dan siswa dibatasi pada usia 6
sampai 15 tahun; dan (b) Madrasah Lanjutan, dengan masa belajar sekurang-kurangnya 3
tahun setelah tamat Madrasah Tingkat Rendah, siswa berumur 11 tahun ke atas.

D. PENDIDIKAN ISLAM PADA ZAMAN KEMERDEKAAN


pendidikan islam di Indonesia pascapenjajahan zaman kemerdekaan dapat di bagi dua
yaitu :

15
Soegarda poerbakawatja, Pendidikan Dalam Alam Indonesia Merdeka,(Jakarta:Gunung Agung,197),hlm41
16
Hanun Asrohah,Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1999),hlm.177
a. pendidikan islam sebgai lembaga
pendidikan islam sebagi lembaga adalah tumbuh, dan berkembangnya lembaga
lembaga pendidikan islam seperti pesantren, sekolah, madrasah, dan perguruan tinggi.
eksetensi dan keberadaan pesantren pada zaman kemerdekaan semakin meningkat baik dar
segi kualitas maupun kuantitasnya. pesantren yang sudah tumbuh ratusan tahun di Indonesia
pada era kemerdekaan tetap mendapat tempat untuk berkembang. pesantren pesantren yang
mengikuti aturan pemerintah terutama dari segi kurikulum yang diajarkan diberi hak untuk
mengikuti ujian eramaan negri.
pemerintah memberikan perhatian terhadap pembinaan pesantren ini di direktorat
jendral pendidikan islam Departemen Agama. oleh karena banyakny jumlah pesantren maka
setidaknya ada lima model pesantren yag berkembang. keberadaan sekolah sebagai lembaga
pndidikan islam adalah karena keterkaitan sekolah dengan dilaksanakannya pelajaran agama.
setiap sekolag baik negri maupun swasta wajib mengerjakan mata pelajaran agama di
sekolah. sekolah sekolah islam memprogramkan pendidikan pendidikan islam dengan jam
jam pelajaran yang bervariasi, akan tetapi jumlah jamnya tetap lebih banyak dari jam
pelajaran agama di sekolah sekolah negri.
keberadaan madrasah sebagai lembaga pendidikan islam agak lebih memiliki spesifik
bila dibandingkan dengan dua macam lembaga pendidikan yang tersebut di atas. khususnya
terletak pada pemerintah dalam hal ini Dapartemen Agama banyak mengasuh madrasah
negri. pemerintah menyedikan sarana dan fasilitas, baik gedung, guru guru dan lainya.
selanjutnya pada tingkat pendidikan tinggi, dimulai sejak didirikannya sekolah tinggi
islam di Jakarta pada tahun 1945 kemudian STI ini pindah ke Yogyakarta dan berubah
menjadi Universitas islam Indonesia yang salah satunya fakultas adalah Fakultas Agama.

b. pendidikan islam sebagai Mata Pelajaran


pendidikan Agama islam sebagai mata Pelajaran Pengertiannya adalah
dimasukkannya Mata pelajaran agama ke sekolah sekolah sebagai mata pelajaran yang
berdiri sendiri disamping mata pelajaran lainnya. dalam Undng Undang No 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan Nasional. dalam uu tersebut dinyatakan bahwa pendidikan aagama
adalah hak peserta didik. ‘ setiap peerta didik dalam satuan Pendidik Berhak
a. mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agamanya yang dianut dan
diajarkan oleh pendidik yang seagama (pasal 12 ayat a)17

17
Prof.Dr.H. Haidar Putra Daulay,M.A. Dinamika Pendidikan Islaam di Asia Tenggara,( Jakarta:PT RINEKA
CIPTA,2009).hlm. 17-19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sejarah Pendidikan Islam Masa Orde Lama (Zaman Kemerdekaan) Perkembangan
pendidikan Islam pada masa Orde Lama sangat terkait dengan peran Departemen Agama
yang mulai resmi berdiri 3 Januari 1946. lembaga ini secara intensif memperjuangkan politik
pendidikan Islam di Indonesia. ada dua hal yang penting berkaitan dengan pendidikan islam
pada masa Orde Lama, yaitu pengembangan dan pembinaan madrasah dan pendidikan Islam
di sekolah umum.
Ketentuan-ketentuan tentang pengelolaan lembaga Pendidikan agama yang juga
direkomendasikan oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat tersebut sebagai berikut :
1. Pelajaran agama dalam semua sekolah, diberikan pada jam pelajaran sekolah.
2. Para guru dibayar oleh pemerintah.
3. Pada sekolah dasar Pendidikan ini diberikan mulai kelas IV
4. Pendidikan itu diselenggarakan seminggu sekali pada jam tertentu
5. Para guru diangkat oleh Departemen Agama.
6. Para guru agama diharuskan juga cakap dalam Pendidikan umum.
7. Pemerintah menyediakan buku untuk Pendidikan agama.
8. Diadakan latihan bagi para guru agama.
9. Kualitas pesantren dan madrasah harus diperbaiki.
10. Pengajaran bahasa Arab tidak dibutuhkan.

Kebijakan secara umum bagi Departemen Agama untuk mengembangkan usaha-


usaha pendidikan yang secara khusus terkonsentrasi pada madrasah. Langkah pertama
Kementerian Agama dalam melakukan pembinaan terhadap keberadaan madrasah adalah
memberikan bantuan berupa pengadaan sarana dan prasarana serta biaya operasional,
sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 1/1946, tanggal 19 Desember
1946. Dalam peraturan tersebut dijelaskan agar madrasah juga mengajarkan pengetahuan
umum sekurang-kurangnya sepertiga dari jumlah jam pelajaran yang digelar

PENDIDIKAN ISLAM PADA ZAMAN KEMERDEKAAN


pendidikan islam di Indonesia pascapenjajahan zaman kemerdekaan dapat di bagi dua
yaitu :
1. pendidikan islam sebgai lembaga
2. pendidikan islam sebagai Mata Pelajaran
DAFTAR PUSTAKA

Bonal,BJ.1985. Pergumulan islam diindonesia. (Jakarta:Grafiti Pers,)

Djaelani, HA. Timur.1980. Peningkatan Mutu pendidikan Islam di Indonesia.


(Jakarta:Hidakarya Agung)
Saidi HA. Ridwan. 1984. Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984,
(Jakarta:CV Rajawali.)

Maksum. 1999 Madrasah : Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu)

A. Steenk brink karel.1994 Pesantren Madrasah Sekolah, (Jakarta : PT. Puasaka LP3ES)

Zuhraini. 1992. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.(Jakarta:Bumi Aksara)

Idris,Zahara.1981. Dasar Dasar Kependidikan. (Bandung:Angkasa).

Daulay,Haidar Putra,2009. Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara.(Jakarta:PT


RINEKA CIPTA).

Poerbakawatja, Soegarda.1970,Pendidikan Dalam Alam Indonesia, (Jakarta: Gunung


Agung).

Asrohah,Hanun.1999. Sejarah Pendidikan Islam.(Jakarta:Logos Wacana Ilmu).

Anda mungkin juga menyukai