Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM
TENTANG
Perkembangan Kebijakan Pendidikan Agama Islam

NAMA : FITRAH JAIMAN

NIM : 200401004
KELAS : A. III

PROGRAM PASCA SARJANA MEGISTER PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MATARAM
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis bisa
menyelesaikan makalah ini sebagaimana mestinya. Sholawat beserta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW karena atas jasa beliaulah
kita bisa mengenal mana yang hak dan mana yang batil.

Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah mendukung
dalam penulisan makalah ini dengan judul: “Perkembangan Kebijakan Pendidikan Agama
Islam”, akan tetapi walaupun demikian kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi kebaikan penyusunan makalah selanjutnya. Sekian
dan terimakasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh


DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

BAB II Pembahasan

A. Pengertian Pendidikan

B. Pendidikan adalah Tanggung Jawab Negara

C. Perkembangan Kebijakan Pendidikan Islam Pada Masa Awal

D. Perkembangan Kebijakan Pendidikan Islam Pada Masa Sekarang

BAB III penutup

A. Kesimpulan

B. Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa, maka kita harus melihat

kepada asal katanya yang merujuk kedalam bahasa Arab, karena ajaran Islam itu diturunkan

dalam bahasa tersebut. Kata pendidikan yang umumnya kita gunakan sekarang, dalam bahasa

Arabnya adalah “Tarbiyah”, dengan kata kerja “rabba”. Kata pengajaran dalam bahasa

Arabnya adalah “ta’lim” dengan kata kerjanya “allama”. Pendidikan dan pengajaran dalam

bahasa Arabnya “Tarbiyah wa Ta’lim”, sedangkan pendidikan Islam dalam bahasa Arabnya

adalah “Tarbiyah Islamiyah”.1

Kata kerjarabba (mendidik) sudah digunakan pada zaman Nabi Muhammad SAW seperti

terlihat dalam ayat Al-Qur‟an dan Hadits Nabi. Dalam ayat Al-Qur‟an kata ini digunakan

dalam susunan sebagai berikut:

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan

ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua

Telah mendidik Aku waktu kecil”. (QS. Al-Isra’: 24).

Sedangkan menurut istilah Pendidikan Islam adalah sebuah proses yang dilakukan untuk

menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya; beriman dan bertaqwa kepada Tuhan serta

mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang berdasarkan

kepada ajaran Al-Qur‟an dan sunnah, maka tujuan dalam konteks ini berarti terciptanyainsan-

insan kamil setelah proses pendidikan berakhir. 1

1
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), h. 25
Pada hakikatnya pendidikan agama Islam adalah upaya transfer nilai-nilai agama,

pengetahuan dan budaya yang dilangsungkan secara berkesinambungan sehingga nilai-nilai

itu dapat menjadi sumber motivasi dan aspirasi serta tolok ukur dalam perbuatan dan sikap

maupun pola berpikir. Sementara tekad bangsa Indonesia yang selalu ingin kembali kepada

Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen sangat kuat. Berdasarkan tekad itu

pulalah maka kehidupan beragama dan pendidikan agama khususnya semakin mendapat

tempat yang kuat dalam organisasi dan struktur pemerintahan. Pembangunan Nasional

memang dilak- sanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia dan masyarakat

Indonesia seutuhnya. Hal ini berarti adanya keserasian, keseimbangan dan keselarasan antara

pembangunan bidang jasmani dan rohani antar bidang material dan spritual, antara bekal

keduniaan dan ingin berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan sesama manusia

dan dengan lingkungan hidupnya secara seimbang. Pembangunan seperti ini menjadi pangkal

tolak pembangunan bidang agama.2

Di Indonesia kebijakan pendidikan Islam itu melalui jalan dan tahapan yang begitu panjang

hal ini dimulai bagaimana dengan datangnya Islam di negeri kita yang mana pendidikan

Islam di mulai dengan menanamkan Kalimat dua syahadat yang merupak satu bentuk

proklamir dirinya sebagai seorang muslim dan tentunya pada masa-masa itu pendidikan Islam

bukanlah memiliki satu kelembagaan seperti sekolah dan lain-lain akan tetapi hanya pada

tataran majlis ta`lim dan pengajian barulah pada 19 pendidikan berben- tuk lembaga sekolah

mulai dari Madrasah sampai pondok pesantren dan seterusnya mengalami perobahan dan

pergeseran yang cukup tajam dari satu zaman ke zaman yang lain.3

Maka melalui makalah ini penulis ingin sedikit mengemukakan tentang bagaimana

sebenarnya perkembangan kebijakan pendidikan Islam Indonesia dari waktu kewaktu apakah

2
Ahmadi & Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), h. 110.
3
Faisal Mubarak, Perkembangan Pendidikan ...
kebijakan pendidikan Islam di negeri kita masih mendua atau dalam bahasa lain masih

adanya dikotomi antara pendidikan agama dan umum sehingga hal ini berimbas pada adanya

dua kementerian yang mengurusi masalah pendidikan di dalam satu Negara yang tentu saja

menyisakan segudang permasalahan dan tentunya kajian perkembangan kebijakan pendidikan

Islam di Indonesia dengan tanpa melupakan sejarah dan fakta dan realitas yang ada di

masyarakat dengan memadukan konsep pendidikan Islam yang sebenarnya.4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dalam makalah ini akan membahas hal-hal

sebagai berikut:

1. Pengertian Pendidikan

2. Problem Pendidikan Islam

3. Pendidikan adalah Tanggung Jawab Pemerintah

4. Perkembangan Kebijakan Pendidikan Islam pada masa awal dan sekarang

4
jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 8, ISSN 2088-2977---225
BAB II

Pembahasan

A. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah suatu yang kegiatan memberikan pemahaman, pengajaran atau

memimpin perkembangan baik rohani mau pun jasmani perserta didik dengan tujuan untuk

membentuk pribadi yang baik. Seperti dalam  firman Allah subhanahu wa ta'ala yang artinya:

“Sesungguhnya harta-harta kamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan bagimu”. (QS. At-

Taghabun: 15)

Yang dimaksud cobaan disini adalah kemampuan serta tanggung jawab seseorang terhadap

harta dan anak anaknya yang sudah diberikan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Apakah dia

mampu mendidik dan membentuk anaknya sebagai pribadi yang agamis, cerdas dan

berakhlak baik. Sebab itu lah pendidikan tentang agama dan ilmu pengetahuan wajib

diberikan kepada anak sejak dini.

Dalam meningkat mutu pendidikan mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan.

Dalam proses pendidikan itu melibatkan berbagai aspek seperti bahan ajar (kognitif, afektif,

dan psikomotorik) metodelogi yang dipakai para pengajar, sarana dan prasana sekolah yang

terciptanya kondusif belajar pada peserta didik.

Maka dari itu pemerintah melakukan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia dengan

beberapa cara diantaranya;

1. Program pembangunan kurikulum

2. Program pengadaan buku paket

3. BOS (Bantuan Operasionl Sekolah)

4. program Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)


5. Program Peningkatan Mutu Guru

B. Pendidikan adalah Tanggung Jawab Negara

Islam merupakan sebuah sistem yang memberikan solusi terhadap berbagai problem yang

dihadapi manusia. Setiap solusi yang disajikan Islam secara pasti selaras dengan fitrah

manusia. Dalam konteks pendidikan, Islam telah menentukan bahwa negaralah yang

berkewajiban untuk mengatur segala aspek yang berkenaan dengan sistem pendidikan yang

diterapkan dan mengupayakan agar pendidikan dapat diperoleh rakyat secara mudah.

Rasulullah saw. Bersabda: “Imam (Khalifah) adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai

pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).5

Perhatian Rasulullah saw Terhadap dunia pendidikan tampak ketika beliau menetapkan para

tawanan Perang Badar dapat bebas jika mereka mengajarkan baca-tulis kepada sepuluh orang

anak kaum muslimin Madinah. Hal ini merupakan tebusan. Dalam pandangan Islam, barang

tebusan itu merupakan hak Baitul Mal (Kas Negara). Tebusan ini sama nilainya dengan

pembebasan tawanan Perang Badar. Artinya Rasulullah saw. Telah menjadikan biaya

pendidikan itu setara nilainya dengan barang tebusan yang seharusnya milik Baitul Mal.

Kebijakan beliau ini dapat dimaknai, bahwa kepala negara bertanggung jawab penuh atas

setiap kebutuhan rakyatnya. Ibnu Hazm, dalam kitabnya, Al- Ihkâm, menjelaskan bahwa

kepala negara (khalifah) berkewajiban untuk memenuhi sarana pendidikan, sistemnya, dan

orang-orang yang digaji untuk mendidik masyarakat. Jika kita melihat sejarah Kekhalifahan

Islam, kita akan melihat begitu besarnya perhatian para khalifah terhadap pendidikan

rakyatnya.

5
Departemen Agama, peranan departemen Agama dalam revolusi dan pembangunan bangsa, Jakarta, 1965.
Para khalifah memberikan penghargaan yang sangat besar terhadap para penulis buku,

yaitu memberikan imbalan emas seberat buku yang ditulisnya dan hal senada juga apa yang

dapat kita lihat dinegara tetangga seperti Malaysia yang mana menurut hemat penulis

pemerintah Malaysia memang betuk-betul konsen ingin memajukan pendidikan hal ini

dengan di jaminnya pendidikan yang murah bahkan ada yang di gratiskan dan di tingkat

universitas bagi rakyatnya yang ingin melanjutkan kuliah akan tatapi tidak ada ada dana,

maka pemerintah menyiapkan dana pinjaman tanpa bunga yang di tujukan bagi rakyatnya

yang ingin belajar dan dikembalikan setelah mereka dapat pekerjaan dan itupun di bayar

dengan cara mencicil. Belum lagi dengan infrastruktur yang lengkap dan kesejahteraan yang

lumayan cukup bagi seorang pendidik (guru) di Malaysia.

Dilihat dari sisi manapun, pendidikan Islam memiliki peran dalam konteks pendidikan

nasional. Hanya saja harus pula dimaklumi dan dipahami jika hingga hari ini secara

kelembagaan pendidikan Islam kerap menempati posisi kedua dalam banyak situasi. Sebagai

misal, jurusan yang menawarkan pendidikan Islam kurang banyak peminatnya, jika

dibandingkan dengan jurusan lain yang dianggap memiliki orientasi masa depan yang lebih

baik. Dalam hal pengembangan kelemba- gaan akan pula terlihat betapa program

studi/sekolah yang berada di bawah pengelola- an dan pengawasan Kementerian Agama tidak

selalu sama yang terjadi di bawah pembinaan Kementrian Pendidikan Nasional, bahkan harus

dengan tertatih untuk menyesuai-kan dengan yang terjadi di sekolah-sekolah umum tersebut.

Meski disadari betapa pentingnya posisi pendidikan Islam dalam konteks pendidikan

nasional. Namun, harus pula diakui hingga saat ini posisi pendidikan Islam belum beranjak

dari sekadar sebuah subsistem dari sistem besar pendidikan nasional. Barangkali itulah yang

menjadikan Ahmadi dalam pidato pengukuhan guru besarnya menyatakan posisi pendidikan

Islam hanya sekadar suplemen. Keluarnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 tahun 2007

tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, diharapkan dapat membawa


perubahan pada sisi menagerial dan proses pendidikan Islam. PP tersebut secara eksplisit

seharusnya pendidikan (bahasa yang digunakan pendidikan Islam), dan diselenggarakan

mengatur bagaimana keagamaan Islam PP untuk menyebut keagamaan lainnya

C. Perkembangan Kebijakan Pendidikan Islam Pada Masa Awal

Proses pembentukan dan pengembangan masyarakat Islam yang pertama melalui

bermacam-macam kontak, misalnya kontak jual beli, kontak perkawinan dan kontak dakwah

langsung, baik secara individu maupun kolektif. Dari berbagai macam kontak inilah semacam

proses pendidikan dan pengajaran Islam berlangsung meskipun dalam bentuknya yang

sederhana. Pelajaran yang pertama kali adalah kalimah Syahadat, sebab untuk masuk Islam

disyaratkan harus membaca dua kalimah Syahadat terlebih dahulu. Sebab barangsiapa sudah

membaca dua kalimah Syahadat berarti seseorang sudah menjadi muslim. Dengan demikian

dapat kita ketahui bahwa ternyata dalam Islam itu praktis sekali.

Sejak awal perkembangan Islam, pendidikan mendapat prioritas utama masyarakat Muslim

Indonesia. Di samping karena besarnya arti pendidikan, kepentingan Islamisasi mendorong

umat Islam melaksanakan pengaja- ran Islam kendati dalam sistem yang sederhana, dimana

pengajaran diberikan dengan sistem halaqah yang dilakukan di tempat-tempat ibadah seperti

di masjid, mushalla, bahkan juga di rumah-rumah ulama. Kebutuhan terhadap pendidikan

mendorong masyarakat Islam di Indonesia mengadopsi dan mentransfer lembaga keagamaan

dan sosial yang sudah ada ke dalam lembaga pendidikan Islam di Indonesia.dan pada

umumnya pendidikan itu terpusat pada beberapa lembaga.

1. Surau:

Istilah Surau di Minagkabau sudah dikenal sebelum datangnya Islam, surau dalam

system adat Minang berfungsi sebagai tempat bertemu,berkumpul,rapat, dan

tempat tidur bagi anak laki-laki yang telah akil Baligh dan orang tua Uzur.3 Dan
fungsi surau tidak berubah setelah kedatangan agama Islam, hanya saja fungsi

keagamaanya semakin penting yang pertama kali diperkenalkan oleh Syekh

Burhanuddin sebagai tempat mengajarkan ajar- an Islam. Sebagai lembaga

pendidikan tradisional, Surau menggunakan sistem Pendidikan Halaqah. Materi

pendidikan yang diajarkan pada awalnya masih diseputar belajar huruf Hijaiyah

dan membaca Al-qur`an, disamping ilmu-ilmu keIslaman lainnya

2. Meunasah:

Surau sangat di kenal dengan pengajaran agamanya, di samping itu hampir setiap

Surau di Minangkabau selain mengajarkan agama juga identik dengan

mengajarkan Silat yang berguna untuk mempertahankan diri. Meunasah

merupakan tingkat pendidikan Islam terendah, ia berasal dari kata Arab Madrasah.

Meunasah merupakan satu bangunan yang terdapat disetiap kampong (lihat

gambar di bawah), diantara fungsi Meunasah adalah: sebagai tempat upacara

keagamaan, sebagai lembaga pendidikan dimana diajarkan pelajaran membaca al-

qur`an serta pengajian.Lama pendidikan tiadak ada batasan tertentu, namun

umumnya antara dua tahun sampai puluhan tahun. Keberadaan Meunasah sebagai

lembaga pendidikan tingkat dasar sangat mempunyai arti di Aceh, semua orang

tua memasukkan anaknya ke Meunasah dengan kata lain, Meunasah merupakan

Madrasah Wajib belajar bagi masyarakat Aceh masa lalu, oleh karena itu tidaklah

mengherankan apabila orang Aceh mempunyai fanatisme yang tinggi.

3. Pesantren

Menurut asal katanya Pesantren berasal dari kata santri yang mendapat imbuhan

awalan pe dan akhiran an yang menunjukkan tempat, dengan demikian Pesantren

artinya tempat para santri, sedangkan menurut Sodjoko Prasodjo, 6pesantren

6
Abudin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan perkembangan lembaga-lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, h. 42.
Baca samsul Nizar, h 284
adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara non

klasikal, di mana seorang kyai mengajarkan ilmu agama kepada santri-santri

berdasarkan kitab yang ditulis dalam bahasa arab oleh ulama abad pertengahan7.

Maka dengan demikian, dalam pesantren tersebut memiliki beberapa unsur yaitu:

Kyai, santri, mesjid.7Dari Perspektif Pendidikan, Pesantren merupakan Satu-

satunya lembaga kependidikan yang tahan terhadap berbagai gelombang

modernisasi8 Sebagai lembaga Pendidikan Islam, Pesantren pada dasarnya hanya

mengajarkan Agama, sedangkan kajian atau mata pelajarannya ialah kitab-kitab

dalam bahasa Arab, adapun metode yang lazim di gunakan adalah metode

wetonan,Sorogan dan metode hafalan dan jenjang pendidikan di Ponpes tidak

dibatasi.

4. Madrasah

Pendidikan dan pengajaran agama Islam dalam bentuk pengajian mengalami

perkembangan perubahan, Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam berfungsi

menghubungkan sistem lama dengan system baru dengan jalan mempertahankan

nilai-nilai lama yang masih baik yang dapat dipertahankan dan mengambil sesuatu

yang baru dalam ilmu teknologi dan ekonomi bermanfaat bagi kehidupan umat

Islam.8

Ada beberapa hal yang melatar belakangi pertumbuhan Madrasah di Indonesia yaitu:

Adanya gerakan pembaruan Islam Di Indonesia seperti yang di ungkapkan oleh Karel A.

Steenbrink, respon Pendidikan Islam terhadap kebijakan Pendidikan Hindia Belanda yang

ahirnya bermuncullah beberapa Madrasah seperti: madrasah dibentuk pertama kali pada

tahun 1909 di Padang Sumatera Barat oleh Syeikh Abdullah ahmad, Madrasah

Muhammadiyah, Madrasah Salafiyah, Madrasah Diniah Puteri dan beberapa madrasah

7
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan modernisasi Menuju Millenium Baru
8
Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta
lainnya. Kalaulah kita melihat kebelakang tentang pekembangan pendidikan Islam di

Indonesia maka kita akan dapati bahwa pada umumnya pendidikan Islam sifatnya sangat

sederhana dan ianya di ajarkan oleh seorang guru di suatu tempat seperti mesjid atau tempat-

tempat yang gunakan untuk mengumpulkan orang seperti apa yang kita lihat pada masa

Sultan Agung dan Hamangkurat (1647-1703), pada masa itu di tiap ibukota kabupaten

didirikan sebuah masjid besar, sebagai induk dari seluruh masjid dalam kabupaten tersebut

dan pada tiap ibukota distrik sebuah mesjid Kawedanan. Begitu pula di desa juga didirikan

masjid desa. Masjid besar dikepalai oleh seorang penghulu dan dibantu oleh 40 orang

pegawainya. Masjid Kawedanan dipimpin oleh naib, dan dibantu 11 pegawainya. Sedang

masjid desa dikepalai oleh modin (kayim, kaum) dengan 4 orang pembantunya. Penghulu

adalah kepala urusan penyelenggaraan Islam di seluruh daerah kabupaten. Pegawai penghulu

sendiri dibagi menjadi 4 golongan (bendahara, ketib/khatib, modin/muadzin, merbot).

Wilayah suatu daerah dibagi atas beberapa bagian sebagai usaha untuk memajukan

pendidikan dan pengajaran Islam. Pelaksanaannya di tiap- tiap bagian dipercayakan kepada

beberapa

D. Perkembangan Kebijakan Pendidikan Islam Pada Masa Sekarang

Pendidikan agama sudah menjadi perhatian pemerintah, hal ini ditandai dengan keluarnya

SKB 2 Menteri, yaitu menteri agama danMenteri Pendidikan dan Pengajaran. Pembinaan

pendidikan Agama disekolah Agama ditangani oleh Departemen Agama, sedangkan

PendidikanAgama Islam untuk sekolah umum diatur secara resmi oleh pemerintah.9

Sedangkan Materi pendidikan agama mulai diberikan sejak kelas IV SR.Pada masa orde

lama, kedaulatan Indonesia mulai pulih sehinggapendidikan agama telah disempurnakan, dari

9
Maulidin, Ilham. 2010, makalah: Pendidikan Islam Masa Kerajaan Demak dan Mataram. Yogyakarta
segi pembiayaan, pengadaanguru, sarana prasarana, semua ditanggung oleh Departemen

Agama.10

Kemudian pada era Orde baru semakin jelas posisi pendidikan Islam dengankeluarnya

TAP MPRS nomor XXVII/ MPRS/1966 mengatur pendidikanagama wajib diberikan mulai

SD sampai Perguruan tinggi, kemudian di erareformasi berbagai kebijakan yang membawa

angin segar bagi pembinaanpendidikan Islam, mulai dari kelembagaan, materi, out put,

pengelolaannyaSecara tegas telah ditetapkan dalam Undang-Undang nomor 22 tahun

1999tentang otonomi daerah, UU Sisdiknas UUGD, PP.NO.19 tahun 2005tentang SNP.PP.

No.55 tahun 2007 dllnya. Kebijakan tersebut munculakibat dari pengaruh agama, Ideologi

negara, Perkembangan masyarakatserta Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

BAB III
10
Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta, h. 157.
Penutup

A. Kesimpulan

Indonesia adalah sebagai Negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam tentu- nya

pendidikan yang berasaskan keislaman adalah menjadi penting dan hal ini dapat kita lihat

bagaimana tumbuhnya pendidikan Islam yang berbasis pada madrasah, pondok pasantren

adalah hal yang nyata yang ada dinegara kita, hanya saja perkembangan kebijakan

pendidikan Islam yang nampaknya terus berubah-ubah dari satu rezim ke rezim yang lain

yang di tandai dengan munculnya dualism kependidikan yang ada di Negara kita yang

sepatutnya itu tidak perlu terjadi hingga menimbulkan dampak yang begitu besar bagi

pertumbuhan pendidikan Islam di Indonesia dari mulai masalah akademis, kesejahteraan

hingga masalah infras- truktur sekolah yang dianggap masih belum wajar. Namun, dengan

diberlakukannya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

oleh banyak kalangan dianggap sebagai titik awal kebang- kitan pendidikan nasional,

termasuk pendidikan Islam di dalamnya, karena secara eksplisit UU tersebut menyebut peran

dan kedudukan pendidikan agama (Islam), baik sebagai proses maupun sebagai lembaga.

Pendidikan yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab harus tetap

dilirik dan diatensi dalam rangka menyambung nafas sebuah bangsa.

Pada akhir kesimpulan ini, pemakalah ingin mengatakan bahwa yang tengah dihadapi

UMMAT Islam saat ini bahwa upaya merekonstruksi kebangkitan suatu masyarakat, negara,

bahkan peradaban umat manusia, keberadaan mabda (ideologi) merupakan salah satu aspek
penting yang menentukan kebangkitan dan pembentukan peradaban tersebut. Mabda

merupakan aqidah aqliyah (difahami melalui proses berfikir) yang melahirkan segenap

peraturan untuk memecahkan berbagai problematika kehidupan manusia. Dengan memahami

bahwa masyarakat adalah sekumpulan individu yang memiliki pemikiran dan perasaan yang

sama serta diikat oleh peraturan kehidupan yang sama maka rekonstruksi suatu masyarakat

dapat bentuk dengan proses Pendidikan bernuansa Islami. Ekspansi pemahaman dasar yang

bersumber dari Ideologi kapitalisme maka kehidupannya senantiasa berjalan di atas rel

‘Sekulerisme. Demikian halnya dengan mabda sosialisme-komunisme yang mengarahkan

unsur Berpikir dan pemahaman masyarakat berjalan di atas rel ‘Dialektika Materialisme dan

Atheisme’. Adapun dengan mabda islam, masyarakat hendak diarahkan agar memiliki

landasan (qaidah) dan arahan/kepemimpinan (qiyadah) dalam berfikir, berperasaan serta

mengikatkan diri pada peraturan yang bersumber dari aqidah dan syariah islam dalam

menjalani kehidupannya. Bahkan dengan mabda islam tersebut umat manusia diarahkan

untuk membangun sebuah peradaban yang mulia melalui tegaknya institusi negara yang

menjamin terpeliharanya aqidah dan syariah tersebut dalam kehidupan.

Saat tatanan kehidupan kaum muslimin saat ini sedang didera oleh ideologi Atheis dan

Komunis, maka merupakan suatu kewajiban pula bagi kaum muslimin dan para pemangku

kebijakan untuk terus aktif memberikan atensi akan keberlangsungan Pendidikan Islam di

Indonesia. Baik dengan penanaman kembali aqidah Islami atu hal pendukung lainnya

B. Daftar Pustaka
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009.

Ahmadi & Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001.

Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru,

Ciputat.

Abudin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan perkembangan lembaga-lembaga

Pendidikan Islam di Indonesia.

Ahmad Rofiq, Mencandra Trand Pendidikan Islam Masa Kini.

Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta.

Maksum, Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta.

Maulidin, Ilham. 2010, makalah: Pendidikan Islam Masa Kerajaan Demak dan

Mataram. Yogyakarta.

Zuhari, Sejarah Pendidikan Islam, DEPAG. & HR. Mubangid, Diktat Kuliah:

Sejarah Pendidikan Islam.

Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, PT.Raja Grafindo Persada.

Suminto, Aqib, Politik Islam Hindia Belanda, Jakarta.

S.Nasution, Sejarah Pendidikan Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara.

Samsul Hadi (2007), Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, Kencana.

Zuhairi dkk (2010), Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai